Anda di halaman 1dari 13

3. Data Pengamatan 3.1.

Isolasi Kurkumin Massa Ekstrak = 0,98 gram Jarak Pelarut = 3,5 cm Tabel Jarak Noda Hasil KLT Senyawa Nomor 1 Sebelum KLT Preparatif 2 3 Setelah KLT Preparatif 1 Jarak Noda (cm) 0,8 1,15 1.95 2

3.2. Pemisahan Zat Warna 3.2.1. Tabel Jarak Noda Warna Coklat I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Biru Merah Kuning Jarak Noda (cm) 1,7 1,5 1,4 1,3

3.2.2. Tabel Jarak Noda Warna Coklat II Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Biru Merah Kuning Jarak Noda (cm) 1,65 1,4 1,3 1,2

3.2.3. Tabel Jarak Noda Warna Merah I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Merah Kuning Jarak Noda (cm) 1,7 1,4 1,3

3.2.4. Tabel Jarak Noda Warna Merah II Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Merah Jarak Noda (cm) 1,7 1,4

3.2.5. Tabel Jarak Noda Warna Biru I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Biru 3.2.6. Tabel Jarak Noda Warna Biru II Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning Jarak Noda (cm) 1,55 Jarak Noda (cm) 1,4

3.2.7. Tabel Jarak Noda Warna Merah Muda Jarak Eluen = 3,4 cm

Senyawa Merah Muda 3.2.8. Tabel Jarak Noda Warna Kuning Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning

Jarak Noda (cm) 1,7

Jarak Noda (cm) 1,3

3.2.9. Tabel Jarak Noda Warna Hijau Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning Biru 4. Pengolahan Data 4.1. Isolasi Kurkumin 4.1.1. Rumus Perhitungan Nilai Rf Jarak Noda (cm) 1,25 1,5

4.1.2. Contoh Perhitungan Nilai Rf untuk Noda Sesudah KLT Preparatif

4.1.3. Tabel Hasil Perhitungan Nilai Rf Senyawa Sebelum KLT Preparatif Nomor 1 2 Nilai Rf (cm) 0,23 0,32

3 Setelah KLT Preparatif 1

0,56 0,57

4.2. Pemisahan Zat Warna 4.2.1. Rumus Perhitungan Nilai Rf

4.2.2. Contoh Perhitungan Nilai Rf untuk Noda Senyawa Merah Muda pada Zat Pewarna Coklat I

4.2.3. Tabel Hasil Perhitungan Nilai Rf 4.2.3.1. Tabel Nilai Rf Warna Coklat I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Biru Merah Kuning Nilai Rf 0,5 0,44 0,41 0,38

4.2.3.2.Tabel Nilai Rf Warna Coklat II Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Biru Merah Kuning Nilai Rf 0,49 0,41 0,38 0,35

4.2.3.3. Tabel Nilai Rf Warna Merah I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Merah Kuning Nilai Rf 0,5 0,41 0,38

4.2.3.4. Tabel Nilai Rf Warna Merah II Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Merah muda Merah Nilai Rf 0,5 0,41

4.2.3.5.Tabel Nilai Rf Warna Biru I Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Biru 4.2.3.6.Tabel Nilai Rf Warna Biru II Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning Nilai Rf 0,44 Nilai Rf 0,41

4.2.3.7. Tabel Nilai Rf Warna Merah Muda Jarak Eluen = 3,4 cm Senyawa Nilai Rf

Merah Muda

0,5

4.2.3.8. Tabel Nilai Rf Warna Kuning Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning Nilai Rf 0,37

4.2.3.9. Tabel Nilai Rf Warna Hijau Jarak Eluen = 3,5 cm Senyawa Kuning Biru 5. Pembahasan 5.1 Isolasi Kurkumin pada Kunyit Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang dipisahkan terdistribusi dalam dua fasa. Fasa yang pertama adalah lapisan yang stasioner atau diam dengan permukaan yang luas dan fasa lainnya adalah berupa fluida yang mengalir di sepanjang landasan stasioner tersebut. Saat suatu senyawa ingin dipisahkan, senyawa tersebut akan terbawa oleh fasa gerak atau fluida mengalir tersebut. Interaksi komponenkomponen senyawa yang ingin dipisahkan dengan fasa gerak dan fasa diam dapat menyebabkan komponen-komponen tersebut dapat terpisahkan. Senyawa yang berinteraksi lemah dengan fasa diam akan bergerak lambat. Kondisi yang ideal dalam pemisahan dengan kromatografi adalah setiap komponen dalam campuran senyawa bergerak dengan laju yang berbeda dalam plat atau sistem kromatografi tersebut. Sebagian besar bahan dari fasa diam kromatografi merupakan silika gel (SiO2.H2O) atau aluminium terhidrasi (Al2O3). Permukaan bahan ini memiliki kemampuan untuk menyerap senyawa organik Interaksi Nilai Rf 0,36 0,43

tersebut disebabkan oleh perbedaan sifat serta kepolaran dari senyawa sampel, fasa gerak, serta fasa diam. (Underwood.2002) Terdapat dua jenis kromatografi yang digunakan pada percobaan ini. Kromatografi yang digunakan adalah kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang memakai prinsip adsorpsi. Fasa diam dari kromatografi ini merupakan suatu padatan plat dan fasa geraknya merupakan suatu gas atau cairan. Prinsip kerja secara umum adalah fasa gerak mengalir ke dalam plat atau padatan dengan bantuan adsorbsi atau penyerapan fasa gerak oleh padatan sebagai fasa diam. Saat melewati fasa diam, senyawa sampel akan mulai terpisahkan komponen-komponennya. Salah satu kekurangan dari kromatografi ini adalah seringkali jika sampel yang ingin dipisahkan masih mengandung padatan atau pengotor, dapat menyebabkan jarak tempuh dari sampel yang terbawa fasa gerak menjadi terhambat. Terhambatnya pergerakan dapat menyebabkan pemisahan menjadi tidak sempurna karena banyak komponen yang akhirnya tertinggal dan menempel pada padatan atau pengotor. (Soebagio,dkk.2002) Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan preparatif. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan suatu sampel yang berupa campuran dengan bebepara macam komponen dengan massa yang bermacam-macam. Prinsip dasar dari kromatografi kolom ini adalah adsorbsi. Senyawa yang ingin dipisahkan diletakkan pada ujung permukaan kolom. Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinu dan konstan ke dalam kolom. Kromatografi kolom ini, selain dengan adsorbsi, juga dibantu oleh gaya gravitasi dan tekanan. Eluen dan pelarut, yang bersifat sebagai fasa gerak akan membawa senyawa yang ingin dipisahkan untuk melewati kolom yang elah diisi dengan fasa diam. Sehingga pemisahan dapat terjadi. Kecepatan pergerakan dari suatu komponen sangat bergantung dengan kecocokan sifat yang dimiliki oleh senyawa dengan fasa diam yang berada di dalam kolom tersebut. Pada dua percobaan yang dilakukan, digunakan dua fasa diam yang sama, yaitu berupa silika gel. Silika gel dapat membentuk gugus hidroksil pada permukaan strukturnya yang menyebabkan sifatnya sangat polar. Hal tersebut menyebabkan silika gel dapat

membentuk ikatan hidrogen di permukaan struktunya. Gugus hidroksil tersebut yang menyebabkan silika gel memiliki sifat polar. Untuk percobaan isolasi kurkumin dari rimpang kunyit kering, digunakan fasa gerak, yaitu eluen CH2Cl2 : Me2OH = 97 : 3 yang memiliki sifat nonpolar. Maka, pada saat campuran dimasukkan, senyawa-senyawa yang semakin polar pada ekstrak kunyit akan tertahan lebih lama di dalam fasa diam, sedangkan untuk senyawa-senyawa yang semakin kurang polar akan terbawa keluar kolom lebih cepat. Untuk percobaan pemisahan zat warna, digunakan NaCl 1% sebagai fasa gerak. NaCl 1% ini memiliki sifat yang sangat polar dengan kepolaran yang jauh melebihi silika gel. Maka, pada saat zat pewarna dimasukkan, zat warna tersebut akan terpisah berdasarkan sifat kepolaran warna-warna pembentuk sampel zat warna tersebut. Warna yang memiliki kepolaran lebih tinggi akan terbawa keluar lebih dahulu karena terbawa oleh fasa gerak NaCl 1%. Refluks harus dilakukan pada saat melakukan pencampuran antara rimpang kunyit kering dan diklorometana. Refluks berfungsi untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara rimpang kunyit kering dengan diklorometana. Susunan alat untuk melakukan refluks adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Susunan Alat Reflux Susunan alat refluks tersebut berfungsi untuk mencegah diklorometana untuk menguap dan keluar dari tabung. Sehingga kondensor digunakan untuk mendinginkan kembali uap yang keluar dan pada akhirnya kembali lagi ke dalam tabung pemanasan. Perbedaan alat ini

dengan destilasi adalah refluks tidak menghendaki terjadinya pemisahan. Karena tujuan awal dari refluks adalah mempercepat terjadinya reaksi Distilasi adalah sebuah proses untuk melakukan pemisahan campuran komponenkomponen yang terdapat di dalam senyawa. Pemisahan ini didasarkan atas perbedaan titik didih komponen yang terdapat di dalam senyawa tersebut. Susunan alat distilasi adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Susunan Alat Distilasi

Pada distilasi, senyawa dipanaskan sampai suhu tertentu dimana komponen satu telah mencapai titik didih yang tidak berhasil dicapai oleh komponen lainnya. Komponen dengan titik didih lebih rendah akan berubah menjadi uap dan akhirnya terpisahkan. kondensor berguna untuk mengembalikan kembali uap yang telah berhasil dipisahkan ke dalam fasa cair. Sehingga secara umum, alat distilasi memiliki fungsi untuk melakukan pemisahan komponen-komponen yang terkandung di dalam suatu senyawa. Diklorometan direaksikan pada rimpang kunyit kering pada awal percobaan melakukan isolasi kurkumin. Hal ini dikarenakan diklorometan berfungsi untuk mengisolasi, mengikat, serta melarutkan senyawa organik, termasuk kurkumin. Sehingga senyawa pengotor dapat dengan mudah langsung dipisahkan pada tahap penyaringan dengan penyaringan vakum. Reaksi diklorometan dengan rimpang kunyit kering harus dilangsungkan dalam suhu yang tingga agar reaksi dapat berjalan dengan lebih cepat. Terdapat larutan lain yang berfungsi untuk membersihkan kurkumin yang ingin diisolasi dari pengotor. Larutan tersebut adalah larutan n-heksana. Larutan n-heksana

mengikat dan melarutkan pengotor organik yang terdapat di dalam larutan hasil refluks. Sehingga kurkumin akan berada pada fasa padatan karena tidak dapat berikatan dan larut di dalam n-heksana. Selanjutnya, untuk memisahkan kurkumin dari pengotor organik, dilakukan penyaringan vakum dan padatan hasil saringan tersebutlah yang merupakan kurkumin. NaCl 1% memiliki fungsi sebagai fasa gerak sekaligus pendorong sampel agar dapat mengalir dan melewati fasa diam dalam kolom yang berupa silika gel. Sifat dari NaCl 1% yang sangat polar menyebabkan senyawa yang sangat polar menjadi keluar terlebih dahulu. NaCl 1% memiliki peran yang sangat penting untuk terjadinya pemisahan zat pewarna. Pada kromatografi kolom, pelarut harus diganti. Tujuan penggantian pelarut adalah agar fasa diam atau silika gel dapat terus terbasahi serta bersih dari pengotor. Rongga udara yang diakibatkan oleh keringnya silika gel dapat menyebabkan proses pemisahan menjadi tidak sempurna. Selain itu, silika gel yang bersifat sebagai fasa diam, jika terkontaminasi akan menyebabkan nilai dan sifat kepolaran menjadi bias atau rancu dan menyebabkan identifikasi zat tidak berjalan dengan baik. Fungsi terakhir dalam penggantian pelarut adalah agar komponen-komponen senyawa yang ingin dipisahkan tidak ada yang tertinggal di dalam silika gel atau fasa diam. Pelarut tersebut memiliki fungsi untuk mendorong komponen yang tertinggal di dalam silika gel. Pada percobaan ini melakukan isolasi kurkumin, terdapat dua jenis kromatografi lapis tipis yang dilakukan, yaitu kromatografi lapis tipis biasa dan kromatografi lapis tipis preparatif. Perbedaan yang pertama adalah dari ruang lingkup area pemisahan. Kromatografi tipis biasa merupakan suatu pemisahan skala kecil, sedangkan kromatografi lapis tipis preparatif merupakan pemisahan dengan skala lebih besar. Dari segi fungsinya, kromatografi lapis tipis biasa berfungsi untuk mengetahui sifat kepolaran. Kepolaran dari suatu senyawa dapat dilakukan dengan menghitung nilai Rf, yaitu perbandingan antara jarak tempuh senyawa sampel dengan jarak tempuh pelarut, sedangkan kromatografi lapis tipis preparatif, selain juga berfungsi untuk menentukan nilai Rf dan kepolaran, juga dapat digunakan untuk mendapatkan komponen di dalam senyawa. Karena pemisahan dengan kromatografi lapis

tipis preparatif merupakan proses pemisahan skala yang lebih besar, maka hasil pemisahannya juga dapat dimanfaatkan untuk melakuakan sebuah percobaan lain. Pada sinar lampu UV yang berwarna hijau dan mempunyai panjang gelombang 254 nm, noda terlihat jelas berwarna biru. Akan tetapi, pada sinar lampu UV yang berwarna biru dan mempunyai panjang gelombang 366 nm, noda tidak terlihat jelas. Pada UV 254 nm yang berwarna hijau, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Pada UV 366 nm noda hanya berflouresensi sedikit dan lempeng akan berwarna gelap. Akibatnya, Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. Ekstrak kasar hasil isolasi kurkumin yang ditotolkan pada kromatografi lapis tipis menghasilkan tiga buah garis noda pada kromatografi lapis tipis preparatif dan tiga buah titik noda pada kromatografi lapis tipis biasa. Karena pelarutnya merupakan eluen CH2Cl2 : Me2OH = 99 : 1 yang bersifat nonpolar, dan fasa diamnya merupakan silika gel yang bersifat polar, maka senyawa yang yang menghasilkan noda paling jauh merupakan senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang paling nonpolar dibandingkan dengan kedua senyawa yang lain. Jika dilihat dari struktur kurkumin dan turunannya, kurkumin yang memiliki struktur yang simetris merupakan senyawa yang nonpolar. Selain itu kurkumin merupakan senyawa utama yang berada di dalam kunyit dengan konsentrasi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan turunannya. Jika dilihat dari antara tiga noda yang dihasilkan,

didapatkan bahwa noda yang keluar paling jauh merupakan noda yang paling tebal. Hal ini menunjukkan bahwa noda tiga merupakan komponen utama dengan konsentrasi yang terbanyak yang terdapat di dalam sampel. Sehingga noda yang mengalir jauh merupakan kurkumin yang bersifat lebih nonpolar dibandingkan dengan silika gel dan memiliki konsentrasi terbesar di dalam kurkumin, sedangkan turunannya, yaitu desmetoksikurkumin merupakan senyawa yang lebih polar diantara keduanya dan bis-desmetoksikurkumin memiliki tingkat kepolaran yang berada diantara kurkumin dan desmetoksikurkumin. Desmetoksikurkumin merupakan senyawa yang paling pendek jarak tempuhnya karena sifatnya yang paling polar diantara ketiga senyawa tersebut menyebabkan

desmetoksikurkumin tertahan lebih lama di dalam silika gel. Nilai Rf masing-masih kurkumin, bis-desmetoksikurkumin, dan

desmetoksikurkumin adalah 0,56; 0,32; dan 0,23 sebelum dilakukan kromtagrafi lapis tipis, serta nilai Rf kurkumin sebesar 0,57 setelah dilakukan kromatografi lapis tipis. Karena pelarut atau eluen merupakan senyawa nonpolar, maka urutan nilai Rf merupakan urutan sifat kepolaran dari yang nonpolar (Rf tinggi) menuju senyawa yang bersifat polar (Rf rendah). Terdapat sedikit perbedaan nilai Rf antara kromatografi lapis tipis yang menggunakan eluen CH2Cl2 : Me2OH= 99:1 dengan CH2Cl2 : MeOH = 97 :3. Hal ini dikarenakan CH2Cl2 : MeOH = 97:3 lebih bersifat nonpolar, sehingga ikatan antara eluen dengan senyawa kurkumin yang nonpolar tidak sekuat ikatannya dengan eluen CH2Cl2 : MeOH = 99:1. Meski telah dilakukan pembersihan, tetapi karena pembersihan tidak dapat dilakukan dengan sempurna, menyebabkan kurkumin hasil isolasi kromatografi lapis tipis preparatif masih terkontaminasi dan terjadi pergeseran nilai Rf.

IDENTIFIKASI KANDUNGAN WARNA Pemisahan dan identifikasi zat pewarna dilakukan dengan dua jenis kromatografi, yaitu kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi kolom menggunakan kolom atau syringe untuk emisahkan komponen-komponen di dalam suatu senyawa. Prinsip kerja dari kromatografi kolom adalah adanya perbedaan afinitas absorbsi komponenkomponen campuran terhadap permukaan fasa diam. Sampel yang memiliki afinitas yang

besar dengan absorben akan tertahan lebih lama di dalam kolom. Kromatografi kolom terbagi menjadi dua, yaitu kromatografi kolom basah dan kromatografi kolom kering. Pada kromatografi kolom basah , silika atau fasa diamnya dibasahkan terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan ke dalam kolom, sedangkan pada kromatografi kolom kering, silika gel dimasukkan dahulu ke dalam kolom terlebih dahulu, baru kemudian dibasahi. Kromatografi kolom kering kurang diminati karena akan menimbulkan pori-pori silika yang belum terbasahi secara merata, sehingga mengakibatkan pada pemisahan warna yang kurang baik dan kurang optimal. Dikarenakan fasa geraknya berupa NaCl 1% yang memiliki sifat sangat polar dan silika gel memiliki sifat yang relatif kurang polar dibandingkan dengan NaCl 1%, maka jenis warna yang memiliki kepolaran yang lebih tinggi akan turun serta terpisah terlebih dahulu.

6. Kesimpulan 6.1.

Anda mungkin juga menyukai