Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rambut rontok telah menjadi permasalahan bagi sebagian orang, terlebih
bagi kaum wanita. Hair tonic adalah kosmetik perawatan kulit kepala dan rambut
yang digunakan untuk mengurangi rambut rontok, memperkuat akar rambut,
merangsang pertumbuhan rambut, menghilangkan ketombe (medicated tonic),
mempertahankan warna rambut dari kepudaran, sumber nutrisi rambut,
memperbaiki rambut kusam, dan kering menjadi lebih sehat berkilau (Anonim
2001).

Penggunaan hair tonic untuk mengatasi permasalahan pada rambut perlu


diperhatikan, hal ini dikarenaka hair tonic mengandung alcohol yang jika kadarnya
pada suatu produk perawatan rambut melebihi 40% dapat menimbulkan iritasi dan
mengeringkan kulit kepala (Wasitaatmadja, 1997). Atas dasar hal tersebut maka
akan dilakukan penentuan kadar etanol dalam produk hair tonic menggunakan
metode kromatografi gas.

Penggunaan kromatografi gas dalam analisa alcohol sering digunakan


dalam analisa produk kosmetik, makanan, minuman, obat-obatan. Pemilihan
metode kromatografi gas dalam penentuan kadar etanol dianggap memiliki
sensitifitas yang tinggi karena dapat memisahkan molekul suatu campuran dengan
sejumlah kecil cuplikan, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Keuntungan
dari metode kromatografi gas ini adalah mampu menganalisis matriks yang
kompleks, waktu analisis cepat, jumlah sampel yang digunakan untuk analisis
relatif kecil dan kepekaan tinggi (Roth and Blaschke 1998).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengetahui pengujian etanol dalam hair tonic dengan
menggunakan kromatografi gas?
2. Berapa kadar etanol dalam hair tonic dengan menggunakan kromatografi
gas?

1
3. Bagaimana cara melakukan validasi metoda penentuan kadar etanol dalam
hair tonic yang digunakan dengan menggunakan kromatografi gas?

1.3. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk :

1. Mengetahui cara pengujian etanol dalam hair tonic dengan menggunakan


kromatografi gas.
2. Mengetahui kadar etanol dalam hair tonic dengan menggunakan
kromatografi gas.
3. Melakukan validasi metoda penentuan kadar etanol dalam hair tonic yang
digunakan dengan menggunakan kromatografi gas.

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari praktikum ini meliputi verifikasi alat, verifikasi metode,
validasi metode yang digunakan terhadap pengukuran sampel hair tonic yang
mengacu pada jurnal penelitian. Validasi yang dilakukan mengacu kepada CIPAC
3807.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan,


ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian uraian ilmiah mengenai prinsip kerja


spektrofotometer AAS dan parameter validasi berdasarkan kajian literatur.

BAB III METODE PERCOBAAN

Bab ini berisi tentang metodologi yang digunakan untuk


memperoleh data dan informasi dari hasil penelitian.

2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian, pembahasan dan data yang
diperoleh.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang simpulan yang dilengkapi dengan saran


berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hair Tonic


Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan kosmetik
yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau merangsang
pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Ditjen POM., 1985).
Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat pelarut
dan zat khasiat. Zat pelarut yang aman digunakan untuk sediaan bentuk larutan
adalah air, alcohol dan gliserin (Ditjen POM., 1985).
Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar
alcohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut,
sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Ditjen POM., 1985). Zat
khasiat yang digunakan untuk tonik rambut mempunyai efek antara lain,
membersihkan, menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi
darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan
merangsang pertumbuhan rambut (Ditjen POM., 1985).

2.2. Peran Hair Tonic dalam Permasalahan Rambut


Rambut rontok telah menjadi permasalahan bagi sebagian orang, terlebih bagi
wanita. Dimana penelitian wolipop baru-baru ini mengungkapkan sebanyak 50%
partisipan dari 140 responden menjawab bahwa memiliki masalah dengan rambut
rontok (Oktaviani, 2012).

Untuk mengatasi masalah rambut rontok ini tidak cukup hanya dengan
menggunakan shmapo dan conditioner saja. Agar pengobatan lebih maksimal maka
salah satu caranya dapat menggunakan hair tonic (Wasitaatmadja, 1997). Hair tonic
merupakan obat penyubur rambut yang digunakan untuk memperkuat akar rambut,
merangsang tumbuhnya rambut, menghilangkan kotoran pada kulit kepala dan
rambut, memperlancar peredaran darah serta membantu melumasi rambut.

Hair tonik pada prinsipnya adalah memberi kesuburan pada akar rambut. Namun
bila akar rambut tidak ada maka hair tonic tidak ada gunanya. Hal ini bukan karena
kesalahan dari kulit kepala yang membandel atau hair tonicnya yang tidak ampuh,

4
melainkan pada hormon testosteron. Hormon pria ini sebenarnya membantu proses
produksi sperma. Tetapi akibat bereaksi dengan enzim 5-alpha-reductase, hormon
ini berubah bentuk menjadi dehydrotertosteron (DHT). Rangsangan DHT membuat
kantung rambut mengecil sehingga rambut menjadi rontok dan terjadilah
kebotakan. Itulah sebabnya pria lebih banyak botak daripada perempuan
(Poeradisastra, 2004).

2.3. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang
paling tua. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling
awal yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan
juga telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk
kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

2.4. Prinsip Dasar Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam
suatu sampel berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen tersebut ke
dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan.
Selain pemisahan, kromatografi gas juga dapat melakukan pengukuran kadar
komponen - komponen dalam sampel. Pengukuran analit dalam kromatografi gas

5
berdasarkan perbedaan tinggi atau luas puncak sebagai akibat perbedaan
konsentrasi analit. Berdasarkan fasa diamnya kromatografi gas terbagi menjadi dua
bagian yaitu kromatografi gas cair (KGC) dan kromatografi gas padat (KGP).

Pada KGC fasa diamnya berupa cairan yang sukar menguap dan melekat pada
padatan pendukung berupa butiran halus yang inert. Secara lebih spesifik, proses
pemisahan pada KGC terjadi akibat perbedaan partisi komponen-komponen dalam
sampel di antara fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam pada KGP berupa padatan
seperti karbon, zeolit dan silika gel. Dalam hal ini, proses pemisahan terjadi akibat
perbedaan adsorpsi fasa diam terhadap komponen-komponen dalam sampel.
Koefisien distribusi umumnya jauh lebih besar daripada KGC, sehingga KGP
banyak digunakan untuk pemisahan spesi yang tidak ditahan oleh kolom gas-cair,
seperti komponen udara, hidrogen sulfida, karbon disulfida, nitrogen oksida,
karbon monoksida, dan karbon dioksida. Ada beberapa kendala pada KGP yaitu
adsorbsi fasa diam terhadap komponen-komponen sampel bersifat semi permanen
terutama terhadap molekul yang aktif atau molekul yang polar. Disamping itu KGP
seringkali memberikan bentuk kromatografi yang berekor. Kendala lain dari KGP
adalah efektifitas pemisahan komponen sangat dipengaruhi oleh massa molekul
relatif (Mr). KGP lebih efektif untuk pemisahan komponen-komponen dengan Mr
rendah.

2.5. Aplikasi Metode Analisis secara Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif. Kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan dan
mengukur senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan stabil pada
temperatur pengujian, yaitu antara 50oC-300oC. Senyawa yang sukar menguap atau
tidak stabil juga dapat diukur tetapi harus melalui proses derivatisasi terlebih
dahulu. Senyawa-senyawa yang memiliki gugus fungsi atom hidrogen aktif, seperti
–COOH, -OH, -NH, dan –SH dapat mengalami ikatan hidrogen sehingga
senyawanya sukar menguap. Derivatisasi dapat dilakukan melalui reaksi sililasi,
alkilasi atau asilasi. Pada reaksi sililasi terjadi penggantian atom hidrogen aktif oleh
gugus trimetilsilil. Dalam reaksi alkilasi, atom hidrogen aktif pada gugus
karboksilat dan alkohol digantikan oleh gugus alifatik/non alifatik menjadi ester.

6
Sedangkan asilasi adalah reaksi yang mengubah senyawa yang memiliki atom H
aktif menjadi ester, tioester dan amida. Senyawa hasil derivatisasi akan lebih volatil
dibandingkan senyawa sebelumnya sehingga dapat dipisahkan menggunakan
teknik kromatografi gas. Sebagai contoh, lemak tidak bisa dianalisis secara
langsung dengan instrumen kromatografi gas. Oleh karena itu, lemak harus
dihidrolisis menjadi asam lemak lalu asam lemak diesterifikasi dengan pelarut
etanol/metanol dan katalis BF3 sehingga membentuk ester yang mudah menguap.
Adapun pengertian dari analisa kualitatif dan kuantitatif pada kromatografi gas
adalah :

a. Analisis Kualitiatif. Tujuan utama kromatografi adalah memisahkan


komponen komponen yang terdapat dalam suatu sampel. Dengan demikian,
jumlah puncak yang dalam kromatogram menunjukkan jumlah komponen
yang terdapat dalam suatu sampel. Selain digunakan untuk keperluan
pemisahan, kromatografi juga sering kali digunakan dalam analisis
kualitatif senyawa-senyawa yang mudah menguap. Untuk menganalisa
waktu retensi dapat dilakukan dengan membandingkan waktu retensi analit
dengan waktu retensi standar, melakukan ko-kromatografi,
menghubungkan kromatografi gas dengan detector spektrofotometer massa
atau IR, dan menghubungkan kromatografi gas dengan detector NMR.

b. Analisis Kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan kromatografi gas dapat


didasarkan pada salah satu pendekatan, tinggi puncak atau luas puncak
analit dan standar. Tinggi dan luas puncak berbanding lurus dengan
konsentrasi analit yang diinjeksikan. Penggunaan tinggi puncak lebih
mudah diukur dan lebih teliti dibandingkan luas puncak. Metode analisa
kuantitatif terbagi kedalam tiga jenis yaitu metode standar kalibrasi, metode
standar internal dan normalisasi area.

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar Etanol pada hair tonic
yang mengacu pada jurnal penelitian Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi
dengan judul Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara Kromatografi
Gas. Verifikasi dan validasi dilakukan pada metode yang dilakukan pada jurnal
penelitian tersebut.

3.1. Waktu Pelaksanaan

Praktikum dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Dasar dan Instrumen


Analitik yang berada di Gedung Jurusan Teknik Kimia Bawah, Politeknik Negeri
Bandung. Adapun untuk pelaksanaannya dilakukan selama 6 Minggu dari tanggal
3 September 2019 sampai 19 Desember 2019.

3.2. Tahap Persiapan

Pelaksanaan tahap ini dilakukan untuk memulai suatu praktikum sebagai


acuan untuk melaksanakan tahap selanjutnya, tahap persiapan ini mencakup:

3.2.1. Penelusuran Literatur

Penelusuran literatur yang dilakukan mencakup penelusuran tinjauan


pustaka dan prosedur praktikum yang mengarahkan dalam pelaksanaan tugas
penelitian ini. Penelusuran literatur dilakukan pada media seperti internet, artikel
ilmiah, jurnal penelitian, serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Adapun prosedur penelitian mengacu pada jurnal penelitian.

3.2.2. Persiapan Alat dan Bahan

3.2.2.1. Persiapan Peralatan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain labu takar 10
mL, corong pisah, pipet volume 1 dan 5 mL, syringe, pipet tetes, gelas
kimia, buret 10 mL dan 25 mL, batang pengaduk, statif dan klem, tabung

8
reaksi dan rak tabung reaksi, botol wadah, botol semprot, kertas hisap,
dan instrument Trace 1310 Gas Chromatograph.

3.2.3. Persiapan Bahan

Bahan baku atau sampel yang digunakan untuk penentuan kadar Etanol
dalam hair tonic yaitu sampel hair tonic, etil asetat p.a, etil asetat teknis, etanol p.a,
2-butanol, dan 2-butanol 5%.

3.2.4. Persiapan Larutan

3.2.3.1. Penentuan Kadar Etanol

a. Larutan 2-butanol 5%
Larutan 2-butanol 5% dibuat dengan mengencerkan larutan 2-butanol
yang dipipet sebanyak 1.26 mL kedalam labu takar 25 mL.

3.3. Preparasi Sampel

Preparasi sampel untuk penentuan kadar etanol dalam hair tonic yaitu
dengan mengekstraksi 5 mL sampel hair tonic kemudian diekstaksi dengan 5 mL
etil asetat. Ekstraksi dilakukan selama 10 menit, kemudian didiamkan selama 5
menit. Setelah itu fase pelarut dikumpulkan dalam labu takar 10 mL kemudian
ditambahkan dengan 1 mL 2-butanol 5 % dan ditanda bataskan dengan
menggunakan etil asetat.

3.4. Tahap Pelaksanaan

3.4.1. Penentuan Kondisi Operasi Optimum

Siapkan larutan yang akan digunakan untuk menentukan kondisi operasi


seperti etanol, etil asetat, 2-butanol, campuran etil asetat dan butanol, dan campuran
etil asetat : etanol : 2-butanol dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Jika semua alat telah
disiapkan dan GC telah dinyalakan suntikan masing-masing larutan dengan
menggunakan syringe. Untuk menentukan kondisi operasi yang paling optimum,
lakukan pengaturan suhu dengan mengubah suhu injector, suhu detector, dan suhu

9
kolom. Jika sudah didapat kondisi operasi yang paling optimum, catat dan gunakan
kondisi operasi tersebut untuk pengukuran selanjutnya.

3.4.2. Penentuan Selektivitas


Penentuan selektivitas dilakukan dengan membuat campuran etil asetat :
etanol : 2-butanol dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Kemudian larutan tersebut
disuntikan pada GC dengan kondisi operasi yang sudah didapat. Penentuan
selektivitas ini bertujuan untuk melihat apakah kromatogram dari campuran ketiga
larutan ini dapat terpisah atau tidak. Kemudian catat hasil yang sudah didapat.

3.4.3. Penentuan Linearitas Standar


Penentuan linearitas dilakukan dengan membuat enam larutan standar
dengan konsentrasi 0%, 5%. 10%, 15%, 20% dan 25%. Larutan standar tersebut
terdiri dari etanol p.a, 1 mL 2-butanol, dan etil asetat sebagai pelarut. Jika larutan
telah siap, maka lakukan penyuntikan pada GC sebanyak tiga kali untuk setiap
larutan. Penyuntikan sebanyak tiga kali tersebut untuk menentukan presisi dari
alat/instrument yang digunakan. Jika semua larutan telah selesai disuntikan maka
tentukan persmaaan linearitas dan koefisien korelasi (R2).

3.4.4. Validasi Metode


3.4.4.1 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara area


etanol/2-butanol 5% terhadap konsentrasi total (sampel dan standar).

3.4.3.2 Uji Akurasi

Uji akurasi (% Recovery) dilakukan dengan pengulangan analisis sampel


dan standar dengan variasi dibuat sebanyak enam larutan standar, kemudian
dilakukan penghitungan %recovery.

3.4.3.3 Uji Presisi

Penentuan nilai presisi dilakukan berdasarkan repeatability. Presisi


repeatability dilakukan dengan pengulangan pengerjaan terhadap sampel dalam
kondisi sama sebanyak 5 kali lalu menentukan nilai presisinya.

10
3.4.3.4 Uji LoD dan LoQ

Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi diperoleh dari kurva linearitas.

3.5. Pengolahan Data

Data yang diperoleh akan diolah menggunakan aplikasi perangkat lunak


Microsoft Office Excel.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang digunakan untuk mengobati


masalah – masalah yang terjadi pada rambut. Hair tonic adalah produk kosmetik
yang mengandung alcohol, dimana hendaknya alcohol yang terdapat dalam produk
hair tonic ini harus ada dalam kadar serendah mungkin karena kadar alcohol yang
tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut, sehingga dapat
menyebabkan terputusnya struktur protein (Ditjen POM., 1985).

Analisa kadar etanol yang terdapat didalam hair tonic perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya bahaya yang tidak diinginkan. Kadar etanol yang
diperbolehkan terkandung dalam suatu produk hair tonic tidak boleh melebihi 40%
hal ini dikarenakan dapat menimbulkan iritasi dan mengeringkan kulit kepala
(Wasitaatmadja, 1997).

Dalam menentukan kadar etanol dalam hair tonic diperlukan suatu metode
analisa yang telah tervalidasi agar hasil yang diperoleh tepat dan akurat. Validasi
metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut
dapat sesuai untuk peruntukannya (Gandjar, 2007). Validasi metode merupakan
proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur memenuhi standar
reliabilitas, akurasi, presisi, linearitas, range, LOD dan LOQ yang diharapkan
(Ahuja dan Dong, 2005). Adapun metode yang perlu dilakukan validasi adalah
metode yang mencakup sebagai berikut :

- Metode tidak baku, misalnya metode yang berasal dari diktat, text book,
dan jurnal yang belum diakui secara luas
- Metode yang didesain atau dikembangkan oleh suatu laboratorium
- Metode yang mengalami modifikasi sekecil apapun, misalnya
perubahan volume reagensia
- Metode rutin yang digunakan dilaboratorium yang berbeda atau
dilakukan oleh analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda
- Gabungan dari dua atau lebih metode standar

12
Pada penelitian kali ini, validasi metode analisis dilakukan dengan
menggunakan kromatografi gas Trace 1310 dimana validasi metode mengacu pada
jurnal Analisa Etanol dalam Hair Tonic secara Kromatografi Gas. Metode ini
banyak dimodifikasi dan peningkatannya signifikan dalam menentukan konsentrasi
etanol (Tagliaro,1992). Penggunaan standar internal merupakan salah satu
modifikasi dari analisa kromatografi gas. Standar internal yang biasa digunakan
berupa n-propanol dan t-butanol (Zuba,2002). Penggunaan standar internal
bertujuan untuk membandingkan kromatogram standar dengan kromatogram
sampel (Cairn, 2009). Standar internal yang digunakan pada penelitian kali ini
disesuaikan dengan standar internal yang terdapat pada jurnal yaitu 2-butanol 5 %.
Parameter yang akan ditentukan dari validasi ini yaitu untuk mengetahui
selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, LOD dan LOQ.

4.1 Penentuan Kondisi Operasi

Penentuan kondisi operasi penting dilakukan untuk mengetahui kondisi


yang optimum pada analisa etanol dalam hair tonic. Penentuan kondisi operasi ini
dilakukan dengan menyuntikan larutan campuran etanol p.a, 2-butanol p.a dan etil
asetat dengan perbandingan 1:1:1 dengan volume 1 µL. Kondisi operasi yang
dipilih didasarkan pada kemampuan system dalam pemisahan campuran larutan
tersebut.

Dari hasil penelitian didapat kondisi operasi yang optimum yaitu pada suhu
injector 150oC, suhu kolom 70oC, suhu detector 150oC dengan int time 0.5 min.
Pada kondisi operasi tersebut, kromatogram yang dihasilkan memiliki puncak yang
tinggi, ramping, lancip, dan tidak saling tumpeng tindih diantara kromatogramnya
(Krisna,2010).

4.2 Penentuan Selektivitas

Selektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu metode analisis untuk


memberi tanggapan detector terhadap komponen-komponen kimia secara terpisah
(Muharrami,2011). Penentuan selektivitas dilakukan untuk melihat apakah
campuran dari etil asetat : etanol : 2-butanol dengan perbandingan 1:1:1 dapat

13
terpisah dengan baik atau tidak, penentuan selektivitas dilakukan pada kondisi
operasi yang telah didapat.

Selektivitas metode analisis dinyatakan baik jika puncak senyawa etil asetat,
etanol, dan 2-butanol terpisah dengan baik yaitu apabila terjadi pemisahan pada
kromatogram dengan nilai Rs ≥ 1,5 (Astuti,dkk,no date). Berdasarkan gambar 1
kromatogram etil Asetat : etanol : 2-butanol (1:1:1), puncak senyawa etil asetat,
etanol, dan 2-butanol menunjukkan puncak yang terpisah dari puncak lainnya,
selain itu perhitungan semua resolusi menghasilkan nilai Rs ≥ 1,5 sehingga analit
(etanol) dapat diukur dengan menggunakan metode analisis ini.

Gambar 1. Kromatogram etil Asetat : etanol : 2-butanol (1:1:1)

Tabel 1. Data hasil pemisahan etil asetat : etanol : 2-butanol (1:1:1)

Time retention
Senyawa Width ½
(min)
Etil Asetat 2,352 0,042
Etanol 2,598 0,075
2-Butanol 3,357 0,159

14
4.3 Penentuan Linearitas Standar

Linearitas adalah kemampuan metode analisa dalam memberikan respon


proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel pada kisaran yang ada. Uji
linearitas dilakukan dengan membuat enam larutan dengan konsentrasi 0%, 5%,
10%, 15%, 20% dan 25% kemudian dilakukan pengukuran pada instrument Trace
1310 Gas Chromatograph. Penentuan area masing-masing dilakukan 3 replikasi,
dari hasil yang didapat menunjukkan korelasi yang baik dilihat dari nilai r-nya. Dari
pengujian yang dilakukan didapat persamaan dengan y = 73.505x – 0.7962 dan nilai
koefisien korelasi sebesar 0.9969. Dari kurva linieritas yang diperoleh memiliki
nilai koefisien korelasi yang sudah memenuhi kriteria persyaratan, yaitu R ≥ 0.9980
(AOAC,2012). Dengan demikian, metode yang digunakan memiliki linearitas yang
baik, yaitu instrumen mampu menghasilkan kurva linieritas yang proporsional,
semakin tinggi konsentrasi larutan standar etanol yang ditambahkan, maka akan
semakin besar rasio area derivat Area Ethanol/2-butanol 5 % yang diperoleh.

Dilihat dari persamaan linieritas (y = 73.505x – 0.7962), didapat nilai


intercept yang cukup besar, yaitu 73.505, hal tersebut dapat disebabkan karena
senyawa-senyawa yang dianalisa tidak stabil. Sebagai contoh standar etanol yang
digunakan yaitu etanol p.a dimana memiliki konsentrasi 99,5%, namun tidak dapat
dipastikan juga apakah konsentrasi standar etanol sesuai atau tidak karena kondisi
dari larutan etanol p.a tersebut yang tidak baru, sehingga kemungkinan dapat terjadi
perubahan konsentrasi pada larutan etanol p.a tersebut.

15
Kurva Larutan Standar
20.000

15.000

Ethanol/2-butanol 5 %
10.000
y = 73,505x - 0,7962
5.000
R² = 0,994
R = 0,9969
0.000
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
-5.000
Konsentrasi (%)

Gambar 2. kurva larutan standar antara konsentrasi (%) dengan area etanol/2-
butanol 5%

4.4 Uji Akurasi

Akurasi menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit


sebenarnya yang biasanya dinyatakan sebagai persen perolehan kembali atau
recovery (Harmita,2004). Pengujian akurasi dilakukan dengan membuat tiga
konsentrasi larutan yang berebda, yaitu Low (2 kali pengenceran), Medium (4 kali
pengenceran) dan High (Tanpa pengenceran). Kemudian masing-masing larutan
tersebut disuntikan untuk melihat konsentrasi larutan apakah masuk pada range
yang telah ditentukan atau tidak. Berikut adalah hasil dari pengujian akurasi :

Tabel 2. Data Validasi Akurasi

C
C std C camp % recovery range Keterangan
sampel
High 5.45 9.60 9.41 62.52 90-110 Tidak diterima
Medium 5.45 4.72 5.52 54.28 90-110 Tidak diterima
Low 5.45 3.42 4.63 52.20 90-110 Tidak diterima

Dari perhitungan yang didapat dan dibandingkan dengan range pada standar
diketahui bahwa semua konsentrasi larutan tidak masuk kedalam range yang telah

16
ditentukan (tidak diterima). Dengan nilai yang berada dibawah range yang telah
ditentukan.

4.5 Uji Presisi

Tabel 3. Data Validasi Presisi

Pengulangan Etanol 2-butanol e/b a b C


1 450,0305 60,5453 7,4330 0,7962 73,505 11,20
2 591,1241 77,3142 7,6457 0,7962 73,505 11,48
3 472,9846 65,3778 7,2346 0,7962 73,505 10,93
4 499,6121 67,2176 7,4328 0,7962 73,505 11,20
5 345,8246 44,427 7,7841 0,7962 73,505 11,67
6 530,2872 69,3694 7,644 0,7962 73,505 11,48

Kecermatan atau presisi diartikan sebagai perbedaan dari hasil penentuan


berulang kali (2-10 kali) dengan protocol atau prosedur analisis yang diikuti ketat
secara sama (Muharrami,2011). Penentuan presisi dilakukan dengan membuat
enam larutan dengan konsentrasi high(tanpa pengenceran) kemudian dilakukan
penyuntikan pada alat kromatografi gas sebanyak 1 µL. Hasil perhitungan pada
Tabel 2. Menunjukkan nilai rata-rata konsentrasi sebesar 11,33; Standar Deviasi
sebesar 0,2702; RSD percobaan sebesar 2,39; RSD teori sebesar 1,39 dan nilai
HORRAT 1,72. Berdasarkan Horwits, syarat keberterimaan HORRAT < 2,
sedangkan nilai yang didapatkan sebesar 1,72, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kepresisian dari metode tersebut valid.

4.5 Kendala yang dihadapi


Pada saat praktikum, terdapat kendala yang dihadapi, antara lain hasil area
2-butanol 5% yang tidak selalu konstan. Oleh karena itu, dilakukan cara agar
didapatkan area 2-butanol 5 % yang konstan. Pertama, dilakukan proses
homogenisasi pada larutan sebelum disuntikan dengan cara digojok beberapa kali.
Proses homogenisasi dilakukan agar konsentrasi larutan menyebar merata sehingga
nilai area yang dihasilkan dapat konstan. Kedua, cara penyuntikan larutan ke
injector sangat berpengaruh pada nilai area yang dihasilkan. Oleh karena itu, sebisa
mungkin dilakukan kondisi penyuntikan yang seragam, seperti proses pembilasan
syringe, lama waktu syringe didiamkan di injector, dan jangka waktu penekanan

17
start setelah penyuntikan. Proses penyuntikan sangat mempengaruhi hasil analisa
kuantitatif. Untuk mengatasi agar kondisi penyuntikan seragam biasanya di
industry – industry yang menggunakan GC digunakan alat autosampler.
Selain hasil area 2-butanol 5% yang tidak selalu konstan, kendala yang
dihadapi yaitu pada proses ekstraksi, khususnya setelah dilakukan penambahan
larutan standar. Hal tersebut dikarenakan sulitnya melakukan pemisahan karena
pada hasil ekstraksi tidak terbentuk dua fasa, meskipun setelah didiamkan dalam
waktu tertentu. Proses pemisahan dapat terjadi karena perbedaan kepolaran kedua
larutan. Oleh karena itu, proses pemisahan sulit terjadi karena kepolaran larutan
etanol (analit dan standar) dengan etil-asetat (pelarut) yang tidak berbeda jauh yaitu
4.3 untuk etanol dan 4.4 untuk etil-asetat (Andy,2012). Selain itu titik didih pun
berpengaruh pada hasil yang didapat setelah penyuntikan.
Pada proses validasi ini, terjadi kesulitan pada pengujian parameter akurasi.
Kesulitan yang dihadapi yaitu data %Recovery yang didapat tidak masuk kedalam
range yang ditentukan. Hal ini dapat disebabkan karena pemilihan internal standar
dan pelarut pengekstrak yang tidak tepat. Peran internal standar digunakan untuk
menjadi pembanding pada penentuan konsentrasi analit. Pemilihan internal standar
pada proses validasi ini tidak tepat karena RT yang dihasilkan antara analit (etanol)
dengan internal standar (2-butanol) yang terlalu jauh sehingga menyebabkan peran
internal standar menjadi kurang berpengaruh. Penambahan internal standar
cenderung menggeser RT analit sehingga hal ini dapat mengganggu keakuratan
pengukuran.
Seharusnya digunakan internal standar yang mempunyai kemungkinan
menghasilkan RT yang mendekati RT analit. Pada proses validasi ini, dapat dilihat
dari titik didih yang mendekati titik didih etanol, seperti 2-propanol yang memiliki
titik didih 82,4oC.

18
Pada proses ekstraksi, digunakan pelarut etil asetat untuk mengekstraksi
etanol dalam sampel maupun standar.

a b
Gambar 2. Kromatogram etanol hasil ekstraksi standar ;a) puncak fasa atas, b)
puncak fasa bawah

a b
Gambar 3. Kromatogram hasil tiga kali ekstraksi standar ;a) fasa atas, b) fasa
bawah
Dari Gambar 2. dan Gambar 3. menunjukkan bahwa ekstraksi tidak
sempurna, analit masih terdapat didalam sampel, walaupun jumlah ekstraksi sudah
ditambahkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena konstanta dielektrik antara air,
etanol dan etil asetat. Seharusnya digunakan pelarut yang memiliki konstanta
dielektrik yang jauh dengan air, namun dekat dengan etanol sehingga ketika analit
diekstraksi, analit cenderung untuk terikat dengan pengekstrak dan tidak kembali
lagi ke pelarut semula (air).

19
BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Didapat persamaan linearitas y = 73,505x - 0,7962 dan R² = 0,994
2. Didapat konsentrasi alcohol dalam sampel yaitu 15,94% dengan
%Recovery 104,59%

5.2. Saran

Sebelum melakukan percobaan analisa atau validasi, sebaiknya


praktikan mengetahui secara detail karakteristik dari setiap analit yang
digunakan seperti titik didih, kepolaran, konstanta dielektik, masa jenis
sehingga proses analisa dan pre-treatment dapat dilakukan lebih mudah
dan menghasilkan data yang lebih akurat. Sediakan tempat pembuangan
yang khusus untuk masing-masing larutan agar sisa larutan dapat
terkumpul dalam satu wadah. Sebelum melakukan analisa sebaiknya
praktikum mengetahui pula karakteristik dari instrument yang digunakan
seperti jenis detector, jenis kolom, dan sifat kolomnya. Praktikun pun perlu
mengetahui detail dari fungsi setiap pengaturannya, agar memudahkan
pada proses pengaturan data yang akan dihasilkan. Pelajari terlebih dahulu
alat yang akan digunakan, sebelum menggunakannya secara langsung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, S., dan Dong, M.W., 2005, Handbook of Pharmaceutical Analysis by


HPLC, Elsevier, London, hal. 20-22.

Andy. 2012. How to choose solvent/solvents for mobile phase system of Thin
Layer Chromatography. [online].
http://andyew.staff.umy.ac.id/2012/06/16/how-to-choose-
solventsolvents-for-mobile-phase-system-of-thin-layer-chromatograpy-
bagaimana-memilih-solven-atau-campuran-solven-sebagai-sistem-fase-
gerak-dalam-kromatografi-lapis-tipis/ diakses pada 30 Desember 2019.

Anonim. No date. Uraian Materi Prinsip Dasar Kromatografi Gas. [online].


http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/1673/mod_resourc
e/content/1/KB4.pdf diakses pada 14 Oktober 2019.

Anonim. No date. Landasan Teori. [online].


https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/595/jbptunikompp-gdl-girirakasi-
29725-9-unikom_g-i.pdf diakses pada 14 Oktober 2019.

Anonim. 2001. Merawat Kulit Kepala dan Rambut secara Kering,


http://www./merawat_kulit_kepala_dan_rambut_secara_kering[1].pdf.
diakses pada 14 Oktober 2019.

[AOAC] Association of Analytical Communities. 2012. AOAC Official Methods


Of Analysis, Appendix K: Guidelines for Single Laboratory Validation
of Chemical Methods for Dietary Supplements and Botanicals.

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi Edisi : Kedua, Penerjemah : Puspita.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari : Essentials of
Pharmaceutical Chemistry Second Edition.

Ditjen POM. 1985.Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Perhitungannya.


Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117135.

21
Krisna, deni. 2010. Kromatografi (Dasar). [online].
https://www.google.com/amp/s/denikrisna.wordpress.com/2010/10/23/kro
matografi-dasar/amp/ diakses pada 23 Desember 2019.

Oktaviani. 2012. Yang Harus Diperhatikan Saat Pakai Hair Tonic untuk Atasi
Rambut Rontok. [online]. https://wolipop.detik.com/makeup-and-
skincare/d-2087279/yang-harus-diperhatikan-saat-pakai-hair-tonic-untuk-
atasi-rambut-rontok diakses pada 14 Oktober 2019.

Muharrami, Laila Khamsatul. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol dengan


Kromatografi Gas. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas
Pertanian.

Poeradisastra. 2004. Perawatan Wajah dan Tubuh Pria. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Raharjo, Kevin. 2017. Apa yang dimaksud dengan Rekristalisasi?. [online].


https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-rekristalisasi/13064
diakses pada 30 Desember 2019.

Rejeki, Sri Endang. 2010. Analisis Etanol dalam Hair Tonic dan Hair Spray secara
Kromatografi Gas. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.

Roth HJ, Blaschke G. 1998. Analisis Farmasi. Sarjono K, Slamet I, penerjemah;


Sriewoelan S, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Terjemahan dari: Pharmazeutische Analytik. 427-431.

Tagliaro F, Lubli G, Ghielmi S, 1992,. Chromatographic methods for bloodalcohol


determination. J Chromatogr.;580:161–190.

Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Kosmetik Medik, Universitas Indonesia, Jakarta.

Zuba D, Parczewski A, Reichenbacher M., 2002, Optimization Of Solid-Phase


Microextraction Conditions For Gas Chromatographic Determination Of
Ethanol And Other Volatile Compounds In Blood, J Chromatogr B Analyt.

22
LAMPIRAN

1. Penentuan Linearitas
Konsentrasi Etanol p.a : 95.57%
Contoh perhitungan pembuatan larutan deret standar :
𝑉1 𝑥 𝐶1 = 𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉2 𝑥 𝐶2
𝑉1 =
𝐶1
0 𝑥 10
𝑉1 = = 0 𝑚𝐿
95.57
Tabel 1. Data perhitungan konsentrasi larutan standar

Konsentrasi Volume Etanol p.a


Etanol std (%) (mL)
0 0
5 0.5
10 1.0
15 1.6
20 2.1
25 2.6

Tabel 2. Data hasil pengujian linearitas

Ethanol/2-
Konsentrasi Pengulangan Ethanol 2-butanol Rata - rata
butanol
1 0,000 50,718 0,000
0% 2 0,000 56,607 0,000 0,000
3 0,000 64,065 0,000
1 142,399 65,423 2,177
5% 2 142,872 60,842 2,348 2,242
3 141,548 64,321 2,201
1 337,789 53,936 6,263
10% 2 354,925 57,186 6,206 6,311
3 356,122 55,091 6,464
1 527,162 52,054 10,127
15% 2 616,638 62,885 9,806 9,924
3 603,614 61,354 9,838
1 796,077 57,442 13,859
20% 2 785,641 57,310 13,709 13,814
3 789,016 56,865 13,875
1 1093,295 60,823 17,975
25% 2 1102,295 59,916 18,397 18,061
3 1070,488 60,105 17,810

23
Persamaan yang didapat :

Kurva Larutan Standar


20.000

Ethanol/2-butanol 5 %
15.000

10.000
y = 73,505x - 0,7962
5.000 R² = 0,994
R = 0,9969
0.000
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%
-5.000
Konsentrasi (%)

Tabel 3. Data hasil pengukuran Sampel

Area Area 2- Konsentrasi Rata-


Pengulangan PAR
Ethanol butanol (%) rata (%)
1 290,0069 57,0764 5,081 8,00
7,97
2 375,2822 74,4092 5,043 7,94

2. Uji Akurasi
- Penentuan Konsentrasi Larutan untuk Uji Presisi dan Akurasi
a. High (tanpa pengenceran)
b. Medium (2x pengenceran)
𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 =
𝑓𝑝
25
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 = = 12.5 𝑚𝐿
2
c. Low (4x pengenceran)
𝑉 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 =
𝑓𝑝
25
𝑉 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡 = = 6.25 𝑚𝐿
4

Tabel 4. Data pengukuran akurasi konsentrasi HIGH

Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 379,6492 60,1067 6,316 0,7962 73,505 9,68 9,60

24
tanpa std 414,7747 66,2546 6,260 0,7962 73,505 9,60
tanpa std 480,3773 77,5415 6,195 0,7962 73,505 9,51
dgn std 364,0448 59,5083 6,118 0,7962 73,505 9,41
dgn std 434,7964 70,8828 6,134 0,7962 73,505 9,43 9,41
dgn std 223,1988 36,5943 6,099 0,7962 73,505 9,38

Tabel 5. Data pengukuran akurasi konsentrasi MEDIUM

Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 168,393 62,431 2,69726578 0,7962 73,505 4,752691
tanpa std 164,2409 61,7756 2,65866944 0,7962 73,505 4,700183 4,72
tanpa std 193,8528 72,9003 2,65914955 0,7962 73,505 4,700836
dgn std 178,0189 55,17 3,22673373 0,7962 73,505 5,473007
dgn std 159,7128 48,9063 3,2656897 0,7962 73,505 5,526005 5,52
dgn std 152,0591 46,1433 3,29536682 0,7962 73,505 5,566379

Tabel 6. Data pengukurasi akurasi konsentrasi LOW

Area
Area Area C rata-
etanol/2- a b C
etanol 2-butanol rata
butanol
tanpa std 71,0337 42,8335 1,65836787 0,7962 73,505 3,339321
tanpa std 74,7563 44,8302 1,66754331 0,7962 73,505 3,351804 3,42
tanpa std 66,1242 36,3042 1,82139257 0,7962 73,505 3,561108
dgn std 156,5555 59,2033 2,64437118 0,7962 73,505 4,680731
dgn std 126,0835 48,5956 2,5945456 0,7962 73,505 4,612946 4,63
dgn std 138,1634 53,4306 2,58584781 0,7962 73,505 4,601113

- Perhitungan Akurasi
Contoh perhitungan akurasi :
𝐶 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100 %
𝐶 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝐶 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
9.41
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥 100 = 62.52%
9.60 + 5.45

Tabel 7. data hasil perhitungan akurasi

C sampel C campuran %
C standar range Keterangan
recovery
High 5,45 9,60 9,41 62,52 90-110 Tidak diterima

25
Medium 5,45 4,72 5,52 54,28 90-111 Tidak diterima
Low 5,45 3,42 4,63 52,20 90-112 Tidak diterima

3. Uji Presisi
Pada uji presisi menggunakan sampel dengan konsentrasi High (tanpa
pengenceran)
Tabel 8. Data hasil pengukuran presisi

Area
Area Area
Pengulangan etanol/2- a b C
Etanol 2-butanol
butanol
1 450,0305 60,5453 7,4330 0,7962 73,505 11,20
2 591,1241 77,3142 7,6457 0,7962 73,505 11,48
3 472,9846 65,3778 7,2346 0,7962 73,505 10,93
4 499,6121 67,2176 7,4328 0,7962 73,505 11,20
5 345,8246 44,427 7,7841 0,7962 73,505 11,67
6 530,2872 69,3694 7,644 0,7962 73,505 11,48
Rata-rata 11,33
Std deviasi 0,2702
%RSD percobaan 2,39
%RSD teori 1,39
HORRAT 1,72
𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 𝑥 100
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

0.2702
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 = 𝑥 100 = 2.39
11.33
%𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 21−0.5 log 𝑐
%𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 21−0.5 log 11.33 = 1.39
% 𝑅𝑆𝐷 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 2.39
𝐻𝑂𝑅𝑅𝐴𝑇 = = = 1.72
% 𝑅𝑆𝐷 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 1.39

26

Anda mungkin juga menyukai