Anda di halaman 1dari 15

BAB V

KOMPLEKSOMETRI
5.1. Tujuan Percobaan
- Memahami prinsip-prinsip dasar titrasi kompleksometri.
- Menentukan kesadaran air.
5.2. Tinjauan Pustaka
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks
banyak banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena
itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama
akan diterapkan dalam titrasi contoh reaksi titrasi kompleksometri:
Ag
+
+ 2CN
-
Ag (CN)
2
dan Hg
2+
+ 2Cl
-
HgCl
2
(perak) (sianida) (perak sianida) (merkuri) (klorida) (merkuri klorida)
Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelautan tinggi yaitu semakin
tinggi tingkat kelarutan maka lebih cepat mengikat Ca
2+
dan Mg
2+
contoh dari kompleks
tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuro
nitrat dan perak sianida sebagai titrasi kompleksometri.
[1]
EDTA adalah heksadentat, tetapi bisa digunakan dalam garam dinatrium
menjadi kuadridentat H
4
R selama reaksi pengompleksan.
M
n
R
4
- MR
(4-n)
so K
abs

[MR
(4-n)-
]
[M
n
][R
4-
]
Ketetapan kestabilan absolut.
Empat tetapan disosiasi H
4
R adalah sebagai berikut:
[2]

- H
4
R + H
2
O - H
3
O
+
+ H
3
R
-
K
1
= 1,02 10
-2

- H
3
R + H
2
O - H
3
O
+
+ H
2
R
2-
K
2
2,6 10
-3

- H
2
R + H
2
O - H
3
O
+
+ HR
3-
K
2
6,9 10
-7

- HR
3
+ H
2
O - H
3
O
+
+ R
4-
K
2
5,5 10
-11

Jenis-jenis metode titrasi yang digunakan dalam titrasi kompleksometri:
- Titrasi langsung
Merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion yang akan
ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu ditambah indikator
logam yang sesuai dan dititrasi langsung dangan larutan baku dinatrium edetat.
Untuk mencegah pengendapan logam hidroksida ataugaram basa dengan buffer,
dilakukan dengan penambahan pembentukan kompleks pembantu misalnya tartrat,
sitrat, atau trietanol amin.


- Titrasi tidak langsung
Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menetukan kadar ion-ion seperti
anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagi contoh barbituratetidat bereaksi
dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri
dalam keadaan basa sebagai ion kompleks. Setelah pengendapan dengan kelebihan
Hg(II), kompleks dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali
dalam larutan baku EDTA berlebihan.
- Titrasi kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang
dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya: sulfat, kalsium
oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion
logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat dari pada
dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium
edetat berlebihan kemudian larutan ditambah buffer pada pH yang diinginkan, dan
kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam. Titik
akhir ditunjukkan dengan pertolongan indikator logam.
- Titrasi subtitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut memberikan titik akhir yang jelas apabila
dititrasi secara langsung atau dengan titrasi kembali, atau juga ion logam tersebut
membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain
seperti magnesium dan kalsium. Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan
cara ini dengan indikator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
- Titrasi Alkalimetri
Pada titrasi ini, proton dari dinatrium edetat, Na
2
H
2
Y dibebaskan oleh logam berat dan
dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Mn
+
+ H
2
Y
2-
(MY)
+n-4
+ 2H
-
Logam larutan yang ditetapkan dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam
suasana netral terhadap indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir
menggunakan indikator asam-basa atau secara potensiometri.
[5]
Syarat syarat yang harus diperhatikan pada titrasi kompleksometri antara lain:

1. Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka kompleks
makin stabil.
2. Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur.
3. Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat
keseimbangan reaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.
4. Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak boleh
mengendap.
5. Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun
dengan potensiometri.
6. Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan bekerja pada
kondisi yang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.
[6]



Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain:
- Mureksida
Merupakan indikator ion logam pertama yang digunakan dalam titrasi
EDTA,berwarna ungu kemerahan pH 9 sampai pH 11 dan biru di atas pH 11,2.
- Biru Tua Solokrom atau Kalkon
Nama lain hitam eriokrom RC mempunyai 2 atom hidrogen fenolat yang dapat
terionisasi secara bertahap dengan pK masing-masing 7,4 dan 13,5. Pada
titrasikalsium secara kompleksometri dengan adanya magnesium ini harus dilakukan
pada pH kira-kira 12,3. Perubahan warnanya dari merah jambu menjadi biru murni.
- Kalmagit
Indikator ini mempunyai perubahan warna yang sama seperti hitam solokrom, tetapi
warnanya agak lebih jelas dan tajam. Larutan indikator ini stabil hampir tanpa batas
waktu.
- Kalsikrom
Mempunyai struktur lingkaran dan sangat selektif untuk kalsium. Zat inisebenarnya
tidak begitu sesuai sebagai indikator EDTA.
- Hitam Solokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10
senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur.
- Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana
alkali. Kompleks logam jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada
titrasi dalam suasana asam.
Berikut adalah kurva titrasi kompleksometri










Gambar 5.2.1. kurva titrasi kompleks

Gambar 5.2.1. kurva titrasi kompleks
EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan reaksi kimiawi yang tertentu.
Selektifitas kompleks dapat diatur dengan mengendalikan pH, misal Mg, Cr, Ca dan Ba
dapat dititrasi pada pH = 11, Mn
2-
, Fe, CO, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat
dititrasi pada pH 4,0 - 7,0. Terakhir logam seperti Hg, Bi, CO, Fe, CR, CA, In, Sc, Ti, V
dan Th dapat dititrasi pada pH 1,0 - 4,0. EDTA sebagai garam natrium, Na
2
H
2
Y sendiri
merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisai lebih lanjut. Kompleks
yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen segera tercapai dalam titrasi
demikian dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan
beberapa logam pada operasi skala semi-mikro.
[2]
Penerapan titrasi kompleksometri dalam pemeriksaan kimia memerlukan
adanya larutan baku EDTA dan larutan penyangga.
Untuk pembuatan larutan baku EDTA digunakan garam natrium dari EDTA
yang susunan molekulnya sering ditulis seperti berikut: Na
2
H
2
L.2H
2
O (bobot rumus =
372,16). Berlawanan dengan cara titrasi lainnya, kepekaan larutan yang dipakai dalam
titrasi kompleksometri dinyatakan dalam kemolaran, karena kompleks logam EDTA
selalu terbentuk dalam perbandingan 1:1.
Garam natrium dari EDTA tidak dapat dipakai secara langsung sebagai peniter,
tetapi harus dibakukan terlebih dahulu dengan zat baku utama. Zat baku utama yang
lazim digunakan untuk pembakuan larutan EDTA adalah logam murni atau garam-
garam logam seperti magnesium sulfat (MgSO
4
) atau seng sulfat (ZnSO
4
).
Selain dari persyaratan zat baku utama yang tidak dipenuhi oleh EDTA, larutan
EDTA juga berubah kepekatannya selama penyimpanan. Perubahan ini terjadi karena
besarnya kemampuan EDTA membentuk kompleks sehingga kalsium yang ada dalam
bahan pembentuk wadah tempat penyimpanannya dapat ditarik oleh EDTA, terutama
bila wadah penyimpan itu terbuat dari kaca bermutu rendah. Karena adanya hal tersebut
ditambah lagi dengan adanya sumber-sumber cemaran lain, maka kadang-kadang
perbedaan bisa saja terjadi antara titer yang ditentukan dalam larutan yang bersifat asam
dengan titer larutan yang bersifat basa.
[4]
Faktor-faktor EDTA sebagai pereaksi titrimetik:
- Dengan ion logam selalu terbentuk kompleks 1:1 (satu molekul EDTA dengan satu
ion logam) sehingga reaksi berjalan satu tahap
- Konstan kestabilan kelatnya umumnya besar sekali sehingga reaksinya sempurna
(kecuali dengan logam alkali)
- Banyak ion logam yang bereaksi cepat.
[3]

Kesadahan adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air
menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca
2+
, Mg
2+
, atau juga dapat disebabkan
karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al,
Fe, Mn, Sr, dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah
kecil. Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun,dimana
sabun ini diendapkan oleh ion-ion Ca
2+
dan Mg
2+
. Karena penyebab dominan atau utama
kesadahan adalah Ca
2+
dan Mg
2+
, khususnya Ca
2+
maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai
sifat atau karateristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca
2+
yang
dinyatakan sebagai CaCO3.
[4]
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat
dari Ca
2+
, Sr, Mg
2+
.
Kesadahan ada dua jenis, yaitu:
- Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat,
seperti Ca(HCO
3
)
2
, kesadahan sementara ini dapat dengan mudah dieliminir dengan
pemanasan(pendidihan), sehingga terbentuk endapan CaCO
3
atau MgCO
3
.
- Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan
karbonat, misal CaSO
4
, MgSO
4
, Cal
2
, MgCl
2
. Kesadahan tetap dapat dikurangi dengan
penambahan larutan soda kapur (terdiri darilarutan natrium karbonat dan manesium
hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalium karbonat (padatan atau endapat) dan
magnesium hidroksida (padatan atau endapan) dalam air.
[5]

Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran,
pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sampah yang bercampur sabun dapat
membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri kesadahan air yang
digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian.
[1]
Tabel 5.1. Batas kesadahan air

Tabel 5.2. Derajat Kesadahan
Aplikasi kompleksometri adalah untuk penentapan kadar Ca dan Mg dalam
sampel air
.
[6]
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena
reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam.
[7]
Natrium hidroksida (NaOH) juga
dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida adalah sejenis basa logam kaustik.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam
air.
[5]






Unsur-
unsur
Satuan
Indonesia W.H.O
Maksimum
yang
dianjurkan
Maksimum
yang
diperbolehkan
Maksimum
yang
dianjurkan
Maksimum yang
diperbolehkan
pH mg/lt 6,5 8,5 6,5 8,5 7,0 8,5 7,0 8,5
Ca mg/lt 75 200 75 200
Mg mg/lt 30 150 50 150
Derajat Kesadahan Ca (ppm) Mg (ppm) CaCO
3
mg/L
Lunak <50 <2,9 1-75
Agak Sadah 50-100 2,9-5,9 75-150
Sadah 100-200 5,9-11,9 150-300
Sangat Sadah >200 >11,9 >300
5.3. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan
- batang pengaduk
- beakerglass
- buret
- botol aquades
- corong
- erlenmeyer
- gelas arloji
- kertas saring
- labu ukur
- neraca analitik
- pipet ball
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
5.4. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
rumus molekul : H
2
O
berat molekul : 18,02 g/mol
penampilan : cair
warna : tidak berwarna
pH : 7
titik didih : 100

C
B. Amonia
rumus molekul : NH
3

massa molar : 17,031 g/mol
penampilan : cair
titik lebur : -77,73

C
titik didih : -33,34

C
keasaman (pKa) : 32,5
kebasaan (pKb) : 4,75
C. EDTA
rumus molekul : C
10
H
12
N
2
Na
4
O
8
.2H
2
O
massa molar : 416 g/mol
penampilan : putih, higroskopis
titik lebur : 237-245

C
keasaman (pKa) : 1,5



B. Bahan yang digunakan
- air sampel 1 (air PDAM)
- air sampel 2 (air kran)
- ammonia (NH
3
)
- ammonium klorida (NH
4
Cl)
- aquadest (H
2
O)
- EDTA (C
10
H
13
N
2
Na
4
O
8
.2H
2
0
- indikator EBT (C
20
H
12
N
3
O
7
)
- indikator murexide (C
8
H
8
N
6
O
6
) NaCl
- natrium hidroksida (NaOH)
- seng sulfat (ZnSO
4
)
- natrium klorida (NaCl)

D. EBT-NaCl
rumus molekul : C
20
H
12
N
3
O
7

massa molar : 461,39 g/mol
penampilan : coklat kehitaman
E. Murexide
rumus molekul : (C
8
H
8
N
6
O
6
)-NaCl :
massa molar : 284,19 g/mol
penampilan : bubuk ungu kemerahan
titik lebur : 300

C
densitas : 9,8
F. Natrium hidroksida
rumus molekul : NaOH
massa molar : 39,9971 g/mol
penampilan : zat padat putih
titik lebur : 318

C
titik didih : 1390

C
densitas : 2,1 g/cm3
kebasaan (pKb) : -2,43
G. Seng sulfat
rumus molekul : ZnSO
4

berat molekul : 161,47 g/mol
titik lebur : 680 C
titik didih : 740 C
densitas : 5,7 g/100 ml
H. Amonium klorida
rumus molekul : NH
4
Cl
massa molar : 53,491 g/mol
penampilan : putih, hidroskopis
titik lebur : 338 C
keasaman (pKa) : 9,245
5.5. Prosedur percobaan
A. Preparasi larutan
- Membuat larutan seng sulfat 0,01 M sebanyak 100 mL
- Membuat larutan buffer pH 10 sebanyak 100 mL (6,75 gram ammonium
klorida kemudian tambahkan dengan 57 mL larutan ammonia pekat)
- Membuat larutan natrium hidroksida 2 M sebanyak 100 mL
- Membuat larutan EDTA 0,01 sebanyak 500 mL
- Membuat campuran EBT-NaCl dan murexide-NaCl.



B. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
- Pipet 25 mL larutan seng sulfat 0,01 M dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer
250 mL
- Menambahkan kurang lebih 75 mL aquadest dan 2 mL larutan buffer pH 10
- Dikocok lalu ditambahkan sedikit indikator EBT-NaCl sampai warna larutan
merah anggur
- Dititrasi denga larutan EDTA 0,01 M sampai warna larutan menjadi biru
- Mengulangi percobaan sampai 3 kali.
C. Menentukan kesadahan total
- Memipet 25 mL larutan contoh, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
- Menmbahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan sedikit indikator murexide-NaCl
- Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi warna merah anggur
- Melakukan percobaan sampai 3 kali.
D. Menentukan kesadahan tetap
- Memipet 25 mL larutan contoh, dimasukkkan kedalam Erlenmeyer
- Menambahkan 20 tetes larutan NaOH 2 M dan 5 mL larutan buffer pH 10 serta
sedikit indikator EBT-NaCl
- Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna larutan dari
merah anggur menjadi biru
- Melakukan percobaan sampai 3 kali.
5.6. Data Pengamatan
A. Tabel 5.6.1. Data pengamatan standarisasi larutan EDTA
Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL) 25 25 25
Volume larutan EDTA peniter (mL) 19,1 19,2 19,1
Volume rata-rata EDTA peniter (mL) 19,13

B. Tabel 5.6.2. Data pengamatan penentuan kesadahan total
Tabel 5.6.2.1. Untuk sampel air PDAM
Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi sampel(mL) 25 25 25
Volume larutan EDTA peniter (mL) 1,8 1,8 1,9
Volume rata-rata EDTA peniter (mL) 1,83


Tabel 5.6.2.2. Untuk sampel air sumur

Keterangan I II III
Volume larutan yang dititrasi - sampel (mL) 25 25 25
Volume larutan EDTA peniter (mL) 1,7 1,6 1,7
Volume rata-rata EDTA peniter (mL) 1,67
C. Tabel 5.6.3. Data pengamatan penentuan kesadahan tetap
Tabel 5.6.3.1. Untuk sampel air PDAM

Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL) 25 25 25
Volume larutan EDTA peniter (mL) 3,6 3,5 3,6
Volume rata-rata EDTA peniter (mL) 3,57


Tabel 5.6.3.2. Untuk sampel air sumur

Keterangan I II III
Volume larutan seng sulfat dititrasi (mL) 25 25 25
Volume larutan EDTA peniter (mL) 3,8 3,7 3,8
Volume rata-rata EDTA peniter (mL) 3,77

5.7. Persamaan reaksi
a. Standarisasi larutan EDTA
Zn
2+
+ H
4
y
(biru)
Zny

(merah)
+ 4H
+

(seng) (EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
Zn
2+
+ HIn
2-
(biru)
ZnIn
-
(merah)
+ H
+

(seng) (EDTA) (seng EDTA) (hidrogen)
b. Menentukan kandungan Ca
2+

Ca
2+
+ H
4
y
(biru)
Cay
(merah)
+ 4H
+

(kalsium) (EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
Ca
2+
+ HIn
2-
(biru)
CaIn
-

(merah)
+ H
+

(kalsium) (EDTA) (kalsium EDTA) (hidrogen)
c. Menentukan kadar Ca
2+
dan Mg
2+

Ca
2+
+ Mgy
2-

(biru)
Cay
2-
+ Mg
2+

(kalsium) (magnesium) (kalsium EDTA) (magnesium)

Mg
2+
+ HIn
2-
(biru)
MgIn
-

(merah)
+ H
+

(magnesium) (EDTA) (magnesium EDTA) (hidrogen)
5.8. Pembahasan
A. Standarisasi larutan EDTA 0,01 M
EDTA adalah senyawa kompleks yang warnanya berubah ketika logam yang telah
diikat menjadi kompleks yang lebih stabil. EDTA digunakan sebagai larutan baku
sekunder karena EDTA membentuk kompleks ketika direaksiakan dengan ion
logam dan kestabilan EDTA sangat konstan sehingga reaksi sempurna. Sedangkan
ZnSO4 digunakan sebagai larutan baku primer karena mudah bereaksi dengan
larutan EDTA. Konsentrasi EDTA yang didapat adalah 0,0130 M. Hal ini berbeda
dengan konsentrasi EDTA yang diinginkan yakni 0,01 M. Perbedaan ini dapat
dikarenakan oleh perubahan warna sangat dekat dengan titik ekivalen titrasi,
stabilitas kompleks yang relatif rendah, kurang teliti saat penimbangan bahan,
pengenceran larutan yang kurang merata.
B. Menentukan kesadahan total
Pada penentuan kesadahan total ditambahkan larutan NaOH. Tujuan dari
penambahan larutan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi
tidak dapat berlangsung dalam keadaan asam. Penambahan sedikit indikator
Murexid-NaCl, warna larutan menjadi merah dan dititrasi dengan larutan EDTA
sampai warna larutan menjadi merah anggur. Dari hasil pengamatan dan
perhitungan diperoleh kadar Ca
2+
dan Mg
2+
dalam sampel air PDAM adalah
185,64 ppm. Sedangkan kadar Ca
2+
dan Mg
2+
pada sampel air sumur adalah
196,04 ppm. Sehingga kedua sampel tersebut dapat digolongkan kedalam kategori
air agak sadah.
C. Menentukan kesadahan tetap
Pada penentuan kesadahan tetap ditambahkan larutan NaOH dan larutan buffer.
Tujuan dari penambahan larutan buffer pH 10 adalah untuk menjaga pH larutan
sampel agar tetap stabil. Lalu ditambahkan indikator EBT-NaCl yang
mengakibatkan warna larutan menjadi merah dan kemudian dititrasi dengan
EDTA sampai warna larutan menjadi biru. Dari hasil perhitungan dan pengamatan
dalam sampel air PDAM, diperoleh kadar Ca
2+
dan kadar Mg
2+
adalah 38,064
ppm dan 35,860 ppm. Sedangkan kadar Ca
2+
dan kadar Mg
2+
pada sampel air
sumur adalah 34,736 ppm dan 39,197 ppm.
5.9. Kesimpulan
- Kompleksometri ialah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, jadi membentuk hasil berupa kompleks.
- Kesadahan air disebabkan karena keberadaan ion-ion Ca
2+
dan Mg
2+
dalam air.
Kadar Ca
2+
dan kadar Mg
2+
sampel air PDAM adalah 38,064 ppm dan 35,860
ppm. Sedangkan kadar Ca
2+
dan kadar Mg
2+
pada sampel air sumur adalah
34,736 ppm dan 25,395 ppm.








































V. Kompleksometri
1. Pembuatan larutan seng sulfat 0,01 M
M
ZnSO4
=
gr
BM

1000
ml

0,01 =
gr
161,454

1000
100

gr = 0,161454 gr
Jadi, untuk membuat larutan ZnSO4 0,01 M diperlukan sebanyak 0,161454 gr dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.
2. Pembuatan larutan NaOH 2 M
M =
gr
B

1000
ml

2 =
gr
40

1000
100

gr = 8 gram
Jadi, untuk membuat larutan NaOH diperlukan sebanyak 8 gram NaOH dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas.
3. Pembuatan larutan EDTA 0,01 M
M =
gr
BM

1000
ml

0,01 =
gr
416

1000
500

gr = 2,08 gram
Jadi, untuk membuat larutan EDTA 0,01 M diperlukan 2,08 gram dan dilarutkan
dalam labu ukur 500 mL sampai tanda batas.
4. Perhitungan standarisasi
Diketahui:
M
ZnSO4 = 0,01 gr
V
ZnSO4
= 25 mL
V
EDTA1
= 19,1 mL
V
EDTA2
= 19,2 mL
V
EDTA3
= 19,1 mL
Ditanya:
M
EDTA
=.....?
Jawab:
V
rata-rata

V
EDTA 1
V
EDTA 2
V
EDTA 3
3

19,1 19,2 19,1


3

= 19,13 mL



M
ZnSO4V
ZnSO4 = M
EDTA
V
EDTA

0,01 25 = M
EDTA
22,57
M
EDTA
=
0,25
19,13

= 0,0130 M
Jadi molaritas EDTA adalah 0,0130 M.
5. Menentukan kadar Ca
2+

Diketahui:
V
sampel 1
= 25 mL
V
sampel 2
= 25 mL
V
EDTA 1
= 1,83 mL
V
EDTA 2
= 1,67 mL
M
EDTA
= 0,0130 M
BMCa
2+
= 40
Ditanya:
Kadar Ca
2+
untuk masing-masing sampel adalah?
Jawab:
a. Sampel air PDAM
Ca
2+
=
(V
EDTA 1
M
EDTA
) Ca 1000
V
sampel


(1,83 0,0130) 40 1000
25

38,064 ppm
Jadi kadar Ca
2+
dalam sampel PDAM adalah sebesar 38,064 ppm.
b. Sampel air sumur
Ca
2+
=
(V
EDTA 2
M
EDTA
) Ca 1000
V
sampel


(1,67 0,0130) 40 1000
25

34,736 ppm
Jadi kadar Ca
2+
dalam sampel sumur adalah sebesar 34,736 ppm.
6. Menentukan kadar Ca
2+
dan Mg
2+

V
sampel 1
= 25 mL
V
sampel 2
= 25 mL
V
EDTA 1
= 3,57 mL
V
EDTA 2
= 3,77 mL
M
EDTA
= 0,0130 M
BM CaCO
3
= 100
Ditanya:
Kadar Ca
2+
dan Mg
2+
untuk masing-masing sampel adalah?


Jawab :
a. Sampel air PDAM
Ca
2+
dan Mg
2+
=
(V
EDTA 1
M
EDTA
) CaCO
3
1000
V
sampel


(3,57 0,0130) 100 1000
25

= 185,64 ppm
Jadi kadar Ca
2+
dan Mg
2+
untuk sampel air PDAMadalah sebesar 185,64 ppm.
b. Sampel air sumur
Ca
2+
dan Mg
2+
=
(V
EDTA 2
M
EDTA
) CaCO
3
1000
V
sampel


(3 0,0130) 100 1000 )
25

= 196,04 ppm
Jadi kadar Ca
2+
dan Mg
2+
untuk sampel air sumur adalah sebesar 196,04 ppm.
7. Menentukan kadar Mg
2+

Diketahui:
Kadar Ca
2+
sampel1
= 38,064 ppm
Kadar Ca
2+
sampel2
= 34,736 ppm
Kadar Ca
2+
dan Mg
2+
sampel1
= 185,64 ppm
Kadar Ca
2+
dan Mg
2+sampel2
= 196,04 ppm
BM Mg
2+
= 24,3
BM CaCO
3
= 100
Ditanya:
Kadar Mg
2+
pada masing-masing sampel adalah?
Jawab:
a. Sampel air PDAM
Mg
2+
=kadar Ca
2
dan Mg
2
air PDAM
- kadar Ca
2
air PDAM
|
BM Mg
2
BM CaCO
3

= (185,64 - 38,064)
24,3
100

35,860 ppm
Jadi kadar Mg
2+
pada sampel air PDAM adalah sebesar 35,860 ppm.
b. Sampel air kran
Mg
2+
=kadar Ca
2
dan Mg
2
air sumur
-kadar Ca
2
air sumur
|
BM Mg
2
BM CaCO
3

= (196,04 - 34,736)
24,3
100

39,197 ppm
Jadi kadar Mg
2+
pada sampel air sumur adalah 39,197 ppm.



DAFTAR PUSTAKA
1. Faidliyah Nilna Minah. 2011. Diktat Kimia analisis I.
2. S.M. Khopkar, 1990, Konsep dasar kimia analitik, universitas indonesia, Jakarta,
3. W. Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
4. Rivai, Harrizul. 2006. Asas Pemeriksanaan Kimia. Jakarta. Universitas Indonesia.
5. (______,http://www.scribd.com/doc/95393901/Titrasi-Kompleksometri.
6. (_______,http://www.scribd.com/doc/86546829/KOMPLEKSOMETRI.
7. (______,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24596/ChapterII%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai