DISUSUN OLEH:
LINA WINARTI, S.Farm., Apt
(197910192006042002)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan diktat kuliah formulasi sediaan semisolid untuk mahasiswa Farmasi
Semester VI. Diktat ini merupakan sebagian materi kuliah Formulasi Sediaan Semisolid
yang membahas tentang formulasi salep, gel, krim, pasta, dan suppositoria) dan ditujukan
untuk membantu mahasiswa memahami materi formulasi sediaan semisolid.
Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam diktat kuliah ini, untuk
itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan demi kebaikan diktat ini ke
depannya. Semoga diktat yang penulis buat ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Banyak kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………….iii
Materi I……………………………………………………………………………………1
Materi II…………………………………………………………………………………18
Materi III………………………………………………………………………………...30
Materi IV……………………………………………………………………………….. 41
Materi V…………………………………………………………………………………49
iii
MATERI I
FORMULASI SEDIAAN SUPPOSITORIA
DEFINISI
Menurut FI IV sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui
rongga tubuh kecuali oral, yaitu rektal, vaginal atau uretra. Umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Macam-macam sediaan suppositoria adalah :
Suppo Rektal
Suppo Vaginal / ovula / pessarie
Suppo Uretral / bougie
Suppositoria Rektal
Berat suppo Dewasa : 2 gram
Berat suppo Anak-anak : 1 gram
1
SUPPOSITORY INSERTER
Suppositoria Vaginal
3 – 5 gram
SUPPOSITORIA URETRAL
LAKI-LAKI : 4 gram 100-150 mm
WANITA : 60-75 mm
DIAMETER : 5 mm
TUJUAN PENGGUNAAN
2
-Efek lokal : wasir, konstipasi, infeksi dubur.
• Anastetik lokal (benzokain, tetrakain)
• Adstringent (ZnO, Bi-subgalat, Bi-subnitrat)
• Vasokonstriktor (efedrin HCl)
• Analgesik (turunan salisilat)
• Emolien (balsam peru untuk wasir)
• Konstipasi (glisin bisakodil)
• Antibiotik (infeksi)
- Efek sistemik
o Asma (efedrin, teofilin, aminofilin)
o Analgetik dan antiinflamasi (turunan salisilat, parasetamol)
o Antiartritis (fenilbutazon, indometasin)
o Hipnotik & sedatif (turunan barbiturat)
o Trankuilizer dan anti emetik (fenotiazin, klorpromasin)
o Kemoterapi (antibiotik, sulfonamid)
KELEBIHAN SEDIAAN SUPPOSITORIA
• Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral pada pasien tidak
sadar, mual, gangguan pencernaan, saat pembedahan, gangguan jiwa.
• Menghindari First Pass Effect (penurunan efektivitas obat karena metabolisme di
hati)
• Untuk obat yang tidak dapat diberikan melalui oral karena efek samping pada
saluran cerna, rusak oleh cairan GIT dan enzym GIT, rasa yang tidak enak
• Onset aksi bahan aktiv yang cepat dibanding oral karena absorbsi obat melalui
rektal mukosa secara langsung sampai ke sirkulasi darah
• Suppo vaginal dan uretral karena perfusi darah di vagina dan uretral rendah efek
yang ditimbulkan lokal mengurangi sistemik sirculation (reduksi toksisitas)
KEKURANGAN SUPPO
• Daerah absorbsinya lebih kecil
• Absorbsi hanya melalui difusi pasif
• Jika penggunaan terlalu dalam mengalami first pass effect
• Pemakaian kurang parktis
• Tdk dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH rektum
• Meleleh pada suhu kamar
3
dikontrol oleh internal spinkter yang terdiri dari otot halus, dan bagian eksternal spinkter
yang terdiri dari otot skeletal. Terdapat 3 pembuluh vena dalam rectum
- Superior hemorrhoidal vein
- Middle hemorhoidal vein
- Inferior hemorrhoidal vein
-
-
4
Superior hemorrhoidal vein akan menuju Hepatic Portal kemudian ke Liver sehingga
engalami first pass hepatic. Penggunaan suppo jangan terlalu dalam sehingga obat tidak
diabsorbsi melalui vena superior. Inferior dan Middle vein obat langsung ke sirkulasi
sistemik dan obat menghindari GIT dan enzimatik degradation serta terhindar dari first
pass metabolism, pemakaian jangan terlalu masuk
5
penting untuk pemilihan basis, dimana obat lipofil akan lebih sulit dilepas dari basis lemak
daripada garam-garam larut air. Untuk basis larut air seperti PEG yang larut dalam cairan
rektal dapat melepas obat larut air maupun minyak
Derajat ionisasi
barier yang memisahkan bagian lumen dengan darah adalah permeabilitas terhadap obat-
obat dalam bentuk tidak terion. Peningkatan proporsi bentuk tidak terion akan
meningkatkan absorbsi obat
KARAKTERISASI DOSIS
• Umumnya dosis pada pemberian rektal 11/2 – 2 x atau lebih dosis oral kecuali obat
keras, namun juga harus disesuaikan dengan sifat fisikakimia basis(mempengaruhi
pelepasan &absorbsi) dan bahan obatnya.
• Dosis yang tepat tergantung pada kecepatan pelepasan obat dari suppositoria
6
Formulasi Suppositoria
Obat
Basis
Bahan tambahan:
o Antioksidan
o Emulsifying agent
o Hardening agent
o Preservatif
o Thickening agent
o plasticizer
Obat / Bahan Aktif
Terabsorbsi lewat mukosa rektal
Poorly absorb via oral
Iritasi GIT
Antibiotik yg memusnahkan intestinal flora
Polipeptida (insulin, growth hormon, dll)
Penguraian oleh pH
Lokal terapi
Sifat Bahan Aktif
Sifat Fisika
Karakteristik kelarutan
Aktivitas fisikokimia pada eksipien potensial
BASIS SUPPO
Basis suppo mempunyai peranan penting dalam pelepasan. Syarat utama basis
suppo adalah padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau
melarut pada suhu tubuh sehingga obat segera tersedia setelah pemakaian.
Menurut FI IV basis suppo umumnya oleum cacao, gelatin tergliserinasi, minyak
nabati terhidrogenasi, campuran PEG, dan ester asam lemak PEG
7
TIPE BASIS SUPPO
• Basis berlemak
• (oleum cacao)
• Basis larut air
• (PEG dengan berbagai BM, glisero gelatin)
• Basis campur air (surfaktan)
• Non Basis (tablet, soft kapsul gelatin)
BASIS BERLEMAK
TERDIRI DARI
Bahan alam :lemak coklat dan penggantinya
Sintetik :campuran trigliserida sintetik (witepsol, massupol)
Lemak Coklat
Melting point 30-36C
Mudah mencair dengan pemanasan dan memadat jika didinginkan.
Memenuhi syarat sebagai basis
Tidak mengiritasi
Mempunyai bilangan iodin 34-38
Memiliki nilai asam < 4
CARA PENGATASAN
Tdk dilebur sempurna
8
Pembenihan kristal (seeding)
Leburan dijaga pada suhu 28-32C selama 1 jam atau 1 hari
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Peleburan menggunakan panas minimal
Jangan memperlama proses pemanasan
Jika melekat pada cetakan gunakan lubrikan
Penambahan emulgator seperti tween 61 5-10% meningkatkan absorbsi air
Untuk obat-obat melunakkan suppo digunakan campuran malam dan spermaseti
9
Basis Glisero Gelatin
Dapat menyebabkan iritasi karena menyebabkan dehidrasi mukosa
Higroskopis
Inkompatibel dengan beberapa obat
Memicu pertumbuhan mikroba
Persiapan basis memerlukan waktu yang banyak
Lengket sehingga bisa dibuat dengan menggulung menggunakan tangan
Glisero Gelatin Suppositoria
Basis
Gliserol Air Gelatin Glisero
Gelatin
Basis glisero gelatin USP terdiri atas 70% gliserol; 20 % gelatin dan air hingga 100%
BASIS SURFAKTAN
Dapat digunakan untuk memformulasi obat larut lemak dan air
Keuntungan:
Dapat disimpan pada suhu tinggi
10
Mudah penanganannya
Dapat campur dengan obat
Tdk mendukung pertumbuhan mikroba
Non toksik dan tdk mesensitisasi
Basis surfaktan seperti surfaktan non ionik (Tween; Span) yang digunakan tunggal
atau dikombinasi dengan basis lain
Basis golongan ini juga dapat berupa turunan selulosa, seperti metilselulosa, Na
CMC)
METODE PEMBUATAN
• Pencetakan dengan tangan (Manual)
• Pencetakan dengan kompresi
• Pencetakan dengan penuangan
• Pencetakan dengan Mesin Otomatis
Pencetakan Dengan Tangan
Bermanfaat pada preparasi suppositoria dalam jumlah kecil
COMPRESSION MOLDING
11
Pencetakan Dengan Cetakan Disposable
Dituang langsung pada material pengemas
Tdk perlu khawatir meleleh selama transportasi, kemasan menjaga bentuk
12
PEMILIHAN BASIS
Inert
Kontraksi
Stabilitas
Pelepasan
Viskositas
Pemadatan
Pelunakan
Impurities
Toleransi
Jarak lebur
Bilangan iodin
Indeks hidroksil
AJUVAN YANG DIGUNAKAN
Meningkatkan inkorporasi zat aktif
Meningkatkan hidrofilisitas
Meningkatkan viskositas
Mengubah suhu leleh
Meningkatkan kekuatan mekanis
Mengubah penampilan
Melindungi dari degradasi
Mengubah absorbs
Masalah Spesifik Dalam Formulasi Suppositoria
1. Air dalam Suppositoria
Penggunaan air sebagai pelarut obat dihindari karena:
Air mempercepat oksidasi lemak
Jika air menguap bahan terlarut akan mengkristal
Meskipun air digunakan untuk melarutkan obat tapi tdk membantu absorbsi
kecuali dalam bentuk emulsi dimana jumlah air > 50% dalam fase eksternal
Reaksi antar bahan dalam suppo akan lebih mungkin terjadi dengan adanya
air
Penggunaan air yang mungkin terkontaminasi bakteri dan fungi diperlukan
preservatif
2. Higroskopisitas
Gliserinated gliserin kehilangan kelembaban pada suhu kering dan mengasorbsi
lembab pada kondisi kelembaban tinggi
PEG juga bersifat higroskopis
3. Inkompatibilitas
PEG inkom dengan garam perak, asam tanat, aspirin, bensokain, sulfonamid
Beberapa bahan memliki potensi menyebabkan cryztallize out pada basis PEG,
yaitu sod. Barbital, asam salisilat, champor
Konsentrasi asam salisilat yang tinggi melunakkan basis PEG hingga konsistensi
seperti salep
Penisillin G meskipun stabil dalam lemak coklat dan lemak lainnya ternyata
terdekomposisi dalam basis PEG
Basis lemak dengan nilai hidroksil tinggi bereaksi dengan komponen asam
4. Viskositas
Viskositas basis sangat penting dalam proses produksi dan karakteristik dalam
rektum setelah meleleh
13
Lemak coklat viskositasnya < basis PEG atau glisero gelatin, perhatian perlu
dilakukan untuk menghindari sedimentasi
Pengatasan:
Penggunaan aluminium monostearat 2% meningkatkan viskositas dan
homogenitas material tidak larut
Setil, stearil dan miristil alkohol serta asam stearat dapat memperbaiki
konsistensi suppo
5. Kerapuhan
Suppo dari lemak coklat bersifat elastik dan tidak mudah hancur
Basis lemak sintetik yang mengandung bahan padat yang banyak juga bersifat rapu
Pengatasan : penambahan castor oil, tween 80, gliserin sebagai imparting plasticity
6. Volume kontraksi
Terjadi setelah pendinginan basis yang memudahkan pelepasan dari cetakan
Sering terjadi lubang pada bagian terbuka cetakan, diatasi dengan penuangan
berlebih
7. Ketengikan & Antioksidan
Ketengikan terjadi karena autooksidasi atau dekomposisi sebagian lemak jenuh
menjadi berat molekul rendah dan medium dari aldehid, keton atau asam jenuh/tdk
jenuh yang menghasilkan bau tidak enak. Diatasi dengan antioksidan dari golongan
fenol seperti hidrokinon atau β-naptolkuinon
14
DISPLACEMENT VALUE
Adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan ol. Cacao.
Contoh:
buat dan timbang 6 suppo tanpa bahan obat = 6 g
buat suppo dengan 40% bahan aktif diperoleh bobot 8.8 g
Jumlah ol. cacao=60%x8.8=5.28 g
Jumlah zat aktif =40%x8.8=3.52 g
Jumlah ol.cacao yang digantikan 3.52 zat aktif:6-5.28=0.72
Displacement value=3.52/0.72=5
YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMBUATAN
Hindari pemanasan berlebih
Cetakan dilubrikasi dengan bahan yang immiscible dengan basis
Selain itu pendinginan cetakan di freezer setelah suppo membeku di suhu kamar
15
Quality Control Suppository
1. Appearance (penampilan permukaan & bentuk)
untuk mengevaluasi adanya keretakan, migrasi bahan aktif, bau, warna
2. Keseragaman bobot
- timbang 20 suppo sendiri2 (w1-w20)
- timbang 20 suppo bersamaan (W)
- hitung rata-rata W/20
Evaluasi: tdk lebih 2 suppo berbeda dengan berat rata-rata > 5%, dan tidak ada satu suppo
yang berbeda dengan rata-rata > 10%
3. Test Jarak Leleh (Melting Range Test)
Menunjukkan waktu yang diperlukan suppo untuk leleh bila dicelup dalam air
yang dipertahankan suhunya 37C
Menggunakan USP Tablet Disintegrating Apparatus
16
6. Uji Disolusi suppo
Dapat menggunakan perangkat uji disolusi basket atau menggunakan tube dialisis
17
MATERI II
FORMULASI SEDIAAN SALEP
18
◦ Dapat diproduksi untuk skala komersial
PEMILIHAN EKSIPIEN
Solvent, preservatif, antioksidan, surfakatan dan bahan tambahan lain dipilih
sesuai sifat fisikakimia bahan aktif
Secara kosmetik elegan dan meningkatkan kepatuhan pasien
Menghindari kemungkinan terjadinya interaksi dengan eksipien lain yang
digunakan serta interaksi dengan bahan aktif yang memungkinkan timbulnya bau,
perubahan warna, perubahan viskositas dan potensi bahan aktif
19
FORMULASI SALEP/OINTMENT
DEFINISI SALEP
FI III : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar.
FI IV: sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput
FORMULA UMUM/STANDAR
Formula umum salep:
R/ Zat aktif
Basis
Bahan Tambahan
Penggunaan
PROTEKSI
◦ Berfungsi sebagai barier fisik terhadap lingkungan
EMOLIENT
◦ Melunakkan kulit
PEMBAWA OBAT
◦ Sebagai pembawa
20
BASIS SALEP
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam 4 kelompok :
basis hidrokarbon,
basis absorpsi (basis serap),
basis yang dapat dicuci dengan air, dan
basis larut dalam air.
A. BASIS HIDROKARBON
1) sifat inert
2) umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi (Petrolatum) yang
memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax atau
senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum)
3) Basis ini digolongkan sebagai basis berminyak bersama dengan basis salep
yang terbuat dari minyak nabati atau hewani
4) Sifat minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini
sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit.
5) Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena memberikan
kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
6) Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi
serta menghambat hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan
membentuk lapisan film yang waterproff.Basis ini juga mampu meningkatkan
hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu
mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat
moisturizer dan emollient.
7) h. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu meningkatkan
hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan absorbsi dari
zat aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek
vasokonstriksi pada pemberian steroid secara topikal dengan basis
hidrokarbon.
CONTOH HIDROKARBON
1. Soft Paraffin
Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi
Jenis sof paraffin yaitu :
berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
21
berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak
berwarna, berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin
yang berwarna putih
2. Hard Paraffin
Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari
minyak bumi.
Sifat fisik :
◦ tidak berwarna s/d berwarna putih,
◦ tidak berbau,
◦ memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
◦ memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.
3. Liquid Paraffin
a) merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan
dan tidak berbau.
b) mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan
antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT).
c) digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas sediaan
krim.
d) jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan
pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu
mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-15oC
hingga 60oC).
e) stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah
digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah
dibersihkan.
22
4. Vaselin Putih
Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat,
diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan
dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator yang sesuai.
5. Vaselin Kuning
Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah
padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil yang
sesuai.
6. Campuran Vaselin Dengan Malam Putih & Malam Kuning
Salep kuning: terdiri dari 50 g lilin kuning dan 950 g vaselin putih untuk tiap 1000
g.
Salep putih: Tiap 1000 g mengandung 50 g lilin putih dan 950 g vaselin putih
23
2. Acid Salicylici Sulfuris Unguentum (Salep Asam Salisilat Belerang)tiap 10 gram
mengandung:
- Acidumsalicylicum 200 mg
-Sulfur 400 mg
- Vaselinumalbum ad 10 g
3. Hyoscini Oculentum (Salep mata Hiosina / Skopolamin)tiap gram mengandung:
- Hyoscini hydrobromidum 2,5 mg
- Paraffinum liquidum 65 mg
- Vaselinum album ad 1g
Untuk memudahkan pemilihan bahan dasar salep perlu diadakan peninjauan dari
bermacam-macam sudut, yaitu
(1) Sifat dari penyakit/luka/lesi
(2) Daya kerja dipermukaan kulit (proses penetrasi)
(3) Sifat bahan dasar salep terhadap pengaruh air.
RUTE ABSORBSI
24
membentuk emulsi w/o
Sumber Basis
Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol
binatang atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang
memiliki gugus polar seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan
ester.
Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll
Tipe basis serap
tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam
minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
1. ANHYDROUS LANOLIN
Sinonim : Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae
Pemerian : Lanolin anhidrat berwarna kuning pucat, lengket, berupa bahan
seperti lemak, dengan bau yang khas dan mencair pada suhu 38-440C.
Lanolin anhidrat cair berwarna jernih atau hampir jernih berupa cairan
berwarna kuning. Anhydrous lanolin atau lanolin anhidrat merupakan
lanolin yang mengandung air tidak lebih dari 0.25%.
Kelarutan:Lanolin anhidrat tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam air
dengan jumlah dua kali berat lanolin, sedikit larut dalam etanol (95%)
dingin, lebih larut dalam etanol (95%) panas dan sangat larut dalam eter,
benzene, dan kloroform.
Kestabilan dan Syarat Penyimpanan:
Lanolin dapat mengalami autooksidasi selama dalam penyimpanan.
Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi:
Lanolin anhidrat selain digunakan dalam formulasi topikal dan kosmetik,
dapat sebagai basis salep, juga sebagai emulsifying agent. Lanolin anhidrat
digunakan sebagai basis salep terutama jika ingin dilakukan pencampuran
larutan yang berair. Lanolin anhidrat ini dapat meningkatkan absorpsi
terhadap zat aktif dan mempertahankan keseragaman konsistensi salep.
Namun, Lanolin anhidrat juga dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif
karena mengandung pro-oksidan.
2. LANOLIN
Sinonim : Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua
Pemerian: Lanolin berbentuk setengah padat, seperti lemak diperolah dari
bulu domba (Ovis aries) merupakan emulsi air dalam minyak yang
mengandung air antara 25% sampai 30%. Berwarna kuning dengan bau
yang khas. Jika dipanaskan, lanolin akan terpisah menjadi dua bagian,
dimana bagian atas merupakan minyak dan bagian bawah berupa air.
Kelarutan : Lanolin tidak larut dalam air, larut dalam kloroform atau eter
dengan pemisahan bagian airnya akibat hidrasi.
25
3. Hidrophilic Petrolatum
Formula (USP 27,1455)
◦ Kolesterol 30 g
◦ Alkohol stearat 30 g
◦ Lilin putih 80 g
◦ Vaselin putih 860 g
Untuk membuat 1000 g dasar salep
26
Note:
Vanishing Cream merupakan krim minyak dalam air, bila dioleskan pada kulit akan hilang
dengan sedikit atau tanpa bekas
Hidrophilic Ointment
R/ Metil paraben 0,25 g (FA)
Propil paraben 0,15 g (FA)
Natrium Lauril Sulfat 10,00 g (FA)
Propilen glikol 120,00 g (FA)
Stearil Alkohol 250,00 g (FM)
Vaselin Putih 250,00 g (FM)
Air Murni 370,00 g (FA)
C. DASAR SALEP LARUT AIR
Sifat basis larut air:
- Larut dalam air
- Dapat dicuci
- Tidak berminyak
- Bebas lipid
- Tidak mengiritasi
Komponen utama : polietilen glikol=carbowax
HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH (ada gugus polar dan ikatan eter yang banyak)
SALEP POLIETILENGLIKOL(TOPIKAL OINTMENT)
R/ PEG 3350 400 g
PEG 400 600 g
BAHAN TAMBAHAN SALEP
Preservativ
Softener
Thickening agent
Levigating agent
Antioksidan
Enhancer
Humectant
PRESERVATIF
Preservatif/ pengawet ditambahkan pada sediaan semipadat untuk mencegah
kontaminasi, perusakan dan pembusukan oleh bakteri atau fungi karena banyak
basis salep yang merupakan substrat mikroorganisme. Pemilihan bahan pengawet
27
harus memperhatikan stabilitasnya terhadap komponen bahan yang ada dan
terhadap wadah serta pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi
Sifat preservatif yang ideal:
Efektif pada konsentrasi rendah
Larut pada konsentrasi yang diperlukan
Tidak toksik
Tidak mengiritasi pada konsentrasi yang digunakan
Kompatibel dengan komponen bahan dalam formulasi (tdk membentuk
komplek) dan dengan wadah (absorbsi)
tidak berbau dan berwarna
stabil pada spektrum yang luas
Koefisien partisi baik dalam fase air maupun minyakkarena preservasi dibutuhkan
pada kedua fase
contoh pengawet yang digunakan: senyawa-senyawa amonium kuarterner (
cetiltrimetil amonium bromida) , senyawa-senyawa merkuri organik (thimerosal) ,
formaldehid, asam sorbit/kalium sorbat, asam benzoat/ natrium benzoat,
paraben (metil/propil), dan alkohol-alkohol.
2. Softener
Contoh parafin cair
3. Stiffener/ thickening agent (bahan pengental)
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental ( meningkatkan
viskositas ) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum
ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam (
natural polimer ) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natrium alginat; polimer
semisintetik seperti metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer
sintetik seperti karbopol ( karbomer, karboksipolimetilen)
4. Levigating agent
Levigating agent digunakan untuk membasahi serbuk dan menggabungkan serbuk yang
telah terbasahi dengan basis salep. Contoh minyak mineral
5.Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diPerkirakan terjadi kerusakan basis karena
terjadinya oksidasi, pemilihannya tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas,
potensi, kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas dan iritasi.Sering kali digunakan dua
antioksidan untuk mendapatkan efek sinergis.
Contoh antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole ( BHA ),
Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl gallate, dan Nordihydroguaiaretic acid ( NCGA)
6. Surfaktan
Surfaktan dibutuhkan sebagai emulsifying untuk membentuk sistem o/w atau w/o,
sebagai bahan pengsuspensi, thickening, cleansing, penambah kelarutan, pembasah dan
bahan pemflokulasi. Surfaktan yang biasa digunakan yaitu surfaktan nonionik ( contoh
28
ester polioksietilen), kationik ( benzalkonium klorida) atau anionik (contoh natrium
dodesil sulfat).
7. Humectant
Material-material seperti gliserin, propilen glikol, polietileni glikol BM rendah, dan
sorbitol mempunyai tendensi berikatan dengan air, sehingga dapat mencegah hilangnya
air dari, penyusutan wadah ( shrinkage ) air dari produk / sediaan. Senyawa-senyawa ini
dapat juga berfungsi untuk memudahkan aplikasi sediaan pada kulit,
melunakkan/melembutkan kulit, dan mencegah roll effect.
Parfum
◦ Salep yang tersedia di pasaran sekarang memiliki bau yang
menyenangkan.
◦ Parfum dipilih yang kompatibel dengan komponen lain
◦ Minyak essensial dari tanaman bunga banyak digunakan seperti bau
jasmin, mawar, lili, dan gardenia
◦ Dari kayu-kayuan seperti bau cendana (sandal wood) dan cedar wood
29
Formula dasar salep
White ointment
R/ white wax 50 g
white petrolatum 950 g
Hydrophilic petrolatum
R/ cholesterol 30 g
stearyl alcohol 30 g
white wax 80 g
white petrolatum 860 g
Cold cream
R/ cetyl esters wax 125 g
white wax 120 g
mineral oil 560 g
sodium borate 5g
purified water 190 ml
Hydrophilic ointment
R/ methylparaben 0,25 g
propylparaben 0,15 g
sodium lauryl sulfate 10 g
propylene glycol 120 g
stearyl alcohol 250 g
white petrolatum 250 g
purified water qs ad 1000 g
30
Kesimpulan:
Salep merupakan sediaan semisolid yang memiliki banyak fungsi. Formulasi dan
pemilihan basis disesuaikan dengan sifat fisika-kimia bahan aktif. Terdapat basis
hidrokarbon, basis mudah tercuci air, basis serap, dan basis larut air yang kesemuanya
memiliki karakteristik spesifik yang pemilihannya sesuai tujuan pengobatan yang
diharapkan.
Referensi:
Aulton, M., E., 2nd edition, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Churcil
Livingstone
Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L., Lieberman, H.,
A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1996, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Bharat, P., Paresh, M., Sharma, R., K., Tekade, B., W., Thakre, V., M., Patil, V., R., 2011,
A Review:Novel Advances in Semisolid Dosage Forms & Patented Technology in
Semisolid Dosage Forms, International Journal of PharmTech research, vol3, no.1,
pp 420-430
Premjeet, S., Ajay, B., Sunl, K., Bhawana, K., Sahli, K., Divashish, R., Sudeep, B., 2012,
Additives in Topical Dosage Forms, International Journal of Pharmaceutical,
Chemical, and Biological Sciences, 2(1), 78-96
31
MATERI III
FORMULASI KRIM
KOMPONEN KRIM
Zat aktif
Basis Krim
Bahan Tambahan
PENGGOLONGAN
1. Tipe M/A atau O/W
Krim M/A (Vanishing cream) yang digunakan dalam kulit dan akan hilang tanpa
bekas
2. Tipe A/M atau W/O
Krim berminyak mengandung pengemulsi A/M spesifik seperti adeps lanae, wool
alkohol, ester asam lemak atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2
misal Ca
32
6. Penggunaan emulgator disesuaikan dengan jenis krim dan tersatukan dengan bahan
aktif
7. Pembuatan krim steril secara aseptis
8. Sediaan untuk luka terbuka dan parah krim harus steril
9. Jika krim dikemas dg tube aluminium pengawet jangan golongan raksa organik
karena bereaksi dg tube membentuk kompleks raksa aluminium
10. Tube yang mudah berkarat harus dilapisi
11. Etiket :
tertera obat luar
tertera tgl kadaluarsa
kondisi penyimpanan
konsentrasi bahan aktif
12. Wadah :tertutup rapat sehingga mencegah penguapan dan kontaminasi isinya,
tahan terhadap absorbsi dan difusi isinya
BASIS KRIM
Pemilihan basis krim tergantung sifat obat, OTT, absorbsi (jenis kulit/luka).
Persyaratan basis:
◦ Non iritasi
◦ Mudah dibersihkan
◦ Tidak tertinggal di kulit
◦ Stabil
◦ Tidak tergantung pH
◦ Tersatukan dengan berbagai obat
BASIS KRIM
1. BASIS TIPE A/M (lanolin, cold cream)
Emolien
Oklusif
Mengandung air
Beberapa mengasorbsi air yang ditambahkan
Berminyak
2. BASIS TIPE M/A (hidrofilik ointment)
Mudah dicuci dengan air
Tidak berminyak
Dapat diencerkan dengan air
Tidak oklusif
33
Hidrofilik Ointment
R/ methylparaben 0,25 g
propylparaben 0,15 g
sodium lauryl sulfate 10 g
propylene glycol 120 g
stearyl alcohol 250 g
white petrolatum 250 g
purified water qs ad 1000 g
R/ Asam stearat 25%
Adeps lanae 5%
TEA 1,5%
Gliserin 7%
Aquades ad 100%
BAHAN TAMBAHAN
1. PENGAWET
2. PENDAPAR
3. HUMEKTAN/PEMBASAH
4. ANTIOKSIDAN
5. PENGOMPLEKS
6. ZAT PENGEMULSI/EMULGATOR
PENGAWET
KRITERIA PENGAWET IDEAL:
◦ Tdk toksik dan mensensitisasi pada konsentrasi yang digunakan
◦ Lebih mempunyai daya bakterisida daripada bakteriostatik
◦ Efektif pada konsentrasi rendah
◦ Stabil pada penyimpanan
◦ Tdk berbau dan tdk berasa
◦ Tdk mempengaruhi bahan lain dalam formula dan wadah
◦ Larut dalam konsentrasi yang digunakan
◦ Tdk mahal
Ester parahidroksibenzoic acid
◦ Metil, etil, propil, dan butil ester dari parahidroksi benzoic acid dan garam
sodiumnya popular sebagai preservatif
◦ Sifatnya stabil, inert, non toksik, tdk berbau, tdk berasa, meskipun
menimbulkan mati rasa pada mulut.
◦ Aktif terhadap jamur, bakteri dalam jumlah sedikit dan efektif pada pH 7-9
◦ Aktivitas meningkat tapi solubilitas menurun meningkatnya panjang rantai
gugus alkil
◦ Aktivitas ester berkurang dengan adanya emulgen nonionik
PROPIL Paraben =
◦ KONSENTRASI YANG DIBUTUHKAN 0.01-0.6% UNTUK TOPIKAL
◦ Aktiv terhadap berbagai jenis bakteri terutama jamur dan yeast (ragi)
◦ Aktiv dalam rentang pH yang luas
◦ Digunakan untuk pengawet industri makanan, obat-obatan, dan kosmetik
◦ Penggunaan kombinasi 0.02% dengan metilparaben 0.18%
Metil paraben=Nipagin
◦ Digunakan dalam industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan, paling
umum digunakan dalam industri kosmetik
34
◦ Penggunaan kombinasi dengan paraben lain atau propilenglikol 2-5%
meningkatkan efikasi
◦ Efektif terhadap bakteri terutama pada jamur dan yeast
◦ Kurang larut sehingga tersedia juga bentuk garamnya
◦ Efektif pada rentang pH luas
◦ Penggunaan untuk sediaan topikal 0.02-0.3%
Fenoksietanol
◦ Efektif untuk Pseudomonas aeruginosa tapi kurang efektif untuk bakteri
gram negatif yang lain dan gram positif, untuk itu dikombinasi dengan
preservatif lain. Kombinasi dengan ester parahidroksibenzoic acid
digunakan untuk mengawetkan krim dan losion
Klorokresol
◦ Merupakan bakterisid kuat, digunakan dengan kadar 0,1% untuk
mengawetkan krim dan sediaan topikal lain. Aktivitasnya turun dengan
kondisi alkali dan ketika produk mengandung minyak dan lemak yang
berasal dari tanaman.
Kloroform
◦ Digunakan bersama asam benzoat dalam parafin likuid B.P.C
Amonium kuartener
◦ Konsentrasi yang digunakan 0.002-0.01 % untuk mempertahankan produk
emulsi untuk pemakaian luar.
◦ Bersifat bakterisid terhadap bentuk vegetatif organisme gram positif kurang
efektif untuk gram negatif, terutama Pseudomonas aeruginosa, inaktif
terhadap spora bakteri.
◦ Aktivitasnya dikurangi oleh sabun dan komponen anionik, diatas porsi
yang yang umum dipakai inkompatibel dengan nonionik emulgent
Senyawa Merkuri Organik
◦ Fenilmerkuri nitrat dan asetat digunakan dengan konsentrasi 0.004-0.01%
untuk mempertahankan emulsi yang mengandung emulgen nonionik.
◦ Untuk mengkompensasi defisiensi preservatif karena kompleksasi
penggunaan dikombinasi dengan pengawet lain seperti pada cetomacrogol
cream
35
8. Na benzoat (potensi akan turun dengan adanya makromolekul) penggunaan dalam
konsentrasi tinggi 0,5%
PENDAPAR
Penggunaan dapar untuk menstabilkan zat aktif, meningkatkan bioavailabilitas.
HUMEKTAN
Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari sediaan, mencegah
kekeringan, meningkatkan penerimaan pada produk dengan meningkatkan kualitas
usapan dan konsistensi secara umum.
Pemilihan didasarkan pada sifatnya yang menahan airdan efeknya terhadap
viskositas dan konsistensi sediaan.
Bahan-bahan yang sering digunakan:sorbitol, propilenglikol, gliserol, makrogol
dengan BM rendah
ANTIOKSIDAN
Faktor yang perlu diperhatikan:
◦ Warna
◦ Bau
◦ Potensi
◦ Sifat iritan
◦ Toksisitas
◦ Stabilitas
◦ kompatibilitas
Macamnya :
◦ Antioksidan sejati: tokoferol, alkil galat, BHA,BHT
◦ Antioksidan sebagai agent pereduksi:garam Na dan K dari asam sulfit
◦ Antioksidan sinergis: EDTA dengan sitrat, maleat, tartrat atau fosfat untuk
pengkelat
PENGOMPLEK
Untuk mengomplek logam yang ada dalam sediaan yang dapat mengoksidasi
EMULGATOR
ASAM LEMAK DAN ALKOHOL
◦ Setil alkohol
◦ Asam stearat
ZAT PENGEMULSI
◦ Setil alkohol dan asam stearat menstabilkan emulsi M/A. ion polivalen
seperti Ca, Mg, Al menstabilkan emulsi A/M
EMULGATOR
◦ Surfaktan anionik (ion lauril sulfat, TEA stearat)
◦ Kationik (garam amm. Kuartener)
◦ dan nonionik (polioksietilenlauril alkohol)
36
FAKTOR PEMILIHAN EMULGATOR
Berdasar harga HLB
Sifat ionik emulgator
Tipe kimia emulgator. Perbedaan kejenuhan komponen lipofilik emulgator
mempengaruhi stabilitas emulsi
Tujuan pemakaian topikal
37
◦ Ion sodium, potasium, dan ion garam amonium bertindak sebagai O/W
emulsifying agent
◦ Terkenal sebagai sabun alkali
Acacia
◦ Garam Ca, Mg, K dari polisakarida arabic acid
◦ Tdk larut dalam alkohol
◦ Larut dalam air 2x beratnya
◦ Stabil dalam kisaran yang lebar pH 2-10
Tragacanth
◦ Terdiri dari 70% bassorin dan 30% soluble gum. Tdk larut dalam alkohol
◦ Digunakan sebagai emulsifying agent untuk meningkatkan konsistensi
Trietanolamin oleat
◦ Kombinasi TEA dan asam oleat. Terbuat dari mono dan dietanolamin
CARA PEMBUATAN 1
Bahan-bahan larut lemak dan minyak dilelehkan dalam wadah hingga suhu 75o C
Air dipanaskan bersama komponen-komponen larut air (biasanya termasuk
emulgator) dalam wadah lain bersuhu 75o C
Keduanya dicampur pada suhu sama (75o C) dan dicampur sampai suhu mendekati
35o C
Pengadukan dilakukan hingga krim halus terbentuk
CARA PEMBUATAN 2
semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk dilebur di atas
penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk
massa krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama
menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan dilakukan dengan
cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi
dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit
daripada metode pertama.
CLEANSING CREAM
Kegunaan Cleansing Cream adalah membersihkan make-up (rias wajah) dan lemak
dari wajah dan leher. Krim pembersih adalah modifikasi dari cold cream (krim
sejuk). Cold cream diformulasi oleh Galen (150 AD), terdiri atas campuran malam
lebah, minyak zaitun dan air.
38
Vanishing and Faundation Cream
Krim penghapus adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
menghilangkan tatarias wajah, sehingga wajah menjadi bersih dan siap dilekati
dengan krim dasar.
Krim dasar adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud sebagai dasar
tatarias wajah.
Bahan : bahan yang digunakan mencakup zat manfaat dan zat tambahan, termasuk
parfum dan zat warna.
39
MASALAH SEDIAAN KRIM
Kerusakan yang terjadi pada sediaan krim:
◦ Cracking: pemisahan fase terdispersi
◦ Creaming : terbentuk emulsi yang terkonsentrasi sehingga membentuk krim
pada permukaan emulsi
◦ Flokulasi/Agregasi: agregasi yang bersifat reversible (partikel partikel
saling berkumpul)
◦ Coalesence : bersatunya aglomerat menjadi globul yang lebih besar
KESIMPULAN:
Krim merupakan sediaan dengan system 2 fase yang terdiri fase minyak dan fase air yang
distabilkan dengan emulgator. Sediaan krim lebih disukai karena mudah dibersihkan bila
dibandingkan sediaan salep berlemak yang sulit dibersihkan dan meinggalkan noda pada
pakaian. Untuk formulasi krim terdiri dari bahan aktif, basis, emulgator dan bahan
tambahan lainnya yang berfungsi meningkatkan stabilitas dan aksepatbilitas sediaan
REFERENSI
Aulton, M., E., 2nd edition, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Churcil
Livingstone
Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L., Lieberman, H.,
A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press
Kumar, K., K., Sasikanth, K., Sabareesh, M., Dorababu, N., 2011, Formulation and
Evaluation of Diacerin Cream, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research, vol 4, issue 2
Premjeet, S., Ajay, B., Sunl, K., Bhawana, K., Sahli, K., Divashish, R., Sudeep, B., 2012,
Additives in Topical Dosage Forms, International Journal of Pharmaceutical,
Chemical, and Biological Sciences, 2(1), 78-96
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1996, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
40
MATERI IV
Kelebihan Pasta
• Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan
• Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya
kerja local
• Konsentrasi lebih kental dari salep
• Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.
Kekurangan Pasta
1. Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta pada umumnya tidak
sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
2. Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis. Dapat
menyebabkan iritasi kulit
FORMULA STANDAR PASTA
R/ Zat aktif
Basis
zat tambahan
(pengawet, antoksidan, emolien, emulsifier, surfaktan, zat penstabil,peningkat penetrasi)
ZAT AKTIF
• Zat aktif yang sering digunakan misalnya zinc oksid, sulfur, dan zat aktif lainnya
yang dapat dibuat sediaan semisolid. Penggunaan untuk antiseptik, perlindungan,
penyejuk kulit, dan absorben, sehingga zat aktif yang sering digunakan adalah zat
aktif yang memiliki aktivitas farmakologi seperti tsb. Sifat zat aktif yang perlu
diperhatikan yaitu zat aktif harus mampu didispersikan secara homogen pada basis
namun dapat lepas dari basis dan dapat menembus kulit untuk mencapai tujuan
farmakologisnya.
BASIS
• Basis yang digunakan untuk pasta adalah basis berlemak atau basis air. Macam
basis yang dapat digunakan:
– Basis hidrokarbon
– Basis absorbsi
– Basis air-miscible
– Basis larut air
BASIS HIDROKARBON
• Tidak diabsorbsi oleh kulit
• Tertinggal diatas kulit berupa lapisan dan bersifat oklusif
• Tdk campur air
• Sukar dibersihkan
• Lengket
• Waktu kontak kulit lama
• Inert
• Daya absorbsi rendah
BASIS ABSORBSI
• Bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air. Terbagi 2 kelas:
41
– Basis non emulsi
• Dapat menyerap air membentuk emulsi A/M.
• Kelebihan dibanding hidrokarbon:
– Kurang oklusif namun emolien bagus
– Membantu obat larut minyak untuk penetrasi kulit
– Lebih mudah menyebar/mudah dioles
– Basis emulsi A/M
• Menyerap air lebih banyak dari basis non emulsi.
• Terdiri dari:lanolin, oily cream BP
BASIS AIR-MISCIBLE
• Keuntungan:
– Bercampur dengan eksudat luka
– Mengurangi gangguan fungsi kulit
– Kontak baik dengan kulit karena surfaktannya
– Penerimaan secara kosmetik yang baik
– Mudah dibersihkan untuk area berambut
BASIS LARUT AIR
• Keuntungan :
– Larut air
– Absorbsi baik oleh kulit
– Mudah melarutkan bahan lain
– Bebas dari rasa lengket
– Nyaman digunakan
– Kompatibel dengan berbagai obat dermatologi
• Kerugian :
– Uptake air terbatas
– Kurang lunak dibanding paraffin
– Mengurangi aktivitas beberapa antimikroba
BAHAN TAMBAHAN
PENGAWET ANTIOKSIDAN
ZAT
EMULSIFIER
PENSTABIL
42
PENGAWET
Perlu diperhatikan interaksi dengan bahan aktif dan wadah
Tidak mengiritasi
ANTIOKSIDAN
• Antioksidan ditambahkan untuk mengatasi kemungkinan oksidasi namun harus
memperhatikan:
– Toksisitas,
– Potensi
– Iritasi
– Kompatibilitas
– Bau
– Warna
– Kelarutan
– Kestabilan sediaan
EMULSIFIER
• Emulsifier anionik
• (Na lauril sulfat, TEA)
• Emulsifier kationik
• (amm. Kuartener, cetrimide)
• Emulsifier nonionik
• (ester glikol, ester gliserol)
HUMEKTAN
Mengurangi kehilangan air pada sediaan semisolid contohnya gliserol dan PEG
METODE PEMBUATAN
• Metode pembuatan pasta sama dengan pembuatan salep. Untuk basis semisolid
metode fusion (pelelehan dan triturasi dapat digunakan). Triturasi sendiri cocok
digunakan untuk pembawa likuid.
Metode fusion
• Zat pembawa dan zat berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai
membentuk fase yang homogen.
Metode triturasi
• Zat yang tdk larut dicampur dengan sedikit basis atau bahan pembantu, kemudian
dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Bisa juga digunakan pelarut organik
untuk melarutkan bahan aktifnya baru ditambahkan basisnya.
PASTA GIGI
• A pharmaceutical compound used in conjunction with the toothbrush to clean and
polish the teeth. Contains a mild abrasive, a detergent, a flavoring agent, a binder,
and occasionally deodorants and various medicaments designed as caries
preventives (e.g., antiseptics).
43
FUNGSI :
• Membantu membersihkan partikel sisa makanan, mereduksi plak dan noda,
mengkilapkan permukaan gigi, menyegarkan nafas
• Bahan aktif yang digunakan fluoride mereduksi karies dengan memperkuat
permukaan luar gigi.
• Fungsi terapetik lain dan kosmetik:pemutih, desensitiser, menghambat
plak, memproteksi terhadap berbagai gangguan periodontal
Abrasiveness
• Sebagai standar Ca pirofosfat dengan nilai 100, skor bahan lain berkisar 0-500
relatif terhadap standar
• Dipengaruhi oleh:
• Kekerasan
• Bentuk kristal
• Ukuran partikel
44
Bahan abrasif Konsentrasi Kisaran skor
45
SYARAT-SYARAT PASTA GIGI
1. Mempunyai daya abrasive yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih yang
maksimal
2. Dapat menyingkirkan kotoran-kotoran dimulut
3. Harus stabil dalam jangka waktu yang lama
4. Dapat bereaksi dalam suasana asam atau basa
5. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut
6. Dapat menetralisir asam yang terbentuk dalam mulut
7. Dapat bereaksi dengan enamel gigi dan membentuk senyawa yang dapat
meningkatkan daya tahan enamel terhadap asam.
8. Dapat mengurangi atau menghilangkan bau mulut
9. Tidak beracun
46
• Sweeteners
• Flavours
• Colors
• Preservatif
• Bahan aktif
ABRASIVE
• Tujuan Pemakaian : provide cleaning and polishing
• Umumnya digunakan 20-50% dari total formulasi
• Kapur / kalsium karbonat precipitat
– Tdk mahal, tersedia dalam kisaran derajat densitas yang luas, impurities
silika, tingkat abrasifitas bervariasi, popularitas rendah
– Inkom. Dengan sod.fluoride kompatibel dengan sod.monofluorofosfat
– Konsentrasi sebagai abrasiv (30-50%)
• Kalsium fosfat
– Dikalsium fosfat dihidrat (low abrasion, good polishing, inkom dgn
fluoride, perlu stabiliser untuk mncgh caking, hardening, grittiness)
– Dikalsium fosfat anhidrous (very abrasive, low concentration, inkom dg
fluoride)
– Tetrakalsium pirofosfat (kurang populer krn inkom dg fluoride)
– Insoluble sodium metafosfat
– Lebih mahal, kompatibel dg fluoride, moderately abrasive, banyak
produsen menarik produk dg kndgn ini krn banyak konsumen beralih ke
silika
• Silika
– Abrasive silika (nonabsorbent, odorless, tasteless, good abrasive at low
conc., efek minimal pd konsistensi final product)
– Thickening silika (extremely small sized particles, large surface area,
capability of swelling and thickening, capable absorbing, holding liquid,
low cost, nonreactive, kompatibel dg fluoride karena digunakan dalam
konsentrasi kecil
– Dapat membentuk ‘clear gel’ dg menyesuaikan indek refraksi pelarut
(konsentrasi 10-30%)
• Hidradet alumina
– Low cost, kompatibel dg fluoride, tdk seefektif silika sebagai thickening
agent
• Sodium bikarbonat
– Popular sebagai pasta gigi baking soda
– Efek abrasive at conc. > its water solubility (5-30%), mild abrasive, mudah
dibilas, granular texture, asin (sulit disamarkan), semakin besar partikel less
salty
– Efek abrasive yang ringan perlu kombinasi dengan abrasiv lain seperti
silika, kalsium karbonat
BINDER
• Merupakan bahan alami atau sintetik berupa hidrokoloid
• Untuk menjaga formulasi yg terdiri dari likuid dan solid mjd pasta halus
• Peningkatan viskositas mencegah keluarnya air dari pasta
• Konsentrasi 0.9%-2.0%
• Yang paling populer CMC. Selain itu karagenan, tragakan, sodium alginat.
47
• Desain binder yang optimum menghasilkan pasta mudah dikeluarkan dari tube,
bisa menjaga bentuk tdk melesak masuk bulu sikat, soft, mudah dibilas
• Kekurangan dg CMC kdg terdapat kontaminan debu selulose enzim yang merusak
viskositas pasta
BAHAN AKTIF PERMUKAAN
• Merupakan foaming agent (0.5-2.0%)
• Yang paling populer sodium lauril sulfat
• Syarat: foaming properties, safety, low taste, used below the irritation level
Humektan
• To prevent moisture loss and drying
• Pleasant mouthfeel
• Sorbitol (70%):feeling of coolness, moderate sweetness, less expensive than
gliserin
• Gliserin:populer tp menimbulkan sensasi hangat di mulut, lebih mahal dari sorbitol
atau propilenglikol (5-10%)
• Propilenglikol:excellent solvent properties, low viskus, pahit membatasi
penggunaan. Penggunaan dikombinasi dengan gliserin
SWEETENER
• Sodium sakarin 0.05%-0.25%
• Siklamat
FLAVORS
• Konsentrasi 0.2-2.0%
• Avoid high concentration (irritation)
• Oils: peppermint, spearmint, wintergreen, anise
WATER
• Sebagai solvent untuk garam larut dan pengencer
• Konsentrasi lebih dari 5-10%
• Berpengaruh pada kejernihan gel, optimasi porsi gliserin:sorbitol:water
• Karena produksi pada suhu ruang, air yg digunakan air murni (bacterial free-
deionized water) bebas kontaminasi bakteri
• Level > 20% diperlukan preservatif
PRESERVATIVES
• Keberadaan air, humektan, dan gom alam dapat memicu pertumbuhan mikroba
untuk itu perlu pengawet seperti metil dan propil paraben atau sodium benzoat
yang diperlukan pada level 0.05% - 0.2%
pH Regulators
• Buffering system untuk menyesuaikan pH produk akhir
BAHAN LAIN
• Bahan aktif
– Anticarries : sodium fluoride, stannous fluoride, sodium monofluorofosfat
– Desensitizing agent : formaldehid, sodium sitrat, strontium klorid
hexahidrate, potasium nitrate
– Reduksi plak : klorhexidin glukonat, sodium borat, sanguinaria, sodium
pirofosfat, zinc sitrat, triklosan, dan berbagai minyak atsiri
• Buffer untuk mempertahankan pH
• Pewarna tersertifikasi
• Pemutih gigi (hidroksi peroksida 3%)
48
KRITERIA FORMULA
• Clear gel –silika memiliki indek refraksi hampir sama dengan air/humektan
• High cleaning formula: kombinasi dikalsium fosfat dihidrat dan dikalsium fosfat
anhidrous
• Fluoride diformulasi dengan abrasive yang kompatibel tdk mengandung garam
kalsium yang terlarut.
METODE PREPARASI
• Method: - 1
The binder, prewetted with the humectant, it is disperse in liquid portion
containing the saccharin and preservative and allow swelling to form a homogeneous gel.
The swelling may be accelerated by heat and agitation. The solid abrasive is added slowly
to homogeneous gel and mixed in mixer until a paste formed. The flavour and detergent
are added last and distributed uniformly. Excessive, aeration, particularly in the presence
of detergent, should be avoided. The paste can then be milled, deairated and tubed.
• Method: - 2
The binder is premixed with solid abrasive, which is then mixed with the liquid
phase, containing humectant, preservative and sweetener into a mixer. After formation of
homogeneous paste, the flavour and detergent are added, mixed, milled deairated and
tubed.
EVALUASI
• Abrasiveness
• Particle size
• Cleansing property
• Konsistensi
• pH
• Foaming character
• In vitro animal testing (oral toxicity and mucosal irritation
• Product satisfaction and possible adverse effect (human)
• Evaluasi klinik: alergi, iritasi, problem oral yang lain
STABILITAS
• Appearance,color
• Uniformity
• Flavor,
• Net weight
• pH
• Viskositas
PENGEMASAN
• Metal tube (aluminium)
• Plastic
Safety
• While dentifrice products have a long history of safety, there is an ongoing concern
associated with dental fluorosis due to fluoride ingestion in children under age six.
Studies have shown that for children 1–3 years, 30–75% of the dentifrice is
ingested, and for children 4–7 years 14–48% is ingested.
• n As with any OTC drug product, precautions need to be taken to prevent
overdose. The FDA requires labeling of all fluoride dentifrice products to include a
statement "to minimize swallowing use a pea-size amount in children under six."
NEWER FORMULATIONS OF TOOTHPASTE
1. Functional toothpaste containing nano sized silver.
49
2. Application of water soluble chitosan in toothpaste &
3. mouthwash.
4. Dentifrice containing silica microparticles as the sole abrasives.
5. Dentifrice compositions comprising alkyl galactoside derivatives +nonionic
disinfectants or +protein naturants or +vit- E gives strong coaggregation-inhibitory
effect & antibacterial effect against Fusobacterial & other dental caries &
periodontal disease- causing bacteria.
KESIMPULAN:
Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung bahan tidak larut dalam jumlah
besar sehingga sifatnya kaku dibanding salep. Penggunaan pasta selain untuk penanganan
luka juga banyak digunakan dalam pasta gigi. Kandungan bahan abrasive yang sifatnya
tidak larut dalam pasta gigi menyebabkan pasta gigi termasuk dalam kategori sediaan
pasta.
REFERENSI:
Aulton, M., E., 2nd edition, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Churcil
Livingstone
Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L., Lieberman, H.,
A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press
Lieberman, H., A., Rieger, M., M., Banker, G., S., Pharmaceutical Dosage Forms:Disperse
Systems, vol.2, Marcel Dekker
Premjeet, S., Ajay, B., Sunl, K., Bhawana, K., Sahli, K., Divashish, R., Sudeep, B., 2012,
Additives in Topical Dosage Forms, International Journal of Pharmaceutical,
Chemical, and Biological Sciences, 2(1), 78-96
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1996, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
50
MATERI V
Definisi
Gel merupakan system semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV, hal 7)
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315). Gel
adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil
senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)
Penggolongan
Menurutsifatfasekoloid
Gel anorganik, contoh : bentonit magma
Gel organik, pembentuk gel berupa polimer
Berdasarsifatpelarut
Hidrogel
Organogel
xerogel
Berdasarfaseterdispersi
Gel fase tunggal
Gel dua fase
Kegunaan
Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit –
dansediaanperawatanrambut.
Gel dapatdigunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau
dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (FI IV, hal 8)
Kerugian Gel
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau
hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.
Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan untuk
mencapai kejernihan yang tinggi.
Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang buruk pada kulit bila
terkena pemaparan cahaya matahari, alcohol akan menguap dengan cepat dan
meninggalkan film yang berpori atau pecah-pecah sehingga tidak semua area
tertutupi atau kontak dengan zat aktif.
KOMPONEN GEL
ZAT AKTIF
GELLING AGENT
BAHAN TAMBAHAN
51
GELLING AGENT
Adalah substansi hidrokoloid yang member konsistensi tiksotropi pada gel
Dikenal juga sebagai ‘solidifiers’ atau ‘stabilizer’ dan ‘thickening agent’
>larut dalam air dingin daripada air panas
Metilselulose dan polaxamer kelarutan> air dingin, bentonit, gelatin, Na CMC
>larutdalam air panas
Gelling agent perlu neutralizer setelah dibasahi dalam medium pendispersi
Digunakan dengan konsentrasi 0,5-10%
Kebanyakan perlu waktu 24-48 jam untuk terhidrasi sempurna serta mencapai
viskositas dan kejernihan maksimum
Obatdapatditambahkansebelum gel terbentuk jika adanya obat tdk mempengaruhi
pembentukan gel.
Viskositas berkisar 1000-100.000 cps
TRAGACANTH
Polisakarida komplek alami dengan variasi sifat reologi dan kualitas
mikrobiologinya
Diperoleh dari getah tanaman genus Astragalus
Viskos, tidak berbau, tidak berwarna
Konsentrasi yang diperlukan 5%
Perlu dibasahi dengan etanol atau gliserin sebelum didispersi dalam air
Digunakan untuk treatmen luka bakar topikal
Bersifat asam dan memiliki BM 840.000
Berfungsi sebagai ‘demulscent’ dan ‘suspending agent’
Fenugreek mucilage
Diekstrakdengan multiple maserasi biji jinten hitam
Mengandung polisakarida galaktomanan
Larut lambat dalam air, cepat dalam air panas membentuk larutan koloidal viskous
Gelling concentration 2,5-3,5%
TurunanSelulosa
Metilselulosa
Larut dalam air dingin tapi tdk larut dalam air panas
Nonionik dan stabil dalam spektrum pH luas
Non toksik
Kompatibel dengan air, alkohol (70%), dan propilenglikol (50%)
Kejernihan, hidrasi, dan viskositas maksimum tercapai jika gel didinginkan
0-10C selama ± 1 jam
Merk pasarannya Methocel HG dan Methocel MC
Hidroksietilselulosa
Membentuk lapisan oklusif ketika diaplikasikan kekulit dan dibiarkan
kering
pH 5,5-8,5
Larut dalam air dingin dan panas
Pendispersian lebih mudah dengan bantuan pengadukan pada suhu 20-25C
kemudian dipanaskan hingga 60-70C
Hidroksipropilselulosa
Terhidrasi dan swelling dalam air
Gel yang terbentuk lebih encer
pH 5,5-8,5
Larut dalam air dingin< 38C membentuk koloidal halus dan jernih, suhu
40-45 C presipitasi
52
Larut dalam pelarut organic dingin maupun panas (ex:etanol)
Gel stabil pada pH 6-8, pada pH rendah dan asam akan terhidrolisis dan
viskositas menurun, demikian juga kenaikan suhu hingga 45 C juga
menurunkan viskositas
Hidroksipropilmetilselulosa=Hipromelose
Membentuk gel kental tapi toleransi terhadap ion muatan positif rendah
Terdispersi dalam air dingin praktis tidak larut dalam air panas
Penggunaan sebagai ‘thickening agent 0,25-5%
Bersifat nonionic sehingga tidak bereaksi dengan garam metal membentuk
presipitat
Inkompatibel dengan senyawa pengoksidasi
CMC
Umum digunakan dalam bentuk garam sodium, dikenal sebagai carmellose
sodium
Membentuk gel kental
Stabilitas maksimum pH 7-9
Konsentrasi untuk gel 3-6%
Larut dalam air di segala temperatur
Presipitasi terjadi pada pH < 2 dan bila dicampur dengan ethanol 95%
Inkompatibel dengan senyawa sangat asam, garam besi, logam aluminium,
merkuri, seng dan presipitasi dengan protein bermuatan positif
Carbopol=carbomer
Membentuk larutan asam pH 3,0
Penetralisir ditambahkan untuk menaikan pH dan menyebabkan disperse
mengental membentuk gel (KOH, NaOH, TEA)
Pektin
Diperoleh dari kulit berbagai buah-buahan seperti apel, jeruk, pisang
53
Larut dalam air tidak larut dalam etanol 95% dan pelarut organik lain
Poloxamers (Pluronics)
BM < 3000 likuid> 3000 solid
Sebagai gelling agent 15-50%
Inkom dengan paraben
Larut dalam air dan pelarut organic membentuk larutan jernih
Alginat
Terdiri rantai linier asam uronik
Larut dalam air
Dipasarkan dalam bentuk sodium, potasium, ammonium alginat
Digunakan dengan konsentrasi 5-10%
Garam kalsium meningkatkan viskositas alginat (terjadi crosslinking)
Selain kalsium ion logam polivalen lain juga berpengaruh pada struktur gel
Gelatin
Diproduksi dari hidrolisis kolagen yang berasal dari kulit, tulang binatang,
dan jaringan konektif
Larut dalam air panas sekitar 40C membentuk gel
Tdk larut dalam etanol 95%
Mengasorbsi air 5-10X beratnya
Dalam 2 bentuk pharmagel A dan pharmagel B
Memiliki sifat adesif tapi mudah hilang dari kulit
Yang banyak digunakan untuk gel adalah gelatin hidrolisat
Crosslinked gelatin mengandung air 50-99%
Crosslinked gelatin menyebabkan pelepasan diperpanjang
Pati
Pati membentuk gel tranluscen (tembus cahaya) dalam air
Kombinasi dengan gelatin, gliserin digunakan untuk formulasi gel
PVA
Kurang larut dalam air dingin. Pendispersian dibantu dengan wetting agent
kemudian dipanaskan 90C selama 5 menit dan terus diaduk hingga dingin
Sedikit larut dalam etanol 95%, tdk larut dalam pelarut organik
Tersedia dalam 3 macam viskositas :low, medium, high viskous
Diperlukan konsentrasi 2,5% untuk membuat gel
Perlu penambahan borax untuk membentuk gel
Povidone=Kollidon=PVP
BM tinggi
Membentuk gel pada konsentrasi> 10%
Higroskopis dan mudah ditumbuhi jamur dalam bentuk larutan
54
Humektan
Substansi yang mengasorbsi atau membantu substansi lain agar dapat
mempertahankan kelembaban.
Sifatnya higroskopis
Molekuldengan gugus hidrofil yang mampu membentuk hidrogen bonds untuk
mendukung fungsinya
Ex:gliserin, propilenglikol, litiumklorida, xylitol, sorbitol, dll.
Stabilizer
Basis dan obat sensitive logam berat perlu diproteksi dengan kelating agent seperti
EDTA
PEMBUATAN GEL
Bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan lainnya ditimbang
Gelling agent dikembangkan dalam air
Ditambahkan pada campuran zat aktif dan bahan tambahan diaduk dengan pelan,
jangan sampai ada gelembung udara terjebak didalamnya
CLEAR GEL
R/ minyak mineral 10%
polioksietilen 10 oleileter 20,7%
polioksietilen fatty gliserida 10,3%
propilenglikol 8,6%
sorbitol 6,9%
air 43,5%
BASIS CLEAR JELLY
R/ Na alginate 3g
Metilparaben 0,2 g
Natrium heksametafosfat 5g
Gliserin 10 g
Air murni 100 g
55
Gel sun Screening
R/ Etanol 53 %
Karbomer 940 1%
Gliseril-p-amino benzoat 3%
Monoisopropanolamin 0,09 %
Air 52,91 %
Cara pembuatan :
Karbomer 940 didispersikan kedalam alcohol dan gliseril-p-amino benzoate
dilarutkan kedalm larutan. Secara perlahan Monoisopropanolamin ditambahkan.
Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan air dan dikocok dengan seksama
untuk menghindari penyerapan udara, larutan akan jernih dan terbentuk gel.
Kesimpulan:
Sediaan gel mengandung jumlah air yang tinggi serta memberi rasa sejuk pada kulit.
Penggunaan gel sangat luas selain untuk penghantaran obat juga digunakan untuk
kosmetik. Tersedia banyak gelling agent yang dapat digunakan sebagai basis gel, masing-
masing memiliki sifat fisika kimia tersendiri yang disesuaikan dengan bahan aktifnya agar
sediaan yang dihasilkan efektif, stabil dan akseptabel.
Referensi :
Aulton, M., E., 2nd edition, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Churcil
Livingstone
Lieberman, H., A., Coben, L., J., Sediaan Semisolid, dalam Lachman, L., Lieberman, H.,
A., Kanig, J., L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri III, UI-Press
Premjeet, S., Ajay, B., Sunl, K., Bhawana, K., Sahli, K., Divashish, R., Sudeep, B., 2012,
Additives in Topical Dosage Forms, International Journal of Pharmaceutical,
Chemical, and Biological Sciences, 2(1), 78-96
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 1996, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
56