PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana cara melakukan validasi metoda penentuan kadar etanol dalam
hair tonic yang digunakan dengan menggunakan kromatografi gas?
Ruang lingkup dari praktikum ini meliputi verifikasi alat, verifikasi metode,
validasi metode yang digunakan terhadap pengukuran sampel hair tonic yang
mengacu pada jurnal penelitian. Validasi yang dilakukan mengacu kepada CIPAC
3807.
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan dan data yang
diperoleh.
BAB V PENUTUP
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengatasi masalah rambut rontok ini tidak cukup hanya dengan
menggunakan shmapo dan conditioner saja. Agar pengobatan lebih maksimal maka
salah satu caranya dapat menggunakan hair tonic (Wasitaatmadja, 1997). Hair tonic
merupakan obat penyubur rambut yang digunakan untuk memperkuat akar rambut,
merangsang tumbuhnya rambut, menghilangkan kotoran pada kulit kepala dan
rambut, memperlancar peredaran darah serta membantu melumasi rambut.
Hair tonik pada prinsipnya adalah memberi kesuburan pada akar rambut. Namun
bila akar rambut tidak ada maka hair tonic tidak ada gunanya. Hal ini bukan karena
kesalahan dari kulit kepala yang membandel atau hair tonicnya yang tidak ampuh,
4
melainkan pada hormon testosteron. Hormon pria ini sebenarnya membantu proses
produksi sperma. Tetapi akibat bereaksi dengan enzim 5-alpha-reductase, hormon
ini berubah bentuk menjadi dehydrotertosteron (DHT). Rangsangan DHT membuat
kantung rambut mengecil sehingga rambut menjadi rontok dan terjadilah
kebotakan. Itulah sebabnya pria lebih banyak botak daripada perempuan
(Poeradisastra, 2004).
2.3. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling
awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan
juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
5
berdasarkan perbedaan tinggi atau luas puncak sebagai akibat perbedaan
konsentrasi analit. Berdasarkan fasa diamnya kromatografi gas terbagi menjadi dua
bagian yaitu kromatografi gas cair (KGC) dan kromatografi gas padat (KGP).
Pada KGC fasa diamnya berupa cairan yang sukar menguap dan melekat pada
padatan pendukung berupa butiran halus yang inert. Secara lebih spesifik, proses
pemisahan pada KGC terjadi akibat perbedaan partisi komponen-komponen dalam
sampel di antara fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam pada KGP berupa padatan
seperti karbon, zeolit dan silika gel. Dalam hal ini, proses pemisahan terjadi akibat
perbedaan adsorpsi fasa diam terhadap komponen-komponen dalam sampel.
Koefisien distribusi umumnya jauh lebih besar daripada KGC, sehingga KGP
banyak digunakan untuk pemisahan spesi yang tidak ditahan oleh kolom gas-cair,
seperti komponen udara, hidrogen sulfida, karbon disulfida, nitrogen oksida,
karbon monoksida, dan karbon dioksida. Ada beberapa kendala pada KGP yaitu
adsorbsi fasa diam terhadap komponen-komponen sampel bersifat semi permanen
terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul yang polar. Disamping itu KGP
seringkali memberikan bentuk kromatografi yang berekor. Kendala lain dari KGP
adalah efektifitas pemisahan komponen sangat dipengaruhi oleh massa molekul
relatif (Mr). KGP lebih efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan Mr
rendah.
6
Sedangkan asilasi adalah reaksi yang mengubah senyawa yang memiliki atom H
aktif menjadi ester, tioester dan amida. Senyawa hasil derivatisasi akan lebih volatil
dibandingkan senyawa sebelumnya sehingga dapat dipisahkan menggunakan
teknik kromatografi gas. Sebagai contoh, lemak tidak bisa dianalisis secara
langsung dengan instrumen kromatografi gas. Oleh karena itu, lemak harus
dihidrolisis menjadi asam lemak lalu asam lemak diesterifikasi dengan pelarut
etanol/metanol dan katalis BF3 sehingga membentuk ester yang mudah menguap.
Adapun pengertian dari analisa kualitatif dan kuantitatif pada kromatografi gas
adalah :
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar Etanol pada hair tonic
yang mengacu pada jurnal penelitian Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
dengan judul Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi
Gas. Verifikasi dan validasi dilakukan pada metode yang dilakukan pada jurnal
penelitian tersebut.
8
reaksi dan rak tabung reaksi, botol wadah, botol semprot, kertas hisap,
dan instrument Trace 1310 Gas Chromatograph.
Bahan baku atau sampel yang digunakan untuk penentuan kadar Etanol
dalam hair tonic yaitu sampel hair tonic, etil asetat p.a, etil asetat teknis, etanol p.a,
2-butanol, dan 2-butanol 5%.
a. Larutan 2-butanol 5%
Larutan 2-butanol 5% dibuat dengan mengencerkan larutan 2-butanol
yang dipipet sebanyak 1.26 mL kedalam labu takar 25 mL.
Preparasi sampel untuk penentuan kadar etanol dalam hair tonic yaitu
dengan mengekstraksi 5 mL sampel hair tonic kemudian diekstaksi dengan 5 mL
etil asetat. Ekstraksi dilakukan selama 10 menit, kemudian didiamkan selama 5
menit. Setelah itu fase pelarut dikumpulkan dalam labu takar 10 mL kemudian
ditambahkan dengan 1 mL 2-butanol 5 % dan ditanda bataskan dengan
menggunakan etil asetat.
9
kolom. Jika sudah didapat kondisi operasi yang paling optimum, catat dan gunakan
kondisi operasi tersebut untuk pengukuran selanjutnya.
10
3.4.3.4 Uji LoD dan LoQ
Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi diperoleh dari kurva linearitas.
11
BAB IV
Analisa kadar etanol yang terdapat didalam hair tonic perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya bahaya yang tidak diinginkan. Kadar etanol yang
diperbolehkan terkandung dalam suatu produk hair tonic tidak boleh melebihi 40%
hal ini dikarenakan dapat menimbulkan iritasi dan mengeringkan kulit kepala
(Wasitaatmadja, 1997).
Dalam menentukan kadar etanol dalam hair tonic diperlukan suatu metode
analisa yang telah tervalidasi agar hasil yang diperoleh tepat dan akurat. Validasi
metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut
dapat sesuai untuk peruntukannya (Gandjar, 2007). Validasi metode merupakan
proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur memenuhi standar
reliabilitas, akurasi, presisi, linearitas, range, LOD dan LOQ yang diharapkan
(Ahuja dan Dong, 2005). Adapun metode yang perlu dilakukan validasi adalah
metode yang mencakup sebagai berikut :
- Metode tidak baku, misalnya metode yang berasal dari diktat, text book,
dan jurnal yang belum diakui secara luas
- Metode yang didesain atau dikembangkan oleh suatu laboratorium
- Metode yang mengalami modifikasi sekecil apapun, misalnya
perubahan volume reagensia
- Metode rutin yang digunakan dilaboratorium yang berbeda atau
dilakukan oleh analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda
- Gabungan dari dua atau lebih metode standar
12
Pada penelitian kali ini, validasi metode analisis dilakukan dengan
menggunakan kromatografi gas Trace 1310 dimana validasi metode mengacu pada
jurnal Analisa Etanol dalam Hair Tonic secara Kromatografi Gas. Metode ini
banyak dimodifikasi dan peningkatannya signifikan dalam menentukan konsentrasi
etanol (Tagliaro,1992). Penggunaan standar internal merupakan salah satu
modifikasi dari analisa kromatografi gas. Standar internal yang biasa digunakan
berupa n-propanol dan t-butanol (Zuba,2002). Penggunaan standar internal
bertujuan untuk membandingkan kromatogram standar dengan kromatogram
sampel (Cairn, 2009). Standar internal yang digunakan pada penelitian kali ini
disesuaikan dengan standar internal yang terdapat pada jurnal yaitu 2-butanol 5 %.
Parameter yang akan ditentukan dari validasi ini yaitu untuk mengetahui
selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ.
Dari hasil penelitian didapat kondisi operasi yang optimum yaitu pada suhu
injector 150oC, suhu kolom 70oC, suhu detector 150oC dengan int time 0.5 min.
Pada kondisi operasi tersebut, kromatogram yang dihasilkan memiliki puncak yang
tinggi, ramping, lancip, dan tidak saling tumpeng tindih diantara kromatogramnya
(Krisna,2010).
13
terpisah dengan baik atau tidak, penentuan selektivitas dilakukan pada kondisi
operasi yang telah didapat.
Selektivitas metode analisis dinyatakan baik jika puncak senyawa etil asetat,
etanol, dan 2-butanol terpisah dengan baik yaitu apabila terjadi pemisahan pada
kromatogram dengan nilai Rs ≥ 1,5 (Astuti,dkk,no date). Berdasarkan gambar 1
kromatogram etil Asetat : etanol : 2-butanol (1:1:1), puncak senyawa etil asetat,
etanol, dan 2-butanol menunjukkan puncak yang terpisah dari puncak lainnya,
selain itu perhitungan semua resolusi menghasilkan nilai Rs ≥ 1,5 sehingga analit
(etanol) dapat diukur dengan menggunakan metode analisis ini.
Time retention
Senyawa Width ½
(min)
Etil Asetat 2,352 0,042
Etanol 2,598 0,075
2-Butanol 3,357 0,159
14
4.3 Penentuan Linearitas Standar
15
Kurva Larutan Standar
20.000
15.000
Ethanol/2-butanol 5 %
10.000
y = 73,505x - 0,7962
5.000
R² = 0,994
R = 0,9969
0.000
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
-5.000
Konsentrasi (%)
Gambar 2. kurva larutan standar antara konsentrasi (%) dengan area etanol/2-
butanol 5%
C
C std C camp % recovery range Keterangan
sampel
High 5.45 9.60 9.41 62.52 90-110 Tidak diterima
Medium 5.45 4.72 5.52 54.28 90-110 Tidak diterima
Low 5.45 3.42 4.63 52.20 90-110 Tidak diterima
Dari perhitungan yang didapat dan dibandingkan dengan range pada standar
diketahui bahwa semua konsentrasi larutan tidak masuk kedalam range yang telah
16
ditentukan (tidak diterima). Dengan nilai yang berada dibawah range yang telah
ditentukan.
17
start setelah penyuntikan. Proses penyuntikan sangat mempengaruhi hasil analisa
kuantitatif. Untuk mengatasi agar kondisi penyuntikan seragam biasanya di
industry – industry yang menggunakan GC digunakan alat autosampler.
Selain hasil area 2-butanol 5% yang tidak selalu konstan, kendala yang
dihadapi yaitu pada proses ekstraksi, khususnya setelah dilakukan penambahan
larutan standar. Hal tersebut dikarenakan sulitnya melakukan pemisahan karena
pada hasil ekstraksi tidak terbentuk dua fasa, meskipun setelah didiamkan dalam
waktu tertentu. Proses pemisahan dapat terjadi karena perbedaan kepolaran kedua
larutan. Oleh karena itu, proses pemisahan sulit terjadi karena kepolaran larutan
etanol (analit dan standar) dengan etil-asetat (pelarut) yang tidak berbeda jauh yaitu
4.3 untuk etanol dan 4.4 untuk etil-asetat (Andy,2012). Selain itu titik didih pun
berpengaruh pada hasil yang didapat setelah penyuntikan.
Pada proses validasi ini, terjadi kesulitan pada pengujian parameter akurasi.
Kesulitan yang dihadapi yaitu data %Recovery yang didapat tidak masuk kedalam
range yang ditentukan. Hal ini dapat disebabkan karena pemilihan internal standar
dan pelarut pengekstrak yang tidak tepat. Peran internal standar digunakan untuk
menjadi pembanding pada penentuan konsentrasi analit. Pemilihan internal standar
pada proses validasi ini tidak tepat karena RT yang dihasilkan antara analit (etanol)
dengan internal standar (2-butanol) yang terlalu jauh sehingga menyebabkan peran
internal standar menjadi kurang berpengaruh. Penambahan internal standar
cenderung menggeser RT analit sehingga hal ini dapat mengganggu keakuratan
pengukuran.
Seharusnya digunakan internal standar yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan RT yang mendekati RT analit. Pada proses validasi ini, dapat dilihat
dari titik didih yang mendekati titik didih etanol, seperti 2-propanol yang memiliki
titik didih 82,4oC.
18
Pada proses ekstraksi, digunakan pelarut etil asetat untuk mengekstraksi
etanol dalam sampel maupun standar.
a b
Gambar 2. Kromatogram etanol hasil ekstraksi standar ;a) puncak fasa atas, b)
puncak fasa bawah
a b
Gambar 3. Kromatogram hasil tiga kali ekstraksi standar ;a) fasa atas, b) fasa
bawah
Dari Gambar 2. dan Gambar 3. menunjukkan bahwa ekstraksi tidak
sempurna, analit masih terdapat didalam sampel, walaupun jumlah ekstraksi sudah
ditambahkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena konstanta dielektrik antara air,
etanol dan etil asetat. Seharusnya digunakan pelarut yang memiliki konstanta
dielektrik yang jauh dengan air, namun dekat dengan etanol sehingga ketika analit
diekstraksi, analit cenderung untuk terikat dengan pengekstrak dan tidak kembali
lagi ke pelarut semula (air).
19
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Didapat persamaan linearitas y = 73,505x - 0,7962 dan R² = 0,994
2. Didapat konsentrasi alcohol dalam sampel yaitu 15,94% dengan
%Recovery 104,59%
5.2. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2012. How to choose solvent/solvents for mobile phase system of Thin
Layer Chromatography. [online].
http://andyew.staff.umy.ac.id/2012/06/16/how-to-choose-
solventsolvents-for-mobile-phase-system-of-thin-layer-chromatograpy-
bagaimana-memilih-solven-atau-campuran-solven-sebagai-sistem-fase-
gerak-dalam-kromatografi-lapis-tipis/ diakses pada 30 Desember 2019.
21
Krisna, deni. 2010. Kromatografi (Dasar). [online].
https://www.google.com/amp/s/denikrisna.wordpress.com/2010/10/23/kro
matografi-dasar/amp/ diakses pada 23 Desember 2019.
Oktaviani. 2012. Yang Harus Diperhatikan Saat Pakai Hair Tonic untuk Atasi
Rambut Rontok. [online]. https://wolipop.detik.com/makeup-and-
skincare/d-2087279/yang-harus-diperhatikan-saat-pakai-hair-tonic-untuk-
atasi-rambut-rontok diakses pada 14 Oktober 2019.
Poeradisastra. 2004. Perawatan Wajah dan Tubuh Pria. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Rejeki, Sri Endang. 2010. Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara
Kromatografi Gas. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.
22
LAMPIRAN
1. Penentuan Linearitas
Konsentrasi Etanol p.a : 95.57%
Contoh perhitungan pembuatan larutan deret standar :
𝑉1 𝑥 𝐶1 = 𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉1 =
𝐶1
0 𝑥 10
𝑉1 = = 0 𝑚𝐿
95.57
Tabel 1. Data perhitungan konsentrasi larutan standar
Ethanol/2-
Konsentrasi Pengulangan Ethanol 2-butanol Rata - rata
butanol
1 0,000 50,718 0,000
0% 2 0,000 56,607 0,000 0,000
3 0,000 64,065 0,000
1 142,399 65,423 2,177
5% 2 142,872 60,842 2,348 2,242
3 141,548 64,321 2,201
1 337,789 53,936 6,263
10% 2 354,925 57,186 6,206 6,311
3 356,122 55,091 6,464
1 527,162 52,054 10,127
15% 2 616,638 62,885 9,806 9,924
3 603,614 61,354 9,838
1 796,077 57,442 13,859
20% 2 785,641 57,310 13,709 13,814
3 789,016 56,865 13,875
1 1093,295 60,823 17,975
25% 2 1102,295 59,916 18,397 18,061
3 1070,488 60,105 17,810
23
Persamaan yang didapat :
Ethanol/2-butanol 5 %
15.000
10.000
y = 73,505x - 0,7962
5.000 R² = 0,994
R = 0,9969
0.000
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
-5.000
Konsentrasi (%)
2. Uji Akurasi
- Penentuan Konsentrasi Larutan untuk Uji Presisi dan Akurasi
a. High (tanpa pengenceran)
b. Medium (2x pengenceran)
𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 =
𝑓𝑝
25
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 = = 12.5 𝑚𝐿
2
c. Low (4x pengenceran)
𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 =
𝑓𝑝
25
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 = = 6.25 𝑚𝐿
4
Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 379,6492 60,1067 6,316 0,7962 73,505 9,68 9,60
24
tanpa std 414,7747 66,2546 6,260 0,7962 73,505 9,60
tanpa std 480,3773 77,5415 6,195 0,7962 73,505 9,51
dgn std 364,0448 59,5083 6,118 0,7962 73,505 9,41
dgn std 434,7964 70,8828 6,134 0,7962 73,505 9,43 9,41
dgn std 223,1988 36,5943 6,099 0,7962 73,505 9,38
Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 168,393 62,431 2,69726578 0,7962 73,505 4,752691
tanpa std 164,2409 61,7756 2,65866944 0,7962 73,505 4,700183 4,72
tanpa std 193,8528 72,9003 2,65914955 0,7962 73,505 4,700836
dgn std 178,0189 55,17 3,22673373 0,7962 73,505 5,473007
dgn std 159,7128 48,9063 3,2656897 0,7962 73,505 5,526005 5,52
dgn std 152,0591 46,1433 3,29536682 0,7962 73,505 5,566379
Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 71,0337 42,8335 1,65836787 0,7962 73,505 3,339321
tanpa std 74,7563 44,8302 1,66754331 0,7962 73,505 3,351804 3,42
tanpa std 66,1242 36,3042 1,82139257 0,7962 73,505 3,561108
dgn std 156,5555 59,2033 2,64437118 0,7962 73,505 4,680731
dgn std 126,0835 48,5956 2,5945456 0,7962 73,505 4,612946 4,63
dgn std 138,1634 53,4306 2,58584781 0,7962 73,505 4,601113
- Perhitungan Akurasi
Contoh perhitungan akurasi :
𝐶 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100 %
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
9.41
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100 = 62.52%
9.60 + 5.45
C sampel C campuran %
C standar range Keterangan
recovery
High 5,45 9,60 9,41 62,52 90-110 Tidak diterima
25
Medium 5,45 4,72 5,52 54,28 90-111 Tidak diterima
Low 5,45 3,42 4,63 52,20 90-112 Tidak diterima
3. Uji Presisi
Pada uji presisi menggunakan sampel dengan konsentrasi High (tanpa
pengenceran)
Tabel 8. Data hasil pengukuran presisi
Area
Area Area
Pengulangan etanol/2- a b C
Etanol 2-butanol
butanol
1 450,0305 60,5453 7,4330 0,7962 73,505 11,20
2 591,1241 77,3142 7,6457 0,7962 73,505 11,48
3 472,9846 65,3778 7,2346 0,7962 73,505 10,93
4 499,6121 67,2176 7,4328 0,7962 73,505 11,20
5 345,8246 44,427 7,7841 0,7962 73,505 11,67
6 530,2872 69,3694 7,644 0,7962 73,505 11,48
Rata-rata 11,33
Std deviasi 0,2702
%RSD percobaan 2,39
%RSD teori 1,39
HORRAT 1,72
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 𝑥 100
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
0.2702
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 𝑥 100 = 2.39
11.33
%𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 21−0.5 log 𝑐
%𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 21−0.5 log 11.33 = 1.39
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 2.39
𝐻𝑂𝑅𝑅𝐴𝑇 = = = 1.72
% 𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 1.39
26