Sterilisasi :
Proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar diperoleh
kondisi steril (misal obat suntik, alat kedokteran, makanan dalam kaleng, dsb)
Steril :
1. Definisi klasik : mutlak bebas dari jasad renik, patogen atau non
patogen, vegetatif atau non vegetatif.
≈ tidak ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan (100 % bebas).
Uji ?
2. Definisi sekarang : suatu bets adalah steril apabila kemungkinan tidak
– sterilnya bets tersebut (setelah disterilkan) adalah lebih kecil dari 1
per juta (10-6)
Log Nt = log No - k′ t
Log 1/10 No = log No - k′ D
No = bioburden
D = Tt – To
Log No – log Nt
Contoh : Bac. Stearothermophyllus D121o = 1,5 ; jika 12 menit → pasokan
letalitas = 8D
Jika No = 102 dan pasokan letal = 2D → jumlah jasad renik = 102 – 10-2 = 1
Jika 8D, sisa 6D → probabilitas jasad renik hidup = 10-6
Nilai Z
Z adalah selisih suhu ( Fo atau Co ) yang menyebabkan perubahan menjadi
1/10 x DT
Z = Tx – To = co tg α
Log Do – log Dx
Contoh :
Bac. Stearothermophyllus D121o = 20 , apabila Z = 9
→ suhu 110o + 9o = 119oC , nilai D = 2 ; jika 119o + 9o = 128oC , D = 0,2
Nilai Q10
Q10 adalah perbandingan konstanta laju inaktivasi ( k′ ) dua suhu dengan
selisih 10o.
Q10 = k2
K1
Pembawa
- Disterilkan sebelum digunakan
- Air suling → t = 30′ ( didihkan )
- Minyak nabati ( oleum arachidis ) → 150 oC selama 1 jam.
- Minyak sintetik ( etil oleat ) → 150 oC selama 1 jam.
Wadah
- Ampul, vial, flakon, botol tetes, tube : dalam kaleng → 150 oC selama 1
jam atau 250 oC 15′
- Tutup vial karet → 115 – 116 oC ( praktikum : digodok dalam air suling
30′ )
- Infus dalam wadah plastic : “ blow – fill – seal “
Cara sterilisasi :
1. Dengan kalor : “ basah “
a. Uap air jenuh di bawah tekanan ( otoklaf )
b. Uap air mengalir ( dandang )
c. Digodok dalam air
d. Tyndallisasi dan Pasteurisasi
Jenis otoklaf :
1. Otoklaf konvensional ( pressure cooker ) → dinding tunggal
2. Otoklaf berdinding ganda ( downward displacement autoclave )
3. Otoklaf “ high – vacuum “
Singkatan :
a. Uap air jenuh mengalir ke segala arah ( kontraksi volume )
b. Obyek dipanaskan dengan cepat hingga suhu sterilisasi ( pembebasan “
latent heat “ )
c. Pada suhu tinggi, lembab selalu tersedia untuk mematikan jasad renik
( produksi kondensat )
Yang harus disterilisasi dalam otoklaf :
Asas : “ air “ dengan “ air “
- semua sediaan atau cairan yang mengandung air
- alat presisi, kapas, kasa pembalut (sebagai perkecualian terhadap asas)
- Tidak untuk : minyak nabati , lemak, vaselin, paraffin cair atau padat,
zat padat, gliserin → oven
Bakterisida lain :
Benzalkonium klorida 0,01%, fenol 0,5%, fenil merkuri asetat / nitrat
0,002% boleh ditambahkan pada obat suntik.
Hasil tidak memuaskan untuk obat suntik, sebab spora → bentuk vegetatif :
pH tidak sesuai, zat berkhasiat dan pengawet ( dihapus dari BP 1941 )
Pasterurisasi
Pasteur : 50-60 oC selama beberapa menit → anggur tidak menjadi asam
Sekarang penting untuk sterilisasi susu ( terhadap Mycobacterium
tuberculosis )
“ Holder method “ : suhu 62,8 oC selama 30 menit, lalu segera didinginkan.
Cara sterilisasi :
- Oven dipanaskan hingga suhu yang diinginkan
- Setelah suhu yang diinginkan dicapai, masukkan alat atau bahan ( posisi
longgar )
- Sterilkan menurut suhu dan waktu
- Setelah selesai, biarkan dalam oven sampai dingin
Yang boleh disterilkan dengan kalor kering :
“ kering dengan kering “
→ Pati : dikeringkan dulu pada 105 oC selama 15 menit, + zat lain digerus
dengan talk → sterilisasi sterilisasi 150 oC selama 1 jam ( sama halnya
dengan laktosa ) → untuk mengencerkan Prokain Pen.G
e. Hormon estrogen ( estradiol benzoate ) dan androgen ( Testosteron
propionate ) dapat disterilkan dalam minyak pada suhu sterilisasi 150
o
C selama 1 jam ( sterilisasi akhir !!! )
f. Alat kedokteran tertentu : gunting, pisau, dsb.
Catatan :
1. Daya mematikan jasad renik dengan kalor kering ( dioksidasi ) memerlukan
suhu yang lebih tinggi dan waktu sterilisasi yang lebih lama apabila
dibandingkan dengan cara sterilisasi dalam otoklaf ( koagulasi /
denaturasi ).
1 gram udara ( 100 oC ) → menjadi 99 oC → membebaskan 0,237 kal
1 gram uap air ( 100 oC ) → mengembun , membebaskan 536 kal ( lihat
keunggulan lain dari uap air jenuh ).
Waktu sterilisasi pendek pada suhu lebih tinggi lebih baik daripada waktu
sterilisasi lama pada suhu relative rendah.
2. Keuntungan sterilisasi kering : zat padat, minyak dapat disterilisasi
dengan cara ini, sedangkan kerugiannya adalah suhu tinggi dan waktu
sterilisasi lama dan tidak untuk surgical dressing.
Tujuan :
1. Menjernihkan suatu larutan ( partikel disaring )
2. Mengumpulkan partikel ( zat ) yang tersaring untuk diolah lebih lanjut
3. mengumpulkan dan memisahkan jasad renik agar sediaan menjadi steril
( cara aseptic )
Jenis saringan :
1. Berkefeld ( Jerman ) : tanah silica ( diatomaceous earth, Kieselguhr ).
AS : Mandler ; Inggris : Saludor
2. Pasteur- Chamberland ; Doulton ; Silas : porselin poreus
3. Seitz : asbes ( bentuk pelat ) untuk depirogenisasi
4. Gelas maser ( sintered glass ) : G3 untuk partikel ; G5 filter bakteri
5. Filter membrane ( Millipore, Sartorius ) : polikarbonat, ester selulosa
asetat ( 0,22 m → filter bakteri )
Cara sterilisasi :
No.1, 2 dan 3 : 121 oC selama 15 menit atau 170 oc selama 1 jam
No.4 : dicuci dengan campuran H2SO4 pekat + HNO3 pekat sama banyak ( 80
o
C ) lalu disterilisasi 121 oC selama 15 menit ( jangan dengan H 2SO4 pekat + K-
bikromat ! )
Filtrasi udara
Tujuan :
a. Tekanan untuk filtrasi dengan filter membrane ( HgCl 2 )
b. Ventilasi ruangan aseptic / laminar airflow
Cara :
1. Udara disaring dengan pengendapan elektrostatik ( electrostatic
precipitator )
2. Ditiup melalui filter serat ( fibrous filter ) : glasswool, cotton wool
untuk prafiltrasi ; menghilangkan ± 99,9% partikel ukuran antara 1-5
m ( bisa dibasahi dengan minyak ).
3. Penyesuaian suhu dan kelembaban
4. Melalui HEPA-filter ( High Efficiency Particulate Air ) : serat
dilekatkan dengan arpus atau akrilik ; menghilangkan ± 99,9% partikel
ukuran < 1 m pada 0,54 m/detik.
1. Etilenoksida
Sifat :
- Cairan yang mudah larut dalam air, titik didih 10,7 oC
- Campuran dengan udara atau oksigen → eksplosif , maka dicampur
dengan CO2 ( 1:9 )
- Mematikan bakteri dan spora pada Konsentrasi 500 – 1000 mg/ liter ;
Kelembaban relative 33 – 60% ; suhu 60 oC ; tekanan 5 – 10 psig dan
waktu sterilisasi 3 jam
- Contoh zat : Penicillin, tetrasiklin, erythromycin, enzim, talk, pati
jagung, sarung tangan , plastic ( perlengkapan i.v ), dsb.
2. Formaldehida
Sifat :
- Formaldehida murni berbentuk gas pd suhu kamar
- Polimerisasi pd suhu ‹ 80oC mjd paraformaldehida
- Daya mematikan bakteri lbh baik dari etilen oksida
- Dosis : 2 g formaldehida per hari, suhu 90oC, rh 80-90% slm 4 jam.
Pada konsentrasi & suhu yg lbh rendah waktu 20-24 jam.
- Formaldehida lbh banyak digunakan utk sterilisasi ruangan ( fumigasi )
- Mekanisme mematikan bakteri :
a. Pembentukan ikatan silang antar molekul protein bersamaan antaraksi
antara DNA & RNA.
b. Menyebabkan alkilasi
c. Kelembaban diperlukan utk menyelimuti bakteri agar formaldehida
bekerja efektif ( kelembaban relatif 90% )
- Uap diperoleh dari :
a. formalin/larutan formaldehida 40% dlm air dan 10% metanol sbg
stabilisator
b. Para formaldehida dipanaskan (utk box)
Radiasi ∂ mempunyai energi tinggi 1-10 nm, berasal dari 60 Co, menyebabkan
ionisasi isi, pembentukan radikal bebas,molekul tereksitasi dg akibat merusak
sistem enzim & DNA.
Sel mati tergantung pd dosis. O2 & air meningkatkan kepekaan jasad renik
thd radiasi.
Dosis : 2,5 Mrad ; FI ( Bac. Pumilus )= 10 7 ; FI ( Strept.faecium)= 109
Guna : sterilisasi bahan baku Penisillin, Streptomycin, alat & perlengkapan
kedokteran.
b. Partikel β
III. TEKNIK ASEPTIK
DEFINISI :
1. Sediaan yg tdk disterilisasi akhir ( dlm oven atau autoklaf ) dibuat scr
aseptik di bagian ”aseptik” dari bahan steril atau disterilisasi dg
penyaringan sebelum diisikan ke dlm wadah steril → utk zat berkhasiat
tdk tahan pemanasan.
2. Bagian aseptik ( aseptic area ) ada dlm bagian ”bersih” ( clean area )
dan bertujuan mencegah sediaan terkontaminasi dg jasad renik slm
pembuatan (→ penambahan pengawet ). Asepsis : a = tidak ; sepsis =
pembusukan, penguraian.
Ad 1. Ruang kerja
a. Dinding & langit-langit dapat dicuci dg desinfektan ( dinding & lantai
tdk 90o ). Tata letak efisien ( Gambar ! )
b. Batasan jumlah partikel
c. Udara
- Jasad renik melekat pd partikel debu
- Filtrasi udara yg masuk ke dlm ruang kerja yg mempunyai tekanan
positif.
- Aliran udara : 1. Aliran konvensional 2. Aliran laminar
Jenis aliran British Standard US Federal
udara Standard
Konvensional Min 20x penggantian udara per jam Min 20x penggantian
udara per jam
Ad2. Pekerja
Syarat : sebelum memasuki ruang kelas 100 atau kelas 10.000, pakaian hrs
diganti dg pakaian baru yg dicuci & disterilkan dalam rangka mengurangi
pencemaran jasad renik & partikel.
Pelaksanaan :
- Ganti pakaian di RGP 1 : pakaian kerja pabrik dilepaskan ( juga sepatu,
arloji, perhiasan )
- Petugas memasuki RGP 2 setelah kaki menginjak keset yg mengandung
desinfektan. Tangan & lengan hingga siku dicuci dg larutan
desinfektan, lalu dikeringkan dg pengering tangan listrik otomatik. Kaki
dicuci dg sabun & air, kemudian dibasuh dg desinfektan.
- Pakaian steril, penutup kepala, penutup mulut dipakai. Penutup kaki
diikat ( kaki celana dimasukkan, lengan baju dimasukkan ke dalam
sarung tangan ), tahap akhir dipakai kaca mata pelindung.
- Setelah selesai bekerja, pakaian dll dilepas menurut urutan yg
berlawanan. Pintu dibuka/ditutup dg siku tangan.
2. Indikator Kimia
→ Ikut disterilkan dan menunjukkan perubahan apabila kondisi yang
diinginkan tercapai.
a. Browne’s sterilizer control tube
- tabung kecil tertutup, mengandung campuran zat & indikator
- Suhu tinggi merubah warna merah → kuning → coklat → hijau ( timbul
setelah waktu & suhu sterilisasi tercapai )
d. Dosimeter radiasi
- untuk kontrol sterilisasi radiasi
- dibuat dari polimetil metakrilat merah atau nilon polivinil klorida
bentuk slide.
- Setelah digunakan, diukur perubahan densitas optik krn radiasi diukur
dengan spektrofotometer cahaya tampak. Utk radiasi 0,1 – 5,0 Mrad.
3. Indikator Biologik
- Dibuat suspensi spora bakteri dg jumlah antara 105-107 & daya tahan
diketahui.
- Suspensi spora dioleskan pada strip, setelah kering masukkan ke dalam
sampul plastik atau tabung yg diikutsertakan pd saat sterilisasi.
- Setelah sterilisasi selesai, diinkubasi & jumlah bakteri hidup dihitung.
d. Radiasi
- Strip mengandung Bac. Pumilus ( FI IV ) kering.
- Inkubasi : pd 35-37oC slm 5 hari dlm perbenihan glukosa. Juga Strept.
Faecium.
e. Etilen oksida
- Strip dg Bac. Subtilis ( FI IV )
- Inkubasi : pd 35oC slm 5 hari dlm perbenihan glukosa.
CATATAN :
a. Sampling menurut WHO : 0,4 √ N ; N = jumlah wadah/bets ( ≥3 - ≤20 )
b. Sampling menurut Europe Pharmacope ( Injeksi ) :
- bets ≤ 100 → diambil 10% atau 4 wadah ( untuk yg lebih besar )
- bets 100-500 → diambil 10 wadah
- bets ≥ 500 → diambil 2% atau 20 wadah ( yg mana yg lbh besar )
UJI STERILITAS
inkubasi
Asas pengamatan :
Larutan uji + media perbenihan Kekeruhan / pertumbuhan
o
30-35 C
20-25oC
TIDAK STERIL
UJI FERTILITAS :
Uji utk baik tidaknya perbenihan atau mampu tidaknya utk pertumbuhan
jasad renik.
1. Cairan A
- Larutan 1 gram digesti peptik jaringan dalam 1 liter air, disaring /
sentrifuse supaya jernih, pH diatur 7,1 ± 0,2 ; disterilkan dalam botol
100 ml dengan uap air .
- Dipakai dalam campuran dengan penisilinase utk menginaktifasi
penisilin atau sefalosporin.
2. Cairan D
- Cairan A + 1 ml polisorbat 80 per liter ; pH diatur hingga 7,1 ± 0,2,
disterilkan dengan uap air
- Dipakai utk spesimen uji yg mengandung lesitin atau minyak
- Utk uji alat kesehatan steril dg lumen kecil menggunakan filter
membran
3. Cairan K
Digestik peptik jaringan hewan P 50 g
Ekstrak daging P
Polisorbat 80 P
Air
pH setelah sterilisasi dlm uap air ; 6,9 ± 0,2
b. Tahap kedua
- Jumlah spesimen uji : minimal 2x jumlah tahap pertama
- Jika - → Steril
- Jika + → tidak Steril
- Jika ada kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai → tahap kedua
diulang
Sifat pirogen :
1. 0,01 μg /ml ( iv ) → suhu badan naik setelah 30-60 mnt
2. Larut dlm air, relatif termostabil, tidak dipengaruhi oleh bakterisida.
Sumber pirogen :
1. Pelarut air
2. Zat dari bahan alam / fermentasi : glukosa/fruktosa, Na sitrat, garam
fosfat, asam amino, heparin, dsb.
3. Alat-alat yg digunakan untuk pembuatan
4. Produksi sediaan parenteral harus selesai dalam satu hari ( jangan
diinapkan ).
DEPIROGENISASI :
A. Endotoksin dihilangkan
1. Cara bilas dengan air bebas pirogen
2. Ultrafiltrasi ( membran selulosa triasetat )
3. Filtrasi molekuler
4. Filtrasi dengan asbes ( lalu G3 ) : di atas pH=2, endotoksin bermuatan
negatif ( anion ), sedangkan asbes di bawah pH= 8,3 sebagai kation
sehingga terjadi gaya tarik elektrostatik ; asbes jg bekerja sbg ”depth
filter”
5. Destilasi : khusus air suling bebas pirogen + KmnO 4 ( 10 ml 0,1 N ) +
NaOH ( 5 ml 1N/ltr ). * Tanpa cara tsb jg bisa, asalkan cipratan
dicegah ikut uap & berkondensasi.
6. Karbon aktif 0,1-0,3% : adsorpsi zat BM besar & nonionik → Lebihkan
5%.
7. Kromatografi kolom Al2O3 ( Al3+ )
8. Reverse osmosis : utk air pro injeksi.
B. Endotoksin diinaktivasi
1. Kalor kering : USP : 250oC, min 30 mnt ; 170-180 oC , 3-4 jam
2. Kalor basah : 120 oC , 6-7 jam atau 140 oC , 1 jam
3. Asam atau basa encer ( K- bikrom + H2SO4 ; HNO3; soda 5%)
- 0,05 N HCl : 100 oC, 30 menit
- 1% asam asetat : 100 oC, 2-3 jam
- 0,1 M NaOH : 30 oC, 72 jam atau 40 oC, 16 jam
4. Oksidasi dengan H2O2
- larutan gelatin + 0,1 M H2O2 digodok 2 jam atau + 0,4 M H2O2, 116 oC,
20 menit
- Efektivitas H2O2 tergantung pada : kadar, pH, suhu & waktu
- H2O2 jg mengoksidasi zat berkhasiat
5. Alkilasi
- + asam asetat anhidrida → pengurangan 100x
- + asam suksinat anhidrida → pengurangan 100-1000x
- + gas etilen oksida ( 12% + 88% freon ; kelembaban 50%; 3,5 psi; 6,5
jam
6. Radiasi pengionan ( 60CO )
UJI PIROGENITAS
1. Uji Biologik ( Metode Seibert, 1920 ; USP XII 1942 )
- Tertera dlm semua Farmakope
- Asas ( Uji Pirogen FI IV hal 908 ) : berdasarkan peningkatan suhu
badan kelinci setelah disuntikkan dengan larutan ≤ 10 ml/kg BB dlm
vena auricularis.
- Penafsiran hasil :
Setiap penurunan suhu dianggap nol
Memenuhi syarat : tak seekor pun menunjukkan kenaikan suhu
0,5 oC atau lebih.
Jika ada kelinci dengan kenaikan suhu 0,5 oC atau lebih, lanjutkan
uji dengan 5 kelinci tambahan.
Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci
masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5 oC atau lebih &
jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari
3,3oC
- Yang perlu diperhatikan / diamati selama pemeliharaan kelinci
Bobot dan suhu badan
Waktu istirahat utk kelinci yg baru dipakai ( pirogen positif atau
negatif )
Ruang khusus
2. Uji Serologi
a. Uji Endotoksin Bakteri ( FI IV, 905 )
- USP XX ( hal 888 ) : Bacterial Endotoxin Test.
- 1956 : Bang menyuntik kepiting ( Limulus polyphemus ) dengan
endotoksin → penggumpalan.
- Asas : Lisat darah kepiting (Limulus polyphemus ) + endotoksin →
gelatinisasi dalam 30 menit.
- Pembuatan Lisat Amebosit Limulus ( LAL )
1. Darah kepiting (Limulus polyphemus, horse shoe crab, mimi
mintaro ) diambil melalui punksi dalam jantung.
2. Sel darah kepiting ( = amebosit ) dipisahkan dari serumnya
dengan sentrifugasi, kemudian dicuci dengan NaCl 0,9%, 2-3x
3. Amebosit dihemolisis dengan air suling, dipisahkan dari
dinding sel dengan sentrifugasi
4. Standarisasi, kemudian liofilisasi ( Pyrogent @ )
Mencampur Pencucian
1. melarutkan
2. menghaluskan
Pendahuluan
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari
disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan
obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane
mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil
sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar,
dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir,
namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan.
steril. Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya fragmen dinding
dengan reaksi demam itu merupakan pertanda bahwa selama proses produksi
terjadi kontaminasi mikroba pada produk. Oleh sebab itu dalam proses
1. Personil yang bekerja pada bagian produk steril harus memiliki moral dan
Injeksi (FI) adalah sediaan streil berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
atau melalui kulit atau selaput lender injeksi. Injeksi dibuat dengan
sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah takaran tunggal atau ganda.
Rute Pemberian
dengan ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan
pemberian injeksi.
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang
1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci
hipodermoklisis, dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi
2. Pemberian intramuskuler
kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½
inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf,
terutama apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi
praktisi yang berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis
bentuk larutan emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau
setelah 1-2 jam. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan
otot (im) anatar lain : rheologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel
obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan
masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi
3. Pemberian intravena
efek segera. Dari segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata merupakan
kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka
Dari 1 ml hingga 100 ml, bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml.
temapt. Cara ini berbeda dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini
sediaan akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada
5. Intraperitoneal
6. Intradermal
lebih kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan
Keuntungan
Bila bahan makanan tidak dapat diberikan melalu mulut maka total
nutrisi dapat diberikan secara parenteral
Kerugian