Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FITOKIMIA

PRAKTIKUM VI

IDENTIFIKASI KURKUMIN PADA EKSTRAK TEMULAWAK

OLEH

Nama Praktikan : Ni Kadek Amelia Rosita Dewi

NIM : 201021055

Kelas : A5B

Kelompok : 3 (Tiga)

Hari dan Tanggal : Senin, 26 Desember 2022

Nama Dosen Koordinator :apt. I Putu Gede Adi Purwa Hita,


S.Farm.,M.Farm

Nama Asisten Dosen :

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR
2022/2023
V. Hasil Pengamatan

Perhitungan RF dengan jarak tempuh elusi 7 cm


Fase Gerak → kloroform : etanol 96% : asam asetat (94 : 5 : 1)

KLT Bercak noda (cm) Nilai RF


Etanol 96 % 5,8 cm dan 6,8 cm 0,82 dan 0,97
Etanol 80 % 6,9 cm 0,98
Etanol 70 % 5 cm ;6 cm ;dan 6,9 cm 0,71 ;0,85 ; dan 0,98
Etanol 50 % 5,7 cm dan 6,8 cm 0,81 dan 0,97

Cara Perhitungan :

Nilai RF

1. Etanol 96 % → a.
RF = 0,82

b.
RF 0,97

2. Etanol 80 % → a.
RF 0,98

3. Etanol 70 % → a.
RF 0,71

b.
RF 0,85

c.
RF 0,98
4. Etanol 50 % → a.
RF 0,81

b.
RF 0,97

VI. Pembahasan
Pada Prakikum kali ini, dilakukan Idenifikasi Kurkumin pada
Ekstrak Temulawak. Adapun tujuan dari prakikum kali ini adalah
mahasiswa mampu mengetahui dan memahami noda dan warna dari
kurkuminoid pada pelarut dengan konsentrasi yang berbeda dan
mahasiswa mampu mengetahui dan memahami noda dan warna dari
kurkuminoid pada ekstrak bertingkat dengan pelarut yang berbeda.
Tanaman yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
temulawak. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) adalah salah satu
tumbuhan obat keluarga Zingiberaceae yang banyak tumbuh dan
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia. Temulawak
diketahui memiliki banyak manfaat salah satunya potensi sebagai
antioksidan. Komponen aktif yang bertanggung jawab sebagai antioksidan
dalam rimpang temulawak adalah kurkumin. Kandungan kurkumin dalam
rimpang temulawak kering sebesar 2,02%. Kandungan utama kurkuminoid
yang terdiri dari tiga komponen yaitu kurkumin, demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin. (Modi G. And Pitre K. S., 2010).
Metode ekstraksi merupakan metode penyarian zat berkhasiat atau
zat aktif dari bagian tanaman dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Proses ekstraksi dilakukan bertujuan untuk mengambil senyawa kimia
yang terkandung dalam sampel. Prinsip ekstraksi didasarkan pada
perpindahan masa komponen zat yang terlarut ke dalam pelarut sehingga
terjadi perpindahan pada lapisan antar muka dan berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Harborne, J.B. 1987). Pelarut yang digunakan pada penelitian ini
adalah etanol 96%, etanol 80%, etanol 70% dan etanol 50% sebagai
pelarut polar. Dalam hal penyarian, etanol memiliki kelebihan
dibandingkan dengan air dan metanol. Senyawa kimia yang mampu disari
dengan etanol lebih banyak dari pada penyari metanol dan air (Azizah dan
Salamah. 2013). Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini
adalah maserasi, karena metode ini lebih sederhana, mudah dan tanpa
pemanasan.
Pada prakikum ini langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat masing-masing pelarut (etanol 96%, etanol 80%, etanol 70% dan
etanol 50%), kemudian menimang serbuk rimpang temulawak sebanyak 1
gram. Setelah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, selanjutnya
serbuk rimpang temulawak sebanyak 1 gram dimaserasi dengan masing-
masing pelarut (etanol 96%, etanol 80%, etanol 70% dan etanol 50%)
sebanyak 20 ml (digojoj selama 10 menit) kemudian disaring.
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya
dilakukan dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam
wadah tertutup. Pengadukan dilakukan dapat meningkatkan kecepatan
ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu
yang cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh dapat menghabiskan
sejumlah besar volume pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit.
Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang
terlarut pada suhu kamar (27˚C). Ekstraksi secara maserasi dilakukan pada
suhu kamar (27˚C), sehingga tidak menyebabkan degradasi metabolit yang
tidak tahan panas (Departemen Kesehatan RI. 2006)
Pada prinsipnya metode maserasi dengan pengadukan merupakan
perendaman bahan dalam pelarut yang cocok disertai dengan adanya
pengadukan endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan
(Sembiring et al, .2006). Pelarut – pelarut tersebut ada yang besrsifat polar
contohnya air dan ethanol, ada juga pelarut yang bersifat non polar seperti
aseton, etil asetat.
Pada penelitian ini rendemen ekstrak temulawak yang diperoleh
dari proses maserasi, menggunakan pelarut etanol 96%, etanol 80%, etanol
70% dan etanol 50%. Pelarut  etanol besifat polar dan dapat mengekstraksi
senyawa polar lebih banyak pada bahan baku yang digunakan daripada
menggunakan pelarut aseton dan etil asetat. Ethanol mempunyai polaritas
tinggi sehingga dapat mengekstrak oleoresin lebih banyak dibandingkan
pelarut organik lainnya seperti heksan. Ethanol mudah melarutkan
senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak seperti karbohidrat dan
senyawa organik lainnya.
Langkah selanjutnya yaitu langkah kedua. Setelah dilakukan
penyaringan, filtrat diuapkan sempai 5 ml menggunakan penangas air
sedangkan maserat disimpan. Filtrat sebanyak 5 ml dari masing-masing
pelarut (etanol 96%, etanol 80%, etanol 70% dan etanol 50%), kemudian
ditotolkan menggunakan pipa kapiler masing-masing 3 totolan pada plat
KLT dan dielusi menggunakan fase gerak kloroform : etanol 96% : asam
asetat (94 : 5 : 1).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode
pemisahan komponen menggunakan fase diam berupa plat dengan lapisan
bahan adsorben inert dan fase geraknya berupa cairan atau gas. KLT
merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan
untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan menggunakan KLT, di
antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam kategori
kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis
fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Fessenden,2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang
sederhana yang banyak digunakan, metode ini menggunakan  lempeng
kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan
kering. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada kempeng kaca, pada
dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian
bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang
tertutup (Soebagio, 2002).
Penggunaan umum kromatografi lapis tipis adalah untuk
menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa,
memantau berjalannya suatu reaksi, dan menentukan efektivitas
pemurnian. Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisis
solut-solut organik, baik untuk analisis kualitatif dengan cara
membandingkan nilai Rf solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk
analisis kuantitatif (Gandjar & Rohman, 2012).
Hasil nilai Rf yang diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Etanol 96 % → 0,82 dan 0,97
b. Etanol 80 % → 0,98
c. Etanol 70 % → 0,71; 0,85; dan 0,98
d. Etanol 50 % → 0,81 dan 0,97
Hasil yang di harapkan (mengandung kurkuminoid) yaitu terbentuk
3 noda pada plat dengan Rf masing- masing : noda warna kuming
(Rf=1,2), noda warna jingga (Rf=1,45) noda warna jingga tua (Rf=2,2)
dimana masing - masing menunjukkan kandungan dari
desmetoksikurkumin, bisdesmetoksikurkumin, dan kurkumin.
Nilai Rf umumnya tidak sama dari laboratorium ke laboratorium
lain bahkan pada waktu analisis yang berbeda dalam laboratorium yang
sama, sehingga perlu dipertimbangkan penggunaan Rf relatif yaitu nilai Rf
noda senyawa dibandingan noda senyawa lain dalam lempeng yang sama.
Faktor-faktor yang menyebabkan nilai Rf bervariasi meliputi dimensi dan
jenis ruang, sifat dan ukuran lempeng, arah aliran fase gerak, volume dan
komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan, kelembaban, dan metode
persiapan sampel KLT sebelumnya. (Lestyo, Wulandari. 2011).
VII. Kesimpulan
7.1 Kesimpulan
1. Metode ekstraksi merupakan metode penyarian zat berkhasiat atau
zat aktif dari bagian tanaman dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Proses ekstraksi dilakukan bertujuan untuk mengambil
senyawa kimia yang terkandung dalam sampel. Maserasi adalah
proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan
dengan merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam
wadah tertutup.
2. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman
yang mengandung kurkuminoid. Kandungan utama kurkuminoid
yang terdiri dari tiga komponen yaitu kurkumin,
demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin.
3. Hasil nilai Rf yang diperoleh adalah sebagai berikut : a) Etanol 96
% → 0,82 dan 0,97. b) Etanol 80 % → 0,98. c) Etanol 70 % →
0,71; 0,85; dan 0,98. d) Etanol 50 % → 0,81 dan 0,97
4. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai Rf bervariasi meliputi
dimensi dan jenis ruang, sifat dan ukuran lempeng, arah aliran fase
gerak, volume dan komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan,
kelembaban, dan metode persiapan sampel KLT sebelumnya.
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum
selanjutnya yaitu praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan
praktikum dan mencari lebih banyak materi terkait materi aau
praktikum yang dilakukan. Saya masih memerlukan masukan atau
saran yang dapat membantu menjadi lebih baik lagi serta lebih
informatif kedepannya. Maka dari itu saya harapkan para pembaca
dapat memberikan saran serta kritik untuk membantu mendapatkan
informasi-informasi baru lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, 591, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Jakarta, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

A Hardjono, S., 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, Hal 2, 9-15.

Azizah, B. Dan Salamah, N. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik Dan


Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol Dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit. Pharmaciana, 3(1).

Bagem Br. S., Ma’mun., Edi Ig., 2006, Pengaruh Kehalusan Bahan Dan Lama

Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorriza


Roxb),Bul, Littro, Vol. Xvii No.2, 53-58.
Depkes Ri. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 2. Jakarta :
Depkes Ri.

Fessenden R.J Dan J.S Fessenden. 2003. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta,
Erlangga

Gandjar, I.G Dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektroskopi Dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Geo, Espinosa. 2012. Meriva Curcumin Extract And Prostate Health. Paper,
Integrative Urological Center. University Langone Medical Center. New
York.

Kunia Kabela. 2006. Temulawak Ginsengnya Indonesia. Jakarta

Lestyo, Wulandari. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : Pt Taman Kampus


Presindo.

Lukman, A. H & Toga S. 1985. Temulawak Khasiat Dan Aneka Kegiatannya.


Symposium Nasional Temulawak. Bandung

Modi G. And Pitre K. S., 2010. Electrochemical Analysis Of Natural


Chemopreventive Agent (Curcumin) In Extracted Sample And
Pharmaceutical Formulation, J Def. Sci., Vol. 60, 255-258.

R. Rukmana. 2006. Temulawak Tanaman Rempah Dan Obat. Yogyakarta :


Kanisius

Salim Lubis, Moch. A. 1983. Pengobatan Tradisional Dalam Resep-Resep Barat,


Timur Dan Cina. Pekalongan

Sembiring, E. R. 2006. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung


Jawab Sosial. Maksi.

Sidik. 2006. Gerakan Nasional Minum Temulawak (Online)


(Https://Www.Majalahfarmacia.Comrubricone_News) Di Akses Pada 11
Desember 2022.

Soebagio., 2002. Kimia Analitik. Universitas Negeri Makassar Fakultas


Mipa,Makassar.
Soedibyo B. R. A. M., 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat Dan Kegunaan.
Jakarta: Balai Pustaka. Pp: 81

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, Diterjemahkan

Oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Warintek, 2006. Temulawak, Badan Riset Dan Teknologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai