Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


Sediaan Steril Infus Kalsium Glukonat 4%
dan Kalsium Saccharat 0,5%

Disusun oleh:

Ismayati
P17335114014

Dosen Pembimbing:

Hanifa Rahma, M.Si., Apt.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2015
INFUS Kalsium Glukonat 4% dan Kalsium Saccharat 0,5%

I.

TUJUAN PERCOBAAN

Mampu mengetahui formulasi yang tepat dalam pembuatan Infus Kalsium

Glukonat 4% dan Kalsium Saccharat 0,5%


Mampu membuat sediaan Infus Kalsium Glukonat 4% dan Kalsium Saccharat

0,5% dengan teknik sterilisasi akhir


Mampu mengevaluasi sediaan Infus Kalsium Glukonat 4% dan Kalsium
Saccharat 0,5%

II.

PENDAHULUAN
Pada terapi farmakologi suatu obat, apabila diinginkan efek yang cepat dari obat
tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan pemberian secara parenteral. Pada
umumya pemberian obat secara perenteral dilakukan apabila dalam keadaan gawat
seperti, pasien yang tidak sadarkan diri, tidak dapat diajak bekerja sama ataupun tidak
tahan menerima pengobatan melalui mulut (peoral). Pemberian obat melalui
parenteral dapat disuntikan hampir diseluruh organ atau bagian tubuh termasuk sendi
(intraarticular), ruang cairan sendi (intrasynovial), tulang punggung (intraspinal),
kedalam cairan spinal (intratecal), arteri (intraarterial). Tetapi, yang paling umum
obat suntik dimasudkan untuk disuntikan kedalam vena (intravena, I.V), ke dalam
otot (intramuscular, I.M), ke dalam kulit (intradermal, I.D), atau dibawah kulit
(subkutan, S.C), (Ansel, 1985). Namun, pemberian secara intravena lebih sering
diterapkan pada pasien yang dalam keadaan darurat.
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen
dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam
vena dalam volume relatif banyak. Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis
tunggal dengan kapasitas wadah 150-1000 ml, dalam wadah plastik atau gelas (Ansel,
1985).
Pada praktikum kali ini zat yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan infus
intravena adalah kalsium glukonat dengan kombinasi kalsium saccharat sebesar 0,5%.
Pembuatan infus dari kalsium glukonat dan kalsium saccharat 0,5% ditujukan untuk
pengobatan terapi pemeliharaan cairan tubuh dan terapi pengganti cairan pada
penderita defisiensi kalsium (Hipokalsemia). Kalsium merupakan mineral yang paling
penting untuk pemeliharaan kesempuraaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka

dan permeabiltas membran sel. Kalsium darah adalah kalsium yang berada dalam
darah dan jaringan lunak. Kadar kalsium dalam darah dan cairan sekitar sel (cairan
ekstraseluler) harus dikontrol dalam batas kadar yang sempit untuk mendapatkan
fungsi fisologi yang normal. Tubuh yang kekurangan kalsium dapat menyebabkan
defisiensi kadar kalsium dalam darah (Tan Hoan Tjay, 2002).

III.

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke
dalam vena dalam volume relatif banyak. Emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar.
Diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m. Kecuali dinyatakan lain, infus intravenous
tidak diperbolehkan mengandung bakterisida dan zat dapar. Larutan untuk infus
intravenous harus jernih dan praktis bebas partikel. Emulsi untuk infus intravenous
setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan pemisahan fase (Depkes,
2014). Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena
dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100 ml (Depkes, 2014).
3.2 Keuntungan dan Kerugian
1. Keuntungan Sediaan Infus. (Ansel, 1985)

Dapat digunakan untuk pemberian obat agar bekerja cepat, seperti pada
keadaan gawat.

Dapat digunakan untuk penderita yang tidak dapat diajak bekerja sama
dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan melalui oral.

Penyerapan dan absorbsi dapat diatur.

2. Kerugian Sediaan Infus. (Ansel, 1985)

Dapat menyebabkan terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum


pada dinding vena. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam
pembuluh darah atau jantung yang umumnya disebabkan oleh
melambatnya aliran atau perubahan darah atau pembuluh darah. Apabila
gumpalan tersebut beredar maka gumpalan tersebut menjadi embolus,

dibawa oleh aliran darah sampai tersangkut di pembuluh darah,


menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan yang disebut
dengan emboli.

Pemakaian sediaan lebih sulit dan lebih tidak disukai oleh pasien.

Obat yang telah diberikan secara intravena tidak dapat ditarik lagi.

Lebih mahal daripada bentuk sediaan non sterilnya karena lebih ketatnya
persyaratan yang harus dipenuhi (steril, bebas pirogen, jernih, praktis
bebas partikel).

3.3 Persyaratan Infus Intravena ( Depkes, 2014)


1. Sediaan steril berupa larutan atau emulsi
2. Harus aman dipakai, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek
toksik.
3. Bebas pirogen
4. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah yaitu mempunyai tekanan
osmosis sama dengan tekanan osmosis darah atau cairan tubuh, agar tidak
terasa sakit dan tidak menimbulkan emolisis.
5. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak
lebih dari 5 m.
6. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar.
7. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel.
8. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak
menunjukkan pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus
intravena harus dinyatakan
9. Volume netto atau volume terukur tidak kurang dari nilai nominal
10. Memenuhi persyaratan lain yang tertera pada injeksi. Kecuali dinyatakan
lain, syarat injeksi meliputi :
Keseragaman volume
Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang
ditetapkan (Syamsui, 2006).
Keseragaman bobot

Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera
dalam etiket, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih
dari 2 kali batas yang tertera di etiket (Syamsuni, 2006).
Pirogenitas
Pirogen

adalah

zat

yang

terbentuk

dari

hasil

metabolisme

mikroorganisme, berupa zat eksotoksin dari kompleks polisakarida


yang terikat pada suatu radikal yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor, yang dalam kadar

0,001-0,01 g/kg bobot badan dapat larut

dalam air, tahan pemanasan, dan dapat menimbulkan demam apabila


disuntikan (reaksi demam terjadi setelah 15 menit sampai 8 jam).
Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi lebih dari 10 ml sekali
pakai harus bebas pirogen (Syamsuni, 2006).
Sterilitas
Uji ini dilakukan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur, ragi
yang hidup dalam sediaan yang diperiksa. Uji dilakukan dengan teknik
aseptik yang cocok (Syamsuni, 2006).
Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
Penandaan
Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk
intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100
ml. Pada etiket tertera nama sediaan, kondisi penyimpanan dan tanggal
kadaluarsa serta menyatakan konsentrasi mosmol total dalam satuan
mosmol / L (Syamsuni, 2006).
3.4 Kegunaan Cairan Intravena
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan untuk :
a. Terapi pemeliharaan
Bila penderita dirawat dengan diberi cairan parenteral hanya untuk
beberapa hari, maka digunakan larutan sederhana yang mengandung air dan
dextrosa secukupnya. Pada keadaan dimana pemberian makanan lewat
mulut harus tertunda untuk beberapa minggu atau lebih lama, nutrisi
lengkap parenteral harus diberikan. Yang termasuk dalam larutan ini adalah

protein hidrolisat, karbohidrat, vitamin, mineral, elektrolit dan air yang


cukup ( Ansel, 1985).
b. Terapi pengganti
Dalam keadaan terjadi kehilangan banyak air dan elektrolit seperti
diare berat atau muntah, mula-mula dapat diberikan larutan parenteral
dalam jumlah yang lebih besar dari yang lazim kemudian diberikan terapi
pengganti ( Ansel, 1985 ).
c. Kebutuhan air
Terapi pengganti air untuk orang dewasa, dibutuhkan 70 ml air per
kg/hari disamping kebutuhan air untuk pemeliharaan. Karena pemberian air
secara intravena dapat menyebabkan hemolisis osmotik sel darah merah,
dan karena penderita yang menerima air umumnya memerlukan nutrisi atau
elektrolit, maka pemberian air secara parenteral umumnya sebagai larutan
yang mengandung dextrosa atau elektrolit sehingga larutan mempunyai
tonisitas yang cukup untuk mencegah sel darah merah pecah
(Ansel, 1985 ).
d. Kebutuhan elektrolit
Kebutuhan kalium setiap harinya adalah kurang lebih 100 mEq dan
kehilangan kalium setiap harinya kurang lebih 40 mEq. Natrium kation
merupakan kation utama ekstrasel. Kebutuhan rata-rata 135-170 mEq (8-10
gr NaCl). Tubuh dapat menahan natrium bila ion ini hilang atau jumlahnya
kurang dalam makanan. Bila terjadi kehilangan natrium, pemberian 3-5 gr
NaCl (51-85 mEq) setiap harinya akan mencegah imbangan negatif natrium
( Ansel, 1985 ).
e. Hiperalimentasi parenteral
Merupakan infus yang mengandung sejumlah besar nutrisi dasar yang
cukup untuk sintesis jaringan aktif dan pertumbuhan. Digunakan pada
pemberian larutan protein jangka panjang lewat intravena yang
mengandung dextrosa kadar tinggi (kurang lebih 20%), elektrolit, vitamin,
dan pada beberapa keadaan mengandung insulin ( Howard C, 2005 ).
III.5

Kalsium Glukonat

Kalsium

merupakan

mineral

yang

penting

untuk

pemeliharaan

kesempurnaan fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka dan permeabilitas


membran sel. Kalsium adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi
enzimatis dan berperan dalam proses fisiologi yang mencakup transmisi
rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos dan otot rangka, fungsi
renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan dalam reaksi
pelepasan dan penghantaran neurotransmitter dan hormon, pengambilan dan
peningkatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung
(Tan Hoan Tjay, 2002)
Kadar kalsium darah dalam serum keadaan normal 9-11 mg/dl. Tubuh
mengandung lebih banyak kalsium dari pada mineral lain. Kalsium merupakan
mineral yang harus dipenuhi kurang lebih 2% dari berat tubuh manusia dewasa
(F.G. Winarno, 2004). Penurunan kadar kalsium akan mengundang hormon
paratiroid untuk bereaksi pada tulang dan melepaskan sebagian kalsiumnya
supaya kadar dalam darah dipertahankan, sebaliknya kadar kalsium yannnnnn
melampaui batas fisiolois akan diturunkan dengan mengembalikan asupan ke
tulang (Pudjiono Solihin, 2001).
Pada hipokalsemia disebabkan oleh defisiensi masukan atau absorbsi
kalsium, karena hipoparatirodisme atau karena kehilangan berlebihan melalui
ginjal pada kerusakan tubulus atau asidosis. Hipokalsemia merupakan bagian
sindroma kegagalan ginjal kronika, kadang-kadang juga terlihat pada
pankreatitis. Hipokalsemia menyebabkan hiperaksiilitas sistem saraf.
Injeksi kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah
diinjeksi, kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30
menit sampai 2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi
melalui urine. Dosis 10% dalam 10 cc tak boleh melebihi kecepatan 1
ml/menit. Kebutuhan tubuh 4.5-5,5 mEq kalsium, efek samping muntah,
vasodilatasi perifer, berkeringat, hipotensi, hiperkalsemia, kosntipasi.

3.6. Perhitungan Dosis


Kadar Kalsium glukonat : 4%

Dosis 10% dalam 10 cc tak boleh melebihi kecepatan 1 ml/menit

10 g
10 ml = 1 g => 0,01 g/ml
100 ml

4g
dosis : 100 ml 500 ml = 20 g => 0,04 g/ml

0,04 g
1 ml= 4 ml
0,01 g

Jadi kadar Kalsium Glukonat 4% dalam 10 cc tak boleh melebihi


IV.

kecepatan 4 ml/menit
FORMULASI BAHAN AKTIF
1. Kalsium glukonat
Pemerian

Putih, hampir putih, kristal atau serbuk atau granul.

Kelarutan

(Martindale hal :1675)


Agak mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, praktis tidak larut dalam alkohol.
(Martindale hal :1675)

Stabilitas
Panas

Tidak stabil pada panas yang berlebih. (MSDS ca-gluconate)

Hidrolisis

Reaktif dengan pengoksidasi. (MSDS ca-gluconate)

Cahaya
pH sediaan

Terlindung dari cahaya matahari langsung.


(MSDS ca-gluconate)
6,0-8,2

injeksi
(USF 30)
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Garam
(Martindale hal :1675)
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
Cara sterilisasi sediaan : Panas Basah, Autoclave; 121C selama 15 menit (dalam
bentuk larutan)
Kemasan : Botol kaca
2. Kalsium saccharat
Pemerian

Putih, tidak berwarna, kristal, serbuk.

Kelarutan

(Martindale hal :2272)


Sangat mudah larut dalam air dingin dan dalam alkohol, mudah
larut dalam air panas, praktis tidak larut dalam kloroform dan

eter, larut dalam sedikit asam mineral dan larut dalam kalsium
glukonat.
(Martindale hal :2272)
Stabilitas
Panas

Melepaskan air kristalisasi saat dipanaskan, tidak stabil pada


suhu tinggi (MSDS Ca-Saccarat)

Hidrolisis

Tidak ditemukan di FI edisi V, Martindale, JP, Journal NCBI,


MSDS Ca- Saccharat

Cahaya
pH sediaan

Disimpan ditempat terlindung dari cahaya (MSDS Ca-Saccarat)


Tidak ditemukan di FI edisi V, Martindale, JP, Journal NCBI,

injeksi
MSDS Ca- Saccharat
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : Garam
(Martindale hal :1675)
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
Cara sterilisasi sediaan : Panas Basah, Autoclave; 121C selama 15 menit (dalam
bentuk larutan)
Kemasan : Botol kaca
3. Natrium Chlorida
Pemerian

Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


rasa asin.

Kelarutan

( FI ed hal:584)
Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol.
(FI Ed hal: 584)

Stabilitas
Panas

Tahan Pemanasan

Hidrolisis

Stabil dalam air

Cahaya

Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk

Kegunaan

dan kering. Memiliki pH 4,5 dan 7,0


Pengencer tablet dan kapsul, agen tonisitas.

Inkompatibilita

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 639)


Larutan natrium klorida berair bersifat korosif untuk besi.,

bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan


merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan

diasamkan natrium klorida. Kelarutan Methylparaben pengawet


antimikroba menurun dalam larutan natrium klorida berair dan
viskositas gel karbomer dan larutan dari hidroksietil selulosa
atau hidroksipropil selulosa berkurang dengan penambahan
natrium klorida.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 639)
4. Natrium Hidroksida (NaOH)
Pemerian

Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,


serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh &
menunjukan pecahan hablur bila dibiarakan diudara dan
menyerap CO2 dan lembab.

Kelarutan

(FI ed V hal: 589)


Mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Stabilitas

( FI ed V hal: 589)
Bila dibiarkan diudara, akan cepat menyerap CO2, dan lembab.
Sangat higroskopis.
pH sediaan dalam larutan berair 12- 14.

Kegunaan

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)


Alkalizing agent; buffering agent.

Inkompatibilita

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)


Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak kompatibel

dengan senyawa yang mudah mengalami hidrolisis atau


oksidasi. Akan bereaksi dengan asam, ester, dan eter, terutama
dalam larutan berair.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)

5. Asam Hidroklorat (HCl)


Pemerian

Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Kelarutan

(FI ed IV hal: 49)


Larut dengan air, larut dalam dietil eter, etanol 95% dan
metanol.

Stabilitas

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 308)


Asam klorida harus disimpan di sebuah wadah tertutup, kaca
atau lainnya pada suhu di bawah 30C. Penyimpanan di dekat

dengan logam alkali dan sianida harus dihindari.


Kegunaan

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 308)


acidizing agent; buffering agent.

Inkompatibilita

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 308)


Asam klorida bereaksi kuat dengan alkali, dengan evolusi

sejumlah besar panas. Asam klorida juga bereaksi dengan


banyak logam, membebaskan hidrogen.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 308)

6. Karbo Adsorben (karbon aktif)


Pemerian

Serbuk, hitam, tidak berbau diperoleh dari residu destilasi


destruktif berbagai bahan organik, diolah untuk peningkatan
kapasitas adsorbsi zat warna organik & basa nitrogen.

Kelarutan

(FI ed V hal: 173)


Praktis tidak larut dalam semua pelarut biasa.

Stabilitas

( FI ed V hal: 173)
Dapat mengadsorbsi air, sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup kedap, ditempat sejuk dan kering.

Kegunaan

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 51)


Adsorben

Inkompatibilita

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 51)


Dapat menurunkan ketersediaan hayati beberapa obat seperti

loperamid dan riboflavin. Reaksi hidrolisis dan oksidasi dapat


dinaikkan. (HOPE ed 6 th 2009, hal: 51)

7. Purified water
Pemerian

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan

(FI ed V hal: 112)


Larut dengan kebanyakan pelarut polar.

Stabilitas

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 776)


Stabil disegala bentuk (es, cair, gas/uap)

Kegunaan

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 776)


Pelarut/ pembawa.

Inkompatibilita

(HOPE ed 6 th 2009, hal: 776)


Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-

obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis


(penguraian dalam keberadaan air atau uap air) di suhu kamar

yang tinggi. Air dapat bereaksi cepat dengan logam alkali dan
dengan logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam
anhidrat untuk membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan beberapa organik bahan dan kalsium karbida.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 776)

V.

VI.

PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
1
Kalsium glukonat
4,41% (b/v)
Zat aktif
2
Kalsium saccharat
0,5% (b/v)
Penstabil kalsium glukonat
3
Natrium klorida
0,0082% (b/v) Pengisotonis
4
NaOH 0,1N/ HCL 0,1N
qs
Adjust pH
5
Purified water
ad 100% (v/v) Pelarut/Pembawa
PERHITUNGAN TONISITAS, OSMOLARITAS
a. Perhitungan Tonisitas
Massa kalsium glukonat 4%
Injeksi kalsium glukonat mengandung tidak kurang dari 95%-105%
(FI ed V hal :590)
Penimbangan dilebihkan 5%
4g
600 ml=24 g 24 g+ ( 5%24 g ) =24 g+ 1,2 g=25,2 g
100 ml
Massa kalsium saccharat 0,5%
0,5 g
600 ml=3 g
100 ml
Tonisitas
No

Nama Bahan

Jumlah

1.

Kalsium glukonat

(massa)
25,2 g

2.

Kalsium saccharat

3g

L.Iso

BM

E=17.L.Iso/

T= ExM

4,8

448,

BM
0,1820

4,5864 g

4
320,

0,1061

0,3183 g

3
Jumlah Total
Kesimpulan : Larutan tersebut hipotonis sehingga diperlukan pengisotonis.
Jumlah NaCl yang dibutuhkan agar sediaan isotonis adalah :
0,9 g
600 ml=5,4 g5,4 g-4,9047 g=0,4953 g
100 ml

4,9047 g

b. Perhitungan Osmolaritas
massa substansi
R=

BM

( gL ) x 1000 x jumlah spesies

1. Kalsium glukonat
25,2 g
m=
1000 ml=42 g/l
600 ml
R=

jumlah ion : 3

BM: 448,4

42 g/l
10003=280,9991 mOsmol/L
448,4

2. Kalsium saccharat
0,5 g
m=
1000 ml=5 g/l
100 ml
R=

BM: 320,3

5 g/l
10003=46,8311 mOsmol/L
320,3

3. NaCl
m=
R=

jumlah ion : 3

0,4953 g
1000 ml=0,8255 g/l
600 ml

jumlah ion : 2

BM: 58,44

0,8255 g/l
10002=28,2512 mOsmol/L
58,44

Osmolaritas total=356,0814 mOsmol/L

Dari rentang tabel osmolaritas diatas, sediaan infus Kalsium Glukonat 4% dan
Kalsium Saccharat 0,5% termasuk kedalam rentang Hipertonis dengan cairan
tubuh.
VII.

PENIMBANGAN
Dibuat 1 botol infus (@500 ml) = 500 ml
Total volume/ berat sediaan yang dibuat = 600 ml
Untuk mengantisipasi kehilangan volume selama proses pembuatan, sediaan
dilebihkan 20% :

500 ml+ ( 20%500 ml ) =500 ml+100 ml=600 ml


Untuk dimasukkan ke dalam botol dilebihkan 2% maka volume yang dimasukkan :
500 ml+ ( 2%500 ml ) =500 ml+10 ml=510 ml
No

Nama Bahan

Jumlah yang Ditimbang

.
1

4,41 g
600 ml=26,46 g
100 ml

Kalsium glukonat

Kelarutan kalsium glukonat dalam air


mendidih 1:10 => 26,46 g10=265 ml
2

Kalsium saccharat

NaCl

0,5 g
600 ml=3 g
100 ml
0,0082 g
600 ml=0,0492 g
100 ml
Kelarutan NaCl dalam air mendidih 1:10
0,0492g10=0,492 ml ~ 1 ml

Karbo adsorban

Depirogenasi

0,1g
1000 ml=1 g
100 ml
Sediaan :
5

Purified water

0,1g
600 ml=0,6 g
100 ml

600 ml- ( 265+1 ) ml=334ml

VIII. STERILISASI
a. Alat
No
1
2
3
4
5
6

Nama Alat
Beaker glass 1000 ml
Beaker glass 250 ml
Beaker glass 100 ml
Batang pengaduk
Spatel
Gelas ukur 100 ml

Cara
Sterilisasi
Panas Kering
Panas Kering
Panas Kering
Panas Kering
Panas Kering
Panas Basah

Waktu Sterilisasi

Jumlah

Oven, 170C , 1 jam


Oven, 170C , 1 jam
Oven, 170C , 1 jam
Oven, 170C , 1 jam
Oven, 170C , 1 jam
Autoclave, 121C, 15

1
1
3
3
3
1

7
8
9
10
11
12
13
14

Gelas ukur 10 ml
Pipet tetes
Karet pipet
Erlenmayer 500 ml
Corong
Kertas saring
Kaca arloji
Membran filtrat

Panas Basah
Panas Basah
Bahan Kimia
Panas Basah
Panas Basah
Panas Kering
Panas Kering
Panas Basah

Autoclave, 121C, 15
Autoclave, 121C, 15
Alkohol 70%, 24 jam
Autoclave, 121C, 15
Autoclave, 121C, 15
Oven, 170C , 1 jam
Oven, 170C , 1 jam
Autoclave, 121C, 15

1
3
3
1
1
6 lembar
4
1

b. Wadah
No.

Nama alat

Jumla

Cara sterilisasi

h
1
2

Botol Infus
Tutup karet botol infus

1
1

Panas Kering, Oven; 170C , 1 jam


Bahan Kimia, Alkohol 70%, 24 jam

c. Bahan

IX

No.
1

Nama bahan
Larutan Kalsium

Jumlah
4,41% (b/v)

glukonat
Larutan Kalsium

0,5% (b/v)

3
4

saccharat
Larutan NaCl
Aqua Pro Injeksi

0,0082% (b/v)
ad 100% (v/v)

Cara sterilisasi
Panas basah, Autoclave; 121C, 15
Panas basah, Autoclave; 121C, 15
Panas basah, Autoclave; 121C, 15
Panas basah, Autoclave; 121C, 15

PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
Grey Area

PROSEDUR
1. Semua wadah dan alat dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan

(Ruang

dikeringkan.
2. Wadah beaker glass 1000 ml dikalirasi 500 ml untuk beaker

sterilisasi)

glass utama, buang airnya dan dikeringkan.


3. Beaker glass 1000 ml dikalibrasi 750 ml untuk menyimpan stok
air, buang airnya dan dikeringkan.
4. Wadah botol infus dikalibrasi 510 ml, buang airnya dan
dikeringkan.
5. Bagian mulut dari labu erlenmeyer, beaker glass, wadah botol
infus, pipet tetes, gelas ukur, ditutup dengan menggunakan

alumunium foil atau kertas perkamen.


6. Semua alat dan bahan dibungkus dengan kertas perkamen,
kecuali kertas saring dan membran filtrasi dibungkus plastik
tahan panas.
7. Sterilisasi alat dengan cara :
a. Labu Erlenmeyer, Gelas ukur 100 ml, Gelas ukur 10 ml,
Pipet tetes, membran filtrat, Corong, disterilkan dengan
metode panas basah, menggunakan Autoclave; 121C selama
15 menit.
b. Beaker glass 1 L, 250 ml, 100 ml, Spatel, Kaca arloji, Batang
pengaduk, kertas saring, Botol infus, Pipet tetes, disterilkan
dengan metode panas kering, menggunakan Oven; 170C
selama 1 jam.
c. Karet pipet, tutup karet botol infus disterilkan dengan Bahan
kimia, Alkohol 70% selama 24 jam.
d. Pembuatan purified water, aquadest sebanyak 750 ml
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 1 L disterilkan
dengan menggunakan Autoclave; 121C selama 15 menit.
e. Alat yang sudah disterilkan dimasukan kedalam white area
melalui transfer box.
Penimbangan bahan dengan menggunakan timbangan analitik :
1. Menimbang kalsium glukonat sebanyak 26,46 g di cawan
penguap dan ditutup dengan kertas perkamen, beri label.
2. Menimbang kalsium saccharat sebanyak 3 g diatas kaca arloji
dan ditutup dengan kertas perkamen, beri label.
3. Menimbang NaCl sebanyak 0,0492 g diatas kaca arloji dan
Grey Area
(Ruang
Penimbangan)

ditutup dengan kertas perkamen, beri label.


4. Menimbang Karbon aktif sebanyak 0,6 g da 1,0 g masingmasing menggunakan kaca arloji steril untuk depirogenasi aqua
pro injeksi dan sediaan akhir. Ditutup dengan kertas perkamen,
beri label pada masing-masing.
5. Membuat aqua bebas pirogen dengan cara menambahkan karbon
aktif sebanyak 1 g, tutup dengan alumunium foil, sisipi batang
pengaduk. Panaskan pada suhu 60 70C selama 15 menit
(gunakan termometer). Saring larutan dengan kertas saring 2
rangkap.
6. Alat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam pas box.
1. Bagi meja menjadi 3 bagian yaitu, bagian bersih, bagian kerja

dan bagian kotor. Desinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian


bagian kerja dilapisi lap atau tissue.
2. Melarutkan kalsium glukonat sebanyak 24,46 g kedalam beaker
glass utama dengan purified water sebanyak 265 ml. Bilas
cawan penguap dengan 2 ml purified water sebanyak 2 kali,
aduk ad larut dengan batang pengaduk.
3. Memasukkan kalsium saccharat ke dalam larutan kalsium
glukonat, bilas kaca arloji dengan 2 ml purified water sebanyak
2 kali, aduk ad homogen.
4. Melarutkan NaCl sebanyak 0,0492 g dalam beaker glass 50 ml
dengan 1 ml purified water, bilas kaca arloji dengan 2 ml
White Area

purified water sebanyak 2 kali, aduk ad larut. Masukkan ke

(Ruang

dalam beaker glass utama, aduk ad homogen.


Pencampuran) 5. Menambahkan purified water ad 80% dari volume total ke
dalam beaker glass utama, aduk ad homogen dengan batang
Grade C
pengaduk.
6. Dilakukan pengecekan pH dengan pH meter. Jika pH kurang
dari 7,35 ditambahkan NaOH 0,1 N, jika pH lebih dari 7,35
ditambahkan HCl 0,1 N.
7. Menambahkan purified water ad 100% ke dalam beaker glass
utama, aduk ad homogen dengan batang pengaduk.
8. Menambahkan Karbon aktif yang telah ditimbang sebanyak 0,6
gram kedalam larutan sediaan dan diaduk sampai merata dengan
batang pengaduk, lalu dipanaskan diatas hot plate dengan suhu
60 70 C selama 15 menit sambil diaduk dengan batang
pengaduk sesekali.
1. Larutan disaring dengan menggunakan membran filter 0,45 m
White Area
(Filling LVP)
Grade A

sebanyak 2 kali. Kemudian disaring kembali dengan membran


filter 0,22 m, ditampung di dalam labu Erlenmeyer steril.
2. Memasukkan sediaan infus yang telah disaring ke dalam botol

infus yang telah dikalirasi.


background B 3. Tutup botol infus dengan karet penutup, kemudian tutup dengan
Grey Area
Ruang
Sterilisasi

alumunium.
1. Sterilisasi akhir dilakukan dengan menggunakan Autoclave
121C selama 15 menit.
2. Botol yang telah disterilisasi kemudian dibawa ke ruang evaluasi
akhir untuk dilakukan evaluasi sediaan akhir.

Grey Area
(Ruang
evaluasi)
IX.

1. Melakukan evaluasi pada sediaan


2. Sediaan infus, dikemas dalam wadah sekunder, diberi brosur dan
etiket.

DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN


No

Jenis

Prinsip evaluasi

evaluasi

Jumlah

Hasil

sampel

pengamatan

Syarat

Membandingkan
kejernihan suatu
sediaan dengan baku
pembanding yang berisi

aquadest dengan cara

Tidak

melihat wadah dan

ditemukan

baku pembanding pada

adanya

Uji

latar belakang putih,

pengotor

Kejernihan

disinari dari depan dan

dalam

samping. Kotoran akan

sediaan infus

terlihat pada latar

kalsium

belakang putih.

glukonat

Dilakukan oleh 3

Memenuhi
persyaratan
bila tidak
ditemukan
pengotor
dalam
larutan.
(goeswin,2
01-201)

inspektor
(ilmu resep : 225 )
2

Uji Partikel

Sediaan diletakkan

Tidak

Injeksi

diatas layar berwarna

ditemukan

volume

putih dilakukan

adanya

besar untuk

pengamatan oleh 3

benda asing

infus dosis

inspektor & diamati

yang

tunggal

secara visual dengan

melayang

memenuhi

melihat ada tidaknya

dalam

syarat uji

partikel atau benda

sediaan.

jika

asing yang melayang

mengandu

dalam sediaan.

ng tidak
lebih dari

50
partikel/m
L yang
setara atau
lebih besar
dari 10 m
dan tidak
lebih dari 5
partikel/m
L yang
setara atau
lebih besar
dari 25 m
dalam
dimensi
linier
efektif.
(FI IV,981982)
Tidak
Tidak
dilakukan
untuk uji
kebocoran
3

Uji
Kebocoran

Menguji botol/vial
dengan membalikan

pada sediaan
1

sediaan

infus
kalsium
glikonat 4%
dalam
praktikum
kali ini.

Uji Volume

Memindahkan larutan

Tidak

terjadi
kebocoran,
dan kertas
saring atau
kapas yang
digunakan
dalam
pengujian
tidak
menjadi
basah.
(goeswin,1
91-192)
Volume

dilakukan

tidak

untuk uji

kurang dari

volume

volume

terpindahkan

yang

pada sediaan

tertera

infus

pada

dekstrosa

wadah bila

4% dalam

diuji satu

praktikum

persatu. (FI

kali ini.

IV, 1044)
pH sesuai

Sediaan diuji dilakukan

pH sediaan

dengan

Uji

dengan menggunakan

infus

formulasi

Penetapan

pH universal &

kalsium

spesifikasi

pH

1disesuaikan dengan

glikonat 4%

sediaan.

indikator universal.

7,77

(FI

Tidak

IV,1039)
Memenuhi

teknik aseptik,

dilakukan

syarat uji

dilakukan dengan cara

untuk uji

jika pada

kedalam suatu wadah

sterilitas

interval

dimasukan medium

pada sediaan

waktu

biakan partikel sebagai

infus

tertentu

ganti cairan steril.

kalsium

dan pada

Kemudian tutup wadah

glukonat4%

akhir

dan eramkan pada suhu

dalam

periode

32C selama 7 hari.

praktikum

inkubasi,

(ilmu resep : 220). Uji

kali ini.

diamati

dari botol/vial/ampul/
Terpindahkan

kedalam gelas ukur


(FI ed IV hal: 1044)

Uji Sterilitas

Uji sterilitas pada

sterilitas yang tertera

tidak

pada uji keseragaman

terdapat

hayati. ( FI III :19)

kekeruhan
atau
pertumbuh
an mikroba

pada
permukaan
, kecuali
teknik
pengujian
tidak
absah. Jika
ternayata
uji tidak
absah
maka
dilakukan
pengujian
tahap
kedua.
Tahap
kedua
memnuhi
syarat jika
tidak
ditemukan
pertumbuh
an mikroba
pada
pengujian
minimal 2
kali jumlah
sampel uji
tahap.
(FI IV,8557

Tidak

863)
Memenuhi

LAL-Test ( FI IV : 905-

dilakukan

syarat uji

907)

untuk uji

jika kadar

Uji Pirogen

Rabbit pyrogen test &

&
Endotoksin

endotoksin
tidak lebih
dari yang
ditetapkan
pada
pirogen &
Endotoksin
pada sediaan
infus
kalsium
glukonat 4%
dalam
praktikum
kali ini.

masingmasing
monografi.
Memenuhi
syarat uji
jika tak
seekor
kelinci pun
menunjuka
n kenaikan
suhu pada
suhu 0,5C
atau lebih.
(FI IV,908909)

X.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini, membuat sediaan parenteral steril yaitu Infus Kalsium
Glukonat 4% dan Kalsium Saccharat 0,5% yang diberikan secara intravena. Infus
intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena
dalam volume relatif banyak (Departemen Kesehatan RI, 2014).
Praktikum diawali dengan mensterilkan alat-alat yang akan digunakan.
Sebelumnya, peralatan dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian dibungkus dengan

kertas perkamen. Prosedur tersebut dilakukan agar kontak peralatan yang akan
digunakan dengan lingkungan dapat diminimalisir sehingga, mengurangi kontaminasi
bakteri. Setelah itu peralatan yang akan digunakan dipisahkan berdasarkan metode
sterilisasi yang sesuai yaitu, sterilisasi basah dengan menggunakan autoclave pada
suhu 121C tekanan 15 psi selama 15 menit. Sterilisasi kering dengan menggunakan
oven pada suhu 170C selama 1 jam. Sterilisasi kimia dengan menggunakan alkohol
70% selama 24 jam. Setelah selesai alat-alat disimpan rapi dalam suatu lemari khusus
penyimpanan alat steril, namun karena keterbatasan fasilitas alat-alat yang telah
disterilisasi disimpan di grey area. Peralatan dan wadah yang digunakan dalam proses
pembuatan harus di sterilisasi terlebih dahulu untuk menurunkan jumlah kontaminan
viable mikroba yang hidup baik yang patogen maupun yang nonpatogen yang ada
dalam wadah dan alat tersebut.
Pada praktikum pembuatan sediaan infus steril, zat aktif yang digunakan yaitu
kalsium glukonat 4% yang dikombinasikan dengan kalsium saccharat 0,5%. Tujuan
dari kombinasi ini adalah kalsium glukonat dalam bentuk tunggal tidak stabil dalam
keadaan jenuh maka dalam formulasi pembuatan infus steril volume besar
dikombinasikan dengan kalsium saccharat untuk menghindari ketidakstabilan
tersebut. Dalam pembuatan sediaan infus steril terdapat beberapa persyaratan yang
harus diperhatikan diantaranya, pelarut yang digunakan pada pembuatan sediaan infus
steril tidak menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksik, sediaan infus steril volume
besar yang berbentuk larutan harus jernih, bebas dari partkel-partikel, dibuat isotonis,
isohidris, isoosmol dengan darah, harus steril yaitu bebas dari mikroba hidup baik
yang patogen maupun yang non-patogen serta sediaan infus steril volume besar harus
bebas pirogen (Syamsuni, 2006).
Kalsium glukonat agak sukar larut dalam air biasa namun, mudah larut dalam air
mendidih, sehingga pelarut atau pembawa yang digunakan dalam pembuatan infus
steril volume besar ini adalah purified water yang didihkan terlebih dahulu. Purified
water dibuat dengan mensterilkan sejumlah aquadest, menggunakan autoclave, selama
15 menit, pada suhu

121

dan pada tekanan 15 psi. Salah satu persyaratan

sediaan infus steril volume besar adalah, sediaan harus bebas pirogen. Sehingga
purified water yang digunakan sebagai pelarut atau pembawa dilakukan depirogenasi
dengan menggunakan karbon aktif. Karbon aktif bekerja dengan mengadsorpsi

Sejumlah purified water yang telah disterilkan, ditambahkan karbon aktif dan
didihkan hingga mencapai suhu 60-70

selama 15 menit. Tujuan dari

depirogenasi adalah untuk menghindari adanya pirogen dalam purified water yang
dapat menyebabkan demam atau peningkatan suhu tubuh apabila disuntikkan ke
dalam vena. Sedangkan zat aktif kalsium saccharat larut dalam air dingin maupun air
panas namun dapat mudah larut dalam larutan kalsium glukonat, sehingga dilarutkan
dalam larutan kalsium glukonat yang dilarutkan dalam sejumlah purified water
mendidih.
Darah merupakan cairan fisiologi tubuh, maka pada sediaan infus steril volume
besar sedapat mungkin dibuat isotonis dengan darah. Apabila sediaan infus bersifat
hipotonis maka air dari larutan akan diserap dan masuk ke dalam sel, akibatnya sel
akan mengembang dan pecah dan keadaan ini bersifat tetap, sedangkan apabila
sediaan infus bersifat hipertonis maka air dalam sel akan ditarik keluar dari sel
sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini sementara dan tidak akan
menyebabkan kerusakan sel tersebut. Oleh karena itu digunakan larutan natrium
klorida dengan konsentrasi 0,9%. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan garam
fisiologis yang isotonis dengan cairan tubuh. Pada sediaan infus steril kalsium
glukonat dan kalsium saccharat ditambahkan larutan NaCl dikarenakan, sediaan infus
kalsium glukonat dan kalsium saccharat bersifat hipotonis.
Setelah melakukan proses sterilisasi peralatan, praktikan melakukan penimbangan
bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan infus steril volume besar
diruang grey area. Bahan yang telah ditimbang ditutup dengan alumunium foil atau
kertas perkamen dan dimasukkan ke dalam pass box. Setelah penimbangan selesai,
bahan-bahan tersebut kemudian dimasukan kedalam box isolator. Bahan-bahan yang
telah ditimbang di simpan dalam box isolator bertujuan untuk meminimalisir kontak
antara bahan-bahan dengan lingkungan. Kemudian bahan-bahan dipindahkan ke ruang
pencampuran, white area (Grade C), pemindahan dari grey area menuju ruang white
area dilakukan karena praktikan akan melakukan proses pencampuran bahan-bahan
dimana untuk sediaan yang akan dilakukan sterilisasi akhir, menggunakan autoclave,
selama 15 menit pada suhu

121 . Dilakukan sterilisasi akhir dikarenakan, zat

aktif kalsium glukonat tahan terhadap pemanasan, pada suhu tinggi.

Di white area praktikan mulai melarutkan bahan-bahan yang telah ditimbang


tersebut dengan purified water bebas pirogen yang telah diukur terlebih dahulu sesuai
dengan data kelarutan dari bahan yang akan dilarutkan. Setelah semua bahan terlarut
sempurna, semua larutan dicampurkan kedalam beaker glass 1000 mL, kemudian
ditambahkan purified water bebas pirogen sampai mencapai 80% dari volume yang
dikehendaki. dilakukan pengecekan pH, apabila pH tidak sesuai dengan yang
dikehendaki atau pH target, maka ditambahkan HCl 0,1 N bila pH terlalu basa, atau
NaOH bila pH 0,1 N terlalu asam. Adujst pH dilakukan agar pH sediaan infus kalsium
glukonat dan kalsium saccharat yang dibuat sama dengan pH darah yaitu sekitar 7,35
7,45. Setelah melakukan pengecekan pH menambahkan purified water bebas
pirogen sampai volume yang dikehendaki. Setelah itu ditambahkan karbon aktif yang
telah ditimbang kedalam larutan sediaan dan diaduk sampai merata dengan batang
pengaduk, lalu dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 60 70 C selama 15 menit
sambil diaduk dengan batang pengaduk sesekali. Pemanasan dilakukan pada suhu 60
70 C karena karbon aktif akan memiliki aktifitas pada suhu tersebut.
Menyaring sediaan dengan menggunakan kertas saring yang dilipat 2 rangkap dan
dibasahi dengan aqua pro injeksi bebas pirogen, kemudian dipasang pada corong dan
ditempatkan pada gelas kimia 1000 ml. Larutan sediaan yang telah dipanaskan
tersebut kemudian disaring menggunakan kertas saring yang sebelumnya telah
dibasahi. Larutan sediaan disaring kembali menggunakan membran filter 0,22 m
didalam labu erlenmayer 1 L, pada praktikum kali ini penyaringan dengan
menggunakan membran filtrat ukuran 0,22 m tidak dilakukan, karena keterbatasan
bahan, penyaringan hanya dilakukan menggunakan kertas saring biasa. Filtrat
kemudian dimasukan kedalam botol infus kaca yang telah disterilkan dan sudah
dikalibrasi 510 ml. Botol kemudian di tutup dengan menggunakan penutup karet botol
kaca infus yang sudah disterilkan terlebih dahulu dan diikat dengan menggunakan tali.
Tujuannya agar pada saat proses sterilisasi tutup karet botol kaca infus tidak lepas.
Sterilisasi akhir sediaan dilakukan dengan autoclave 121C selama 15 menit, pada
tekanan 15 psi.
Botol yang telah disterilisasi kemudian dibawa ke ruang evaluasi akhir untuk
dilakukan evaluasi sediaan akhir. Pemeriksaan pada praktikum kali ini hanya meliputi,
pemeriksaan terhadap keberadaan partikulat, pemeriksaan kejernihan sediaan serta
penetapan pH sediaan. Dari hasil evaluasi sediaan untuk infus kalsium glukonat 4%

dan kalsium saccharat 0,5% didapatkan hasil bahwa pada uji kejernihan dan uji
keberadaan partikulat, tidak ditemukan adanya pengotor pada sediaan, sediaan jernih
dan tidak ditemukan adanya benda asing yang melayang pada sediaan. Pada uji pH
sediaan, infus kalsium glukonat 4% dan kalsium saccharat 0,5% memiliki pH 7,77.
pH sediaan ini masuk kedalam rentang pH sediaan infus kalsium glukonat 4% dan
kalsium saccharat 0,5%.

XI.

KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus kalsium glukonat 4% da kalsium
saccharat 0,5% adalah sebagai berikut :
No.
1
2
3

Nama Bahan
Kalsium glukonat
Kalsium saccharat
Natrium klorida

Jumlah
4,41% (b/v)
0,5% (b/v)
0,0082%

Kegunaan
Zat aktif
Penstabil kalsium glukonat
Pengisotonis

4
5

NaOH 0,1N/ HCL 0,1N


Purified water

(b/v)
qs
Adjust pH
ad 100% (v/v) Pelarut/Pembawa

Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus kalsium glukonat 4%


dan kalsium saccharat 0,5% pada praktikum kali ini adalah Sterilisasi panas basah
dengan menggunakan Autoclave pada suhu 121C selama 15 menit dengan tekanan15
psi.
Dari hasil evaluasi sediaan untuk infus kalsium glukonat 4% dan kalsium
saccharat 0,5% didapatkan hasil bahwa pada uji kejernihan dan uji keberadaan
partikulat, tidak ditemukan adanya pengotor pada sediaan, sediaan jernih dan tidak
ditemukan adanya benda asing yang melayang pada sediaan. Pada uji pH sediaan,
infus kalsium glukonat 4% dan kalsium saccharat 0,5% memiliki pH 7,77. pH sediaan
ini masuk kedalam rentang pH sediaan infus kalsium glukonat 4% dan kalsium
saccharat 0,5%.

XII.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, London:
Pharmaceutical Press.
Syamsuni,Apt Drs.H.A. 2006. Ilmu Resep, Jakarta: EGC
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV, Jakarta : UI-press.

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th ed, London :
Pharmaceutical Press.
Lund,W. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th ed, London: Pharmaceutical Press.
USP Convention. 2009. United State Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville (MD): The United State Pharmacopeial Convention

XIII. Lampiran
Kemasan Sekunder

Etiket Infus

Brosur

KALNARAT
Komposisi
Mengandung kalsium glukonat 4%
Dosis
kadar Kalsium Glukonat 4% dalam 10 cc tak boleh
melebihi kecepatan 4 ml/menit
Indikasi
Gangguan keseimbangan nutrisi dan elektrolit,
pengobatan pasien Hipokalsemia
Kontraindikasi
Perhatian serius pada keseimbangan fungsi renal
Cara pakai
Injeksi intravena
Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk dan kering serta terlindung
dari cahaya.
Kemasan
Botol 500 ml
No Reg

: DKL9700100149A1

No Batch : 09150401
Harus DENGAN RESEP
DOKTER

Diproduksi Oleh:
PT BETA FARMA
Bandung - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai