Suppositoria
Oleh : Sri Sulistiana, M.si, Apt
DEFENISI
• Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang
diberikan melalui rektal, vagina, maupun uretra. Dapat melunak, melarut, atau
meleleh pada suhu tubuh, serta efek yang ditimbulkan adalah efek sistemik atau
lokal. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada
suhu tubuh. Semakin pendek waktu melarut/mencair semakin baik karena
efektivitas obat semakin baik.
• Penyimpanan suppositoria dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk
pada suhu 5-15 °C agar suppositoria tidak menjadi lembek dan tidak bisa
digunakan.
KEUNTUNGAN
• Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
• Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
• Sesuai untuk obat yang memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan
• Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
• Menghindari biotransformasi hati / sirkulasi portal
KERUGIAN
• Cara pakai tidak menyenangkan
• Absorbsi obat seringkali tidak teratur / sukar diramalkan
• Jumlah obat yang dapat diabsorbsi lebih sedikit dibandingkan bentuk sediaan
yang lain
• Pemberian secara rektal dapat memberikan efek samping lokal pada daerah
tersebut
• Pembuatannya lebih sulit dibandingkan dengan bentuk sediaan obat yang lain
PEMBAGIAN
Berdasarkan tempat pemberiannya :
• Suppositoria Rektal
• Suppositoria Vagina (Ovula)
• Suppositoria Uretra (Bougies)
• Suppositoria Rektal
Ciri – ciri :
1. Berbentuk torpedo
2. Rata – rata beratnya 2 g dengan panjang 1 – 1,5 inci
3. Untuk anak beratnya ½ dari ukuran dewasa atau 1 g.
• Suppositoria Vagina (Ovula)
Ciri – ciri :
1. Berbentuk oval atau Globular
2. Berat rata-rata 3,5 g
3. Basis yang digunakan umumnya basis larut air
seperti PEG atau gelatin tergliserinasi
4. Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai
antiseptik, kontrasepsi, anastetik lokal, dan
pengobatan penyakit infeksi seperti trichomonal,
bakteri dan monilial.
• Suppositoria Uretra (bougies)
Ciri – ciri :
1. Umumnya berbentuk panjang seperti pensil
2. Berat rata – rata untuk wanita 2 g dan untuk pria 4 g
3. Berdiameter 5 mm dengan panjang 50 mm untuk wanita dan 125 mm
untuk pria.
ABSORBSI OBAT MELALUI REKTAL
• Mekanisme absorbsi obat-obat yang melalui rektal adalah transelular
dan paraselular
• Mekanisme absorbsi obat di saluran rektum tidak berbeda dengan
absorbsi di saluran cerna bagian atas yaitu transport pasif. Transport
pasif merupakan mekanisme absorbsi yang paling utama
• Proses yang dilalui obat sebelum akhirnya diabsorbsi ke dalam
sirkulasi sistemik meliputi pelelehan basis,Pemindahan zat aktif ke
cairan rektal, pelarutan obat dalam cairan rektal, difusi obat dari
cairan rektal ke mukosa rektal kemudian selanjutnya di absorbsi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan absorbsi obat pada rektal adalah :
• Faktor fisiologis
Diantaranya pH cairan rektal, kapasitas dapar, isi kolon, dan kondisi patologis (diare,
obstruksi kolon akibat kanker, dehidrasi jaringan).
3. Ukuran partikel
Bila kelarutan obat dalam air terbatas dan tersuspensi didalam basis supositoria
maka ukuran partikel akan mempengaruhi kecepatan larutan dari obat ke cairan
rektal. Semakin kecil ukuran partikel obat maka akan semakin cepat melarut pada
cairan rektal
• Sifat fisika kimia basis
Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak akan dilepas segera ke
cairan rektal. Bila obat cepat terlepas dari basis kedalam rektal, maka obat akan
segera diabsorpsi pada pembuluh darah mukosa rektal. Hal ini sesuai jika
menginginkan kerja obat dengan aksi sistemik.
Bila obat yang larut dalam air berada dalam basis larut air, maka obat akan lambat
terlepas dari basis. Penundaan pelepasan ini diperlukan jika menginginkan aksi
lokal.
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA
Hal mendasar yang perlu dipertimbangkan sebelum formula suppositoria :
1. Efek yang diinginkan apakah lokal atau sistemik
Efek lokal : Zat aktif tidak di absorbsi (Ambeien, anastesi lokal, antiseptik, antibiotik,
antijamur)
Efek sistemik : Zat aktif diabsorbsi secara difusi pasif ( Analgesik, anti asma, anti
muntah)
3. Pelepasan obat dari sediaan apakah cepat, lambat atau diperlama. Namun perlu
diketahui bahwa suppositoria yang tidak melepaskan obat dalam 6 jam tidak boleh
digunakan (Formulasi tidak sesuai).
KOMPONEN SEDIAAN SUPPOSITORIA
1. Zat Aktif
2. Basis
3. Zat tambahan
ZAT AKTIF
1. Digunakan melalui oral akan :
• Mengiritasi saluran cerna
• Mengalami metabolisme lintas pertama di hati
• Merangsang rasa mual muntah
2. Dosis berkisar 1,5 - 2 kali dosis oral
3. Dapat berdifusi pasif
4. Memiliki koefisien partisi yang besar
5. Kelarutan dalam basis sebaiknya mendekati jenuh
BASIS
1. Cocok dengan komponen lain terutama zat aktif
2. Stabil (Penyimpanan, pembuatan)
3. Titik leleh sesuai suhu tubuh
4. Menghasilkan tekstur dan konsistensi yang baik
5. Nontoksik (tidak mengiritasi jaringan)
6. Dapat dimetabolisme tubuh
Contoh basis : Basis larut lemak (Oleum cacao), basis larut air atau
tercampurkan dengan air (PEG, Polybase, Gelatin tergliserinasi)
BAHAN TAMBAHAN
• Peningkat absorbsi misalnya surfaktan
• Penurun higroskopisitas misalnya koloidal silikon dioksida
• Peningkat titik leleh misalnya Beeswax, setil alkohol, asam stearat
• Plastisizer (Penurun titik leleh) misalnya gliserin monostearat,
Polisorbat 80
METODE PEMBUATAN
1. Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.
Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif
dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh massa
akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung
menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang
dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan.
Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
METODE PEMBUATAN
2. Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk
yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa
suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam
cetakan.