Komplekson adalah zat-zat yang dapat membentuk senyawa kompleks kelat dengan ion logam. Sejumlah
golongan Amina tresier yang mengandung gugusan karboksilat akan membentuk senyawaan kompleks dan macam-
macam ion logam. Beberapa komplekson:
Asam ini sukar larut dalam air, yang banyak dipakai adalah garam dinatriumnya. Nama lain: complexon I,
NITA atau NTA (NITRILO TRI ACETIC ACID).
Zat ini membentuk senyawaan kompleks lebih lambat dibandingkan dengan EDTA sehingga menyulitkan
pengamatan pada titik akhir.
3. EDTA
EDTA adalah singkatan dari Etilen Diamin Tetra Acetic Acid. EDTA merupakan asam lemah dan sukar larut dalam air
sehingga jarang dipakai sebagai larutan standar.
HOOCH2C CH2COOH
N - CH2 - CH2 - N
HOOCH2C CH2COOH
• Nama lain untuk EDTA yaitu : complexon II ,titriplex II, versene acid, dan sequestric acid.
• EDTA merupakan asam lemah yang sukar larut dalam air, arena itu jarang digunakan sebagai larutan standar.
• EDTA yang digunakan sebagai larutan standar yaitu garam dinatrium EDTA Na 2H2Y. Garam ini mudah didapat
dalam keadaan murni. Complexon III, Versen, Titriplex III, Sesquesterne
HOOCH2C CH2COO-
-
OOCH2C CH2COOH
PENGARUH pH
• Kesempurnaan reaksi EDTA tergantung dari pH larutan contoh. pH semakin tinggi semakin baik, pada suatu pH
tertentu terdapat batas pH yang berarti. Maka larutan contoh pada titrasi EDTA harus diberi buffer agar dapat
memenuhi pH yang baik.
• Selain itu Buffer perlu untuk menyerap ion-ion hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi titrasi . Bila tidak, ion
hidrogen akan semakin banyak dan dapat mengganggu jalannya titrasi.
Pengetahuan tentang ph minimum ini sangat penting sebab selain menentukan apakah titrasi dapat berjalan
sempurna, pemakaian pH yang terlalu tinggi mengandung bahaya hidrolisa ion logam atau bahkan dapat
menyebabkan terbentuknya endapan logam tersebut, hal ini dapat menggagalkan titrasi. Karena itu
ketergantungan pada pH ini biasanya pada penitaran EDTA selalu dipakai larutan buffer sehingga
didapatkan pH yang tetap.
PENGARUH PENGKOMPLEKS YANG LAIN
Penitaran ion logam dengan EDTA kadang-kadang bukan saja diperlukan buffer tetapi juga penambahan
komplekson lain yang digunakan untuk menjaga agar ion-ion logam tetap dalam larutan lain dan tidak mengendap
sebagai hidroksida oksida basa atau garam basa.
Titrasi ini digunakan untuk kation yang bereaksi lambat dengan EDTA atau bila indikator yang tersedia tidak
cocok. Kation harus membentuk kelat EDTA yang sangat kuat dalam hal ini , contoh diberi larutan standar EDTA
berlebih, lalu dibubuhi larutan dapar atau buffer yang pHnya sesuai. Selanjutnya kelebihan EDTA dititar kembali dengan
larutan standar ion logam. Sebagai larutan standar dapat digunakan ZnC, ZnS, MgC dan MgS .
+ Mg M+
Jumlah yang setara dengan ion logam kemudian dititar dengan EDTA.
Cara ini dapat digunakan jika tidak ada indikator yang baik untuk kation yang akan dianalisis.
4. Titrasi Alkalimetri
• Apabila larutan ion logam dititrasi dengan EDTA, maka akan terbentuk kompleks dan dibebaskan ion
+ M+
• Ion yang dibebaskan dapat dititar dengan larutan standar basa menggunakan indikator asam-basa dengan alat
potensiometer.
• Larutan yang akan dititar sebelumnya harus dinetralkan, hal ini sering mengalami kesulitan karena terbentuknya
hidrolisis dari garam.
INDIKATOR
• Indikator untuk titrasi kelatometri merupakan basa atau asam lemah organik yang dapat membentuk kelat dengan
ion logam dan warna kelat tersebut berbeda dengan warna indikator bebas. Indikator ini disebut indikator
metalokromik.
• Dalam penitaran asidi-alkalimetri indikator harus peka terhadap pH sedangkan dalam kompleksometri, indikator
harus peka terhadap ion logam (pM)
Syarat suatu indikator logam agar dapat digunakan untuk menetapkan TAT
1. Reaksi warna harus spesifik dan selektif artinya dapat memberikan perubahan warna yang jelas pada TAT.
2. Kompleks indikator logam harus mempunyai kemantapan atau kestabilan yang cukup sebab bila berdisosiasi
tidak akan diperoleh perubahan warna yang tajam atau nyata. Kompleks indikator logam harus kurang mantap
dibandingkan kompleks logam EDTA, agar pada titik ekivalen EDTA dapat mengambil ion logam dari kompleks
indikator logam. Perubahan kesetimbangan dari kompleks indikator logam ke kompleks logam EDTA harus tajam
dan jelas.
3. Perbedaan warna antara indikator bebas dan kompleks indikator logam harus diamati. Indikator harus sangat
peka terhadap ion logam (pM) agar perubahan warna terjadi sedapat mungkin dekat dengan titik ekivalen.
Pemilihan indikator jauh lebih rumit daripada dalam titrasi asidi alkalimetri, karena perubahan warna disini
menyangkut kekuatan kelat logam EDTA. Kelat logam indikator maupun pH, disamping itu harus diperhatikan jenis
warna indikator bebas pada ph titrasi dibandingkan dengan warna kelat
Eriochrome Black-T (EBT)
• Senyawa ini merupakan salah satu indikator methalokromik yang pertama ditemukan dan yang paling banyak
digunakan.
• EBT juga bersifat indikator asam basa, berubah warna bila pH lingkungan berubah. Indikator ini umumnya
dipakai pada pH 8-12dengan perubahan warna : Biru Merah
• Indikator methalokromik yang lain adalah calmagite, murexid, xylenol orange, dan calcon.
Murexide
Murexide Merupakan indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi EDTA. Berwarna
ungu kemerahan dengan pH antar 9 sampai 11 dan biru diatas pH 11.
Larutan Buffer pH
fungsi Buffer pH adalah untuk menetralkan kondisi basa atau asam agar kondisi pH terjaga konstan.
PENENTUAN KESADAHAN AIR
Metode titrasi dengan menggunakan larutan standar EDTA dapat digunakan untuk penetuan kesadahan air.
Air sadah adalah air yang mengandung garam Mg dan/atau Ca. kesadahan ialah besarnya kadar Mg dan/atau Ca
dalam air.
Air sadah juga menyebabkan sabun tidak berbuih dan mengendap. Karena itu, air industri selalu ditentukan