Anda di halaman 1dari 4

PENENTUAN KADAR ALUMINIUM

I. TUJUAN
1. Memahami prinsip penentuan kadar aluminium
2. Menentukan konsentrasi larutan EDTA
3. Menentukan konsentrasi Al3+

II. TEORI
Pada titrasi pengomplekan digunakan asam 1,2 diamin etanotetra asetat
EDTA. Reagensia ini sangat berguna karena sifatnya sebagai pengomplek dan
dengan tersedianya indikator logam yang masing – masing efektif sepanjang
jangkauan pH yang lebar. Pada faktor – faktor ini ditambahkan teknik
penopengan (masking) dan pelepasan topeng (demasking) lebih cermat lagi.
Titrasi ion logam ada beberapa macam, diantaranya :
1. Titrasi langsung
Larutan sample yang akan dititrasi diberi buffer pH tertentu (misalnya pH
10). Kemudian dititrasi secara langsung dengan larutan standar EDTA.
Kadang – kadang pengendapan hidroksi logam (garam basa) perlu dicegah
dengan penambahan zat pengomplekan yang sesuai. Seperti tartarat, sitrar
atau trietanolamin. Titik akhir titrasi dapat ditentukan dengan menggunkan
indikator logam.

2. Titrasi kembali
Dalam beberapa hal ada logam yang tidak dapat dititrasi secara langsung.
Logam – logam ini dapat mengendap pada pH yang sesuai untuk titrasi atau
pembentukan komplek sangat lambat terjadi ataupun tidak ada suatu
indikator logam yang cocok. Untuk hal demikian kedalam larutan logam
tersebut ditambahkan larutan standar EDTA yang berlebih, kemudian diberi
larutan buffer. Kelebihan EDTA dititrasi dengan larutan standar ion logam
biasanya digunakan larutan standar Zn2+, SO42-, MgCl2, MgSO4.

3. Titrasi substitusi
Titrasi ini digunakan untuk ion logam yang tidak atau kurang bereaksi
dengan indikator atau ion logam yang membentuk kompleks EDTA yang
lebih stabil. Jika dibandingkan dengan logam lain, missal Mg (II) atau Ca
(II). Ion ini dapat ditentukan dengan mereaksikan dengan kompleks
Mg.EDTA.

4. Titrasi alkalimetri
Jika larutan standar dinatrium etilendiamin tetra asetat Na2H2Y ditambahkan
ke larutan yang mengandung 1 mol ion logam akan terbentuk kompleks dan
membebaskan 2 mol ion H+. Ion hydrogen yang terbentuk dapat dititrasi
dengan larutan standar NaOH dengan indikator asam – asam.

Dalam penentuan aluminium digunakan EDTA sebagai pengomplek.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian EDTA :
1. Dalam pembentukan komplek chelatnya tambah ion logam selalau akan
beraksi dengan H2Y2- atau tidak bergantung pada muatan logamnya.
2. Dengan ion logam Fe kemungkinan terjadinya persenyawaan hidroksi
kompleksianat karena pelepasan H+ dan H2O yang koordinasi.
3. ionisasi kompleks tergantung pada pH larutannya, semakin kecil pH maka
semakin kecil stabilitas kompleksnya. Bila semakin stabil komplek chelatnya
maka semakin rendah pula pH lingkungan dimana titrasi kompleksometri
masih digunakan.
4. Kompleks EDTA dan ion logam divalen akan stabil dalam lingkungan basa
atau sedikit asam. Ion – ion trivalen dan tetravalen dapat tahan lama dalam pH
larutannya 1 – 3, kecuali logam alkali tanah.
5. Bila pH terlalu rendah akan terjadi kompetisi Mn+ dan H3O+ bereaksi sebagai
asam lewis dan basa Y4- dan juga terbentuknya kompleks hydrogen kompleks
heksanat.

Pada titrasi kompleksometri secara visual ini dapat digunakan indicator


logam dan indicator pH. Karena indicator pH tidak memungkinkan analisa logam
dalam campuran, maka digunakan indicator logam sebagai penunjuk titik akhir
titrasi.
Penentuan logam alkali ini digunakan indicator logam berupa EBT
(Erichom Black T). indicator ini dipakai untuk mentitrasi Cd, Pb dan Mg
(disamping itu dapat digunakan untuk Zn, Ca dan Sr). kompleks logam berwarna
(merah ungu), sedangkan anion indicator bebasnya warna merah anggur.
 pH kecil memberian warna merah anggur
 pH 6,3 warnanya biru
 pH 11,5 warnanya jingga

Al+3 dapat ditentukan dengan cara kompleksometri dengan memakai


indicator EBT. Kompleks Al ln- lebih kuat darai Al Y-, maka Al+3 dititrasi dengan
EDTA dan menggunakan indicator EBT. Pada titik akhir titrasi tidak terjadi
perubahan warna dan titik indicator diketahui dengan cara titrasi kembali. Maka
pada penentuan Al+3 ke dalam sample ditambahkan ke dalam larutan standar
ZnSO4.
Titrasi kembali harus dilakukan secepat mungkin setelah penambahan
EBT, sebab jika terlalu lama maka AL Y - akan bereaksi dengan EBT menjadi Al
ln- (merah violet), sehingga titik akhir titrasi tidak diketahui lagi. Jika kurang
cepat dalam bekerja, maka kompleks antara Al dengan EDTA tidak mungkin
terjadi. Karena pada Al reaksi menggunakan range pH. Perbedaan dengan titrasi
langsung, dimana titrasi langsung komplek dengan EDTA logam cepat terjadi
karena pada pH sekian logam dapat bereaksi dengan sempurna.
Sehingga perubahan warna lebih jelas dan signifikan. Sedangkan pada
titrasi tidak langsung (kembali) kelebihan pengomplekan yang dititrasi dengan
Zn++, sedangkan indicator bebas yang ada akan memberikan perubahan warna
pada larutan, maka H indicator bebas berubah warna dari senyawa komplek.
Dalam asam kuat Al(OH)3 bersifat basa, reaksinya :
Al(OH)3 + 3H+ Al3+ + 3H2O (l)

Dalam basa kuat Al(OH)3 bersifat asam dan beraksi membentuk ion
aluminat, adapun reaksinya :
Al(OH)3 + OH AlO2- + 2H2O (l)

Maka dapat disimpulkan bahwa Al(OH)3 bersifat amfoter, berdasarkan


massa jenis aluminium 2,70 g/cm3. Logam aluminium termasuk logam yang
ringan sehingga baja aluminium banyak digunakan untuk bahan konstruksi
misalnya body pesawat terbang, velg pada mobil dan kerangka sepeda motor dan
juga digunakan untuk peralatan dapur seperti wajan dan panic.
Proses pengolahan bijih aluminium berdasarkan pada proses dari charles
M. hall(USA) dan Paul Heroult (prancis) dengan nama : proses Hall Heroult,
adapun proses ini yaitu : sifat amfoter dari Al 2O3 merupakan suatu bagian yang
sangat penting bagi proses pemurnian Al2O3 dari bijih bauksit.
Jika bijih bauksit dilarutkan dengan NaOH pekat maka SiO2 dan Al2O3
akan larut, sedangkan Fe2O3 (s) dan zat – zat lainnya tidak larut. Reaksinya :
Al2O3 (s) + 2OH- 2AlO2 + H2O
SiO2 + 2OH- SiO32- + H2O

Dalam larutan air ion Al+3 ditemukan sebagai ion hidrat : Al(H2O)63+ atau
dalam bentuk kompleks yang lainnya. Ditinjau dari sifat – sifat kimianya. Logam
aluminium mudah teroksidasi dengan udara membentuk Al2O3 dalam bentuk
padat. Dengan demikian, logam aluminium tidak teroksidasi lebih lanjut dan tetap
terlihat metalik. Tebalnya lapisan tipis dari Al2O3 lebih kurang dari 10-6.

Anda mungkin juga menyukai