Anda di halaman 1dari 46

SUPOSITORIA

AGNES NUNIEK
ADITYA TRIAS P
Pengertian

 Bahasa latin: supponere (to place under)


 Supositoria adalah sediaan farmasi padat yg
dirancang untuk dimasukkan ke dalam rektum
kemudian massa supositoria akan meleleh, melebur,
melarut, terdispersi dan menunjukkan efek
lokal/sistemik

 Ovula adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk


dimasukkan ke dalam vagina, biasanya untuk tujuan
efek lokal
Pengertian

 Berat supositoria rektal untuk dewasa 2 g, untuk


anak 1 g & vaginal 3-5 g
Pembuatan

 Pembuatan supositoria dan ovula dilakukan dengan


cara penuangan massa ke dalam cetakan yang sesuai
 Bentuk supositoria biasanya berupa kerucut bundar
berbentu peluru atau torpedo untuk dapat ditekan
oleh kontraksi rektum
 Bentuk ovula kerucut bundar dengan ujung bundar
Supositoria Dan Ovula yang Ideal

 Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam


cairan tubuh
 Tidak toksik
 Dapat tercampur (kompatibel) dengan bahan obat
 Dapat melepas obat dengan segera
 Mudah dituang ke dalam cetakan dan dilepas dari
cetakan
 Stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur
 Mudah ditangani
 Stabil selama penyimpanan
Basis

Basis Basis
berlemak larut air
Basis supositoria dan ovula

 Basis lemak, dirancang untuk melebur pada suhu


tubuh berupa lemak padat. Nama dagang :
 Suppocire
 Witepsol
 Wecobee
 Basis larut atau tercampur air, dirancang untuk
melarut dan terdispersi dalam liang tubuh, terdiri
dari campuran PEG
Basis lemak

Bahan alam semisintetik atau sintetik


• trigliserida

Minyak coklat (Oleum cacao)


• Berupa padatan berwarna kuning putih
dengan bau coklat, terdiri atas campuran
ester gliseril stearat, palmitat, oleat dan asam
lemak lain
Keuntungan Basis Ol Cacao

 Dapat berbentuk padat pada suhu kamar dan


melebur pada suhu tubuh (suhu lebur 30 – 36oC)
 Segera melebur jika dihangatkan dan cepat kembali
jika dibiarkan mendingin
 Dapat tercampur dengan banyak komponen
Kerugian Basis Ol Cacao

 Polimorfisme
 Melengket pada cetakan
 Suhu pelunakan terlalu rendah untuk daerah
tropik
 Suhu lebur akan turun jika terdapat komponen
yang larut
 Berbau (tengik) pada penyimpanan
 Kemampuan absorpsi air rendah
 Bocor saat digunakan (basis dapat melebur keluar
dari rektum atau vagina)
Lemak sintetik padat

 Lemak dibuat pertama dengan menghidrolisis


minyak nabati, kemudian dilakukan hidrogenasi
asam lemak yg dihasilkan & akhirnya re-esterifikasi
asam-asam dengan pemanasan dengan gliserol
 Nama dagang : Suppocire, Witepsol, Masupol,
Cobirine, Massa estarinum
Keunggulan lemak sintetik padat

 Suhu pemadatan tidak dipengaruhi oleh pemanasan


secara berlebihan
 Resistensi terhadap oksidasi
 Perbedaan antara suhu lebur dan suhu memadat
kecil
 Tidak melekat pada cetakan
 Tampilan produk supositoria menarik : berwarna
putih, tidak berbau, licin
Keterbatasan lemak sintetik padat

 Bila melebur maka viskositasnya rendah, hal ini


memungkinkan terjadinya sedimentasi bahan obat
yg terdispersi pada saat melebur
 Getas jika didinginkan secara cepat
Minyak kelapa sawit difraksinasi

 Karakteristik :
 Lemak padat berwarna putih

 Getas

 Tidak berbau

 Suhu lebur 31 – 36oC

 Diperoleh dari minyak kelapa sawit dengan cara


fraksinasi selektif pelarut dan hidrogenasi
Basis larut air dan tercampur air

 Glisero – gelatin
Merupakan campuran gliserol & air yg membentuk
gel dengan penambahan gelatin. Massa supositoria
mengandung 70% gliserol dan minimal 14% gelatin
 Makrogol (PEG)
Campuran PEG dapat digunakan menurut komposisi
tertentu. Penglepasan obat yg lebih cepat diperoleh
dengan mencampur PEG berBM tinggi dengan
medium atau polimer berBM rendah, atau dengan
penambahan zat pemlastis (heksan 1,2 triol)
Keterbatasan basis glisero-gelatin

 Efek laksatif dari gliseril


 Waktu larut tidak dapat diperkirakan, bervariasi
dengan bets gelatin dan usia basis
 Higroskopisitas basis memerlukan perlindungan
dari panas & lembab
 Mudah dicemari oleh mikroba
 Waktu pembuatan relatif lebih lama dan sering sulit
dilepaskan dari cetakan
Keunggulan basis PEG

 Tidak terdapat efek laksatif


 Kontaminasi mikroba lebih kecil
 Pembuatan relatif lebih mudah karena tidak lengket
 Suhu lebur pada umumnya diatas suhu tubuh,
penyimpanan dengan cara pendinginan tidak begitu
kritis. Suhu lebur tinggi juga berarti basis melarut &
mendispersikan obat secara perlahan
 Menghasilkan larutan dengan viskositas tinggi,
sehingga resiko bocor selama aplikasi lebih kecil
 Tampilan produk bersih dan licin
Keterbatasan basis PEG

 Higroskopis
 Inkompatibilitas dengan garam bismut, ichtyol,
benzokain & fenol serta mengurangi aktivitas
senyawa amonium kuarterner & hidroksibenzoat
 Kegetasan rendah
 Pertumbuhan kristal beberapa obat dapat terjadi
Bahan tambahan sediaan

 Antioksidan
 Pengawet
 Pengemulsi
 Pengeras
 Peningkat viskositas
Pemilihan basis

 Faktor utama : kelarutan obat dalam pembawa


 Pelepasan efektif dari basis dapat dicapai jika obat
larut lemak/minyak diformulasikan dalam basis
tercampur air, sedangkan obat larut air dalam basis
lemak.
Formulasi supositoria

 Tujuan aplikasi supositoria : lokal atau sistemik


 Target organ aplikasi : rektal, vaginal, atau uretral
 Efek yg diinginkan : cepat, lambat, atau
diperpanjang/diperlama
Supositoria untuk efek sistemik

 Kelarutan bahan aktif dalam air atau pelarut lain :


 Jika obat larut dalam air, digunakan basis lemak.

 Jika obat larut lemak, digunakan basis air dengan


penambahan surfaktan (bila perlu)
Efek Obat dengan Bentuk Supositoria

 Efek Lokal
 Efek Sistemik
Efek Lokal

• Setelah dimasukkan, basis supositoria meleleh,


melunak atau melarut, mendistribuikan bahan aktif
menuju jaringan pada area tersebut.
• Bahan aktif tersebut ditujukan tertahan untuk
memberikan efek lokal atau diinginkan terabsorbsi
untuk tujuan sistemik
• Supositoria rektal yang diinginkan lokal umumnya
digunakan untuk pengobatan konstipasi, nyeri,
iritasi, gatal, nyeri terkait hemorrhoid atau kondisi
lain
Efek Sistemik

 Membran mukosa rectum dan vagina memungkinkan absorbsi obat


dalam bentuk terlarut
 Keunggulan rute per rectal dibandingkan per oral (untuk tujuan
sistemik)
 Obat-obatan yang dirusak atau diinaktivasi oleh pH atau aktivitas
enzimatik lambung dan usus tidak terekspose oleh kondisi
tersebut
 Menghindari kemungkinan iritasi saluran pencernaan oleh obat

 Menghindari kemungkinan perusakan obat dalam liver (obat


masuk sirkulasi portal setelah pemberian oral dan absorbsi)
 Nyaman untuk digunakan oleh pasien dengan kesulitan menelan

 Rute yang efektif untuk pasien yang mengalami mual dan muntah
Faktor yang Mempengaruhi Absorpi Supositoria
Rektal

 Faktor Fisiologis
 Kandungan kolon

 Rute sirkulasi

 pH dan kurangnya kapasitas dapar cairan rektal

 Faktor Fisikokimia Obat


 Faktor Fisikokimia Basis
Faktor Fisiologis

 Kandungan kolon
 Jumlah cairan dan fase solid

 Mukosa sebagai barier mekanik (dipengaruhi oleh kelarutan


dan surfaktan) -> sebagai tempat absorbsi
Faktor Fisiologis

• Rute sirkulasi (first pass effect)


 Vena hemoroid inferior -> vena cava inferior -> by pass
liver
 Vena hemoroid superior -> vena portal -> liver

50-70% obat yg diberikan secara rektal terabsorpsi secara


langsung ke dalam sirkulasi.
Faktor Fisiologis
Faktor Fisiologis

 pH dan kurangnya kapasitas dapar cairan rektal


 Permeabel untuk obat unionized -> asam mudah terabsorbsi
pada asam dan sebaliknya
 Fenol merupakan contoh asam lemah -> tak terion pada pH 7
atau 4 -> laju absorbsinya tidak banyak berubah
Faktor Fisikokimia Obat

Obat dalam Obat dalam Absorbsi


basis cairan kolon melewati
Pelepasan (disolusi) mukosa

Kontak dengan mukosa


Konsentrasi obat
Koefisien partisi lipid air
Laju difusi
Derajat ionisasi
Kelarutan obat
Ukuran partikel
Faktor Fisikokimia Basis dan Adjuvan

 Bahan tambahan dapat mempengaruhi absorbsi


dengan merubah reologi basis pada suhu tubuh
 Mempengaruhi kelarutan bahan aktif (ex. Surfaktan)
Absorpsi berkurang pada obat golongan fenol dengan adanya
surfaktan, kemungkinan terbentuk kompleks surfaktan - obat
Bilangan pengganti (B.p)

 Volume supositoria dari suatu cetakan tertentu akan


selalu tetap, tetap berat akan bervariasi karena BJ
obat berbeda dari BJ basis supositoria
 Suatu bagian berat obat dengan BJ = basis akan
mengganti volume ekivalen basis. Jika BJ obat = 2x
BJ basis akan mengganti 1/2 volume basis,
sedangkan BJ obat = 5x BJ basis akan mengganti 1/5
volume basis
 B.p : jumlah bagian berat obat yg menggantikan satu
bagian berat basis supositoria-ovula
Contoh perhitungan

 Bobot 6 supo tanpa obat = 6 g


 Bobot 6 supo mengandung 30% obat = 7,5 g
 Basis : 70 % dari 7,5 g = 5,25 g
 Obat : 30% dari 7,5 g = 2,25 g
 Basis yg diganti oleh 2,25 g = 6 – 5,25 = 0,75 g
 Maka bilangan pengganti obat : 2,25/0,75 = 3
Contoh aplikasi perhitungan

 Untuk pembuatan 8 supositoria yg masing-masing


mengandung 300 mg obat dengan bilangan
pengganti = 3, menggunakan cetakan dengan bobot
supositoria 1 g per cetakan.
 Jumlah total obat : 8 x 300 mg = 2,4 g
 Jumlah ini akan mengganti 2,4/3 = 0,8 g basis
 Jadi jumlah basis yg diperlukan :
8 supositoria x 1 g (berat per supositoria) = 8 g
8 g – 0,8 g = 7,2 g
Manufaktur supositoria basis lemak

 Dihitug kuantitas formulasi yg dibutuhkan


 Disiapkan cetakan. Cetakan bersih & kering, jika
diperlukan pelicin maka permukaan dalam cetakan
diolesi dengan pelicin yg diabsorpsikan pada kain
 Disiapkan basis supositoria, bahan obat & tambahan
 Dilebur basis supositoria
 Diinkorporasikan obat
 Diisikan ke dalam cetakan
Manufaktur supositoria basis PEG

 Pada prinsipnya sama dengan pembuatan


supositoria berbasis lemak.
Manufaktur supositoria basis glisero-gelatin

 Dihitung kuantitas yg diperlukan


 Disiapkan cetakan dengan pelicin parafin cair
 Disiapkan bahan obat, bahan larut air yg termostabil
dapat dilarutkan sebelum pemanasan. Bahan tidak
larut dapat diayak (180 µm)
 Pembuatan basis
Gliserol dipanaskan sampai 100oC, dipanaskan air,
dimasukkan gelatin, dilarutkan gelatin jika perlu
dapat dipanaskan. Gliserol panas ditambahkan ke
dalam larutan gelatin dan diaduk sampai homogen
 Perlakuan panas larutan gelatin pada suhu 1000C
selama 1 jam
 Pencukupan buat basis, dengan penambahan air
panas secukupnya
 Diinkorporasikan bahan obat. Bahan obat larut tidak
stabil panas, dilarutkan dalam sedikit air sebelum
ditambahkan pada massa lebur. Untuk bahan obat
tidak larut, digerus dahulu dengan sedikit gliserol ,
kemudian dipindahkan ke dalam massa gelatin
 Diisikan ke dalam cetakan
Quality Control Supositoria

 Pengujian secara organoleptik : bau, warna, keadaan


permukaan, bentuk supositoria
 Pengujian secara fisika dan mekanika:
 Berat
 Rentang lebur
 Kepatahan (breaking test)
 Disolusi
 Pengujian secara kimia
 Kadar bahan obat
Breaking test
Liquefaction test
Softening test
Penetration test
Disintegration tester

Anda mungkin juga menyukai