SUPPOSITORIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasi Industri
Disusun oleh :
Byantari P. N. 260112160080
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan semi padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI ed.IV hal 1 6)
Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa
zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik.
Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh,
oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati.
Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan
bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat
dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan
polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat
pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam
sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin
tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan
penggantinya (lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan
untuk hemoroid internal.
Pada umumnya ovula digunakan untuk efek lokal. Tapi beberapa penelitian
menunjukkan ada beberapa obat yang dapat berdifusi melalui mukosa dan masuk dalam
peredaran darah. Sebagai contoh, kadar propanolol dalam plasma untuk sediaan ovula
lebih besar dibandingkan dengan rute oral pada dosis yang sama (Husa’s,
Pharmaceutical Dispensing, hal. 117). Suppositoria dengan bahan lemak coklat harus
disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu
kamar terkendali).
Kualitas berdasarkan desain (QbD) adalah suatu pendekatan ilmiah modern dalam
memformulasikan suatu desain produk, pengujian baik secara manual maupun otomatis
serta mempersingkat penemuan masalah. KbD menggunakan pendekatan sistematik untuk
menjamin kualitas dengan mengembangkan pemahaman mendalam mengenai
kompatibilitas produk akhir dengan semua komponen dan proses yang terlibat dalam
pembuatan produk. Dalam KbD yang diuji bukan hanya produk akhir saja melainkan
semua proses pengembangan. Hasilnya, kualitas suatu produk dapat dianalisis secara
efisien dan sumber kesalahan dapat diidentifikasi dengan cepat.
KbD membutuhkan identifikasi semua titik kritis dalam formulasi dan proses
maupun penentuan variasi yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kualitas produk
akhir. Informasi mengenai komponen maupun proses yang diperoleh sangat
mempengaruhi kualitas produk, keamanan, serta fleksibilitas kualitas bisnis. Dalam QbD
ada empat hal yang menjadi kunci utama, yaitu:
Penetapan kadar zat aktif parasetamol dapat dilakukan dengan metode sebagai
berikut:
1. Spektrofotometri UV (Farmakope Indonesia V, 2014; hal. 985)
Larutan baku : Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan dalam air
hingga kadar lebih kurang 12 μg per ml.
Larutan uji : Timbang saksama lebih kurang 120 mg zat, masukkan ke dalam labu
tentukur 500 ml, larutan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air
sampai tanda. Masukan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml,
encerkan dengan air sampai tanda dan campur.
Pengujian : Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air sebagai blanko.
Hitung jumlah dalam mg, asetaminofen, C8H9NO2, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
𝐴𝑢
10𝐶
𝐴𝑠
Keterangan:
C : kadar parasetamol BPFI dalam μg per ml larutan baku
Au : serapan larutan uji
As : serapan larutan baku
B. Analisis Eksipien
Analisis eksipien dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya yaitu:
1. Oleum Cacao (Farmakope Indonesia III, 1979; hal. 453)
Sinonim : Lemak coklat.
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, agak
rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Fungsi : Zat tamabahan (basis suppositoria).
Analisis : a. Titik lebur: 31o-34°C. Untuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran
titik lebur yaitu, Melting Point Apparatus (MPA) alat ini digunakan
untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu zat.
b. Indeks bias: 1,4564-1,4575; penetapan dilakukan pada suhu 40oC.
c. Bilangan asam: tidak lebih dari 4,0
d. Bilangan iodium: 35-40
e. Bilangan Penyabunan: 188 sampai 196
2. Cetaceum (Farmakope Indonesia III, 1979; hal. 141)
Sinonim : Setaseum, spermaceti.
Pemerian : Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam
20 bagian etanol (95%) P mendidih, dalam kloroform P, dalam eter P,
dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Fungsi : Zat tambahan yang membentuk lapisan emulien kulit.
Analisis : a. Bobot jenis: lebih kurang 0,95
b. Suhu lebur: 42oC sampai 50oC
c. Bilangan asam: tidak lebih dari 1,0
d. Bilangan iodium: tidak lebih dari 5
e. Bilangan penyabunan: 120 sampai 136
f. Zat tak tersabunkan: tidak kurang dari 48,0 %
PRODUKSI SEDIAAN
PROSES PEMBUATAN
Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang bahan, sesuai perhitungan bahan
3. Siapkan air panas untuk memanaskan mortir
4. Setelah mortir panas, masukkan 1125 mg paracetamol ,lalu gerus halus.
5. Kemudian tambahkan sebagian oleum cacao, dan gerus hingga homogen.
6. Tambahkan 360 mg vaselin album , gerus sampai larut.
7. Tambahkan sisa oleum kakao, kemudian gerus sampai halus / cair.
8. Setelah semua bahan homogen, tuang bahan ke dalam cetakan suppositoria dengan
menggunakan pipet tetes, bagi menjadi 9 bagian sama banyak.
9. Masukkan cetakan ke dalam freezer, dinginkan selama 48 jam.
10. Setelah 48 jam, keluarkan cetakan dari freezer, lalu buka cetakan dan ambil hasil
suppositoria.
11. Lakukan uji homogenitas / keseragaman bobot terhadap suppositoria.
12. Bungkus masing masing suppositoria dengan menggunakan alumunium foil, dan
simpan kembali ke dalam freezer, untuk analisa lebih lanjut.
Beberapa hal yang diperhatikan dalam pembuatan suppositoria :
1. Hindari pemanasan berlebih
2. Cetakan dilubrikasi dengan bahan yang immiscible dengan basis.
3. Selain itu pendinginan cetakan di freezer setelah suppo membeku di suhu kamar
4. Bahan dasar yang digunakan dapat meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan
yang ada dalam rectum. Obatnya dapat larut dalam bahan dasar dengan atau tanpa
dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.
5. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh dan mencair, dituangkan dalam
cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi
nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah
dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak basila
dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.
Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari massa yang melekat pada cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin,
minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment). Yang terakhir jangan digunakan
untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan beraksi dengan
sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutan oleum ricini dalam etanol.
Untuk suppositoria dengan bahan dasar Polietilen glikol (PEG) dan tween tidak perlu
bahan pelicin karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut.
Salah satu tujuan kerangka PAT yaitu untuk merancang dan mengembangkan
pemahaman proses yang secara konsisten dapat memastikan sebuah pra-defined quality
pada akhir proses manufaktur. Prosedur tersebut akan secara konsisten dengan prinsip
dasar dari kualitas dengan rangcang dan dapat mengurangi resiko permasalahan kualitas
dan peraturan ketika meningkatkan efesiensi. Kemajuan kualitas, keamanan dan atau
efisiensi akan secara beragam bergantung pada proses dan produk, dan biasanya datang
dari :
1. Mengurangi waktu produksi dengan menggunakan pengukuran dan kontrol
2. Mencegah penolakan, potongan, dan re-processing
3. Real time release
4. Menambahkan ke-otomatisan untuk meningkatkan operator keamanan dan mengurangi
human errors
5. Meningkatkan energi dan pengunaan material dan penambahan kapasitas.
6. Menfasilitasi keberlangsungan proses untuk meningkatkan efisiensi dan mengatur
keberagaman.
Sebagai contoh, penggunaan khusus alat jangka-kecil (untuk mengeliminasi
permasalahan scale-up tertentu).
Petunjuk berikut berisi inovasi dalam pengembangan, manufaktur dan jaminan
kualitas dengan menfokuskan pada proses pemahaman. Konsep berikut dapat teraplikasi
untuk semua situasi manufaktur.
1. Proses pemahaman
Sebuah proses secara umum dapat dipahami ketika (1) semua sumber kritis dari
keragaman dapat di identifikasikan dan dijelaskan; (2) kerberagaman diatur dalam sebuah
proses; dan, (3) atribut kualitas produk dapat secara akurat dan terpecaya diprediksikan
lewat rancang ruang yang terpancang kepada meterial yang digunakan, proses parameter,
manufaktur, lingkungan dan kondisi lainya. Kemampuan untuk memprediksi
merefleksikan sebuah proses pemahaman yang tinggi. Walaupun proses retrospeksi
kapabilitas data adalah indikasi dari sebuah keadaan yang terkendali, hal ini mungkin tidak
cukup untuk mengukur atau mengkomunikasikan proses pemahaman.
Sebuah fokus pemahaman dapat mengurangi beban untuk menvalidasi sistem dengan
cara menyediakan pilihan lebih untuk membenarkan dan mengkualifikasikan sistem yang
dimaksudkan untuk memantau dan mengendalikan secara biologis, fisikm dan atau atribut
kimia dari material dan proses. Dalam ketiadaan dari proses pemahaman, ketika
mengusulkan proses analisis baru, sebuah perbandingan test-to-test antara sebuah proses
analisis on-line dan sebuah test konvensional pada sampel yang terkumpul mungkin satu –
satunya pilihan validasi yang tersedia. Pada beberapa kasus, pendekatan ini mungkin
terlalu memberatkan dan mungkin dapat menghalagi penggunaan seberapa teknologi.
Pengiriman dari metode laboratori untuk, pada, di atau diatas-garis metode mungkin
tidak membutuhkan PAT. Dokumen petunjuk peraturan yang ada dan pendekatan
kompendial pada metode analitik validasi harus dipertimbangkan.
Produk yang telah terkerangka dan proses pengembangan pada skala kecil,
menggunakan eksperimen rancang dan on-or in-line process analyzers untuk mendapatkan
data yang real time, dapat menyediakan yang meningkatkan wawasan dan pemahaman
pada proses pengembangan, pengoptimalisasian, scale-up, pengiriman teknologi dan
pengendalian. Proses pemahaman lalu dilanjutkan dalam sebuah fase produksi ketika
variabel lain (contoh : lingkungan dan perubahan penyedia) mungkin dapat di temui.
Karena itu, kelangsungan pembelajaran lewat masa hidup produk penting.
a. Alat PAT
Ada beberapa alat yang tersedia yang memungkinkan pemahaman proses untuk
ilmiah, pengembangan risk-managed farmasetika, manufaktur, dan jaminan kualitas. Alat
– alat ini, ketika digunakan diantara sebuah sistem, dapat menyediakan efektifitas dan
efisiensi yang berarti untuk memperoleh informasi untuk menfasilitasi proses pemahaman,
perbaikan yang berkelanjutan, dan pengembangan dari strategi risk-mitigation. Pada
kerangka PAT, alat berikut dapat dikategorikan berdasarkan :
1) Alat multivariatif untuk rancang, akuisisi data dan analisis.
2) Proses penganalisasian
3) Proses pengendalian peralatan
4) Pengembangan berkelanjutan dan pengertian pengaturan peralatan
5) Kombinasi yang sesuai dari beberapa, atau seluruh, dari peralatan berikut mungkin
dapat diterapkan pada sebuah operasi unit tunggal, atau keseluruhan proses manufaktur
dan jaminan kualitasnya.
Proses Analisis
Proses analisis telah dikembangkan secara signifikan selama beberapa dekade
terakhir, dikarenakan sebuah peningkatan apresiasi untuk sebuah nilai dari pengoleksian
data proses. Kendali industri atas produktifitas, kualitas, dan dampak lingkungan telah
mendukung peningkatan besar dalam area ini. Peralatan yang tersedia telah berevolusi dari
yang mana mendominasi proses mengambil univariat pengukuran, seperti pH, temperatur,
dan tekanan untuk mereka yang mengukur biologis, kia dan atribut fisik. Adalah benar
bahwa beberapa proses analisis menyediakan pengukuran yang nondestruktif yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan biological, physical dan chemical
attributes dari material yang telah diproses. Pengukuran ini dapat menjadi :
1) At-line : pengukuran dimana sebuah sampel dibuang, di isolasikan dari, dan dianalisasi
dalam proximity dekat kepada sebuah process stream.
2) On-line: pengukuran dimana sebuah sampel di alihkan dari proses manufaktur, dan
mungkin akan kembali pada proses stream.
3) In-line: pengukuran dimana sampel tidak dibuang dari process stream dan dapat
menjadi invasive atau noninvasive
PAT YANG SESUAI UNTUK PRODUKSI SUPPOSITORIA
Industri farmasi banyak diregulasi oleh agensi regulator seperti BPOM, maka produk
jadi farmasi harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Menggunakan Near-Infrared
(NIR), spektrum bisa dilihat langsung dalam sampel tanpa kontak langsung dan tidak
menyebabkan kerusakan sampel. Pada saat proses pencampuran, prediksi secara kualitatif
homogenitas hasil pencampuran dengan menggunakan Near Infra Red spektroskopi (NIR)
yang dapat disambungkan pada suppository moulding. Penggunaan NIR ini dilakukan
untuk memaksimalkan bias dalam prediksi pada proses pencampuran.
Analisis dan kuantifikasi dari respon molekul bergantung pada radiasi. Terjadi
pertukaran energi antara energi radiasi dan energi yang terkandung dalam molekul.
Keuntungan dari NIR spektroskopi:
1) Minimal atau bahan tidak membutuhkan preparasi sampel
2) Kecepatan menganalisis tinggi (<1 detik)
3) Resolusi tinggi
4) Bisa diaplikasikan secara luas (hamper semua organic dan beberapa anorganik)
5) Hasil yang didapatkan kuantitatif dan kualitatif
6) Tidak ada fase (gas, solid, liquid)
7) Tidak merusak sampel, tidak kontak langsung dengan sampel
PRODUKSI SEDIAAN
PENGUJIAN/EVALUASI SEDIAAN
1. Penampilan
Untuk mengevaluasi adanya keretakan, migrasi bahan aktif, bau, warna
a. Bentuk
Dianjurkan untuk memeriksa bentuk suppositoria untuk melihat apakah bentuk
tersebut konsisten.
b. Kondisi Permukaan
Hal-hal yang dapat dievaluasi, diantaranya sebagai berikut: kecemerlangan, kusam,
bintik-bintik, retak, daerah gelap, rongga aksial, gelembung udara, lubang, dll
c. Warna
Intensitas, sifat dan homogenitas warna harus diverifikasi
d. Bau
Verifikasi bau dapat mencegah kebingungan ketika supositoria yang sama sedang
diproses. Perubahan bau juga dapat menjadi indikasi dari proses degradasi.
2. Keseragaman Bobot
Timbang 20 suppo sendiri2 (w1-w20)
Timbang 20 suppo bersamaan (w)
Hitung rata-rata w/20
Evaluasi: tdk lebih 2 suppo berbeda dengan berat rata-rata > 5%, dan tidak ada satu
suppo yang berbeda dengan rata-rata > 10%.
Pada metode Krowczynski, uji tersebut terdiri dari pipa-U yang sebagian dicelupkan
ke dalam bagian penanggas air yang bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu sisi
menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa. Sebuah batangan dari kaca
ditempatkan di bagian atas suppositoria, dan waktu yang diperlukan batangan untuk
melewati suppositoria sampai penyempitan tersebut dicatat sebagai ”waktu melunak”. Ini
dapat dilaksanakan dalan berbagai temperatur dari 35,5 sampai 37⁰C sebagai suatu
pemeriksaan pengawasan mutu, dan dapat juga dikaji sebagai suatu ukuran kestabilan
fisika terhadap waktu. Suatu penanggas air dengan elemen pendingin dan pemanas harus
digunakan untuk menjamin pengaturan panas dengan parbedaan tidak lebih dari 0.1⁰C.
5. Uji Kehancuran
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau
kerapuhan suppositoria. Suppositoria dengan bentuk-bentuk yang berbeda memiliki titik
hancur yang berbeda pula.
6. Uji Disolusi
Uji disolusi supositoria diperlukan untuk menguji pengerasan dan transisi polimorfik
bahan aktif dan basis supositoria. Namun, tidak ada uji disolusi yang benar-benar tepat
untuk supositoria karena ketidaklarutan beberapa pembawa supositoria dalam air. Jika
menggunakan larutan disolusi aqueous maka memerlukan tahap partisi, namun tahap
tersebut membutuhkan waktu eksta yang dapat mengubah perhitungan laju disolusi.
Laju disolusi pada supositoria cair yang mengandung surfaktan lebih cepat daripada
yang tidak mengandung surfaktan. Apabila menggunakan surfaktan, profil disolusi kurang
lebih sama pada teknik yang berbeda. Kehadiran surfaktan membat supositoria lebih
sensitif pada perbedaan teknik disolusi (Gjellan, 1989).
Metode pengujian disolusi:
a. Metode Dayung
Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi
memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal
ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Metode dayung
sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung
yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan (Ditjen POM, 1995).
Supositoria mencair ditunjukkan dengan lemak yang mengambang cepat ke
permukaan. Potongan-potongan lemak kecil yang meleleh terakumulasi di sekitar helix
dan terus mengembang ke permukaan medium disolusi (Gjellan, 1989). Metode ini dapat
digunakan untuk supositoria hidrofilik (Siewert, 2003).
b. Metode Keranjang
Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor.
Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media
pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37oC.
Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam
USP yang terakhir beredar (Ditjen POM1325, 1995).
Metode basket menunjukan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan untuk
memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap
(Siregar, 2010).
Surfaktan menghasilkan tetesan kecil dari lemak yang terdispersi dengan cepat ke
media. Beberapa partikel lemak juga terhalang keranjang mesh. Ketika surfaktan tidak
digunakan, keranjang berguna sebagai wadah untuk semua lemak yang meleleh. Surfaktan
membuat lemak lebih sensitive terhadap agitasi. Supositoria yang meleleh tanpa surfaktan
hanya tinggal di dalam keranjang. Metode ini dapat digunakan untuk supositoria hidrofilik
(Siewert, 2003).
c. Metode Difusi Membran/Dialisis
Metode ini lebih disarankan ketika dalam formulasi mengandung spreading agents
(Siewert, 2003).