KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA,
sehingga penulisan buku Petunjuk Praktikum Formulasi dan
Teknologi Sediaan Steril akhirnya dapat terselesaikan. Fokus
utama bahasan buku ini adalah tentang sediaan steril antara lain
pengenalan, pembuatan, pengemasan, labeling, dan kontrol
kualitas pada sediaan steril. Buku ini diharapkan dapat menjadi
salah satu buku pendamping bagi mahasiswa yang sedang
menempuh mata praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan
Steril di mana di dalamnya juga membahas konsep dasar
beberapa pengujian yang dilakukan dalam praktikum. Untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih dalam, mahasiswa
diharapkan dapat membaca buku teks yang ada terkait mata
praktikum tersebut.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan buku ini. Masukan yang bersifat positif
sangat diharapkan untuk perbaikan buku ini di masa
mendatang. Terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan ................................................................. 1
(Pencucian
(Pembuatan
(Pembuatan
ii
PENDAHULUAN
Steril
Semua bentuk sediaan yang digunakan secara
parenteral, larutan tetes mata, dan alat-alat kedokteran
yang dipakai untuk penggunaan sediaan-sediaan/obat
parenteral harus steril dan bebas dari mikroorganisme
hidup. Keadaan steril dan bebas dari mikroorganisme
hidup harus diusahakan dan dijaga sejak awal proses
pembuatan, pada pengemasan sampai pada saat obat
digunakan oleh pasien.
Media yang digunakan dalam uji sterilisasi menurut
Farmakope Indonesia edisi IV (1995) adalah sebagai
berikut.
a.
b.
2.
parenteral
telah
menjadikan
perhatian
dapat
memberikan
resiko
pada
termasuk
sumber-sumbernya
dan
kemungkinan penyebabnya.
Beberapa sumber yang dianggap dapat
menghasilkan atau mengeluarkan partikel asing
antara lain:
a.
Komponen pengemas
3.
Bebas pirogen
Pirogen didefinisikan sebagai hasil metabolik
dari
mikroorganisme
menyebabkan
respon
hidup
piretik
atau
mati
yang
spesifik
pada
yang
dihasilkan
oleh
yang
terdapat
dalam
sediaan
cara
dapat
digunakan
untuk
2.
3.
UJI PIROGEN
Adanya pirogen dalam sediaan parenteral dapat
diketahui dengan uji pirogen. Uji pirogen dapat dilakukan
dengan :
1.
Menggunakan kelinci
Kelinci ditempatkan dalam kandang dengan suhu antara
2.
3.
1.
Mudah/ sederhana
2.
Lebih sensitif
3.
Reliable
Stabilitas
Dalam pembuatan sediaan steril, suatu hal yang harus
atau
perubahan
warna
merupakan
indikasi
Tonisitas
Tonisitas berhubungan dengan tekanan osmose
yang diberikan oleh suatu larutan dari zat atau zat padat
yang terlarut. Cairan badan atau cairan mata memberikan
tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
normal.
Suatu larutan dengan jumlah solute (zat terlarut)
lebih banyak dari cairan badan/cairan mata mempunyai
tekanan osmose lebih besar dan larutan ini disebut dengan
larutan hipertonis. Sebaliknya, bila jumlah solute lebih
sedikit sehingga tekanan osmose lebih rendah disebut
isotonis. Cairan badan termasuk juga cairan mata
mengandung sejumlah zat terlarut yang dapat menurunkan
titik beku larutan 0,52o C . Demikian juga larutan NaCl 0,9
% dapat menurunkan titik beku 0,52 %. Oleh karena itu,
larutan NaCl 0,9 % dan cairan badan disebut isotonis.
Metode yang dapat dipakai untuk menghitung nilai
isotonis (tonisitas) suatu larutan antara lain adalah
penurunan titik beku, equivalen NaCl, dan faktor disosiasi.
NaCl
yang
harus
ditambahkan
untuk
= 0, 52 C
= 0, 29 C
0, 23 C
0,9 %
10
0 ,23C
X
= 0,40 %
B. Faktor Disosiasi
Dikatakan suatu larutan isotonis bila terpenuhi :
x+
x b + = 0,28
M
Mb
Untuk menghitung banyaknya zat pembantu
yang
diperlukan
untuk
mencapai
isotonis,
keterangan:
M, Mb
, b
Mh
11
12
Kerugian :
Pemberian obat secara parenteral memberikan beberapa
kerugian antara lain:
1. Tidak praktis
2. Rasa sakit
Rute penggunaan :
Sediaan parenteral diinjeksikan menggunakan jarum
dengan diameter yang sesuai melalui beberapa rute yang
berbeda, seperti yang ditunjukkan gambar 1.
13
1. Rute Umum/Utama
a. Subkutan
b. Intramuskular
c. Intravena, untuk sediaan parenteral volume besar
dan kecil
2. Rute lain/Khusus
a. Intraasterial
b. Intrathecal
c. Intraepidural
d. Intracardial
e. Intra cisternal
Pemberian obat dengan rute intrathecal ditunjukkan melalui
gambar 2.
14
15
Sterilisasi akhir
Larutan/sediaan setelah diisikan ke dalam
16
b.
Aseptis
Untuk sediaan yang tidak bisa disterilisasi akhir
ke
dalam
pengemas
primer,
tidak
17
STERILISASI
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan,
mematikan
atau
menghancurkan
semua
bentuk
minimum,
misal
dalam
bentuk
panas,
untuk
bahwa
semua
bentuk
mikroorganisme
telah
18
Kimia (destruksi)
Bahan-bahan
antibiotika,
yang
digunakan
phenol-phenol,
senyawa
di
antaranya:
ammonium
19
Radiasi ( Destruksi )
Proses ini menggunakan beberapa sinar antara lain:
Panas ( Destruksi )
Sterilisasi dengan panas terdiri dari panas kering
20
bahwa
bahan-bahan
seperti
glyserin,
170 C dan
dalam
bentuk
serbuk
biasanya
21
adalah
waktu
yang
diperlukan
untuk
Filtrasi
Sterilisasi dengan filtrasi digunakan untuk larutan
yang
sensitif
terhadap
panas.
Filtrasi
merupakan
media
penyaring atau
dengan
menggunakan
22
A. PENGEMAS
Bentuk kemasan antara lain: ampul, vial, botol infus,
dan disposable syringe. Ampul ampul ditutup dengan
melelehkan gelas pada bagian leher ampul. Penutupan ampul
ada 2 cara yaitu:
1. Teknik tarik-putus,
23
1. Gelas
Gelas merupakan wadah parenteral yang sudah lama dikenal
penggunaannya. Wadah ini memberikan beberapa keuntungan
antara lain:
1. Bersifat impermeable
2. Cukup keras dan mempunyai bentuk stabil
3. Transparan sehingga mudah untuk melihat isi
4. Dapat disterilisasi dengan panas kering ( 260C ) atau
uap bertekanan tanpa mengalami perubahan
5. Mudah
dipasang
dengan
alat
pemakai
sediaan
parenteral.
Dikenal beberapa tipe gelas :
1. Tipe I
: - merupakan BOROSILICATE
- mempunyai resistensi kimia yang tinggi
24
2.
2. Plastik
Bahan pengemas mengalami perkembangannya yang cukup
pesat. Selain gelas, dikenal juga bahan pengemas dari plastik.
Plastik merupakan polymer dengan BM tinggi dan berbentuk
padat.
Plastik ( polymer ) di bagi dalam 2 kategori :
1. Thermoplastik padat pada temperatur kamar tetapi
dapat lunak dengan panas dan tekanan.
2. Thermosetting plastik (thermozet), stabil terhadap
panas.
Beberapa keuntungan dari pengemas plastik , antara lain :
1. Relatif murah
2. Ringan
3. Tahan terhadap benturan mekanis
4. Flexibel
5. Beberapa jenis plastik bersifat transparan
3. Karet
Penutup
untuk
wadah
sediaan
steril
pada
umumnya
25
B. LABELING
Sediaan steril atau parenteral setelah selesai dibuat
diberi penandaan yang berisi informasi antara lain:
1. Nama sediaan
2. Volume sediaan / berat sediaan
3. Cara/rute penggunaan
4. Syarat sterilisasi dan bebas pirogen
5. Waktu kadaluarsa
6. Komposisi
7. Kadar zat aktif
8. Nama industri farmasi
9. Nomor registrasi
10. Nomor batch
26
27
dari
elektrolit
dalam
suatu
larutan
mEq =
Berat molekul ( BM )
Contoh
0,200 x 1000 x 2 x 1
147
28
29
1. Pemeriksaan kebocoran
Dua
metode
yang
dapat
dipergunakan
untuk
0,0025 %
30
Pemeriksaan sterilitas
Pada umumnya dikenal dua cara uji
a) Metode langsung
b) Metode filtrasi
2.
Pemeriksaan pirogen
3.
31
dipegang
pada
lehernya
,balikkan
32
4.
5.
Pemeriksaan identitas/labelling
6.
Penentuan hasil
PERCOBAAN I
PENCUCIAN DAN STERILISASI PENGEMAS
JUDUL
TUJUAN
pencucian dan
sterilisasi
karet,
: Autoclave
Glassware
BAHAN
PROSEDUR KERJA :
A. Cara mencuci tutup karet botol infus :
1. Direndam dalam larutan HCl 2 % selama 2 hari.
2. Direndam dalam larutan ( tepol 1 % dan Na
Carbonat 0,5 % selama 1 hari )
33
34
PERTANYAAN :
1. Sebutkan type gelas yang cocok untuk kemasan sediaan
steril. Jelaskan ?
2. Jelaskan beberapa persyaratan tutup karet untuk sediaan
steril ?
3. Jelaskan cara mematikan mikroorganisme dengan
sterilisasi panas kering dan panas basah (autoclave ) ?
4. Sebutkan sifat yang kurang menguntungkan yang
dimiliki oleh gelas ?
5. Sebutkan sifat yang menguntungkan dari wadah plastik
dibandingkan gelas ?
35
EVALUASI :
Qualifikasi alat pencuci penggunaan glass
(Ampul,Vial dll)
36
DQ
IQ
GQ
SQ
PERCOBAAN II
INJEKSI AMINOPHYLIN 2.4 %
JUDUL
TUJUAN
ALAT
: Autoclave
Glassware
Timbangan
BAHAN
: Theophylin
Etilendiamen
Aqua p.i.
FORMULA : R/ Theophylin
(g.)
Etilendiamen
0,55
(g.)
100
(ml)
PROSEDUR KERJA :
1. Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat !
2. Buatlah aqua bebas karbondioksida (CO2)
3. Suspensikan theophylin dengan sebagian aqua bebas CO2
4. Campurlah etilendiamin dengan sebagian aquadest
37
PERTANYAAN :
1. Apa keuntungan dari bentuk leher pada ampul ?
2. Jelaskan beberapa persyaratan untuk larutan parenteral ?
3. Terangkan beberapa cara penutupan ampul ?
4. Apa yang terjadi bila larutan hipotonis atau hipertonis
diinjeksikan ?
38
beberapa
cara
pemberian
obat
secara
EVALUASI :
*
Qualifikasi Autoclave
39
PERCOBAAN III/1
PEMBUATAN LARUTAN RINGER LAKTAT
JUDUL
TUJUAN
ALAT
: Penangas air
Glass ware
Autoclave
Timbangan
BAHAN
: Natrium laktat
NaCl
KCl
CaCl2.2H2O
Aqua p.i
Karbo adsorben
HCl 0,1 N - NaOH 0,1 N
PROSEDUR KERJA :
A. FORMULA : ( Berat bahan dalam gram )
40
- Natrium laktat
0,31
- NaCl
0,6
- KCl
0,03
- CaCl2.2H2O
0,01
- Aqua p.i.ad
100 ml
B. CARA KERJA :
1. Cek apakah larutan isotonis /tidak isotonis
2. Didihkan aquadest
3. Larutkan semua bahan ke dalam aqudest panas
4. Cek pH larutan antara 5 7 ,jika kurang asam
ditambah HCl 0,1 N sedangkan bila kurang basa
ditambah NaOH 0,1 N.
5. Tambahkan sisa aquanya
6. Gojog larutan dengan karbo adsorben 0,1 % ,
diamkan kemudian saring hingga jernih
7. Masukan larutan dalam wadah yang sesuai,
kemudian ditutup kedap
8. Sterilisasi dengan autoclave 121o C, 15
9. Periksa larutan terhadap :
a. pH
b. Kebocoran
c. Partikel asing
d. Kejernihan
10. Beri etiketnya
41
PERTANYAAN
EVALUASI
*
Kalibrasi pH meter
- Waktu / penggunaan
- Cara
42
PERCOBAAN
III/2
JUDUL
TUJUAN
ALAT
: Timbangan
Glassware
Autoclave
Oven
LAF Cabinet
Mortir Stamper, Cawan Porselin
BAHAN
: Parafin Cair
Adeps Lanae
Vaselin Flavum
PROSEDUR KERJA :
A. FORMULA :
1. Kloramfenikol 1 %
2. Basis Salep Mata ad 100
43
10
10
Vaselin Flavum 80
B. CARA KERJA :
1. Lelehkan Adeps Lanae dan Vaselin dalam Cawan
Porselin diatas Water Bath.
2. Aduk (1) hingga dingin kemudian tambahkan
paraffin cair aduk hingga homogen.
3. Campurkan Kloramfenikol + basis aduk sampai
homogen (Kloramfenikol 1 %)
4. Dimasukan kedalam tube Steril sebanyak 5 gram.
5. Diberi Etiket.
C. KONTROL KUALITAS :
1. Homogenitas
2. Daya sebar
3. Daya melekat
4. Partikel
PERTANYAAN
44
EVALUASI
45
PERCOBAAN IV
JUDUL
TUJUAN
ALAT
: Glassware
Timbangan.
BAHAN
PROSEDUR KERJA :
A. FORMULA
R/ Tiap cc mengandung :
46
25 mg
- Na Cl
9 mg.
- Polysorbate 80
4 mg.
- CMC Na
5 mg.
- Benzyl alcohol
0,9 %.
- Aq. Pi
ad.
1 cc.
B. CARA KERJA :
1. a) Larutkan CMC- Na, kemudian disterilkan, dalam
autoclave.
b) Aqua sterilkan dalam autoclave (121oC, 15)
2. Cortison acetate, NaCl dan polysorbate 80 disterilkan
kering dalam oven (160O C, 1 jam)
3. Dibuat suspensi dalam kotak aseptis/ LAF cabinet :
a
47
g Beri etiket
PERTANYAAN
EVALUASI
* Qualifikasi Oven
48
PERCOBAAN V
JUDUL
TUJUAN
ALAT
: Glassware, pH meter
BAHAN
: Asam borat
Natrium tetra borat
Preservatif
Aqua destilat
HCl 0,1 N NaOH 0,1 N
Pengemas
PROSEDUR KERJA :
A. FORMULA :
R/ Tiap 10 ml mengandung :
- Klorampenikol
- Asam borat
50 mg
150 mg
49
30 mg
10 ml
B. CARA KERJA :
1. Larutkan asam borat dan natri tetra borat dalam
aquadest
2. Larutkan perservatif dalam aquadest dan tambahkan
pada larutan 1.
3. Larutan klorampenikol dalam larutan 2 dan tambahkan
sisa aquadestnya
4. Sterilkan menurut cara B
5. Masukan wadah , tutup kedap kemudian beri etiket
PERTANYAAN
macam-macam
bentuk
sediaan
untuk
pengobatan mata ?
4. Sebutkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan
tetes mata ?
50
51
DAFTAR BACAAN
1. Allen Jr., L.V., Popovich, N.G., & Ansel, H.C., 2011,
Ansels Pharmaceutical Dosage Forms and Drug
Delivery Systems, William & Wilkins, Parkway PA.
2. Departemen Kesehatan, 1995, Farmakope Indonesia
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
52