Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PERAWATAN INSTRUMEN ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

Modul : Kalirbrasi Spektrofotometri Visible


Pembimbing : Tri Reksa Saputra, S.Si, M.Si

Praktikum : 17 Mei 2019


Penyerahan : 24 Mei 2019
Laporan Oleh:

Kelompok : II
Nama : 1. Depi Rapika 171431006
2. Dila Dilalah 171431007
3. Elida Amelia 171431008
4. Elsa Rizki R 171431009
Kelas : 2A – Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari dan memahami proses kalibrasi spektrofotometer visible.
2. Melakukan kalibrasi dengan benar dan baik.

II. DASAR TEORI


a. KALIBRASI

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan penyesuaian unjuk kerjaperalatan


terhadap standar yang dapat ditelusuri pada standar nasional/internasional. Dengan
dilakukannya kalibrasi ini kinerja alat dapat terpantau dan pada saat terjadi
penyimpangan hasil pengukuran yang berada diluar batas toleransi yang
diperbolehkan maka dapat segera diketahui dan segera dilakukan evaluasi.
Kalibrasi dilakukan setiap kali akan melakukan analisis sampel, setelah perawatan
perbaikan dan menurut jadwal yang telah ditetapkan. Tujuan kalibrasi adalah untuk
mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan ditelusur
sampai kestandar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan atau
internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus (Galuh, 2013).

Menurut ISO / IEC Guide 17025 : 2005 dan vocabulary of international


metodologi, kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur
dengan nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan
kisaran yang diukur). Kalibrasi yang biasa dilakukan dengan membandingkan
suatu standarisasi (ISO, 2005).

Tujuan kalibrasi adalah menentukan deviasa atau penyimpangan


kebenaran nilai konvensional penunkukkan suatu instrumen ukur, menjamin hasil-
hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Manfaat
kalibrasi ini adalah menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap
sesuai dengan spesifikasinya. Kemampuan untuk tepat mengukur volume larutan
sangat penting untuk akurasi dalam kimia analisis Periode kalibrasi tergantung
pada beberapa faktor antara lain pada kualitas metrologis alat ukur tersebut,
frekuensi pemakaian, pemeliharaan atau penyimpanan dan tingkat ketelitianya.
Periode kalibrasi dapat ditetapkan berdasarkan lamanya pemakaian alat, waktu
kalender atau gabungan dari keduanya (Fatimah, 2005).

Semua alat ukur dan alat uji yang diidentifikasi sebagai bagian dari sistem
mutu harus dikalibrasi dan dipelihara secara tepat. Hal ini mencakup semua
instrumen selama proses yang diidentifikasi sebagai instrumen mutu yang penting
dan juga alat uji yang digunakan dalam laboratorium. Program pengawasan harus
meliputi standarisasi atau kalibrasi pereaksi, instrumen peralatan, alat ukur, dan
alat pencatat pada interval waktu yang sesuai, berdasarkan program tertulis yang
telah ditetapkan yang mengandung petunjuk, jadwal, batas ketelitian dan ketepatan
yang spesifik, serta ketentuan mengenai tindakan perbaikan bila batas ketelitian
dan ketepatan yang spesifik, serta ketentuan mengenai tindakan perbaikan bila
batas ketelitian dan atau/ketepatan tidak terpenuhi. Pereaksi instrumen, peralatan,
alat ukur dan alat pencatat yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
tidak boleh digunakan untuk membuktikan bahwa produk memenuhi spesifikasi
(Saidah, 2007).

Hasil pengukuran yang teliti dapat diperoleh dengan memilih alat ukur dan
cara pengukuran yang tepat. Dalam batas- batas tertentu, alat ukur dapat dianggap
sudah baik. Akan tetapi, alat ukur merupakan alat bantuan manusia sehingga
walaupun alat ukur tersebut dirancang dan dibuat dengan seksama,
ketidaksempurnaannya tidak dapat dihilangkan sama sekali. Ketidaksempurnaan
alat ukur dapat menyebabkan terjadinyakesalahan pengukuran, yaitu perbedaan
antara hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar (Fauzi, 2008).

b. PRESISI, AKURASI DAN BIAS

Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah.

Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan


pengulangan, misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan
larutan dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Dari data tersebut dapat diperoleh
ukuran harga nilai terukur adalah rata-rata dari hasil yang diperoleh dan standar
deviasi. Perbandingan daritingkat presisi, akurasi dan bias dari suatu hasil
pengukuran dapat diilustrasikan pada gambar

Pola hasil pengukuran analitik

Gambar tersebut menyajikan pola target hasil dari olah raga menembak
atau memanah yang analog dengan pola hasil pengukuran analitik yang ideal. Pada
gambar 1 (a) sebaran data cukup baik dan mendekati data aslinya. Hasil data
dikatakan presisi dan tidak bias atau tidak menyimpang. Gambar 1 (b)
menunjukkan sebaran data yang presisi, tetapi menyimpang dari target yang
sebenarnya berarti data dikatakan bias. Gambar 1 (c) menunjukkan sebaran data
yang meluas berarti data yang diperoleh tidap presisi. Data 1 (c) tersebut tidak
bias relatif jika dibandingkan dengan data 1 (d) yang sama-sama tidak presisi.
Faktor-faktor presisi dan bias ini sangat ditentukan oleh terjadinya faktor-faktor
kesalahan yang terjadi selama pengukuran.
c. SUMBER KESALAHAN DALAM PENGUKURAN ANALITIK

Faktor yang memepengaruhi presisi dan bias di atas dapat diakibatkan oleh
kesalahan yang terjadi karena berbagai penyebab. Menurut Miller & Miller (2001)
tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan serius (Gross error)

Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya pengukuran


harus diulangi. Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang
digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel yang terbuang, dan lain
lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup jelas dari gambaran data yang sangat
menyimpang, data tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat
reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain lain.

2. Kesalahan acak (Random error)

Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang menyebabkan


hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda satu sama lain, dimana hasil
secara individual berada di sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek
pada tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang (reprodusibilitas). Kesalahan
ini bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi dengan kehati-
hatian dan konsentrasi dalam bekerja.

3. Kesalahan sistematik (Systematic error)

Kesalaahn sistematik merupakan jenis kesalahan yang menyebabkan


semua hasil data salah dengan suatu kemiripan. Hal ini dapat diatasi dengan:

a. Standarisasi prosedur

b. Standarisasi bahan

c. Kalibrasi instrumen

Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran


sehingga menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
1. Perbedaan yang terdapat pada obyek yang diukur. Hal ini dapat
diatasi dengan:

a. Obyek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga


diperoleh ukuran kualitas yang homogen

b. Mengggunakan tekhnik sampling dengan baik dan benar

2. Perbedaan situasi pada saat pengukuran

Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan


perbedaan suatu obyek yang terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian
sifat-sifat dari obyek dapat diprediksikan.

3. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan

Cara yang digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan


alat pengatur yang terkontrol dan telah terkalibrasi.

4. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi

Kendala ini diatasi dengan menyelesaikan permasalahannon-teknis


dengan baik sehingga keadaan peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.

5. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran

Kesalahan ini dapat diatasi dengan selalu berupaya untuk mengenali alat
atau instrumentasi yang akan digunakan terlebih dahulu.

Dari lima faktor penyebab kesalahan dalam bidang analitik maka


peralatan dan

instrumentasi sangat berpengaruh. Peralatan pada dasarnya harus


dikendalikan oleh pemakainya. Untuk peralatan mekanis yang baru relatif semua
sistem sudah berjalan dengan optimal, sebaliknya untuk alat yang sudah berumur
akan banyak menimbulkan ketidak optimuman karena komponen aus, korosi dan
sebagainya. Demikian juga peralatan elektrik, pencatatan harus selalu dikalibrasi
dan dicek ulang akurasinya. Untk peralatan yang menggunakan sensor atau
detektor maka perawatan dan kalibrasi akan berperan penting.

ARTI PENTING KALIBRASI DALAM SPEKTROFOTOMETER UV-Vis

Salah satu contoh instrumentasi analisis yang lebih kompleks adalah


spektrofotometer UV-Vis. Alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan
konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet
(200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm) (Sastrohamidjojo, 1991).
Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan

absorbansi dari larutan sampel yang diukur.

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum


Lambert-Beer, yaitu:

A = - log T = - log It / Io = ε . b . C

Dimana: A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur

T = Transmitansi

I0 = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Koefisien ekstingsi

b = Tebal kuvet yang digunakan

C = Konsentrasi dari sampel

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis


menggunakan spektrofotometer adalah:

a) Serapan oleh pelarut

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas
yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet
ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk
tempat blangko dan sampel.

c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi


sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan
konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui
pengenceran atau pemekatan).

III. ALAT DAN BAHAN

No Nama Spesifikasi Jumlah


1 Spektrofotometer genesis - 1
2 Labu takar 50 50 mL 1
3 Gelas kimia 250 mL 1
4 Batang pengaduk - 1
5 Botol semprot - 1
6 Pipet tetes 100 mL 1

7 Gelas ukur 500 mL 1

8 Gelas kimia 100 mL 1

9 Gelas kimia 50 mL 1

No Nama Bahan
1 CuSO4. 5H2O
2 H2SO4
3 aquades
IV. LANGKAH KERJA

1. Rembuatan larutan CuSO4 dalam H2SO4 1%

Larutkan dalam labu takar


Timbang CuSO4 dengan H2SO4 1% sampai
tanda batas

2. Kalibrasi Spektrofotometri Genesis

Ukur larutan uji pada panjang


Panaskan spektrofotometer Siapkan gelombang yang berbeda-
genesis selama 30 menit larutan uji
untuk menstabilkan cahaya beda (sesuai panjang
dan blanko gelombang pada tabel
pada alat
dibawah)

Data yang diperoleh ditentukan


persen penyimpangannya

Nilai absorbansi larutan CuSO4 dalam H2SO4 1%


Panjang Gelombang
No Absorbansi
(nm)
1 600 0.068
2 650 0.224
3 700 0.527
4 750 0.817
V. KESELAMATAN KERJA
Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan pahami SOP alat
spektrofotometer visible yang akan digunakan.Panaskan alat sebelum digunakan
dan gunakan kuvet yang sesuai. Hati-hati pada saat menggunakan H2SO4 Cuci
bersih peralatan gelas yang digunakan dan pastikan bekerja dengan hati-hati.

VI. DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


Nilai absorbansi larutan CuSO4 30 ppm dalam H2SO4 1%

Panjang Gelombang
No Absorbansi
(nm)
1 600 0.029
2 650 0.027
3 700 0.026
4 750 0.025

CuSO4.5H2O yang harus ditimbang untuk membuat larutan CuSO4 30 ppm dalam
H2SO4 1%:
𝑚𝑔 𝐶𝑢𝑆𝑂4 𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4
CuSO4. 5H2O 30 ppm = 𝑥
50 𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4.5𝐻2𝑂
1000 𝐿
50
30 ppm x 𝑥250
1000
Berat CuSO4. 5H2O = = 0.0023 gram
160

% Penyimpangan absorbansi larutan CuSO4 30 ppm dalam H2SO4 1%:


1. Pada panjang gelombang 600 nm
[𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟]
% penyimpangan = × 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑠𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
[0.068−0.029]
= × 100%
0.068

= 57.35 %
2. Pada panjang gelombang 650 nm
[𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟]
% penyimpangan = × 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑠𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
[0.224−0.027]
= × 100%
0.224

= 87,95 %
3. Pada panjang gelombang 700 nm
[𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟]
% penyimpangan = × 100%
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑠𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
[0.527−0.026]
= × 100%
0.527

= 95,07 %
4. Pada panjang gelombang 750 nm
[𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖−𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟]
% penyimpangan = 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑠𝑛𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
× 100%
[0.817−0.029]
= × 100%
0.817

= 96,94 %

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan kalibrasi absorbansi yang berhubungan
dengan presisi dan akurasi pada spectrofotometer genesis (visible) dengan
menggunakan larutan CuSO4 30 ppm dalam H2SO4 1% sehingga dapat diperoleh
persen penyimpangan dari hasil absorbansi tertentu yang menyatakan kualitas
dari alat tersebut. Semakin kecil persen penyimpangan yang diperoleh maka
semakin baik atau akurat alat tersebut. Syarat nilai penyimpangan absorbansi
adalah maksimal 2%. Pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan kuvet
10 mm, dan lebar pita (bandwidths) harus lebih kecil dari 10 nm.
Proses kalibrasi ini dilakukan dengan mengukur larutan CuSO4 30 ppm
dalam H2SO4 1% (karena alat yang digunakan adalah spektrofotometer
visible/diukur pada daerah visible) pada panjang gelombang tertentu yang sudah
diketahui nilai absorbansinya menurut teori atau dijadikan sebagai standar.
Berdasarkan hasil perhitungan dari pengukuran absorbansi CuSO4 pada
beberapa panjang gelombang menunjukkan penyimpangan lebih dari 2% yaitu
pada Panjang gelombang 600 nm besar penyimpangan sebesar 57,35%, pada
jang gelombang 650 nm sebesar 87,95%, pada panjang gelombang 700 nm
sebesar 95,07% dan pada Panjang gelombang 750 nm sebesar 96,94% sehingga
alat tidak akurat. Ketidak alat ini dapat disebabkan karena adanya cahaya sesat
atau adanya pergeseran monokromator. Adanya cahaya sesat menyebabkan
cahaya lain yang masuk menuju kuvet dan terbaca oleh detector sehingga
absorbansi lebiih tinggi dari yang seharusnya. Oleh karena itu, untuk
menentukan adanya cahaya sesat atau tidak dapat pula dilakukan kalibrasi
penentuan cahaya sesat. Pada praktikum ini digunakan larutan CuSO4 karena
larutan tersebut tidak berwarna dan tidak mengandung gugus kromofor sehingga
cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya tidak akan diserap oleh larutan.

VIII. SIMPULAN
1. Kalibrasi absorbansi yang berhubungan dengan kepresisian dan keakurasian
pada spektrofotometri genesis (visible) dilakukan dengan menggunakan
larutan CuSO4 30 ppm dalam H2SO4 1%.
2. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh persen penyimpangan pada keempat
panjang gelobang yang berbeda (600,650,700,750 nm), menghasilkan nilai
penyimpangan lebih dari 2% sehingga alat spektrofotometer genesis tersebu
tidak akurat dan presisi.
3. Ketidakpastian alat dapat disebabkan karena adanya cahaya sesat atau adanya
pergeseran monokromator.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.
Melinda, Ayu. No Date. Laporan Praktikum Analisis Instrumen Kalibrasi. Diakses 23
Mei 2019
https://www.academia.edu/34900774/Laporan_Praktikum_Analisis_Instrume
n_Kalibrasi

Miller, J.N and Miller, J.C., 2000, Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, 4th ed, Prentice Hall, Harlow.
Sastrohamidjojo, H, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta.

Tahir, Iqmal. No Date. ARTI PENTING KALIBRASI PADA PROSES


PENGUKURAN ANALITIK: APLIKASI PADA PENGGUNAAN
pHMETER DAN SPEKTROFOTOMETER UV-Vis. UGM. Diakses 23
Mei 2019
https://www.researchgate.net/publication/237627554_ARTI_PENTI
NG_KALIBRASI_PADA_PROSES_PENGUKURAN_ANALITIK_
APLIKASI_PADA_PENGGUNAAN_pHMETER_DAN_SPEKTRO
FOTOMETER_UV-Vis

Anda mungkin juga menyukai