Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

TITRASI KOMPLEKSOMETRI
PENETAPAN KADAR KALSIUM PANTOTENAT

Golongan /
:
P /

Kelompok
C

Sela Talia
2443014063
Secilia Husun
2443014111
Balqis S.I.M.
2443014215
Lucyanna Ayu

/
/
/
L.A.
/ 2443014237

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
TUJUAN

I;

Menjelaskan prinsip dasar titrasi Kompleksometri serta cara kerjanya pada


penetapan kadar senyawa obat.
DASAR TEORI
Titrasi kompleksometri adalah cara titrimetri yang di dasarkan pada
kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan

II;

dapat larut dalam air. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk menentukan kadar
ion-on logam dalam cuplikan telah dikembangkan. Titrasi kompleksometri
merupakan pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan
yang tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan adalah ligan
bergigi banyak yaitu asam etilendiamintetraasetat (EDTA).
Titrasi

kompleksometri

yaitu

titrasi

berdasarkan

pembentukan

persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion),


Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Contoh reaksi titrasi kompleksometri (Khopkar, 2002) :
Ag+ + 2 CN
Hg2+ + 2 Cl

Ag(CN)2
HgCl2

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah
anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Asam etilendiamintetraasetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Rival, 1995).

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan


sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut (Harjadi, 1993).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang
berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator
ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu
reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua
ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua,
reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logamEDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam
dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat.
Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam
harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap
ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan
titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T.
Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).
Faktor-faktor yang membuat EDTA ampuh sebagai pereaksi titrimetri
antara lain:
1; Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam,
2; Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi

berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali)

3; Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam


4; Telah dikembangkan indikatornya secara khusus
5; Mudah diperoleh bahan baku primernya
6; Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai

bahan untuk standardisasi. Faktor-faktor inilah yang membuat syaratsyarat untuktitrasi telah terpenuhi dengan baik jika menggunakan EDTA.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan
kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya
EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium
(Harjadi, 1993).
Buffer Salmiak

FI III p.665
Dapar amonium klorida pH 10
Larutkan 7,0 g amonium klorida P dalam 57 ml amonia P, encerkan
dengan air secukupnya hingga 100,0 ml.
Amonia P. Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, khas. Mengandung
tidak kurang dari 27,0 % dan tidak lebih dari 30,0 % NH3 (FI III p.643)
Vogel p.325
Larutan buffer ammonia-ammonium chloride (pH 10) 142 ml larutan
ammonia + 17,5 g ammonium chloride + air ad 250 ml
Indikator untuk menetukan titik akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black

T). Satuan yang digunakan molaritas. EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana
pH = 7-11, untuk penetapan kadar dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara
titrasi tidak langsung, sebab ikatan kompleks antara logam tersebut dengan EBT
cukup stabil. EBT yang ditambahkan kedalam larutan ZnSO 4 yang telah
ditambahkan buffer menghasilkan ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi
dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke
biru.

Titrasi kompleksometri adalah cara titrimetri yang didasarkan pada


kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan
dapat larut dalam air. Atas dasar ini, sejumlah cara titrasi untuk menentukan
kadar-kadar ion logam dalam cuplikan telah dikembangkan. Titrasi
kompleksometri merupakan pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks yang demikian adalah
tingkat kelarutan tinggi. Zat pengompleks (pereaksi) yang sering digunakan
adalah ligan bergigi banyak, yaitu asam etilen diamin tetra asetat atau EDTA
dengan rumus sebagai berikut :

Kompleks yang dibentuk indikator dengan ion logam lebih lemah daripada
kompleks antara ion logam dengan EDTA (kompleks Mgln lebih lemah dari
MgY2-) dengan demikian kelebihan EDTA akan mengikat Mg dari Mgln
membentuk kompleks Mg2+.
Mgl- + H2Y2Merah

MgY2- + Hln2- + H+
Tak berwarna

Biru

Struktur indikator EBT:

Stuktur
Pantotenat

Ca-

(Kalsium 3-[(2,4-dihidroksi-3,3-dimetilbutanoil)amino]propanoat)

Biru

tua

Solokrom

atau

kalkon
Kadang-kadang disebut Hitam Eriokrom RC; zat ini sebenarnya adalah
Natrium 1-(2-Hidroksi-1-naftilazo)-2-nafto-4-sulfonat. Zat warna ini mempunyai
2 atom hidrogen fenolat yang dapat terionisasi, proton-proton ini, terionisasi
secara bertahap dengan pK masing-masing 7,4 dan 13,5. Suatu penerapan penting
dari indicator ini adalah pada titrasi kalsium secara kompleksometri dengan
adanya magnesium; ini harus dilakukan pada pH kira-kira 12,3 (misalnya, yang
diperoleh

dengan

suatu

buffer

dietilamina).

Pada

kondisi-kondisi

ini,

magnesium
diendapkan

secara

kuantitatif

sebagai hidroksidanya.

Kalkon dapat juga dipakai untuk titrasi Ca dengan adanya Mg. Larutan
yang netral diolah dengan etilamina (member pH 12,5 yang adalah cukup tinggi
untuk mengendapkan Mg secara kuantitatif sebagai hidroksida) dan 4 tetes
indicator kalkon ditambahkan. Larutan diaduk secara magnetic, dan ditritasi
dengan larutan EDTA starndar sampai warna berubah dari ungu menjadi biru
murni (Basset, 1994).
Titik akhir yang lebih tajam dapat diperoleh dengan menambahkan 2-3
tetes larutan rutan-air polivinil alcohol 1% kepada larutan contoh, lalu sesuaikan
pH menjadi 12,5 dengan NaOH, menambahkan 2-3 tetes larutan-air 10% KCN,
memanaskan sampai 60oC (Hati-hati: gunakan lemari asam), dan mengolah

larutan yang hangat itu dengan 3-4 tetes indicator kalkon. Larutan dititrasi dengan
EDTA 0,01 M sampai ketitik akhir yang berwarna biru-merah. Polivinil alcohol
tersebut mengurangiadsorbsi zat warna di atas permukaan endapan. Larutan
dibuat dengan mencampurkan 1,0 gram polivinil alcohol dengan viskositasmedium bersama 100 cm3 air mendidih dalam sebuah penghomogen
(homogenizer) mekanis (Basset, 1994).

III;

PRINSIP
Bila etilen diamine tetra asetat (EDTA) ditambahkan ke dalam suatu

larutan dari kation logam tertentu, maka akan membentuk kompleks khelat yang
mudah larut.
Bila sejumlah kecil zat warna seperti Eriochrom Blact T (EBT), Kalkon,,
dan Calmigite ditambahkan pada larutan menjadi merah anggur.
Apabila EDTA ditambahkan pada larutan tersebut, kalsium dan
magnesium akan dikomplekskan, maka larutan berubah dari merah anggur
menjadi biru, menandakan titik akhir titrasi. Untuk menghasilkan titik akhir titrasi
yang baik diperlukan adanya ion magnesium.
Ketajaman titik akhir titrasi meningkat dengan bertambahnya pH. pH
10,0 +0,1 adalah pH yang memberikan hasil yang memuaskan.

IV;

DASAR REAKSI
Pembakuan
Zn2+(aq) + HO2-(aq) ZnO-(aq) + H+(aq)
{warna
ungu}
ZnO-(aq){merah ungu} + H2Y2-(aq) ZnY2-(aq) + HO2-(aq) {biru}
Penetapan kadar
Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
Ca2+ + HO2- CaHO
CaHO(merah) + H2Y2- CaH2Y + HO2- {biru} (Vogel p. 317
& p.325)
Reaksi ion Zn2+ dengan EBT
Zn2+ + HD2- (biru) ZnD- (merah) + H+

Reaksi (Zn2+ + EBT) dengan EDTA

ZnD- (merah) + H2Y2- ZnY2- + HD2- (biru)

PEMERIAN BAHAN
1; Kalsium Pantotenat (C18H32CaNO10) (DP : FI IV hal 165)

BM = 476,54
Kalsium pantotenat adalah garam kalsium isomer asam
pantotenat yang memutar bidang polarisasi ke kanan. Kalsium
pantotenat mengandung tidak kurang dari 5,7% dan tidak lebih dari
8,2% dan tidak lebih dari 8,6% kalsium (Ca), keduanya dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian
: Serbuk, putih, agak higroskopis, tidak berbau,
rasa pahit.
Kelarutan
:Mudah larut dalam air, larut dalam gliserin,
praktis tidak larut dalam etanol, dalam kloroform
dan dalam eter.
Baku pembanding : Kalsium pantotenat BPFI, lakukan pengeringan
pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan.
Penetapan kadar / kandungan kalsium
Timbang saksama 800 mg, larutan dalam 150 mg air yang
mengandung 2 ml asam klorida 3N. Tambahkan 15 ml natrium
hidroksida 1N dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol P. Titrasi
dengan dinatrium edatat 0,05 M LV sampai titik akhir warna biru.
1 ml dinatrium edetat 0,05 M setara dengan 2,004 mg Ca
2; Asam Klorida / HCl (DP : FI IV hal 49)

BM = 36,46
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Bobot
jenis lebih kurang 1,18
Penetapan kadar

Timbang saksama 3 ml didalam labu bersumbat kaca berisi


20 ml air yang telah ditara. Encerkan dengan 25 ml air. Titrasi
dengan NaOH 1N LV menggunakan indikator merah metil LP.
1 ml natrium hidroksida 1N setara dengan 38,46 mg HCl
3; Natrium Hidroksida / NaOH ( DP : FI IV hal )

BM = 40
Pemerian
: putih atau praktis putih, masa melebur, berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukkan
pecahan hablur. Bila dibiarkan diudara, akan menyerap karbon dioksida
dan lembab.
Kelarutan
: mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penetapan kadar
Timbang saksama 1,5 g larutkan dalam 40 ml air bebas
karbon dioksida P. Dinginkan larutan sampai suhu kamar, tambahkan
fenoltalein 1N LV. Pada saat terjadi warna merah muda catat volume asam
yang dibutuhkan, tambahkan jingga metil LP dan dilanjutkan titrasi hingga
terjadi warna merah muda yang tetap.
1 ml asam sulfat 1N dengan 40,00 mg alkali jumlah dihitung NaOH. 1 ml
asam dalam titrasi dengan metil jingga setara dengan 106,0 mg Na2CO3
4; Zink Sulfat / ZnSO4 (DP : FI IV hal 836, 1206, 1220)

ZnSO4.H2O BM = 179,46
ZnSO4.7H2O BM = 287,54
Pemerian : hablur transparan atau jarum-jarun kecil, serbuk hablur atau
butir; tidak berwarna; tidak berbau; larutan memberikan reaksi asam
terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam gliserol,
tidak larut dalam etanol.
Penetapan kadar
Timbang saksama sejumlah zat setara dengan 170 mg ZnSO 4,
larutkan dalam 100 ml air. Tambahkan 5 ml larutan dapar ammonium
hidroksida ammonium klorida LP dan 0,1 ml hitam eriokrom LP.
Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M lv hingga warna biru tua.
1 ml dinitrium edetat 0,05 M Setara dengan 8,072 mg ZnSO4.

Zink Sulfat 0,05 M


Tiap 1000 ml larutan mengandung 14,4 gram ZnSO4.7H20
(BM=287,54)
Pembuatan : larutkan 14,4 g zink sulfat P dalam air hingga 1000 ml
Pembakuan : ukur saksama 10 ml dinitrium edetat 0,05 M 1N LV,
masukkan kedalam labu erlenmeyer 125 ml dan tambahkan berturutturut 10 ml dapar asam asetamonium asetat LP; 50 ml etanol P dan 2
ml dinzon LP. Titrasi dengan larutan zink sulfat hingga terjadi warna
merah muda terang. Hitung molaritas larutan.
5; Dinitrium Edetat (DP FI IV hal 329)

Dinitrium (etilena dinitrolo) tetra asetat dihidrat


C10H14N2Na2O8.2H2O
BM = 372,24
Anhidrat
BM = 336,21
Pemerian : serbuk hablur, putih
Kelarutan : larut dalam air
PH
: Antara 4,0 dan 6,0
Penetapan kadar (larutan uji)
Timbang saksama 5 g larutkan dalam labu ukur 250 ml yang
berisi kurang lebih 100 ml air, tambahkan air sampai tanda. Campur ad
homogen.
V;

ALAT BAHAN
Alat:

Bahan:

- botol semprot

- NaOH 1N

- buret

- Indikator EBT

- erlenmeyer

- HCl 3N

- gelas arloji

- Na2EDTA

- labu ukur

- ZnSO4

- neraca analitik
- pipet skala

- sendok tanduk
- statif dan klem

VI;

CARA KERJA
Pembuatan larutan dapar salmiak

Pembakuan larutan Na2EDTA 0,05M dengan ZnSO4 0,05M (3x


replikasi)

Penetapan kadar sampel

Pembuatan NaOH 1N (30ml)


w 1000
N=
x
x Valensi
wBM 1000v
1= x
x1
40 30
w = 1,20 gram dilarutkan dalam air ad 30 ml

Pembuatan HCl 3N (10ml)


V1 x N1 =
V2 x N2
10 x 3
=
V2 x 12
V2
=
5 ml + air ad 20 ml

Pembuatan Na2EDTA 0,05M (300ml)


w 1000
N=
x
x Valensi
BM w v 1000
0,05=
x
x1
372,24 300
W = 5,584 g larutkan dalam air ad 300 ml

Pembuatan Baku primer ZnSO4 0,05M (50ml)


w 1000
N=
x
x Valensi
BM w v 1000
0,05=
x
x1
287,54
50
W = 0,71885 g larutkan dalam air ad 50ml air

Pembuatan dapar salmiak (50ml)


NH4OH pekat
142 ml 250ml
50
x 142 ml = 28,4 ml
250
NH4Cl
17,5 250ml
50
x 17,5 g = 3,5 g
250
Tambahkan aquadest ad 50 ml

VII;

HASIL PENGAMATAN dan PENIMBANGAN


a; Larutan baku Primer

Berat ZnSO4 = 0,7192 g


b; Normalitas ZnSO4

w 1000
N=
x
x Valensi
BM
0,71 92 v 1000
N=
x
x1
287,54
50
N = 0,0500 M
1ml Na2EDTA 0,05M ~ 8,072mg ZnSO4

c; Pembakuan Na-EDTA dengan ZnSO4

NO

V ZnSO4

N ZnSO4

V Na2EDTA

M Na2EDTA

10,0 ml

0,0500 N

7 ml

0,0714 N

10,0 ml

0,0500 N

6,6 ml

0,0757 N

10,0 ml

0,0500 N

7,4 ml

0,0675 N

Jadi, N rata rata =

0 ,071 4 +0 , 0757+0 , 0675


=0 ,0715 N
3

d; Perhitungan sample
Berat pikno kosong
: 10,4152 g
Berat pikno + isi
: 20,9932 g
Volume pikno
: 10 ml
20,993210 , 4152
=
=1, 0578 g/ml
10

e; Penentuan Kadar Sampel


NO
1
2

Berat Sampel (gram)


4,2515
4,8436

M EDTA (N)
0,0715
0,0715

Volume titrasi (ml)


7 ml
6,6 ml

4,8295

0,0715

7,4 ml

f; Perhitungan kadar sampel


V titrasi x M ratarata Na2 EDTA x Eq
% Kadar1 =
x 100
0,05 x ca pantotenat
7 x 0,0715 x 0,0238
x 100
=
0,05 x 4,2515
= 5,6036%
V titrasi x M ratarata Na2 EDTA x Eq
% Kadar2 =
x 100
0,1 x ca pantotenat
6,6 x 0, 0715 x 0,0238
x 100
=
0,05 x 4,8436
= 4,6375 %
V titrasi x M ratarata Na2 EDTA x Eq
% Kadar3 =
x 100
0,1 x ca pantotenat
7,4 x 0,0715 x 0,0238
x 100
=
0,05 x 4,8295
= 5,2148 %
X

5,2148
0,1944
5,6375
0,1944
X = 5,4092 d = 0,1944
Aturan 4d
4,6375*
5,2148
5,6036

4d = 4 . 0,025 = 0,1
d* = [5,4092-4,6375] = 0,7717
; d* > 4d -> Data dibuang
% kadar = (4,6375+5,2148+5,6036)/3 = 5,1519 %
Kesimpulan, kadar yang terkandung dalam sampel mengandung 5,1519 %
[ kadar per h itungankadar sebenarnya]
x 100
% kesalahan =
kadar sebenarnya
% kesalahan = 5,1519 3,19 x 100% = 61,5015 %
3,19

VIII;

PEMBAHASAN
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana

reaksi

antara

bahan

yang

dianalisis

dan

titrat

akan

membentuk

suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi
akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Dalam hal ini titran larutan
EDTA 0,0500 M dan titrat suspensi Ca-pantotenat saling mengompleks dengan
bantuan indicator warna kalkon.
Dalam pengamatan ini dilakukan analisa terhadap logam Ca, sehingga
untuk memudahkan analisanya maka digunakan metode titrasi kompleksometri
yang menggunakan titran EDTA karena larutan ini sangat mudah bereaksi dengan
banyak ion logam. Selain itu EDTA mudah membentuk kelat yang dapat larut
dalam air sehingga reaksi dapat berjalan sempurna.
Perubahan warna dari merah anggur (karena pemberian indicator kalkon) menjadi
warna biru karena ion kalsium dari suspense Ca-pantotenat mengkompleks saat
terjadi reaksi dengan larutan EDTA.
Pada

praktikum

dilakukan

penetapan

kadar

Ca-Pantotenat

dengan

menggunakan metode titrasi kompleksometri. Dasar reaksi dari titrasi


kompleksometri adalah pembentukkan kompleks oleh kation (Ca 2+) dengan zat
pembentuk kompleks dimana pada praktikum ini terjadi pembentukkan kompleks
antara kalsium pantotenat dan EDTA. Tahap awal adalah membuat dapar salmiak,
dapar tersebut berfungsi untuk menjaga kestabilan PH larutan agar tetap stabil
dalam keadaan basa (pH 10). Dapar salmiak dibuat dengan cara mencampurkan
NH4Cl dengan NH4OH.
Tahapan selanjutnya adalah pembakuan Na-EDTA dengan

ZnSO 4 ,

dilakukan sebanyak tiga kali replikasi. Pada pembakuan tersebut ditambahkan


buffer salmiak untuk menciptakan suasana basa dan menggunakan indikator
calcon untuk mengetahui titik akhir titrasi. Titrasi dihentikan saat terjadi
perubahan warna dari merah ungu menjadi biru. Setelah titrasi dihentikan akan

didapatkan volume Na-EDTA yang diperlukan sehingga dapat ditentukan


Normalitas rata - rata dari Na-EDTA untuk tahapan penentuan kadar sampel
selanjutnya.
Pada

praktikum,

penambahan

indikator

terlalu

banyak

sehingga

mengakibatkan warna terlalu gelap, sehingga terjadi kesulitan dalam membaca


perubahan warna. Sehingga mempengaruhi perhitungan % kadar sampel.
Seharusnya penambahan indikator ditambahkan dalam jumlah sedikit hanya
sampai warna berubah, jangan terlalu banyak karena warna akan pekat dan
menyulitkan pembacaan perubahan warna. Tetapi bila hanya menambahkan
sedikit, perubahan warna tidak begitu jelas terlihat. Warna larutan menjadi jernih,
tetapi ketika ditambah lagi sedikit indikator, warna dari sampel berubah menjadi
lebih jelas. Kurangnya indikator dapat menyebabkan kesalahan penentuan titik
TAT.

IX;

KESIMPULAN
Titrasi kompleksometri adalah titrasi dengan metode pembentukkan
senyawa kompleks.
Pada percobaan terjadi reaksi pembentukan kompleks antara Ca-pantotenat
(sampel) dengan Na-EDTA
Fungsi larutan buffer salmiak adalah untuk mencegah terjadinya
perubahan pH akibat oleh terbentuknya ion H+
Titik TAT dapat dilihat dari perubahan warna sampel dari ungu menjadi
biru.
Kadar Ca-pantotenat sampel kami adalah 5,1519 % . Sedangkan
%kesalahan kami adalah 61,5015 %

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J.dkk.1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
London & New York : Longman Group Limited.
Day & Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta : Depkes RI.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Anonim. 2012. Satuan Acara Praktikum Kimia Analitik (Semester II), Politeknik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan 2012
Sholahuddin, Arif, Bambang Suharto dan Abdul Hamid. 2007. Panduan
Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin: FKIP UNLAM.

Anda mungkin juga menyukai