Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lilis nurawaliah

Nim : G 701 16 039

Penetapan Kadar suatu sampel menggunakan Kromatografi Kertas


dan Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan beberapa kali


menggunakan beberapa eluen dengan tingkat kepolaran yang berbeda untuk
mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda zat
warna yang bagus. Bercak pada plat KLT dimonitor di bawah lampu UV 254 nm dan
UV 365 nm. Penentuan golongan senyawa pada uji KLT dilakukan dengan
penyemprotan plat KLT dengan beberapa pereaksi. Komponen kimia yang yang
dievaluasi dari ekstrak meliputi uji alkaloid, fenol, terpenoid, dan flavonoid dengan
menggunakan pereaksi Dragendorff ’s reagent, FeCl3 , dan Vanilin Asam Sulfat,
secara berturut-turut.

Penetapan Kadar Sampel menggunakan KLT Menurut jurnal

Analisis KLT pada ekstrak dilakukan dengan menotolkannya pada plat KLT yang
dielusikan dengan fase gerak diklorometan:metanol dengan perbandingan 7:3. Hasil
yang didapatkan dilihat di bawah sinar UV 254 nm memperlihatkan adanya dua noda
dengan nilai Rf sebesar 0,1 dan 0,46 (Gambar 1). Pelat tersebut juga diamati di bawah
sinar UV 365 nm dan juga memperlihatkan dua noda dengan Rf yang sama.
Peredaman di bawah sinar UV 254 menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki
minimal dua ikatan rangkap terkonjugasi. Fluoresensi di bawah sinar UV 365 nm
menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
lebih panjang atau disebut dengan kromofor dan memiliki gugus auksokrom pada
strukturnya. Reagen FeCl3 merupakan pereaksi khas untuk deteksi senyawa fenolik.
Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna bercak menjadi biru atau hitam
kuat setelah pemanasan . Setelah penyemprotan dan pemanasan, terdapat satu noda
dengan bercak Rf 0,26 yang mengalami perubahan dari tidak berwarna menjadi
warna hitam kebiruan (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak mengandung
komponen senyawa golongan fenol.

Pereaksi vanilin asam sulfat digunakan untuk mendeteksi senyawa terpenoid, steroid
dan komponen minyak atsiri . Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna
bercak menjadi ungu setelah pemanasan. Setelah penyemprotan pereaksi vanilin asam
sulfat dan kemudian dilakukan pemanasan, terlihat perubahan mulai warna merah
muda sampai ungu kecoklatan pada bercak dengan nilai Rf 0,26. Hasil ini
menunjukan adanya senyawa terpenoid khususnya triterpenoid yang terkandung di
dalam ekstrak. Sedangkan pereaksi warna lainnya seperti Dragendorff dan sitroborat
menunjukkan hasil yang negative

Reagen FeCl3 merupakan pereaksi khas untuk deteksi senyawa fenolik. Hasil
positif ditunjukkan dengan perubahan warna bercak menjadi biru atau hitam kuat
setelah pemanasan [12]. Setelah penyemprotan dan pemanasan, terdapat satu noda
dengan bercak Rf 0,26 yang mengalami perubahan dari tidak berwarna menjadi
warna hitam kebiruan (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak mengandung
komponen senyawa golongan fenol. Pereaksi vanilin asam sulfat digunakan untuk
mendeteksi senyawa terpenoid, steroid dan komponen minyak atsiri [13]. Hasil
positif ditunjukkan dengan perubahan warna bercak menjadi ungu setelah pemanasan.
Setelah penyemprotan pereaksi vanilin asam sulfat dan kemudian dilakukan
pemanasan, terlihat perubahan
Penetapan Kadar sampel menggunakan Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas ini dipakai untuk memisahkan zat warna dasar tinta,
karena diketahui warna tinta terdiri dari beberapa komponen warna penyusun.
Kromatografi juga mempunyai arti teknik pemisahan suatu zat yang didasarkan pada
perbedaan migrasi, komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase.
Pemisahan dengan cara kromatografi dibedakan dalam dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Sehingga dapat dikatakan bahwa kromatografi ialah teknik
pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
yang dibedakan atas dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Apabila dua fase
tersebut tidak ada maka proses kromatografi tidak akan berjalan. Oleh karena itu pada
kromatografi selalu ada fase yaitu:
 Zat yang dianalisis merupakan fase mobile (bergerak)

 Fase stationer (diam) tempat dimana zat (sampel) bergerak.

Polaritas dalam kromatografi memegang peranan sangat penting karena dalam


kromatografi sifat polaritas khususnya digunakan sebagai petunjuk sifat zat terlarut,
adsorben, dan senyawa yang akan dipisahkan. Air yang termasuk zat pelarut
konfigurasi elektronnya dan geometri molekulnya dapat menghasilkan dipol
permanen yang sangat kuat.
Prinsip dari kromatografi kertas yaitu berdasarkan perbedaan koefisien dari
zat-zat terhadap dua fase tetapi sebagai pendukung disini adalah kertas saring yang
sifatnya kapiler. Pelarut yang sering digunakan ialah pelarut yang cepat menyerap
sehingga akan naik lebih cepat. Metode kromatografi kertas ini digunakan karena
peralatan yang dipakai tidak perlu alat-alat yang teliti dan mahal. Dimana hasil-hasil
yang lain dapat diperoleh dengan peralatan dan materi-materi yang sangat sederhana.
Jadi dengan metode kromatografi kertas kita sudah dapat melakukan percobaan
dengan hasil yang baik.
Contoh :
Mengetahui kandungan asam amino dalam suatu sampel

Untuk mengetahui jenis-jenis dari asam amino yang terkandung dari suatu
bahan/sampel, biasanya digunakan metode kromatografi kertas.Kromatogrfi kertas
diterapkan untuk analisis campuran asam amino karena asam amino memiliki sifat
yang larut dalam air dan tidak mudah menguap sehingga dapat dipisahkan melaui
perpindahan fasa gerak (eluen) pada fasa diam (adsorben).Asam amino akan terbawa
oleh fasa gerak dan akan mengendap atau menempel pada fasa diam (adsorben)
setelah menempuh jarak tertentu.
            Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung
dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang
mengisi dasar wadah.Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak
tertentu.Setiap jenis asam amino akan selalu menempuh jarak yang khas dari masing-
masing asam amino asalkan jenis kertas, eluen, dan pelarutnya sama. Dari dasar
inilah, dapat dibandingkan jarak tempuh eluen dari masing-masing asam amino yang
telah diketahui dengan jarak tempuh eluen yang timbul pada sampel.
            Jarak tempuh relative pada pelarut disebut sebagai Rf, untuk tiap senyawa
berlaku rumus :
Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa/jarak yang ditempuh oleh pelarut
           
Larutan Ninhidrin kemudian disemprotkan pada kertas saring setelah pelarut
mencapai batas atas dan menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat dan
ungu.Asam-asam amino berinteraksi dengan ninhidrin membentuk produk yang
disebut ungu ruhmann.Reaksi ini biasanya digunakan sebagai uji bercak untuk
mendeteksi adanya asam amino pada kertas kromatografi. Adapun reaksi umum
secara keseluruhan adalah :
Ninhidrin + H3N+-CHR-COO- à anion ungu + RCHO + CO2 + 3H2O + H+

Anda mungkin juga menyukai