Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FITOKIMIA

PRAKTIKUM II
IDENTIFIKASI PIPERIN DARI PIPERIS ALBI DAN PIPERIS NIGRI

OLEH
Nama Praktikan : Ni Kadek Amelia Rosita Dewi

NIM : 201021055

Kelas : A5B

Kelompok : 3 (Tiga)

Hari dan Tanggal : Senin, 24 Oktober 2022

Nama Dosen Koordinator : apt. I Gusti Ayu Agung Septiari, S.Farm., M.S

Nama Asisten Dosen : Putu Rismayanti Putri

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2022/2023
V. Hasil Pengamatan

Fase gerak : n-heksana -kloroform (25:75)

KLT 1:

Perhitungan Rf dengan jarak tembuh ilusi : 7,5cm

KLT Bercak noda (cm) Nilai RF

Sari 1 2,8 0,37

Sari 2 2,6 0,34

KLT 2:

Perhitungan Rf dengan jarak tembuh ilusi : 7,5cm

KLT Bercak noda (cm) Nilai RF

Sari 1 2,1 0,28

Sari 2 2 0,26

Cara perhitungan :

2,8
KLT 1 = sari 1» nilai Rf = =0,37
7,5

2.6
= sari 2» nilai Rf = =0,34
7,5

2,1
KLT 2 = sari 1» nilai Rf = =0,28
7,5
2
= sari 1» nilai Rf = =0,26
7,5

VI. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan uji isolasi dan identifikasi piperin dari
Piperis Nigri digunakan sampel serbuk merica pada. Tujuan dari percobaan
kali ini adalah untuk dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin
dari Piperis nigri fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.

Isolasi dari piperin pada sampel merica menggunakan metode


sokletasi. Sokletasi merupakan metode pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyarian berulang menggunakan
pelarut tertentu sehingga seluruh komponen dapat terisolasi. Prinsip dari
sokletasi ialah penyarian berulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan
pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit. Bila proses penyarian telah
selesai, maka pelarut akan diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang
tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi
tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara


pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi diuapkan
dengan rotari evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila
suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat
padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan
(Drastinawati, 2013).
Pada alat sokletasi, terdiri dari beberapa komponen diantaranya
kondensor, timbal/slongsong, pipa f, sifon, dan labu alas bulat. Kondensor
berfungsi sebagai pendingin balik dan juga untuk mempercepat proses
pengembunan. Uap dari pelarut yang telah melewati pipa f akan di embunkan
pada kondensor dan berubah menjadi tetesan dan jatuh pada sampel. Pipa f
berfungsi sebagai tempat lewatnya uap bagi pelarut yang menguap dari
proses penguapan. Sifon berfungsi sebagai indikator perhitungan siklus
dimana bila pada sifon telah penuh larutan maka akan jatuh ke labu alas bulat
dan menandai telah terjadi 1 siklus. Timbal/slongsong berfungsi sebagai
wadah untuk sampel yang akan diambil zatnya dan labu alas bulat berfungsi
sebagai wadah untuk pelarut dan senyawa yang telah tersari.

Pada isolasi piperin, digunakan metode sokletasi dikarenakan terdapat


beberapa kelebihan pada metode tersebut. Pada isolasi piperin dapat
menggunakan pelarut etanol yang mudah menguap sehingga sesuai bila
digunakan metode sokletasi dimana pada metode tersebut pelarut harus dapat
dengan mudah menguap agar dapat menyari sampel pada tabung selongsong.
Selain itu, dengan penggunaan sokletasi, pelarut yang digunakan tidak terlalu
banyak dan tidak mudah jenuh karena setiap kali selesai menyari, pelarut akan
diuapkan kembali dari labu alas bulat dan meninggalkan senyawa tersari yang
memiliki titik didih yang berbeda dari pelarut. Hal ini menyebabkan senyawa
yang dapat tersari akan lebih maksimal.

Proses isolasi dengan sokletasi juga memakan waktu yang lebih


sedikit dibandingkan metode lain seperti maserasi karen tidak perlu
melakukan perendaman hingga berjam-jam. Selain itu, senyawa piperin
merupakan senyawa yang tahan terhadap pemanasan sehingga cocok bila
digunakan metode sokletasi. Pada percobaan, digunakan sampel serbuk
merica sebanyak 4g. Digunakan serbuk sampel karena ukuran kecil pada
sampel akan memperluas permukaan kontak dengan penyari semakin besar
dan senyawa aktif dapat tersari dengan lenih mudah. Sampel dimasukkan ke
dalam kertas saring dan ditaruh pada pipa slongsong yang berfungsi sebagai
tempat menaruh sampel. Hal ini dilakukan agar serbuk merica tidak
menyumbat pipa sifon dari alat soxhlet sehingga proses ekstraksi dapat
berlangsung dengan lancer. Metode soxhlet dipilih karena pelarut yang
digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan
melalui sifon selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi waktu yang
digunakan lebih cepat. Ektraksi dilakukan dengan penambahan pelarut etanol
96%. Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman piperis
nigrii yaitu etanol 96% akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam etanol 96%
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan
berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
di dalam dan di luar sel.

Hasil dari ekstraksi didinginkan dan disaring dengan kertas saring


dengan kertas saring untuk memisahkan sari dari bagian yang tidak larut.
Kemudian diuapkan dengan rotary evaporator sampai konsentrasi sampel
berkurang didapatkan ekstrak kental. Etanol yang meiliki titik didih rendah
akan menguap meningkatkan zat aktif pada rotary evaporator. Penguapan
terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran labu alas bulat.
Untuk menghilangkan etanol 96% digunakan suhu 60 – 80oC. Ekstrak kental
yang telah diperoleh kemudian di dinginkan kembali dan diberikan KOH
etanolik 10% sebanyak 10ml. Tujuan dari pemberian KOH etanolik 10%
untuk memisahkan senyawa resin dengan meminimalkan pembentukan garam
sehingga didapatkan alkaloida yang murni. Endapan dipisahkan dengan
penyaringan dengan kertas saring, kemudian didapatkan sari yang jernih.
Sebelum disaring terlebih dahulu didinginkan. Setelah penambahan KOH
etanolik, dilakukan penyaringan kembali dengan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dan endapan resin akibat pemberian KOH etanolik.
Penyaringan kembali bertujuan untuk memisahkan filtrat dengan endapan
resin akibat pemberian KOH etanolik.

Proses selanjutnya ialah uji analisis kualitatif dengan metode KLT.


Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode kromatografi yang
didasarkan pada prinsip adsorbsi. KLT dilakukan untuk uji kualitatif
berdasarkan perbandingan nilai Rf sampel dan standar. Prinsip dari KLT ialah
pemisahan yang terjadi didasarkan pada perbedaan distribusi dan migrasi
senyawa dimana kecepatan distribusi tergantung pada interaksi antara
senyawa dengan dua fase yang berbeda yaitu fase diam dan fase gerak.
Senyawa yang terikat kuat oleh fase diam akan tertahan dan terelusi lebih
lama dibandingkan dengan senyawa yang terikat lemah dimana senyawa yang
terikat lemah akan lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan terelusi pada plat.
Daya ikatan antara senyawa dan kedua fase didasari pada sifat polaritasnya.
Digunakan KLT fase normal yaitu fase diam cenderung lebih polar yaitu
silika gel GF 254 (Gypsum berfluoresensi pada panjang gelombang 254) dan
fase gerak yang digunakan adalah campuran n-heksan: kloroform (25:75).
Digunakan fase gerak tersebut karena sifat piperin yang cenderung non polar
sehingga akan terbawa oleh fase gerak sedangkan zat lain dan pengotor yang
memiliki polaritas berbeda akan tertahan oleh silika gel. Sebelum proses elusi
dimulai, chamber terlebih dahulu harus di jenuhkan dengan pelarut/eluen.
Untuk mengaktifkan plat silika gel dimaksudkan menghindai kandungan air
didalamnya juga untuk menyamakan tekanan uap eluen dalam chamber agar
dapat merata sehingga proses elusi dapat seragam kecepatannya dan
penjenuhan dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase
gerak. Plat KLT ditotolkan dengan sampel kristal yang telah dilarutkan. Plat
yang sudah ditotolkan kemudian dimasukkan dalam chamber dan dielusi
hingga eluen mencapai batas atas plat (batas telah dibuat sebelum mulai
penjenuhan) kemudian dihitung nilai Rf nya untuk membandingkan hasil.
Hasil spot bercak yang muncul diamati melalui lampu UV 365 nm.
Noda dapat berfluoresensi karena pada noda mengandung gugus kromofor.
Untuk memperjelas/mempertegas warna bercak dilakukan penyemprotan pada
silika gel dengan reagen dagendroft yang berfungsi sebagai reagen kimia
untuk merusak struktur dari piperin sehingga terjadi penambahan ikatan
rangkap terkonjugasi pada sampel dan spot dapat dideteksi tanpa alat bantu
sinar UV. 365 nm Setelah proses penyemprotan dapat terlihat jelas spot yang
terbentuk dimana spot menunjukkan warna orange. Berdasarkan hasil yang
telah diperoleh dari pengamatan ketika dilihat dibawah sinar UV didapatkan
jarak noda (2.8 cm & 2,6 cm) dan jarak pelarutnya 8 cm dengan nilai Rf 0,37
& 0,34. Nilai rf yang diperoleh hampir mendekati nilai Rf standar piperin
yaitu 0,42 (Vyas et., al, 2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa spot yang
dihasilkan pada identifikasi KLT itu adalah senyawa piperin.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi dengan piperin dari


Piperis nigri fructus atau Piperis albi fructus beserta analisis kualitatif
hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis tipis.
2. Isolasi piperin dari sampel merica menggunakan metode KLT dengan
prinsip penyarian berulang sehingga hasil yang didapatkan sempurna
dan pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit
3. Identifikasi dilakukan dengan uji KLT dihasilkan nilai Rf sampel yaitu
0,43. Harga rf tersebut hampir mendekati harga Rf standar piperin yaitu
0,42 + 0,03 (Vyas et., al, 2011). Sehinggs spot yang dihasilkan pada
identifikasi KLT tersebut adalah senyawa piperin.

VII. Saran
Jurnal yang kami buat juga masih memerlukan masukan atau saran
yang dapat membantu menunjang menjadi lebih baik lagi serta lebih
informatif kedepannya. Maka dari itu kami harapkan para pembaca dapat
memberikan saran serta kritik untuk membantu kami mendapatkan informasi-
informasi baru lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 1996. Daftar Komposisi Bahan makanan. Departemen Kesehatan RI.


Bharatara. Jakarta

Bernasconi. 1995. Teknik Kimia II. Jakarta: Pradya Paramitha.

Budhi Setiawan, Yudhistira S.Farm., M.Sc., Apt. 2019. Modul Praktikum Fitokimia.
Universita Bali Internasional

Drastinawati, Rozanna S. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung


Rokok Sebagai Inhibitor Korosi. Jurnal Teknobiologi. Vol. 6. No. 2: 91-97.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar Dan Klinik : Prinsip Kerja Obat
Antimikroba. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp. 699.

Modul. 2022. Fitokimia. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Bali


Internasional : Denpasar

Saha, K.C., H. P. Seal., M. A. Noor. 2013. Isolation And Characterization Of


Piperine From The Fruits Of Black Pepper (Piper Ningrum). J. Bangladesh
Agril. Vol. 11. No. 1: 11-16.
Stahl. E., 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi Dan Mikroskopi , Diterjemahkan
Oleh Kosasih Padmawinata Dan I Wang Soediro. 3-7, ITB, Bandung.

Sutyarso, M. Kanedi, E. Rosa. 2015. Effects Of Black Pepper (Piper Ningrum Linn.)
Extract On Sexual Drive In Male Mice. Research Journal Of Medicinal Plant.
Vol 9. No. 1: 42-47.

Tonius, J., M. Agus, Nora I. 2016. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Steroid Fraksi
N-Heksana Daun Buas-Buas (Premna Serratifolia L.). JKK. Vol. 5. No. 1: 1-
7.

Underwood, A.L, Day, R.A. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai