Anda di halaman 1dari 36

SUPPOSITORIA

FARMASEUTIK
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan
obat padat yang umumnya dimaksudkan
untuk dimasukkan kedalam rectum, vagina
(ovula) dan jarang digunakan untuk uretra.

Suppositoria terdiri dari


zat aktif (obat)
basis
Keuntungan penggunaan
suppositoria antara lain:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim
pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber
akibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada
penggunaan obat per oral
4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
5. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan
karena suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot
penutup dubur (Anief, 2005; Syamsuni, 2005).
Kerugian penggunaan bentuk sediaan
suppositoria :

1. Tidak menyenangkan penggunaan


2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan se
dikit diramalkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi obat per rektal:

1. Faktor fisiologis antara lain pelepasan uobat


dari basis atau bahan dasar, difusi obat
melalui mukosa, detoksifikasi atau
metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan
terjadinya ikatan protein di dalam darah atau
cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis antara
lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis,
ukuran partikel dan basis supositoria
( Syamsuni, 2005).
Tujuan Penggunaan suppositoria
1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan
wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya.
Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat
diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim
di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan
obat secara biokimia di dalam hati ( Syamsuni,
2005 )
Penggolongan suppositoria
berdasarkan tempat pemberiannya
 1. Suppositoria rectal

2. Suppositoria vaginal

3. Suppositoria uretra
1. Suppositoria rectal
 Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk
lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya
berbobot lebih kurang 2 g ( anonim, 1995). Suppositoria
untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan.
Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5
inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam.
Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk
peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot
jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya
menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis
oleum cacao ( Ansel,2005 ). supositoria jenis ini biasanya
disebut suppositoria di pasaran.
2. Suppositoria vaginal

 Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur


dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari
zat pembawa yang larut dalam air atau yang
dapat bercampur dalam air seperti polietilen
glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria
ini biasa dibuat sebagai “pessarium” .
( Anonim,1995; Ansel, 2005). suppositoria
jenis ini, dipasaran disebut sebagai ovula.
3. Suppositoria uretra
 Suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut
“bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya
untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau
wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3-
6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran
ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya.
Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4
gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang
dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70
mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum
cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).
Kenapa seseorang harus
menggunakan suppositoria?
 Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien khusus yang
tidak bisa mengonsumsi obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa
terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien
yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien
lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk menggunakan sediaan parenteral (obat suntik).
 Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa zat aktif yang
dapat mengiritasi lambung serta zat aktif yang dapat terurai oleh
kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif
yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh
enzim pencernaan, atau akan hilang efek terapinya karena mengalami
first pass effect.
 Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk efek lokal seperti
pengobatan ambeien, anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, dan
antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek sistemik sebagai
analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.
Bagaimana cara memakai
suppositoria?
1. Cuci kedua tangan sampai bersih dengan air dan sabun
2. Sebelum dikeluarkan dari wadah, jika suppositoria
terasa melunak, simpan di kulkas atau rendam dalam air
dingin selama beberapa saat untuk mengeraskannya
kembali
3. Buka wadah pembungkus suppositoria
4. Jika diminta untuk menggunakan hanya setengahnya,
maka potong di bagian tengah dengan rata
menggunakan pisau yang tajam
5. Bagian ujung suppositoria dilumasi dengan lubrikan
larut air supaya licin, jika tidak ada bisa ditetesi sedikit
dengan air keran
 6. Diperbolehkan memakai sarung tangan
bersih jika ingin
 7. Atur posisi tubuh berbaring menyamping

dengan kaki bagian bawah diluruskan


sementara kaki bagian atas ditekuk ke arah
perut
 8. Angkat bagian atas dubur untuk menjangkau ke
daerah rektal

 9. Masukkan suppositoria, ditekan dan ditahan


dengan jari telunjuk, sampai betul-betul masuk ke
bagian otot sfinkter rektum (sekitar ½ – 1 inci dari
lubang dubur). Jika tidak dimasukkan sampai ke
bagian otot sfinkter, suppositoria ini akan terdorong
keluar lagi dari lubang dubur
 10. Tahan posisi tubuh tetap berbaring
menyamping dengan kedua kaki menutup
selama kurang lebih 5 menit untuk
menghindari suppositoria terdorong keluar.

 11. Buang wadah suppositoria yang sudah


terpakai dan kembali cuci kedua tangan
sampai bersih.
Pembuatan Suppositoria

  
Pembuatan Suppositoria

 Empat metode yang digunakan dalam


pembuatan suppositoria adalah
◦ mencetak dengan tangan,,
◦ kompressi,
◦ mencetak tuang dan
◦ kompressi pada suatu pres tablet
regular
Mencetak dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur
homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki.
Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahn-bahan aktif
dengan menggunakan lumping dan mortar, sampai diperoleh massa akhir
yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi
suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki.
Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder
dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan
Mencetak kompressi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa
dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu
roda tangan berputar menekan suatu piston pada
massa suppositoria yang diisikan dalam sulinder,
sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
Mesin Pencetak otomatis

Sama proses diatas tetapi menggunakan


mesin secara otomatis melakukan
semuanya.
Mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya
diatas penangas air atau penangas uap untuk
menghindari pemanasan setempat yang
berlabihan, kemudian bahan-bahan aktif
diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya.
Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam
yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi
krom atau nikel
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Telah mencapai kesetimbangan kristalisasi,


dimana sebagian besar komponen mencair pada
temperatur rectal 360 C , tetapi basis dengan
kisaran leleh yang lebih tinggi dapat digunakan
untuk campuran eutektikum, penambahan minyak-
minyak, balsam-balsam, serta suppositoria yang
digunakan pada iklim tropis.
Secara keseluruhan basis tidak toksik dan tidak
mengiritasi pada jaringan yang peka dan jaringan
yang meradang.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Dapat bercampur dengan berbagai jenis


obat.
Basis suppositoria tersebut tidak
mempunyai bentuk meta stabil.
Basis suppositoria tersebut menyusut
secukupnya pada pendinginan, sehingga
dapat dilepaskan dari cetakan tanpa
menggunakan pelumas cetakan
Basis suppositoria tersebut tidak
merangsang
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Basis suppositoria tersebut bersifat


membasahi dan mengemulsi.
“Angka air “ yang tinggi maksudnya jumlah
air yang bias masuk kedalam basis tinggi.
Basis suppositoria tersebut stabil pada
penyimpanan, maksudnya warna, bau, dan
pola penglepasan obat tidak berubah.
Suppositoria dapat dibuat dengan
mencetak dengan tangan, mesin, kompressi
atau ekstrusi.
Basis suppositoria harus memiliki sifat-sifat ideal
dibawah ini Yaitu ;

Jika basis tersebut berlemak, basis


suppositoria memiliki persyaratan tambahan
sebagai berikut :
“Angka asam” dibawah 0,2.
“Angka penyabunan” berkisar dari 200-
245
“Angka iod” kurang dari 7.
Interval antara titik leleh dan titik
memadat kecil
Basis suppositoria berdasarkan sifat fisikanya dibagi
kedalam 3 kelompok yaitu :

1.Basis berminyak atau berlemak


Basis yang paling sering digunakan adalah lemak coklat karena basis ini
tidak toksik, lunak, tidak reaktif dan meleleh pada suhu tubuh. Akan
tetapi lemak coklat memiliki kelamahan yaitu mudah tengik, meleleh
pada udara panas, menjadi cair bila dicampur dengan obat-obat
tertentu dan pemanasan yang lama, trisomerasi dengan titik leleh yang
lebih rendah.
Selain lemak coklat basis yang lain yaitu asam-asam lemak yang
dihidrogenasi dengan minyak nabati dan gliserin yang digabungkan
dengan asam-asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi
contohnya gliseril monostearat.
2. Basis larut dalam air atau bercampur dengan air

Basis memiliki supositoria yang sering digunakan yaitu suppositoria


gliserin yang berfungsi sebagai basis sekaligus bahan aktif, ada dua
macam formula suppositoria yang terkenal yaitu :

Suppositoria yang digunakan untuk katartik yaitu :


Gliserin 91 g
Natrium stearat 9 g
Air murni 5g

Formula ini merupakan formula resmi menurut USP XX, sedangkan


formula lainnya yang tidak resmi yaitu :
Obat dalam air murni 10 g
Gelatin 20 g
Gliserin 70 g
Basis I
Polietilen glikol 1000 96%
Polietilen glikol 4000 4%

Basis II
Polietilen glikol 1000 75%
Polietilen glikol 4000 25%
3.Basis yang merupakan campuran basis yang
berlemak dan yang bercampur dengan air
Basis ini umumnya berbentuk emulsi dengan tipe minyak dalam
air, contohnya yaitu Polioksil 40 steara. Bahan ini menyerupai lilin,
putih, kecokloat-coklatan, padat dan larut dalam air
Faktor penggantian dosis
 Jumlah basis yang diganti oleh bahan aktif
dalam formulasi suppositoria dapat dihitung,
dengan menggunakan factor pengganti dimana
f dapat dihitung dengan persamaan berikut :
100( E  G )
F 1
(G )( X )

Keterangan : E = bobot basis suppositoria murni


G = bobot suppositoria dengan bahan aktif X%
Contoh perhitungan :
Berat suppositoria yang akan dibuat adalah 3 gr
yang mengandung aminofillin 0,5 g akan dibuat
sebanyak 12 buah, hitunglah lemak coklat yang
dibutuhkan.

Jawaban :
Diperlukan : 12 x 0,5 g = 6 g aminofillin
Berat suppositoria 12 x 3 g = 36 g.
Nilai tukar aminofilin adalah :
6 g x 0,86 = 5,16 g
Jadi lemak coklat yang diperlukan adalah:
36 g – 5,16 g = 30,84 g
FLADEX FORTE
TABLET

Komposisi :

Tiap tablet mengandung: Metronidazole               500 mg

Farmakologi :

FLADEX bekerja sebagai antiprotozoa dan anti bakteri.


FLADEX mempunyai daya trikomoniasid langsung terhadap trikomoniasis,
efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
baik pada laki-laki maupun wanita.
FLADEX juga efektif terhadap amubiasis yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica dan lambliasis yang disebabkan oleh Giardia lamblia serta
mempunyai daya bakterisida untuk mengatasi infeksi anaerob.

Indikasi :

-  Trikomoniasis -  Amubiasis -  Lambliasis -  Infeksi anaerob


Kontraindikasi
-  Reaksi hipersensitif terhadap metronidazole -  Kehamilan
pada 3 bulan pertama. -  Gangguan sistem darah.

Dosis oral :

-  Trikomoniasis: Laki-laki : 1 kali sehari 1 tablet.    


Wanita : 2 kali sehari 1 tablet   Lama pengobatan 10 hari
berturut-turut.     -  Amubiasis: Dewasa : 3 kali sehari 1 -
1 1/2 tablet     Anak-anak : 35 mg - 50 mg/kg bobot
badan sehari, dibagi dalam 3 dosis.   Lama pengobatan 5-
10 hari berturut-turut.     -  Lambliasis: Dewasa : 1 kali
sehari 1 tablet     Anak-anak : 10 tahun ke bawah, 3 kali
sehari 125 mg       10 tahun ke atas, 4 kali sehari 125 mg
Efek samping :

Efek samping yang serius sehingga memerlukan penghentian


pengobatan jarang ditemukan. Adapun yang sering terjadi
adalah berupa gangguan saluran pencernaan seperti; mual,
kehilangan nafsu makan, muntah, diare dan sakit kepala.

Peringatan dan perhatian :

-   Jangan diberikan pada wanita hamil 3 bulan pertama. -  


Jangan diberikan bersama alkohol karena dapat menimbulkan
kejang perut, mual dan muntah. -   Hati-hati pada penderita
yang mempunyai riwayat gangguan sistem darah.

Anda mungkin juga menyukai