Anda di halaman 1dari 27

JURNAL PREFORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN

FARMASI III

NOVALGIN INJEKSI

Disusun Oleh :

Aufa Nafilah Siregar


11171020000077

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

APRIL 2020
Nama Mahasiswa : Aufa Nafilah Siregar
NIM : 11171020000077
Kelas :D
Nama dosen penilai :

Nama kimia dan Sodium;[(1,5-dimethyl-3-oxo-2-phenylpyrazol-4-yl)-


struktur kimia methylamino]methanesulfonate (PUBCHEM)

Jenis senyawa kimia Garam (PUBCHEM)


(asam/basa/garam)

Data kelarutan dalam


Mudah larut dalam air, dalam metanol, dan tidak larut dalam
bbrp pelarut
Eter (FI V)
Cara analisis kimia 1. Uji Kualitatif
a. Uji Organoleptis (Farmakope Indonesia V)
Menggunakan alat indra sebagai acuan utama. Hal-hal
yang diuji, seperti warna, bentuk, rasa, dan aroma. Zat
aktif berupa serbuk hablur, putih, atau putih kekuningan
b.Uji Titik Lebur (www.lookchem.com/Dipyrone) Akan
melebur pada suhu 1870C
c. Identifikasi (Farmakope Indonesia V)
• Membuat larutan dengan kandungan metampiron 10%
1. Timbang metampiron sebanyak 1 gram
2. Larutkan di dalam labu ukur 10 ml
3. Tambahkan aquades hingga batas 10 ml
• Cara Pertama
1. Ambil 3 ml larutan tersebut ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1-2 ml asam klorida P dan 1 ml besi (III)
klorida P 5%
3. Apabila positif maka akan terdapat warna biru yang
jika dibiarkan berubah akan menjadi merah, kemudian
tidak berwarna
• Cara Kedua
1. Ambil 2 ml larutan tersebut
2. Asamkan dengan asam klorida P 25%
3. Panaskan di lemari asam
4. Apabila positif maka akan terjadi gas belerang
dioksida
a. Uji Natrium Bisulfit (Farmakope Indonesia V)
1. Timbang 100 mg metampiron
2. Larutkan 100 mg metampiron ke dalam 10 ml air
3. Tambahkan biru bromotimol LP
4. Apabila positif maka larutan akan berawarna hijau

b. Uji Keasaman dan Kebasaan (British Pharmacopeia


2013)
Untuk 5 ml larutan S, tambahkan 0,1 mL larutan
fenaftalen R1 ; larutan tidak berwarna. Diperlukan
tidak lebih dari 0,1 mL natriumm hidroksida 0,02 M
untuk mengubah warna indikator menjadi merah
muda.
c. Uji Ukuran Kristal (Kimia Farmasi Komprehensif
Kementrian Kesehatan Indonesia) Zat aktif dilihat
dengan mikroskop

2. Uji Kuantitatif
a. Uji Susut Pengeringan (Farmakope Indonesia V)
1. Tara cawan penguap
2. Ditimbang metampiron sebanyak 250 gram
3. Letakkan di cawan penguap lalu masukkan ke dalam
oven bersuhu 1050C selama 30 menit
4. Keluarkan dan timbang
5. Susut pengeringan tidak lebih dari 5,5%; lakukan
pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap
menggunakan 250 mg.

b. Uji Penetapan Kadar (Farmakope Indonesia V)


Kadar metampiron mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 10% C13H16N3NaO4S
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
1. Timbang metampiron sebanyak 200 mg
2. Larutkan di dalam 5 ml air
3. Tambahkan 5 ml asam klorida 0,02 N
4. Titrasi dengan iodium 0,1 N LV dabn indikator kanji
LP
5. Kocok sesekali hingga terjadi warna biru mantap
selama 2 menit
*Keterangan : Tiap ml iodium 0,1 N setara dengan 16,67
C13H16N3NaO4S
c. Uji Arsen (Farmakope Indonesia V).
Nilai arsen tidak boleh lebih dari 2 bpj
d. Uji Logam Berat (Farmakope Indonesia V)
Tidak lebih dari 20 bpj
Data Stabilitas 1. Pada suhu kamar (25 – 30)° C dan tempat kering,
terlindung dari cahaya (PUBCHEM)
2. Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
(PUBCHEM)
3. Terhadap cahaya : Tidak sabil dan harus terlindungi dari
cahaya (PUBCHEM)
4. Terhadap oksigen : Tidak stabil, dapat teroksidasi
(PUBCHEM)
5. Terhadap suhu : Dalam keadaan anhidrat, stabilnya
maksimal (PUBCHEM)
6. Terhadap pH : 6-7 rentang sempit perlu didaparkan
(PUBCHEM)
JURNAL PEMBUATAN SEDIAAN
INJEKSI NOVALGIN

1. Penelusuran Sediaan yang Beredar


Sumber: PIONAS dan Farmakope Jepang
Sediaan yang beredar di pasaran

Merk Dagang Novalgin


Pabrik Pembuat Diproduksi oleh:
PT. Tunggal Idaman Abadi
Untuk
PT. Aventis Pharma
Spesifikasi sediaan Sediaan injeksi Novalgin mengandung Na
Metamizole dalam ampul 2 ml dengan kekuatan
sediaan 500 mg/ml. 1 dus atau box berisi 5 ampul
yang masing-masing memiliki volume 2 ml
Sediaan dalam Farmakope Jepang
Spesifikasi Sediaan Injeksi adalah larutan aqueous yg
mengandung tidak kurang dari 95% dan
tidak lebih dari 10,5% Metamizole Na yang
tertera pada label
2. Penetapan zat aktif dalam sediaan
Pada kesempatan ini, pembuatan sediaan steril dengan menggunakan zat
aktif Metamizole Sodium dangan kekuatan sediaan 500 mg/ml dalam ampul
5.2 ml sesuai dengan formula standar yang tercantum pada Handbook of
Manufacturing Formulation: Sterile Product dan sediaan yang sudah beredar
di pasaran.
3. Penelusuran sifat fisiko kimia zat aktif
Sumber: Japanese Pharmacopeia dan
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Dypirone
Struktur

Nama lain Sodium;[(1,5-dimethyl-3-oxo-2-phenylpyrazol-4-


yl)-methylamino]methanesulfonate
pH kelarutan Antara 5-8,5
Berat Molekul 333.34 g/mol
Pemerian Serbuk hablur putih, putih, atau putih kekuningan.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol, dan tidak
larut dalam Eter
Stabilitas Terhadap cahaya : Tidak sabil dan harus
terlindungi dari cahaya

Terhadap oksigen : Tidak stabil, dapat teroksidasi

Terhadap suhu : Dalam keadaan anhidrat, stabilnya


maksimal

Terhadap pH : 6-7 rentang sempit perlu


didaparkan
Fungsi Zat Aktif
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, dan wadah berwarna.
penyimpanan Tahan terhadap cahaya dan dibawah udara nitrogen

Keterangan:

1. Wadah tertutup rapat dalam FI V adalah: Harus


melindungi isi terhadap masuknya bahan cair,
bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan,
merekat, mencair, atau menguapnya bahan
selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi, harus dapat tertutup
rapat kembali. Wadah tertutup rapat dapat
diganti dengan wadah tertutup kedap untuk
bahan dosis tunggal.
2. Wadah tertutup kedap dalam FI V adalah: Harus
dapat mencegah menembusnya udara atau gas
lain selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan, dan pendistribusian.
3. Wadah tidak tembus cahaya dalam FI V adalah:
Harus dapat melindungi isi dari pengaruh
cahaya, dibuat dari bahan khusus yang
mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan
melapisi wadah tersebut. Wadah yang bening
dan tidak berwarna atau wadah yang tembus
cahaya dapat dibuat tidak tembus cahaya dengan
cara memberi pembungkus yang buram. Dalam
hal ini pada etiket harus disebutkan bahwa
pembungkus buram diperlukan sampai isi dari
wadah habis diminum atau digunakan untuk
keperluan lain.

Cara sterilisasi Terminal sterilisasi untuk produk dipilih karena


karakteristik zat obat.
Data farmakologi 1. Mekanisme kerja:
Bekerja sebagai antiinflamasi, analgesik
melalui penghambatan prostaglandin dengan
menghambat enzim cyclooxygenase.
2. Indikasi:
Injeksi Metamizole Na hanya digunakan ketika
rute oral atau rektal tidak dapat digunakan,
ketika tdp indikasi
- Nyeri parah, akut atau kronik pada sakit
kepala, sakit gigi atau tumor dan luka
setelah operasi
- Nyeri parah, akut atau kronik pada spasme
otot, kolik yg mempengaruhi GI, Ginjal,
atau saluran kemih bagian bawah
3. Dosis
- Secara intramuskular (IM) dalam :
Dewasa : 4-6 ml sehari.
Anak berusia 2-14 tahun : 0,5-2 ml sehari.
- Secara intravena (IV) lambat :
Dewasa: 2 ml sehari, maksimal : 2 kali
sehari 5 ml.
Anak berusia 2-14 tahun: 0,5-1 ml.
4. Kontraindikasi
- Memiliki riwayat alergi
- Bayi kurang dari 3 bulan atau 5 kg berat
badan.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Orang yang memiliki darah rendah
(tekanan darah sistolik < 100 mmHg).
- Gangguan perdarahan
- Defisiensi G6PD
- Porfiria hepatic
5. Efek samping
- Reaksi alergi bagi orang yang sensitif,
seperti ruam kemerahan pada kulit, gatal,
dan pembengkakan.
- Hiperhidrosis atau keringat berlebih
- Retensi cairan dan garam dalam tubuh
- Tekanan darah rendah
- Pusing
- Air seni kemerahan
- Agranulositosis
- Mual
- Sakit perut
- Gangguan fungsi hati
- Gangguan pencernaan

4. Analisa Kualitatif dan Kuantitatifzat Aktif

Uji Keterangan Jenis


Uji Organoleptis (Farmakope Indonesia V) Menggunakan alat indra
sebagai acuan utama. Hal-hal yang diuji, seperti
warna, bentuk, rasa, dan aroma. Zat aktif berupa
serbuk hablur, putih, atau putih kekuningan. Kualitatif
Uji Titik Lebur (www.lookchem.com/Dipyrone) Akan melebur
pada suhu 1870C
Uji Natrium 1. Timbang 100 mg metampiron
Bisulfit 2. Larutkan 100 mg metampiron ke dalam 10 ml
(Farmakope air
Indonesia V) 3. Tambahkan biru bromotimol LP
Apabila positif maka larutan akan berawarna
hijau
Uji Keasaman Untuk 5 ml larutan S, tambahkan 0,1 mL larutan
dan Kebasaan fenaftalen R1 ; larutan tidak berwarna. Diperlukan
(British tidak lebih dari 0,1 mL natriumm hidroksida 0,02 Kualiatif
Pharmacopeia M untuk mengubah warna indikator menjadi
2013) merah muda
Uji Ukuran Zat aktif dilihat dengan mikroskop
Kristal (Kimia
Farmasi
Komprehensif
Kementrian
Kesehatan
Indonesia)
Uji Susut 1. Tara cawan penguap
Pengeringan 2. Ditimbang metampiron sebanyak 250 gram
(Farmakope 3. Letakkan di cawan penguap lalu masukkan ke
Indonesia V) dalam oven bersuhu 1050C selama 30 menit
Kuantitatif
4. Keluarkan dan timbang
Susut pengeringan tidak lebih dari 5,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga
bobot tetap menggunakan 250 mg.
Uji Penetapan Kadar metampiron mengandung tidak kurang dari
Kadar 99,0% dan tidak lebih dari 10% C13H16N3NaO4S
(Farmakope dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Indonesia V)
1. Timbang metampiron sebanyak 200 mg
2. Larutkan di dalam 5 ml air
3. Tambahkan 5 ml asam klorida 0,02 N
4. Titrasi dengan iodium 0,1 N LV dabn indikator
Kuantitatif
kanji LP
5. Kocok sesekali hingga terjadi warna biru
mantap selama 2 menit

*Keterangan : Tiap ml iodium 0,1 N setara dengan


16,67 C13H16N3NaO4S
Nilai arsen tidak boleh lebih dari 2 bpj
Uji Logam Tidak lebih dari 20 bpj
Berat
(Farmakope
Indonesia V)

5. Formula
Untuk sediaan 1L
Sediaan ampul sebanyak dengan volume 5.2 ml
Sumber: Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Sterile
Products
Bahan Jumlah
Dipiron/Metamizole Sodium 500 g
Chlorobutanol 4g
Benzyl Alcohol 200 mL
Water for Injection q.s sampai 1L
NaOH Qs
HCl Qs
Nitrogen Gas Qs
6. Data Fisiko Kimia Eksipien
• Chlorobutanol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition)

Preformulasi
Acetone chloroform; anhydrous chlorbutol; chlorbutanol;
chlorobutanolum anhydricum; chlorbutol; chloretone;
Sinonim Coliquifilm; Methaform; Sedaform; trichloro-tert-butanol; b,b,b-
trichloro-tertbutyl alcohol; trichloro-t-butyl alcohol. (HOPE 6th
Edition)
Titik lebur 76–78℃ for the hemihydrate; 95–97℃ for the anhydrous form.
Chlorobutanol terutama menggunakan bentuk sediaan
dinophthalmic atau parenteral sebagai pengawet antimikroba pada
konsentrasi hingga 0,5% b / v; lihat Bagian 10.Hal ini biasanya
digunakan sebagai agen antibakteri untuk larutan epinefrin,
larutan ekstrak pituitari posterior, dan sediaan oftalmik yang
dimaksudkan untuk pengobatan. miosis. ini
Definisi

sangat berguna sebagai agen antibakteri dalam formulasi


nonaqueous. Chlorobutanol juga digunakan sebagai pengawet
dalam kosmetik (lihat Bagian 16); sebagai plasticizer untuk ester
dan eter selulosa; dan telah digunakan secara terapi sebagai obat
penenang ringan dan analgesik lokal dalam kedokteran gigi.
Kristal yang mudah menguap, tidak berwarna atau putih dengan
Pemerian
bau apek, berbau kamper.
Asam asetat, glasial Bebas larut. Aseton Bebas larut. Kloroform
Bebas larut. Etanol (95%) 1 in 1. Eter Bebas larut. Gliserin 1
Kelarutan
dalam 10. Metanol Mudah larut. Minyak mudah menguap. Air
mudah larut 1 dalam 125 Bebas larut dalam air panas
Chlorobutanolisvolatile andreadilysublimes. Inaqueoussolution,
degradasi menjadi karbon monoksida, aseton dan ion klorida
Stabilitas
dikatalisis oleh ion hidroksida. Stabilitas baik pada pH 3 tetapi
menjadi semakin buruk dengan meningkatnya pH. (1) Waktu
paruh pada pH 7,5 untuk larutan klorobutanol yang disimpan pada
258C ditentukan sekitar 3 bulan. (2) Dalam 0,5% b / v berair
larutan klorobutanol pada suhu kamar, klorobutanol hampir jenuh
dan dapat mengkristal keluar dari larutan jika suhu berkurang.
Kehilangan chlorobutanol juga terjadi karena volatilitasnya,
dengan jumlah yang cukup besar yang hilang selama autoklaf;
pada pH 5 sekitar 30% klorobutanol hilang. (3) Wadah berpori
menghasilkan kerugian dari larutan, dan wadah polietilen
menyebabkan kehilangan cepat. Kehilangan klorobutanol selama
autoklaf dalam wadah polietilena dapat dikurangi dengan pra-
otoklaf wadah dalam larutan klorobutanol; wadah kemudian harus
digunakan

segera. (4) Ada juga kerugian yang cukup besar dari


chlorobutanol melalui penghenti dalam botol parenteral. Bahan
curah harus disimpan dalam wadah kedap udara pada suhu 8-
15℃. (HOPE 6thEdition)
Karena masalah yang terkait dengan penyerapan, klorobutanol
tidak sesuai dengan botol plastik, (4-8) sumbat karet, bentonit, (9)
magnesiumtrisilikat, (9) polietilen, dan polihidroksietil
Inkompabilitas metakrilat, yang telah digunakan dalam lensa kontak lunak. (10)
tingkat yang lebih rendah, karboksimetilselulosa dan polisorbat
80 mengurangi aktivitas antimikroba melalui penyerapan atau
pembentukan kompleks. (HOPE 6thEdition)
Fungsi Pengawet antimikroba; plasticizer. (HOPE 6thedition)
Disimpan di tempat yang terlindungi dari cahaya, sejuk, kering,
Penyimpanan
dan dalam wadah yang tertutup rapat.
• Sodium Hydroxide (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition)

Nama Resmi Natrii Hydroxydum


Nama Lain Natrium Hidroksida
Rumus Molekul NaOH
Berat Molekul 40,00
Bentuk batang, massa hablur atau keping, keras, kering, rapuh
dan menunjukkan suasana hablur, putih atau praktis putih.. Jika
Pemerian
terpapar udara , akan cepat menyerap karbondioksida dan
menjadi lembab.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) P
Densitas 2,1 g/cm3
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas NaOH encer bersifat

• Hydrochloric Acid (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th


Edition)

Nama Resmi Acidum Hydrochloridum


Nama Lain Asam klorida
Rumus Molekul HCl
Berat Molekul 36,46 g/mol
Cairan, tidak berwarna, berasap, bau khas. Bau dan asap akan
Pemerian
hilang jika diencerkan dengan 2 bagian air
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat

• Benzyl Alcohol (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition)

Zat Benzyl alcohol


Alcohol benzylicus; benzenemethanol; a-hydroxytoluene;
Sinonim
phenylcarbinol; phenylmethanol; a-toluenol. (HOPE 6th Edition)
Titik didih 204,7 °C (HOPE 6th Edition)
Benzyl alcohol adalah pengawet antimikroba yang digunakan
dalam berbagai formulasi sediaan farmasi, termasuk sediaan
parenteral, pada konsentrasi dinaikkan hingga 2,0 v/v.
Konsentrasi yang khas digunakan adalah 1% v/v, dan itu telah
Definisi
dilaporkan dalam protein, peptide, dan produk molekul kecil.
Konsentrasi 5% v/v atau lebih digunakan sebagai pelarut,
sedangkan larutan 10% v/v digunakan sedagai desinfektan.
(HOPE 6th Edition)
Cairan bening, tidak berwarna, berminyak dengan aroma aromatic
Pemerian
yang samar dan tajam, rasa terbakar. (HOPE 6th Edition)
Ethanol 50% 1 dalam 1,5; Air 1 dalam 25 pada suhu 25°C, 1 dalam
Kelarutan
14 pada suhu 90°C. (HOPE 6th Edition)
Benzil alcohol teroksidasi perlahan di udara menjadi benzaldehida
dan asam benzoate; tidak bereaksi dengan air. Pada larutan berair
yang disterilkan dengan filtrasi atau autoklaf beberapa larutan
dapat menghasilkan benzaldehid selama autoklaf. Benzil alcohol
dapat disimpan dalam wadah logam atau gelas. Wadah plastic
Stabilitas
tidak boleh digunakan; pengecualian untuk wadah polypropylene
arau bejana yang dilapisi dengan inert terfluorinasi polimer seperti
Teflon. Benzil alcohol harus disimpan dalam wadah kedap udara,
terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. (HOPE
6th Edition)
Benzil alcohol tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi dan
asam kuat. Hal ini dapat menpercepat terjadinya autoksidasi
lemak. Meskipun aktivitas antimikroba berkurang pada surfaktan
Inkompatibilitas
nonionik, seperti polisorbat 80, reduksi yang terjadi kurang dari
pada kasus ester hidroksibenzoat. Benzil alcohol tidak sesuai
dengan metilselulosa. (HOPE 6th Edition)
Fungsi Antimikroba (HOPE 6th Edition)
Disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya, di
Penyimpanan
tempat yang sejuk dan kering (HOPE 6th Edition)

• Water for Injection (US Pharmacopeia)

Nama Water pro injeksi


Air untuk injeksi adalah air yang dimurnikan dengan proses
distilasi atau pemurnian yang setara atau lebih unggul dari
distilasi dalam menghilangkan bahan kimia dan
mikroorganisme
Rumus molekul H2O
Berat molekul 18,02
Pemerian Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kestabilan Stabil secara kimia dalam bentuk fisika bagian dingan cairan
uap (Excipient, Hal. 337)
BereaksiInkompatibilitas
dengan obat dan b Bereaksi dengan bahan obat dan bahan tambahan lainnya yg
mudah terhidrolisis (terurai karena adanya air) atau
kelembaban pada suhu tinggi, bereaksi kuat dengan logam
alkali
pH Antara 5 dan 7 dalam larutan yang mengandung 0,3 ml larutan
kalium klorida jenuh per 100 ml spesimen uji
Packaging and Simpan dalam gelas dosis tunggal atau wadah plastik,
storage berukuran tidak lebih besar dari 1-L

• Nitrogen Gas
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition,
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Nitrogen)

Rumus Kimia N2
Nama
Nitrogen ; Nitrogen gas ; Molecular Nitrogen ; Dinitrogen
Senyawa Kimia
Berat Molekul 28,01

Struktur Kimia

Jenis Senyawa
Gas
Kimia
Gas nonreaktif, tidak mudah terbakar, tidak berwarna, tidak
Pemerian berasa, dan tidak beraroma. Biasanya disimpan pada tabung
metal silinder
Praktis tidak larut dalam air dan kebanyakan pelarut, larut dalam
Kelarutan
air dalam tekanan tertentu
Densitas 0,97 g/cm3
Vapor Density 1,25 g/cm3
Tabung metal silinder tertutup pada suhu sejuk dan tempat yang
Penyimpanan
kering
Stabilitas Zat kimia yang stabil dan tidak reaktif
Inkompatibel dengan kebanyakan komposisi formulasi
Inkompatibilitas
farmasetis dan produk makanan
Kegunaan Air displacement

7. Perhitungan Bahan
Untuk 1000 pcs
1 ampul = 2 ml + 0,2 ml = 2,2 ml
2,2 ml x 1000 pcs = 2.200 ml = 2,2 L
Produksi 1000 pcs ampul = 2.200 ml = 2,2 L
Bahan Jumlah (untuk Jumlah Yang Diambil
jumlah 1 L)
Dipiron/Metamizole 500 g 500 g x 2,2=
Sodium
Chlorobutanol 4g 4 g x 2,2=
Benzyl Alcohol 200 mL 200 mL x 2,2
NaOH qs
HCl qs
Nitrogen Gas qs
Water for Injection q.s sampai 1L

6. Alat dan Sterilisasi

No Nama Alat Jumlah Cara sterilisasi


(lengkap)
1. Pinset 2 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
2. Spatel logam 5 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
3 Batang pengaduk gelas 3 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
4. Kaca arloji 6 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
5. Labu Erlenmeyer 2 Mulut labu Erlenmeyer
ditutup dengan
aluminium foil, lalu
dimasukkan ke dalam
autoklaf (121°C selama
20 menit)
6. Pipet tetes 5 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
7. Karet penutup pipet tets 5 Direndam dalam etanol
70% selama 24 jam
Gelas ukur Mulut gelas ukur
10 mL 4 ditutup dengan kertas
25 mL 2 perkamen kemudian
50 mL 2 diikat dengan benang
kasur dan dilakukan
sterilisasi autoklaf
121°C selama 20 menit
9. Corong 2 Oven pada suhu 170°C
selama 1 jam
10. Kertas perkamen 5 Dimasukkan ke dalam
plastic tahan panas
kemudian autoklaf
121°C selama 20 menit
11. Gelas kimia Permukaan gelas kimia
50 mL 3 ditutup dengan kertas
100 mL 3 perkamen lalu diikat
dengan benang kasur,
autoklaf 121°C selama
20 menit
12. Membran filter 0,45 5 Dimasukkan dahulu ke
µm dalam plastic tahan
panas kemudian
autoklaf 121°C selama
20 menit
13. Buret 1 Direndam etanol 70%
selama 24 jam
14. Alumunium foil Secukupnya Oven pada suhu 170°C
15. Kertas pH Secukupnya Sinar UV

7. Prosedur Pembuatan

Ruang Prosedur
Ruang Sterilisasi (grey Peralatan, wadah sediaan, dan aquabidest yang akan
area) digunakan disterilisasikan dengan cara sterilisasi
yang sesuai.
Ruang Penimbangan Keterangan : penimbangan dilakukan di atas kaca
(grey area) arloji steril, lalu ditutup dengan alumunium foil.
Transfer box (ruang Semua alat, wadah yang telah disterilkan dipindahkan
penimbangan) ke ruang pencampuran (white area) melalui transfer
box.
Ruang pencampuran 1. Larutkan Zat aktif disekitar 0,5 L aqua pro
injection, dipanaskan hingga 60oC hingga 70oC
(white area)
dengan pengadukan konstan hingga larut sepenuhnya.
2. Tambahkan Clorobutanol dan Benzilalkohol
dengan pengadukan konstan untuk menyelesaikan
larutan
3. Dinginkan larutan ke suhu kamar dan buat volume
dengan aqua pro injeksi.
4. Gelembungkan Gas Nitrogen dengan seksama dan
diamkan selama 30 menit.
5. Periksa pH (6,8 hingga 7,0); sesuaikan dengan 10%
Item NaOH atau 4% HCl sesuai kebutuhan; Sampel.
6. Saring larutan melalui rakitan filter 0,22 mm.
7. Isi ampul 5,2 mL di bawah penutup Gas Nitrogen.
8. Sterilisasi terminal pada 121oC selama 30 menit.
9. Uji Sampel untuk kebocoran dan pengujian
terakhir.
Ruang penutupan (grey Masing-masing ampul ditutup menggunakan mesin
area) penutup ampul atau dengan membakar ujung ampul
dengan api bunsen.
Sediaan dibawa ke ruang sterilisasi melalui transfer
box.
Ruang sterilisasi (grey Sterilisasi sediaan menggunakan autoklaf pada suhu
area) 121oC selama 20 menit. Kemudian dilakukan
pemeriksaan kebocoran dengan membalik posisi
sediaan.
Ruang evaluasi (grey Sediaan diberi etiket dan kemasan, lalu dilakukan
area) evaluasi pada sediaan yang telah diberi etiket dan
kemasan.

8. Wadah

No Nama alat Jumlah Sterilisasi


1. Ampul 5 mL 200 Mulut ampul ditutup
dengan kertas
aluminium foil
kemudian di Oven pada
suhu 170 C selama 1
jam

9. Pengujian Kualitas dan Evaluasi Sediaan


1. Uji Kebocoran
Uji dilakukan dengan menggunakan tekanan negatif dalam ruang
vakum, biasanya ditambahkan zat warna (0,5-1% methylen blue) untuk
melihat penetrasi zat warna ke dalam ampul. Setelah dicek kebocorannya
maka dicuci kembali
2. Uji kejernihan
Inspeksi secara visual dilakukan sedemikian rupa dalam kondisi
pencahayaan dan latar belakang yang dikendalikan dan sesuai
3. Uji Sterilitas
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan
farmakope yang dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima
menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam
sampel di bawah kondisi pengujian.
Syarat media yang digunakan untuk uji sterilitas yaitu
1. Media harus bersifat merangsang pertumbuhan mikroba → memenuhi
syarat uji fertilitas aerob, anaerob, dan kapang
2. Steril, inkubasi sebagian media pada suhu yang sesuai selama 14 hari
Jenis media:
a. FTM (Fluid Thioglycolate Medium) → untuk bakteri aerob dan
anaerob, suhu inkubasi: 30-350C
b. SCDM (Soybean-casein Digest Medium) → untuk jamur / kapang
dan beberapa bakteri aerob, suhu inkubasi: 20-250C. Media untuk
golongan penicilin dan sefalosporin perlu ditambahkan secara
aseptis enzim B-laktamase yang sudah diuji inaktivasi daya hambat

Metode uji sterilitas terbagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Inokulasi langsung dalam media uji, dilakukan secara aseptis, produk


sudah terbukti tidak menghambat pertumbuhan bakteridan sederhana,
namun gerakan berulang berpotensi kondisi menjadi non aseptis.
Metode ini hanya digunakan jika produk tidak bisa dilakukan dengan
uji filtrasi membran. Jika spesimen uji terdapat kandungan
bakteriostatik / fungistatik, bilas dengan cairan pembilas → perolehan
kembali cairan bilasan diuji dengan teknik penyaringan membran.
2. Teknik penyaringan membran, untuk cairan & serbuk yang
mengandung bakteriostatik dan fungistatik (memisahkan mikroba
kontaminan dari penghambat pertumbuhan), minyak, salep / krim
bukan bakteriostatik dan fungistatik yang larut dalam larutan pengencer
dan uji sterilitas permukaan kritis alat kesehatan.
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V (2014), pengamatan
terhadap kekeruhan dan atau pertumbuhan mikroba pada semua wadah
dalam waktu 14 hari.
Interpretasi Hasil:
1. Memenuhi spesifikasi jika tidak terjadi pertumbuhan → (Steril)
2. Tidak memenuhi spesifikasi jika terjadi kekeruhan → (Tidak Steril)
Tahap Lanjutan:
1. Pindahkan sejumlah media yang digunakan untuk uji (tiap tabung tidak
kurang dari 1 ml) pada media segar yang sama
2. Inkubasi media dan sampel ≥ 4 hari
a. Memenuhi spesifikasi: jika tidak terjadi pertumbuhan (bahan uji
memenuhi syarat sterilitas)
b. Tidak memenuhi spesifikas jika terjadi pertumbuhan
4. Uji Bebas Pirogen
ALAT DAN PENGENCER. Alat suntik, jarum dan alat gelas
dibebaskan dari pirogen dengan pemanasan pada 250° selama tidak kurang
dari 30 menit atau dengan metode lain yang sesuai. Perlakukan semua
pengencer dan larutan untuk mencuci dan membilas peralatan atau alat
suntik parenteral sedemikian rupa yang dapat menjamin alat tersebut steril
dan bebas pirogen. Lakukan uji pirogen pada pengencer dan larutan untuk
pencuci atau pembilas alat secara berkala. Bila digunakan Injeksi Natrium
Klorida sebagai pengencer, gunakan larutan yang mengandung natrium
klorida 0,9%.
REKAMAN SUHU. Gunakan alat pendeteksi suhu yang teliti
seperti thermometer klinik atau alat termistor atau alat sejenis yang telah
dikalibrasi untuk menjamin ketelitian ± 0,10 dan telah diuji untuk penetapan
bahwa pembacaan maksimum dapat dicapai kurang dari 5 menit. Masukkan
alat pendeteksi suhu ke dalam rektum kelinci uji dengan kedalaman tidak
kurang dari 7,5 cm dan setelah periode waktu tidak kurang dari yang
ditetapkan sebelumnya, catat suhu tubuh kelinci.
HEWAN UJI. Gunakan kelinci dewasa yang sehat. Tempatkan
kelinci satu ekor dalam satu kandang dalam ruangan dengan suhu yang
seragam antara 20° - 23° dan bebas dari gangguan yang menimbulkan
kegelisahan. Perbedaan suhu tidak lebih dari ±3° dari suhu yang ditetapkan.
Kelinci yang belum pemah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci
tidak lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua
tahap yang tertera pada Prosedur, kecuali penyuntikan. Kelinci tidak boleh
digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam, atau
sebelum 2 minggu untuk uji pirogen yang menunjukkan kenaikan suhu 0,6°
atau lebih, atau telah digunakan untuk uji sediaan yang dinyatakan
pirogenik.
PROSEDUR. Lakukan uji dalam ruang terpisah yang dirancang
untuk pengujian pirogen dan pada kondisi lingkungan yang sama dengan
ruang pemeliharaan hewan dan bebas dan gangguan yang menimbulkan
kegelisahan. Kelinci tidak diberi makan selama pengujian. Boleh diberi
minum setiap saat, tetapi terbatas. Jika termistor pengukur suhu rektum
digunakan untuk pengujian, kelinci diletakkan dalam penyekap yang dapat
menahan kelinci dengan leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan
bebas. Tetapkan suhu kontrol dari tiap kelinci tidak lebih dari 30 menit
sebelum penyuntikan larutan uji. Suhu tersebut digunakan sebagai awal
untuk penetapan setiap kenaikan suhu yang dihasilkan dari penyuntikan
larutan uji. Dalam setiap kelompok kelinci uji, gunakan kelinci yang
mempunyai perbedaan suhu kontrol antara satu dengan lainnya tidak lebih
dari 1°, dan suhu kontrol setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8°. Kecuali
dinyatakan lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 ml larutan uji
per kg berat badan kedalam vena telinga setiap tiga kelinci, lakukan
penyuntikan dalam waktu 10 menit. Larutan uji berupa sediaan yang perlu
dikonstitusi sesuai etiket, atau bahan uji yang diperlakukan seperti tertera
pada masing-masing monografi dan disuntikkan sesuai dosis tersebut.
Untuk uji pirogen dari alat atau perangkat injeksi, gunakan cucian atau
bilasan permukaan yang kontak dengan bahan yang diberikan secara
parenteral, tempat penyuntikan atau janingan tubuh pasien. Semua larutan
uji harus terjamin bebas kontaminasi. Lakukan penyuntikan setelah larutan
uji dihangatkan pada suhu 370±2°. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke-
1 dan ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu 30 menit.
Interpretasi hasil uji pirogen adalah sebagai berikut:

Tahap 1 Tahap 2
Memenuhi syarat: tidak ada
satupun kelinci menunjukkan Menggunakan 5 ekor kelinci lain
kenaikan suhu 0.50 C
Memenuhi syarat bebas pirogen:
1. ≤ 3 kelinci menunjukkan
Bila ada kelinci menunjukkan
0
kenaikan suhu 0.50 C / lebih
kenaikan suhu 0.5 C atau lebih,
2. Jumlah kenaikan suhu 8
lanjutkan uji tahap 2
kelinci tidak melebihi 3.30
C

5. Penetapan kadar
1. Membuat fase gerak metanol P : air : asam asetat glasial P (55:44:1)
disaring
2. Pelarutan campuran metanol : air (1:1)
3. Larutan baku internal (buat larutan naproksen P dalam metanol P
dengan kadar lebih kurang 0,3 mg per ml)
4. Larutan baku sediaan (timbang seksama sejumlah metimazole
trometamin BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
kadar kurang lebih 0,24 mg per ml)
5. Larutan baku (pipet 5 ml larutan baku persediaan dan 5 ml larutan
baku interal ke dalam labu terukur 50 ml di encerkan sampai tanda)
6. Larutan uji (pipet sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang
12 mg keterolak trometamin, ke dalam labu ukur 50 ml di encerkan
dengan metanol p sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini dan 5 ml larutan
bau internal ke dalam labu ukur 50 ml. Keduanya di encerkan samapai
tanda batas)
7. Lakukan kromatografi kedalam larutan baku
8. Suntikan secara terpisah sejumlah volume sama lebih kurang 100
mikroliter larutan baku dan uji ke dalam kromatogram
9. Rekam kromatogram dan ukur respon puncak utama
10. Hitung jumlah dalam mg
6. Uji endotokin bakteri
Uji endotoksin dilakukan melalui uji Limulus amebocyte lysate
(LAL) yang merupakan uji in vitro untuk deteksi dan analisis kuantitatif
endotoksin bakteri, terdapat 2 tipe teknik uji endotoksin, yaitu :
a. Teknik pembentukan jendal gel, beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam uji ini diantaranya :
1. Alat-alat gelas hendaknya di”de-pirogenasi” dengan pemanasan
pada 180oC selama 4 jam atau 250oC selama 30 menit
2. Alat plastik (microplate, pipet tipis) dipastikan endotoxin free
3. Perlu pembanding yaitu Control Standard Endotoxin (CSE)
4. Air untuk BET & Lysate, WFI/ air yang tidak menunjukan reaksi
terhadap lysate
5. pH sampel 7,0 – 8,0 jika diperlakukan pH diatur menggunakan asam
atau basa depirogen
b. Teknik fotometrik :
1. Metode turbidimetri merupakan uji fotometri kekeruhan reaktan
dengan prinsip (1) hubungan kuantitatif antara konsentrasi
endotoksin dan kekeruhan dan (2) menggunakan kecepatan
pembentukan gel untuk menentukan kandungan endotoksin.
Pengujian dilakukan pada suhu inkubasi 37 ± 1oC
2. Metode kromogenik yaitu menggunakan substrat kromogenik
sintetik. Adanya LAL dan endotoksin, menghasilkan warna kuning
dan secara linier ekuivalen dengan konsentrasi endotoksin yang ada

10. Kemasan
I. DESAIN FORMULASI DAN SEDIAAN
2. Zat Aktif = Metimazol Na
3. Bentuk sediaan = Larutan Injeksi IV/IM dalam
ampul
4. Kekuatan sediaan = 500 mg/ml
5. Jumlah eksipien = 6 eksipien
6. Jenis Eksipien =
1. Benzil alcohol
2. Chlorobutanol
3. Water for Injection
4. NaOH
5. HCl
6. Nitrogen Gas
7. Volume = Ampul 5 ml
8. Penimbangan = 200 pcs
1 ampul = 5 ml + 0,2 ml = 5,2 ml
5,25 ml x 200 pcs
9. Produksi 200 pcs ampul = 1000 ml = 1 L
10. Novalgin 500 mg/ml = 500 mg x 1 L = 500 mg / 1000 ml
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation.

Ayuhastuti,Anggreni.2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Kementerian


kesehatan republik indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Jilid III. Jakarta:


BPOM RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Jilid IV. Jakarta:


BPOM RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Jilid V. Jakarta:


BPOM RI

Rowe, Raymond C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition.


London: Pharmaceutical Press

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The complete Drug Reference Thirty sixth
edition. Pharmaceutical press. London

Anda mungkin juga menyukai