SUPPOSITORIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmasi Industri
Disusun oleh :
Dwi Margiati
260112160034
Rindy Ayundha
260112160042
260112160052
Tita Diarni
260112160054
Byantari P. N.
260112160080
260112160084
260112160092
Shavira Ichwani
260112160096
260112160098
260112160106
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
SEDIAAN SUPPOSITORIA
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan semi padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI ed.IV hal 1 6)
Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa
zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik.
Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh,
oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat diobati.
Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan
bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun obat bentuk nonionik dapat
dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan
polietilen glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat
pelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam
sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin
tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan
penggantinya (lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan
untuk hemoroid internal.
1. Suppositoria Lemak Coklat
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur
bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur
dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat
pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat,
(seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting, suppositoria
meleleh pada suhu tubuh. Perkiraan bobot suppositoria yang dibuat dengan lemak coklat,
dijelaskan dibawah ini. Suppositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih
berat dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini:
a. Suppositoria rektal
Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan
biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
b. Suppositoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari
zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 1,5 inchi
dan diameter 5/8 inchi.
Absorpsi vagina
Absorpsi sediaan vaginal terjadi secara pasif melalui mukosa. Proses absorpsi
dipengaruhi oleh fisiologi, pH, dan kelarutan dan kontanta partisi obat. Permukaan
vagina dilapisi oleh lapisan film air (aqueous film) yang volume, pH dan
komposisinya dipengaruhi oleh umur, siklus menstruasi, dan lokasi. pH vagina
meningkat secara gradien yaitu pH 4 untuk anterior formix dan pH 5 di dekat cervix.
Pada
menunjukkan ada beberapa obat yang dapat berdifusi melalui mukosa dan masuk dalam
peredaran darah. Sebagai contoh, kadar propanolol dalam plasma untuk sediaan ovula
lebih besar dibandingkan dengan rute oral pada dosis yang sama (Husas,
Pharmaceutical Dispensing, hal. 117). Suppositoria dengan bahan lemak coklat harus
disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu
kamar terkendali).
kualitas
dengan
mengembangkan
pemahaman
mendalam
mengenai
kompatibilitas produk akhir dengan semua komponen dan proses yang terlibat dalam
pembuatan produk. Dalam KbD yang diuji bukan hanya produk akhir saja melainkan
semua proses pengembangan. Hasilnya, kualitas suatu produk dapat dianalisis secara
efisien dan sumber kesalahan dapat diidentifikasi dengan cepat.
KbD membutuhkan identifikasi semua titik kritis dalam formulasi dan proses
maupun penentuan variasi yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kualitas produk
akhir. Informasi
mengenai
komponen
maupun
proses
yang
diperoleh
sangat
mempengaruhi kualitas produk, keamanan, serta fleksibilitas kualitas bisnis. Dalam QbD
ada empat hal yang menjadi kunci utama, yaitu:
1
(Quality Target Product Profile/QTPP) dan semua Komponen Titik Kritis (Criticaal
Quality Attributes/CQA) dari suatu produk. QTTP meliputi semua faktor yang berkaitan
dengan produk sedangkan CQA meliputi karakteristik produk yang memberikan pengaruh
besar terhadap kualitas produk.Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai desain
produk. Komponen produk dapat terkarakterisasi serta kompabilitas masing-masing
komponen dapat terevaluasi.
2
menentukan semua variasi proses yang dapat memberikan dampak pada kualitas suatu
produk. Ketika ruang desainnya ditemukan, maka kita dapat mengantisipasi dan
merencanakan bagaimana mengontrol proses tersebut. Data penelitian, produk maupun
literature dapat digunakan untuk menentukan parameter-parameter tersebut.
3 Memahami Ruang Kontrol
Didasarkan pada ruang proses desain, maka ruang kontrol yang baik juga dapat
dipahami. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami proses yang dapat mempengaruhi
kualitas suatu produk dari variabel proses produksi, sehingga proses produksi tetap
berjalan dibawah pengawasan.
4
terbaik,
penentuan
secara
statistik
memungkinkan kita untuk mengakomodasi semua variable alam dalam CPPs dan CQAs.
Untuk produk yang umum, ruang operasi harus selalu dalam pengawasan dan harus
mengikuti referensi pembuatan produk yang ada sehingga parameternya tetap sama.
Sedangkan untuk produk baru, ruang operasi harus didesain sedemikian rupa agar sesuai
dengan guideline regulasi.
Keuntungan dari penggunaan metode QbD ini diantaranya adalah merupakan metode
yang efisien baik dari segi waktu maupun harga.Memungkinkan untuk tetap mengikuti
peraturan yang dikeluarkan oleh BPOM serta mereduksi waktu registrasi dari BPOM. QbD
secara signifikan dapat memberikan keuntungan besar bagi suatu indutri yang
menerapkannya (DPT Labs, 2013)
6,25 %
Oleum cacao
95,8 %
Cetaceum
5%
(Reynolds, 1989)
spektrum yang dihasilkan. Selain itu adanya pengotor pada sampel dapat
mempengaruhi absorbsi sinar UV sehingga mempengaruhi nilai kadarnya.
2. Spektrofotometri IR (Gandjar, 2010)
a. Prinsip Kerja: Radiasi inframerah menyebabkan terjadinya vibrasi dan/atau rotasi
dalam molekul yang dikenai sinar infra merah.
b. Alasan pemilihan metode: Metode ini mempunyai sensitivitas yang baik, spesifitas
tinggi, dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
c. Masalah yang mungkin terjadi dalam analisis: Panjang gelombang pada infra merah
memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan suhu. Ketika suhu mengalami
kenaikan, maka panjang gelombang akan menurun dapat mempengaruhi absorbansi
dan hasil analisis kadarnya.
: Parasetamol
Sinonim
: Acetaminophen
Nama IUPAC
: 4-Hidroksiasetanilida
Struktur Molekul
: C8H9NO2
Berat molekul
: 151,16 g/mol
Kandungan
Pemerian
Kelarutan
Sistem kristal
Penyimpanan
Khasiat
Stabilitas
Identifikasi zat aktif parasetamol dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
Identifikasi Lini Pertama:
Titik Lebur
Antara 168C dan 172C (Farmakope Indonesia V, 2014; hal. 985).
Spektrofotometri IR
Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok
dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Parasetamol BPFI (Farmakope Indonesia
V, 2014; hal. 985).
Larutan uji
Pengujian
: Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air sebagai blanko.
Hitung jumlah dalam mg, asetaminofen, C8H9NO2, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
10 C
Au
As
Keterangan:
C
Larutan referensi (a) : Encerkan 1,0 ml larutan uji dalam 50,0 ml fase gerak. Encerkan
5,0 ml larutan ini dalam 100,0 ml fase gerak.
Larutan referensi (b) : Encerkan 1,0 ml larutan referensi (a) dalam10,0 ml fase gerak.
Larutan referensi (c) : Larutkan 5,0 mg 4-aminofenol, 5 mg parasetamol BPFI dan 5,0
mg kloroaasetanilid dalam metanol dan encerkan sampai 20,0
ml dengan pelarut yang sama. Encerkan 1,0 ml dalam 250,0 ml
fase gerak.
Larutan referensi (d) : Larutkan 20,0 mg 4-nitrofenol dalam metanol dan encerkan
sampai 50,0 ml dengan pelarut yang sama. Encerkan 1,0 ml
dalam 20,0 ml fase gerak.
Kolom
Fase gerak
Laju alir
: 1,5 ml / menit.
Deteksi
Injeksi
: 20 ml.
Waktu pengukuran
Retensi relatif
Kesesuaian sistem
B. Analisis Eksipien
Analisis eksipien dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya yaitu:
1. Oleum Cacao (Farmakope Indonesia III, 1979; hal. 453)
Sinonim
: Lemak coklat.
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak, agak
rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Fungsi
Analisis
: a. Titik lebur: 31o-34C. Untuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran
titik lebur yaitu, Melting Point Apparatus (MPA) alat ini digunakan
untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu zat.
b. Indeks bias: 1,4564-1,4575; penetapan dilakukan pada suhu 40oC.
c. Bilangan asam: tidak lebih dari 4,0
d. Bilangan iodium: 35-40
e. Bilangan Penyabunan: 188 sampai 196
: Setaseum, spermaceti.
Pemerian : Massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P dingin, larut dalam
20 bagian etanol (95%) P mendidih, dalam kloroform P, dalam eter P,
dalam karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan minyak atsiri.
Fungsi
Analisis
PRODUKSI SEDIAAN
PROSES PEMBUATAN
A. Jenis Jenis Metode Pencetakan Suppositoria
Bahan
Paracetamol
Vaselin album
Oleum cacao
Cetyl alkohol
Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menimbang bahan, sesuai perhitungan bahan
3. Siapkan air panas untuk memanaskan mortir
4. Setelah mortir panas, masukkan 1125 mg paracetamol ,lalu gerus halus.
5. Kemudian tambahkan sebagian oleum cacao, dan gerus hingga homogen.
6. Tambahkan 360 mg vaselin album , gerus sampai larut.
Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk
menghindari massa yang melekat pada cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin,
minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment). Yang terakhir jangan digunakan
untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan beraksi dengan
sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutan oleum ricini dalam etanol.
Untuk suppositoria dengan bahan dasar Polietilen glikol (PEG) dan tween tidak perlu
bahan pelicin karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut.
1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (FI IV, 1995)
Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas. Jika
dipanasi sekitar 300 mulai mencair, dan biasanya meleleh sekitar 34 0-350 C, tetapi pada
suhu dibawah 300 merupakan massa semipadat, mengandung banyak kristal dari
trigleserida pada dan merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan
tenaga tegangan muka. Sering dilupakan dalam melelehkan lemak coklat terdapat
kondisi pemanasan, karena akan memperoleh hasil yang kurang menyenangkandengan
adanya modifikasi sifat fisika yang karakteristik dari asam coklat. Jika pemanasannya
tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti
krital yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan dibawah 15akan
mengkristal dalam bentuk kristal metastabil
Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan cera atau
cetaceum. Penambahan cera flava dapar menaikkan daya serap lemak coklat terhadap
air. Pada pengisiaan masa supositoria ke dalam cetakan, kemak coklat cepat membeku
dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa, maka
pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong.
Penanganannya :
a. Balsam digerus dulu dengan sebagian lemak coklat sampai menjadi pasta dan
selanjutnya sisa zat sigerus dan dicampurkan.
b. Ekstrak kering, opium concentratumdan pantopon digerus dulu dalam mortir yang
dialasi sulu dengan saccharus lactis agar tidak lengket pada mortir. Setelah itu
campuran serbuk yang halus digerus dengan sedikit lemak coklat.
c. Ichtammolum dalam supositoria dikerjakan seperti pada balsamum sebagian lemak
coklat diganti dengan cera flava 5% agar supositoria tidak meenjadi lembek.
berinteraksi dengan molekul obat, yang menyebabkan penurunan aktivitas terapetik (FI
IV, 1995).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penuangan adalah :
a. Panaskan dengan suhu serendah mungkin
b. Bahan obat dicampur dengan sedikit lelehan basis baru kemudian dengan sisa basis
yang mulai mengental
c. Bila berat jenis obat lebih besar dari berat jenis basis penuangan sambil diaduk untuk
menghindari pengendapan pada ujung suppositoria
d. Penuangan tidak dalam kondisi terlalu cair untuk menghindari pengendapan pada
ujung suppositoria
e. Penuangan dilakukan secara kontinyu untuk menghindari suppositoria pecah dan
berlapis-lapis
f. Penuangan dilakukan belebih
orang
yang
memanufakturkan
harus
menghubungi
CBER
untuk
terfokus untuk menyajikan dasar dalam mengedintifikasi dan memahami hubungan antara
macam formulasi kritis dan faktor proses dan untuk menembangkan efektifitas resiko
mitigation strategies (contoh : spesifikasi produk, proses pengendalian, pelatihan). Data
dan informasi digunakan untuk mebantu memahami hubungan yang dapat dimanfaatkan
melalui program pra formulasi, development dan scale-up studies, sama halnya dari
penungkatan anilisis dari memanufaktur data yang diperoleh lewat masa produk.
Inovasi efektif pada pengembangan, manufaktur dan jaminan kualitas dapat
diekspektasikan untuk menjawab pertanyaan seperti:
1. Apakah mekanisme dari degradasi, drug release dan penyerapan?
2. Apakah dampak dari komponen produk terhadap kualitas?
3. Apakah sumber dari keberagaman adalah kritis?
4. Bagaimana proses dapat mengatur keberagaman?
Salah satu tujuan kerangka PAT yaitu untuk merancang dan mengembangkan
pemahaman proses yang secara konsisten dapat memastikan sebuah pra-defined quality
pada akhir proses manufaktur. Prosedur tersebut akan secara konsisten dengan prinsip
dasar dari kualitas dengan rangcang dan dapat mengurangi resiko permasalahan kualitas
dan peraturan ketika meningkatkan efesiensi. Kemajuan kualitas, keamanan dan atau
efisiensi akan secara beragam bergantung pada proses dan produk, dan biasanya datang
dari :
1. Mengurangi waktu produksi dengan menggunakan pengukuran dan kontrol
2. Mencegah penolakan, potongan, dan re-processing
3. Real time release
4. Menambahkan ke-otomatisan untuk meningkatkan operator keamanan dan mengurangi
human errors
5. Meningkatkan energi dan pengunaan material dan penambahan kapasitas.
6. Menfasilitasi keberlangsungan proses untuk meningkatkan efisiensi dan mengatur
keberagaman.
Sebagai contoh, penggunaan khusus alat jangka-kecil
(untuk mengeliminasi
1. Proses pemahaman
Sebuah proses secara umum dapat dipahami ketika (1) semua sumber kritis dari
keragaman dapat di identifikasikan dan dijelaskan; (2) kerberagaman diatur dalam sebuah
proses; dan, (3) atribut kualitas produk dapat secara akurat dan terpecaya diprediksikan
lewat rancang ruang yang terpancang kepada meterial yang digunakan, proses parameter,
manufaktur,
lingkungan
dan
kondisi
lainya.
Kemampuan
untuk
memprediksi
dalam mengembangkan metode analisis untuk atribut kimia ( contoh, identitas dan
kemurnian). Bagaimanapun, atribut fisik dan mekanik tertentu dari bahan farmasetika
tidak diperlukan untuk terlalu dipahami. Karena itu, sesuatu yang telah melekat,
keberagaman yang tidak terdeteksi dari material mentah mungkin dapat dimanisfestasikan
pada hasil akhir produk. Membangun proses yang efektif untuk mengatur atribut fisik dari
material mentah dan yang masih dalam proses membutuhkan sebuah pemahaman
fundamental dari atribut yang kritis terhadap kualitas produk. Atribut tersebut (contoh,
ukuran partikel dan bentuk variasi antar sebuah sampel) dari material mentah dan dalam
proses mungkin menampilkan tantangan yang signifikan dikarenakan kekompleksannya
dan kesulitannya yang terhubung kepada mengoleksi sampel yang mewakili. Sebagai
contoh, sebagai yang diketahui bahwa prosedur sampling bubuk dapat terjadi kesalan.
Rancang formulasi strategi yang ada menyediakan proses kuat yang tidak secara
negatif berdampak oleh perbedaan kecil dalam atribut fisik dari material mentah.
Dikarenakan strategi tersebut yang tidak tergenerilsasi dan sering didasarkan pada
pengalaman dari sebuah formulasi partikuler, kualitas dari formuliasi tersebut dapat di
evaluasikan hanya dengan menguji sampel dari material yang sedang diproses dan akhir
produk. Sekarang, pengujian tersebut dilakukan off line setelah menyiapkan sampel yang
telah di koleksikan untuk di analisa. Pengujian berbeda, dari setiap sebuah kualitas atribut
partikuler, dibutuhkan karena test tersebut hanya menyebutkan satu atribut dari sebuah
bahan yang aktif menikuti sampel yang disiapkan (contoh, pemisahan kimia untuk
mengisolasinya dari komponen lainnya). Pada saat persiapan sampel, informasi penting
lain tentang sebuah formulasi matriks terkadang hilang. Beberapa teknologi baru kini
tersedia untuk dapat menghasilkan informasi terhadap atribut ganda dengan persiapan
sampel minim atau nol. Teknologi tersebut menyediakan sebuah peluang untuk menilai
atribut berganda, yang terkadang tidak terdestruktif.
Sekarang, hampir setiap proses farmasetika didasari pada time-defined end
points(contoh, bercampur untuk 10 menit). Bagaimanapun, pada beberapa kasus, timedefined end pointstersebut dinilai bukanlah dampak dari perbedaan fisik dalam material
mentah. Kesulitan dalam memproses dapat timbul yang akan menghasilkan pada sebuah
kegagalan pada sebuah produk untuk menemukan spesifikasinya, bahkan jika beberapa
material mentah sesuai untuk terpancang pada spesifikasi pharmacopeial, yang mana
secara umum hanya menyebutkan identitas dan kemurnian kimia.
Penggunaan alat dan prinsip PAT yang sesuai, yang telah terurai dibawah dapat
menyediakan informasi yang relevan yang dihubungkan dengan atribut fisik, kimia, dan
biologis. Sebuah proses pemahaman yang didapatkan melalui informasi ini akan
memungkinkan proses pengendalian dan pengoptimalisasian, penyebutan sebuah batasan
dari sebuah time-defined end points dibahas diatas, dan peningkatan efisiensi.
a. Alat PAT
Ada beberapa alat yang tersedia yang memungkinkan pemahaman proses untuk
ilmiah, pengembangan risk-managed farmasetika, manufaktur, dan jaminan kualitas. Alat
alat ini, ketika digunakan diantara sebuah sistem, dapat menyediakan efektifitas dan
efisiensi yang berarti untuk memperoleh informasi untuk menfasilitasi proses pemahaman,
perbaikan yang berkelanjutan, dan pengembangan dari strategi risk-mitigation. Pada
kerangka PAT, alat berikut dapat dikategorikan berdasarkan :
1) Alat multivariatif untuk rancang, akuisisi data dan analisis.
2) Proses penganalisasian
3) Proses pengendalian peralatan
4) Pengembangan berkelanjutan dan pengertian pengaturan peralatan
5) Kombinasi yang sesuai dari beberapa, atau seluruh, dari peralatan berikut mungkin
dapat diterapkan pada sebuah operasi unit tunggal, atau keseluruhan proses manufaktur
dan jaminan kualitasnya.
Alat multivariatif untuk rancang, akuisisi data dan analisis
Dari sebuah fisik, kimia atau prespektif biologis, produk farmasetika dan beberapa
proses adalah sistem multi-factorial yang kompleks. Berikut adalah beberapa strategi
pengembangan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi formulasi optimal dan
beberapa proses. Pengetahuan yang didapatkan pada program pengembangan ini adalah
pondasi untuk perancangan produk dan proses.
Pengetahuan dasar ini dapat membantu untuk mendukung dan membenarkan jalur
peraturan yang fleksibel sebagai inovasi dalam perubahan manufaktur dan postapproval.
Sebuah pengetahuan dasar dapat menjadi hampir keseluruhan keuntungan ketika
kandungan pemahaman ilmiahnya dari sebuah hubungan multi-factorial yang relevan
(contoh, antar formulasi, proses, dan atribut kualitas), sebagaimana yang dimaksudkan
untuk mengevaluasi sebuah penerapan dari pengetahuan ini dalam skenario yang berbeda
(contoh, generalisasi). Keuntungan ini dapat diraih melalui penggunaan pendekatan
matematis multivariatif, seperti rangcang statistik pada eksperimen, metodologi responsif
permukaan, proses simulasi, dan pengenalan pola peralatan, setara dengan pengetahuan
sistem pengaturan. Sebuah penerapan dan keandalan dari pengetahuan dalam bentuk
hubungan matematis dan model dapat di nilai oleh evaluasi statistik dari modek prediksi.
Metodologi eksperimen yang didasarkan pada prinsip statistik dari ortogonal,
distribusi referensi, dan secara acak, menyediakan efektif berarti untuk mengidentifikasi
dan mempelajari dampak dan interaksi dari produk dan proses variabel.
Eksperimen dilakukan saat pengembangan produk dan proses dapat disajikan
sebagai
pembangunan
blok
dari
pengetahuan
yang
dapat
berkembang
untuk
mengakomodasi sebuah tingkat kompleksitas yang lebih tinggi lewat masa sebuah produk.
Informasi dari sebuah eksperimen yang terstruktur mendukung pengembangan dari sistem
pengetahuan untuk sebuah produk tertentu dan prosesnya. Informasi ini, bersamaan
dengan informasi dari pengembangan proyek lain, lalu dapat menjadi bagian dari
pengetahuan dasar institusional secara keseluruhan. Sebagaimana pengetahuan dasar
institusional tersebut berkembang dalam liputan (jarak antar variabel dan skenario) dan
data tekanan, hal tersebut dapat diambil untuk menjabarkan pola kegunaan sebagai
pengembangan proyek kedepan. Database eksperimental ini dapat juga mendukung
pengembangan
dari
model
proses
simulasi,
yang
dapat
berkontribusi
untuk
digunakan
secara
sesuai,
peralatan
tersebut
memungkinkan
pengidentifikasian dan evaluasi dari produk dan proses variabel yang mungkin dapat
secara kritis untuk pemproduksi kualitas dan kinerja. Peralatan juga dapat mengidentifikasi
potensi moda kegagalan dan mekanisme dan menghitung dampaknya terhadap kualitas
produk.
Proses Analisis
Proses analisis telah dikembangkan secara signifikan selama beberapa dekade
terakhir, dikarenakan sebuah peningkatan apresiasi untuk sebuah nilai dari pengoleksian
data proses. Kendali industri atas produktifitas, kualitas, dan dampak lingkungan telah
mendukung peningkatan besar dalam area ini. Peralatan yang tersedia telah berevolusi dari
yang mana mendominasi proses mengambil univariat pengukuran, seperti pH, temperatur,
dan tekanan untuk mereka yang mengukur biologis, kia dan atribut fisik. Adalah benar
bahwa beberapa proses analisis menyediakan pengukuran yang nondestruktif yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan biological, physical dan chemical
attributes dari material yang telah diproses. Pengukuran ini dapat menjadi :
1) At-line : pengukuran dimana sebuah sampel dibuang, di isolasikan dari, dan dianalisasi
dalam proximity dekat kepada sebuah process stream.
2) On-line: pengukuran dimana sebuah sampel di alihkan dari proses manufaktur, dan
mungkin akan kembali pada proses stream.
3) In-line: pengukuran dimana sampel tidak dibuang dari process stream dan dapat
menjadi invasive atau noninvasive
Normalisasi vektor dari spektra dilakukan untuk mengurangi intensitas yang disebabkan
oleh interference. Dengan menggunakan near-infrared (NIR), spectrum dapat diukur secara
langsung pada sampel utuh tanpa kontak atau terjadi kerusakan pada sampel. Secara
khusus, NIR spektroskopi melibatkan chemometrics yang menjadi teknik penting untuk
PAT dalam proses produksi farmasi. Chemometrics, 4 multiple regresi linear, komponen
utama regresi dan regresi parsial least-squares (PLS) merupakan metode analisis yang
ideal untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang sampel data spektroskopi dari data
spectrum NIR di banyak industri. Oleh karena itu, metode spektroskopi NIR dengan
chemometrics telah dimanfaatkan untuk memecahkan masalah seperti keseragaman isi
obat, ukuran partikel, dan stabilitas bubuk massal di industry farmasi.
Analisis dan kuantifikasi dari respon molekul bergantung pada radiasi. Terjadi
pertukaran energi antara energi radiasi dan energi yang terkandung dalam molekul.
PRODUKSI SEDIAAN
PENGUJIAN/EVALUASI SEDIAAN
1. Penampilan
Untuk mengevaluasi adanya keretakan, migrasi bahan aktif, bau, warna
a. Bentuk
Dianjurkan untuk memeriksa bentuk suppositoria untuk melihat apakah bentuk
tersebut konsisten.
b. Kondisi Permukaan
Hal-hal yang dapat dievaluasi, diantaranya sebagai berikut: kecemerlangan, kusam,
bintik-bintik, retak, daerah gelap, rongga aksial, gelembung udara, lubang, dll
c. Warna
Intensitas, sifat dan homogenitas warna harus diverifikasi
d. Bau
Verifikasi bau dapat mencegah kebingungan ketika supositoria yang sama sedang
diproses. Perubahan bau juga dapat menjadi indikasi dari proses degradasi.
2. Keseragaman Bobot
Evaluasi: tdk lebih 2 suppo berbeda dengan berat rata-rata > 5%, dan tidak ada satu
suppo yang berbeda dengan rata-rata > 10%.
3. Uji Jarak Leleh (Melting Range Test)
Uji ini disebut juga kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran
waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam
penanggas air dengan temperatur tetap (37oC). Sedangkan uji kisaran meleleh mikro
adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak. Alat yang
biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari suppositoria adalah suatu
Alat Disintegrasi Tablet USP. Suppositoria dicelupkan seluruhnya dalam penanggas air
yang konstan, dan waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna atau
menyebar dalam air disekitarnya diukur. Pola pelepasan obat secara in vitro diukur dengan
menggunakan alat kisaran leleh yang sama.
Uji melunak untuk mengukur waktu yang diperlukan suppositoria rektal untuk
mencair dalam alat yang disesuaikan dengan kondisi in vivo. Suatu penyari melalui selaput
semiparmiabel, yakni pipa selofan, diikat pada kedua ujung kondensor dengan masingmasing ujung pipa terbuka. Air pada 37C disirkulasi melalui kondensor tersebut pada laju
sedemikian rupa, sehingga separuh bagian bawah pipa selofan kempis dan separuh bagian
atas terbuka. Tekanan hidrostatis air dalam alat tersebut kira-kira nol ketika pipa tersebut
mulai kempis. Bila temperatur air dibuat stabil pada suhu 37C, suppositoria turun, dan
waktu tersebut diukur untuk suppositoria meleleh dengan sempurna dalam pipa tersebut
(Setnikar and Fantelli, 1962).
5. Uji Kehancuran
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau
kerapuhan suppositoria. Suppositoria dengan bentuk-bentuk yang berbeda memiliki titik
hancur yang berbeda pula.
masing-masing 200 gram setiap 1 menit. Pencatat waktu dihentikan saat suppositoria
hancur (beban telah sampai pada batas yang ditentukan. Percobaan tersebut dilakukan 3
kali untuk masing-masing suppositoria. Waktu dan beban yang digunakan dicatat. Hasil
sediaan suppositoria yang baik adalah memiliki kekerasan dalam rentang 1,8 2,0 Kg
(Lieberman, 1994).
Pembacaan beban :
a. Apabila sediaan hancur dalam waktu 0 20 detik setelah pemberian lempeng terakhir,
maka massa yang terakhir ini tidak masuk dalam perhitungan.
b. Apabila sediaan hancur dalam waktu 20 40 detik setelah pemberian lempeng terakhir,
maka massa yang dimasukkan ke dalam perhitungan hanya setengah dari massa yang
digunakan (misal 100 gram)
c. Apabila sediaan belum hancur dalam waktu >40 detik setelah pemberian lempeng
terakhir, maka seluruh massa lempeng terakhir dimasukkan ke dalam perhitungan.
(Milala et al., 2013)
Titik hancur yang dikehendaki dari masing-masing bentuk suppositoria yang
beranekaragam ini ditetapkan sebagai level yang menahan kekuatan (gaya) hancur yang
disebabkan oleh berbagai tipe penanganan, yakni produksi, pengemasan, pengiriman, dan
pengangkutan.
6. Uji Disolusi
Uji disolusi supositoria diperlukan untuk menguji pengerasan dan transisi polimorfik
bahan aktif dan basis supositoria. Namun, tidak ada uji disolusi yang benar-benar tepat
untuk supositoria karena ketidaklarutan beberapa pembawa supositoria dalam air. Jika
menggunakan larutan disolusi aqueous maka memerlukan tahap partisi, namun tahap
tersebut membutuhkan waktu eksta yang dapat mengubah perhitungan laju disolusi.
Laju disolusi pada supositoria cair yang mengandung surfaktan lebih cepat daripada
yang tidak mengandung surfaktan. Apabila menggunakan surfaktan, profil disolusi kurang
lebih sama pada teknik yang berbeda. Kehadiran surfaktan membat supositoria lebih
sensitif pada perbedaan teknik disolusi (Gjellan, 1989).
Metode pengujian disolusi:
a. Metode Dayung
Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi
memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal
ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Metode dayung
sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung
yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan (Ditjen POM, 1995).
Supositoria mencair ditunjukkan dengan lemak yang mengambang cepat ke
permukaan. Potongan-potongan lemak kecil yang meleleh terakumulasi di sekitar helix
dan terus mengembang ke permukaan medium disolusi (Gjellan, 1989). Metode ini dapat
digunakan untuk supositoria hidrofilik (Siewert, 2003).
b. Metode Keranjang
Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor.
Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media
pelarutan. Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37 oC.
Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam
USP yang terakhir beredar (Ditjen POM1325, 1995).
Metode basket menunjukan suatu upaya membatasi posisi bentuk sediaan untuk
memberikan kemungkinan maksimum suatu antarpermukaan solid-cairan yang tetap
(Siregar, 2010).
Surfaktan menghasilkan tetesan kecil dari lemak yang terdispersi dengan cepat ke
media. Beberapa partikel lemak juga terhalang keranjang mesh. Ketika surfaktan tidak
digunakan, keranjang berguna sebagai wadah untuk semua lemak yang meleleh. Surfaktan
membuat lemak lebih sensitive terhadap agitasi. Supositoria yang meleleh tanpa surfaktan
hanya tinggal di dalam keranjang. Metode ini dapat digunakan untuk supositoria hidrofilik
(Siewert, 2003).
7. Uji Stabilitas
a. Lemak coklat dalam penyimpanan dapat terbentuk seperti serbuk putih di
permukaannya, diatasi dengan disimpan di suhu dingin yang seragam dan mengemas
dalam aluminium foil.
b. Suppositoria dari lemak coklat semakin keras dalam penyimpanan karena terjadi
transisi menjadi bentuk kristal yang stabil.
c. Apabila suppositoria disimpan pada suhu tinggi di bawah titik lelehnya setelah
produksi proses kadaluarsa akan lebih cepat.
d. Softening time dapat digunakan untuk uji stabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1929. Netherland Pharmacopea. Edisi V, Staatsuitgerijs Graventhg, Brussel.
De Beer, T., Burggraeve, A., Fonteyne, M., Saerens, L., Remon, J.P., and Vervaet, C.
2011. Near infrared and Raman spectroscopy for the inprocess monitoring of
pharmaceutical production processes. Int J Pharm. 2011; 417: 3247.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan
obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Ed IV. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan
obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Ed V. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan obat
dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Dibbern, H.W., Muller, R.M., Wirbitzki, E. 2002. UV and IR Spectra Pharmaceutical
Substance (UV and IR) and Pharmaceutical and Cosmetic Excipients (IR). Germany:
Editio Cantor Verlag.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. ed. IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gandjar, I.G. 2010. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gjellan K, Graffner C. 1989. Comparative dissolution studies of rectal formulations using
the basket, the paddle and the flow-through methods. I. Paracetamol in suppositories
and soft gelatin capsules of both hydrophilic and lipophilic types. Acta Pharm Nord.
1: 343354.
Hinz, D.C. 2006. Process analytical technologies in the pharmaceutical industry: The
FDA's PAT initiative. Anal Bioanal Chem. 2006; 384: 10361042.
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri III.
Jakarta. Universitas Indonesia. 1147-119.
Lieberman, A.H. 1994. Pharmaceutical Dosage Forms Diseperse System. 2nd Edition. New
York. 243.
Milala, A.S., Aditya, T.P., Andrew, P.B. 2013. Karakteristik Fisik dan Displacement Value
Suppositoria Neomisin Sulfat Berbasis PEG. Jurnal Farmasi Indonesia. 6: 3.
Otsuka, K., Uchino, T., dan Otsuka, M. 2013. Non-destructive prediction of the drug
content of an acetaminophen suppository by near-infrared spectroscopy and X-ray
computed
tomography.
Informa
Healthcare
USA,
Inc.
DOI:
10.3109/03639045.2013.842581. Drug Dev Ind Pharm, 2015; 41(1): 1521.
Otsuka, M. 2004. Comparative particle size determination of phenacetin bulk powder by
using KubelkaMunk theory and principal component regression analysis based on
nearinfrared spectroscopy. Powder Technol. 2004; 141: 244250.
Otsuka, Makoto. 2003. Chemometric evaluation of pharmaceutical properties of antipyrine
granules by near-infrared spectroscopy. AAPS PharmSciTech 2003; 4 (3) Article 47.
Reynolds, J.E.F. 1989. Martindale The Complete Drug Reference Ed 29. London: The
Pharmaceutical Press.
Setnikar, I., and Fantelli, S. 1962. Liquefaction time of rectal suppositories. J Pharm Sci.
51: 566571.
Siewert M, Dressman J, Brown CK et al. 2003. FIP/AAPS guidelines to dissolution/in
vitro release testing of novel/special dosage forms. AAPS PharmSciTech. 4: E7.
Siregar, Charles. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-dasar Praktis. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 2010 : 54,85-86.
The Department of Health. 2009. British Pharmacopoeia. London: The Department of
Health Britain.
U.S. Department of Health and Human Services, Food and Drug Administration, Center
for Drug Evaluation and Research. 2004. Guidance for industry PATA framework
for innovative pharmaceutical development, manufacturing, and quality assurance.
Available
at:
http://www.fda.gov/downloads/Drugs/Guidance Compliance
Regulatory Information /Guidances/ucm070305.pdf. Diakses 13 Oktober, 2016.