Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH DASAR STUDI PREFORMULASI DARI

SUPOSITORIA DAN OVULA FORMULASINYA

Dosen Pengampu : Apt.

Disusun Oleh :

-ARION WHAIZER P
(15020200186)
-AMANDA RAISYA A
(15020200187)
-SRI WULANDARY
(15020200198)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULSIM INDONESIA

MAKASSAR

2022
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1

1.1 Latar belakang………………………………………………………………. ..1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….. 2

2.1 keuntugan dan kerugian ………………………2

2.2komposisi……………………………………………………………………….3

2.3formulasi………………………………………………………………………..

2.4pembuatan……………………………………………………………………..

BAB III. PENUTUP…………………………………………………………………….4

3.1 evaluasi…………………………………………………………………..4

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Suppositoria yang dihasilkan dapat digolongkan berdasarkan cara pemberian, efek kerja yang
diharapkan, bentuk, dan lain sebagainya. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung pada
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Sediaan
suppositoria dengan cara pemberian ke dalam vagina disebut dengan ovula. Bahan dasar
suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat (oleum cacao), gelatin tergliserinasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol berbagai bobot molekul dan ester
asam lemak polietilenglikol.

Kata suppositoria sendiri berasal dari bahasa latin supponere, sup artinya: di bawah dan
ponere artinya: ditempatkan. Berarti, supponere mempunyai arti “untuk ditempatkan di
bawah”. Oleh karena itu, suppositoria digunakan untuk ditempatkan di bagian bawah tubuh
seperti di rektum.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Keuntungan Dan kerugian


A. KEUNTUNGAN SUPOSITORIA
a. Bentuk sediaan rektal mungkin digunakan untuk mem- berikan efek lokal untuk
pengobatan infeksi dan per- adangan, misalnya wasir.
b. Bentuk sediaan rektal digunakan untuk meringankan sembelit atau untuk membersihkan
usus sebelum operasi.
c. Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk memberkan efek sistemik, dimana
penyerapan obat secara oral dapat mengiritasi lambung dan tidak dianjurkan.
d. Bentuk sediaan rektal dapat digunakan untuk mem- berikan efek lokal dalam
pengobatan usus besar, misalnya kolitis dan ulseratifa.
e. Dengan mengikuti nasihat dari apoteker, penggunaan bentuk sediaan rektal dan vagina
dapat dilakukan dengan mudah oleh pasien.

B.KERUGIAN SUPOSITORIA.
a. Dinding membran diluputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan yang dapat
bertindak sebagai mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori.
b. Dosis obat yang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil
daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor-faktor keadaan tubuh pasien.
Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat melewati penghalang fisiologis, untuk
diabsorbsi dan sifat basis supositoria yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik dan efek
lokal umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam.
c. Harus dalam kondisi penyimpanan yang tepat dan kering, dingin dan dilindungi dari
cahaya, bebas udara, disimpan dalam bentuk terpasang tidak sebagai untuk memper-
panjang stabilitasnya
d. Di negara-negara tertentu khususnya Amerika dan Inggris bentuk sediaan rektal kurang
dikenal khususnya untuk pengobatan sistemik, dimana hal ini berbeda dengan di Eropa.
Petunjuk dari ahlinya dibutuhkan dalam pembe- rian bentuk sediaan ini penyerapan bahan
obat dari rektum berlangsung lambat. Pemberian rektal dari bahan obat dapat
menghasilkan efek samping lokal dan pem- buatan supositoria di industri lebih sulit
daripada bentuk rektum lainnya.
e. Ketika bahan obat diberi dalam bentuk supositoria, mereka diabsorbsi secara lambat dan
menghasilkan aksi terapeutik setelah waktu yang lama.

2.
2.3 Komposisi
Mereka mengandung satu atau lebih zat aktif yang terdispersi atau terlarut dalam basa yang
cocok yang dapat larut atau terdispersi dalam air atau dapat meleleh pada suhu tubuh.
Eksipien seperti pengencer, adsorben, agen aktif permukaan, pelumas, pengawet
antimikroba dan pewarna agen dapat ditambahkan jika perlu. Kandungan obat mereka
sangat bervariasi dari kurang dari 0,1% hingga hampir 40%

2.4 Formulasi

 Deagglomerator
Deagglomerators adalah eksipien ditambahkan dalam formulasi supositoria suspensi untuk
mencegah aglomerasi partikel obat, yang pada gilirannya akan membuat pelepasan obat
tidak menentu. Lesitin, misalnya, mengurangi daya tarik antara partikel obat dan
meningkatkan sifat aliran dispersi. Surfaktan juga dapat bertindak sebagai deagglom erator,
dengan mencegah pembentukan kue di dalamsupositoria yang meleleh.
 Peningkat kelarutan obat

Eksipien semacam itu bisa ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan encer obat lipofilik
dalam cairan rektal, sehingga memungkinkan pembubaran obat lengkap. Agen penyangga
mengubah pH cairan rektal untuk mengaktifkan ionisasi obat meningkatkan kelarutan air,
asam lemah atau senyawa dasar. Surfaktan nonionik, seperti poloxamers, dapat digunakan
sebagai bahan pembasah. Namun, adanya surfaktan dalam jumlah yang lebih tinggi dari
konsentrasi misel kritis dapat memperlambat pelepasan beberapa obat dari supositoria.
Surfaktan juga dapat bertindak sebagai peningkat penyebaran memungkinkan disintegrasi
kendaraan supositoria dengan terjadinya motilitas rektal. Dalam kasus lemak basa,
surfaktan dapat membuat emulsi air dalam minyak pada pencampuran supositoria dengan
cairan rektal; ini harus sangat tidak dianjurkan karena transfer molekul obat yang ada dalam
keadaan terlarut dalam bagian dalam (globul) fase berair akan sangat lambat dan dengan
demikian penyerapan obat akan sangat terbelakang.
 Penyerapan (permeasi) penambah.

Asam lemak, surfaktan, garam empedu, donor oksida nitrat, zine fenotia dan salisilat adalah
semua kelas permeasi enhancer yang dapat meningkatkan penyerapan dubur narkoba.
Mereka memiliki berbagai mekanisme aksi. Misalnya, salisilat dan fenotiazin antagonis
kalmodulin dan mengganggu integritas dinding rektum dengan membuka persimpangan
ketat kalsium, sehingga meningkat permeabilitas dinding. Donor oksida nitrat
meningkatkan darah mengalir ke membran rektum, menyebabkan pelebaran persimpangan
ketat. Asam lemak interkalasi dalam fraksi lipid dan protein dari membran rektal,
menciptakan pori-pori.
 Pengawet antimikroba

Pengawet adalah diperlukan dalam formulasi basis supositoria yang larut dalam air untuk
mencegah pertumbuhan mikroba.(Aulton’s. 2018)

2.5 Pembuatan
Pembuatan supositoria dan ovula secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang
digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika
perlu dipanaskan. Adapun cara pembuatan suppositoria dan ovula dapat dibaca berikut di
bawah ini :
1. Mencetak hasil leburan cetakan suppos.
2. Kompresi untuk obat yang tidak tahan panas, tidak larut dalam basis.
3. Di gulung, di bentuk dengan tangan
3
BABIII
PENUTUP

3.1 EVALUASI
Menurut Farmakope Indonesia suppositoria yang sudah dicetak dapat dilakukan evaluasi
sebagai berikut :
1. Secara Fisika :
a. Uji Kisaran Leleh
b. Uji Pencairan atau Uji Waktu Melunak dari Supositoria Rektal
c. Uji kehancuran
d. Uji disolusi
c. Uji Keseragaman Bobot

2. Sifat Kimia :
a. Penetapan kadar
b. identifikasi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai