Anda di halaman 1dari 21

Tugas Makalah Semester Antara Genap

Matakuliah Teknologi Sediaan Semisolida dan Liquida

Evaluasi Sediaan Suspensi Antasida

Dosen Pengampu :

Dr. Lina Winarti, S.Farm.,M.Sc.,Apt

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Prima Nanda Pratama 122210101107

Khairinna Pribandani 162210101001

Luluk Ilmaknun 162210101071

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. 3

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6

2.1 Anatomi Lambung ........................................................................................... 6

2.2 Pengertian Suspensi ......................................................................................... 7

2.3 Macam- macam Suspensi ................................................................................. 7

2.4 Pengertian Antasida dan Contoh Sediaan Suspensi Antasida ......................... 8

2.5 Evaluasi Umum Sediaan Suspensi Antasida ................................................. 15

2.6 Evaluasi Khusus Sediaan Suspensi Antasida ................................................ 18

BAB III. PENUTUP ................................................................................................ 20

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lambung ................................................................................................... 6


Gambar 2 Suspensi Antasida DOEN ......................................................................... 9
Gambar 3 Suspensi Polysilane................................................................................. 10
Gambar 4 Gestamag ................................................................................................ 11
Gambar 5 Magasida ................................................................................................. 12
Gambar 6 Lambucid ................................................................................................ 13
Gambar 7 Hufamag.................................................................................................. 14
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Antasida (antacid) adalah obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam di
dalam lambung. Pada dasarnya lambung membutuhkan asam yang berperan pada proses
pencernaan serta membunuh bakteri berbahaya yang ada di makanan. Namun, ketika
lambung terlalu banyak mengandung asam, kondisi tersebut dapat menimbulkan sakit
maag, dengan gejala berupa nyeri ulu hati, sering bersendawa, dan perut kembung.

Antasida bekerja dengan menurunkan kadar asam di dalam lambung. Berdasarkan


bahan pembentuknya, obat ini terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

 Aluminium hidroksida
 Kalsium karbonat
 Magnesium karbonat
 Magnesium trisilikat
 Magnesium hidroksida

Masing-masing jenis antasida di atas pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Di
beberapa produk, antasida juga dicampurkan bahan lain, misalnya simethicone.

Antasida dibuat dalam bentuk sediaan suspensi. Bentuk suspensi mempunyai


keuntungan dibandingkan sediaan padat karena mengandung partikel obat terbagi halus,
sehingga disolusi terjadi dengan segera dalam cairan system pencernaan dan memberikan
efek yang cepat.

Antasida kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida adalah antasida


yang memiliki efektifitas atau daya menetralkan asam yang baik. Kombinasi keduanya
akan saling meniadakan efek sampingnya.

Dalam ilmu kimia, suspense (Inggris: suspension) adalah sutau campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan
zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi
umumnya lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan
terjadinya sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan pada suspensi akan mengalami
pengendapan/sedimentasi walaupun tidak terdapat gangguan. Singkatnya, suspensi
merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan sediaan suspensi?
b) Apa saja macam-macam suspensi?
c) Bagaimana pengertian dan contoh dipasaran suspensi antasida?
d) Bagaimana evaluasi umum suspensi?
e) Bagaimana evaluasi khusus suspensi antasida?

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian suspensi
b) Untuk mengetahui macam-macam suspensi
c) Untuk mengetahui pengertian dan contoh dipasaran suspensi antasida
d) Untuk mengetahui evaluasi umum suspense
e) Untuk mengetahui evaluasi khusus suspensi antasida
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Lambung

Gambar 1 Lambung

Lambung merupakan pembesaran lumen tractus digestivus yang berbentuk sebagai


kantong. Ruang dalam lambung dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu cardia, fundus,
corpus/body, dan pilorus. Cardia merupakan bagian lambung yang berhubungan dengan
esophagus, sedangkan bagian lambung yang berhubungan dengan duodenum adalah
pilorus. Sedangkan dindingnya terdiri dari atas empat lapisan umum saluran cerna yaitu
mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa. Lapisan – lapisan ini berfungsi
untuk melindungi bagian-bagian lambung tertentu yang sangat rentan terhadap gesekan-
gesekan ataupun tekanan. Pada pencernaan yang sehat terdapat suatu keseimbangan antara
faktor agresif dan faktor defensif dari lambung. Faktor agresif lambung antara lain asam
dan pepsin, sedangkan faktor defensif lambung antara lain, sekresi mukus, sekresi
bikarbonat, serta aliran darah dalam lambung. Keseimbangan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

 Faktor agresif mencerna isi lumen lambung dan menetralisir organisme patogen
yang mungkin ikut masuk bersama makanan.
 Faktor defensif melindungi dinding lambung dari efek merusak faktor agresif tadi
(melindungi dari efek autodigestif). 7 Ketidakseimbangan antara kedua faktor tadi
dapat menyebabkan penyakit - penyakit tertentu. Misalnya saja, patogenesis dasar
terjadinya gastritis dan tukak peptik adalah jika terjadi ketidakseimbangan antara
faktor agresif dan faktor defensif pada mukosa gastroduodenal, yaitu peningkatan
faktor agresif dan atau penurunan kapasitas defensif mukosa.1,2
2.2 Pengertian Suspensi
Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap
digunakan atau yang dikonstitusikan dengan air atau pelarut yang sesuai untuk injeksi dan
suspensi yang tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal.

Keuntungan sediaan suspensi adalah, homogenitasnya tinggi, dapat menutupi rasa


bahan aktif (obat) yang tidak enak atau pahit, baik digunakan untuk anak-anak yang sukar
menelan tablet atau kaplus, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet atau kapsul karena luas
permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, mengurangi penguraian
zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kerugian sediaan suspensi adalah, perlu dikocok dahulu untuk memperoleh dosis
yang diinginkan sebelum digunakan, kestabilannya rendah, jika cacking akan sulit
terdispersi kembali sehingga homogenitasnya menurun, ketepatan dosis lebih rendah
daripada bentuk sediaan larutan, pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (terutama jika terjadi perubahan suhu).

Karakteristik fisik sediaan suspensi yang baik adalah, tetap stabil dan homogen
dalam waktu tertentu, memiliki ukuran partikel yang seragam, endapan yang terbentuk
harus mudah terdispersi ketika dikocok kembali, memiliki viskositas yang baik (terlalu
rendah akan cepat mengendap, terlalu tinggi akan sulit untuk dituang).

2.3 Macam-macam Suspensi


Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini terkait
dengan cara dan tujuan penggunaan sediaan suspensi tersebut. Beberapa bentuk sediaan
suspensi antara lain:

 Suspensi oral

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan
untuk penggunaan oral.

Contohnya : Suspensi penisilin

 Suspensi topikal
Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan
kulit.

 Suspensi tetes telinga

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.

 Suspensi oflamik

Suspensi oftalmik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

 Suspensi untuk injeksi terkontitusi

Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuok membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai. (lmu Resep Syamsuni hal 125)

2.4 Pengertian Antasida dan Contoh Sediaan Suspensi Antasida


Antasida merupakan zat yang bereaksi dengan asam yang ada di dalam lambung
yang dapat meningkatkan pH lambung sekitar 4 sampai 5. Sediaan suspensi antasida
digunakan untuk membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung (pH
asam/rendah). Jika pH pada lambung semakin asam maka akan menyebabkan ulcer atau
luka pada lambung. Semua produk antasida sekurang-kurangnya mengandung salah satu
bahan neutralizer primer senyawa dari (NaHCO 3 , CaCO 3 , garam Al dan Mg).

Tipe-tipe Suspensi Antasid menurut Pharm Dosage Form, Disperse System volume
2 tahun 1989 (hal 219) yaitu:

 Single strength suspension, yaitu suspensi antacid yang memiliki kapasitas


penetralan 10-15 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
 Double strength suspension, yaitu suspensi antacid yang memiliki kapasitas
penetralan 20-30 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
 Antasid mengandung antiflatulen atau anti kembung. Antasid ini dapat single
strength atau double strength, pada umumnya mengandung 20-40 mg simeticone
setiap 5 ml dosis 14.
 Floating antacid suspension merupakan antacid yang memiliki kapasitas penetralan
rendah. Pada umumnya juga mangandung alginate dan antacid berisi karbonat yang
berkontak dengan asam lambung, membentuk lapisan dengan kerapatan rendah dan
melapisi permukaan lambung.

Beberapa contoh sediaan suspensi antasida yang ada di pasaran :

1. Antasida DOEN, 60 ml suspensi

Gambar 2 S uspensi Antasida DOEN

http://apotik.amalmadani.com/index.php/produk/antasida-doen-sirup/

Sediaan suspensi antasida (Antasida DOEN) tiap 5 ml mengandung Al.


hidroksida 200 mg, Mg. Hidroksida 200 mg. Dosis Antasida DOEN untuk anak-
anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml) 3-4 kali sehari. Untuk
dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml) 3-4 kali sehari, yang diminum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur.

Indikasi mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam


pada lambung tukak lambung, tukak usus dua belas jari seperti, mual, nyeri
lambung, dan nyeri ulu hati. Kontraindikasi pada penderita gagal ginjal berat,
karena dapat meningkatkan kadar magnesium dalam darah (hipermagnesia).

Perhatian pemberian Antasida DOEN tidak dianjurkan untuk anak


dibawah usia 6 tahun kecuali atas petunjuk dokter. Tidak dianjurkan digunakan
terus menerus selama lebh dari 2 minggu, kecuali atas petunjuk dokter. Bila
menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau tetrasiklin dianjurkan
tidak diberikan bersama karena dapat mengurangi absorpsi obat tersebut dan
dianjurkan diberikan pada selang waktu sekitar 1-2 jam. Efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh obat antasida secara umum dapat menyebabkan sembelit, mual,
muntah, diare, dan akan hilang bila pemakaian diberhentikan.

2. Polysilene, 100 ml dan 180 ml suspensi

Gambar 3 S uspensi Polysilane

https://divaresep.com/gambar-resep-obat- maag/

Sediaan suspensi antasida (Polysilane) tiap 5 ml mengandung Al.


hidroksida 200 mg, Mg. Hidroksida 200 mg dan Dimetilpolisiloksan 80 mg. Dosis
Polysilane untuk anak-anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml)
3-4 kali sehari. Untuk dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml) 3-4 kali sehari,
yang diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang
tidur.

Indikasi dari poysilane adalah untuk mengurangi gejaa yang berhbungan


dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas
jari, dengan gejaa seperti nyeri ulu hati, mual, muntah, perasaan penuh pada
lambung dan kembung. Kontraindikasi pada penderita gagal ginjal berat dapat
meningkatkan kadar magnesium di dalam darah (hipermagnesia).

Perhatian pemberian Polysilane tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2


minggu secara terus menerus kecuali atas petunjuk dokter, tidak dianjurkan
diberikan pada anak dibawah usia 6 tahun kecuali atas petunjuk dokter. Bila
menggunakan obat tukak lambung lain seperti simetidin atau tetrasiklin dianjurkan
tidak diberikan bersama karena dapat menurunkan absorpsi obat tersebut dan
dianjurkan pemberian pada selang waktu 1-2 jam. Efek samping secara umum
yang dapat ditimbulkan oleh obat polysilane adalah dapat menyebabkan sembelit,
mual, muntah, diare, dan akan hilang bila pemakaian diberhentikan.

3. Gestamag, 100 mL dan 170 ml suspensi

Gambar 4 Gestamag

https://metiska.co.id/gestamag/

Sediaan suspensi antasida (Gestamag) tiap 5 ml suspensi mengandung


Simetikon 50 mg, Mg. Hidroksida 250 mg, Al. Hidroksida 250 mg. Dosis
Gestamag untuk anak-anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml) 3-
4 kali sehari. Untuk dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml) 3-4 kali sehari, yang
di minum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan menjelang tidur.

Cara kerja obat, kombinasi antara Al. Hidroksida dan Mg. Hidroksida
bekerja untuk menetralkan asam lambung dan menonaktifkan enzim pepsin
sehingga dapat mengatasi nyeri pada ulu hati akibat iritasi yang disebabkan oleh
asam lambung dan pepsin. Selain itu, efek laksatif dari Mg. Hidroksida dapat
mengurangi efek konstipasi yang disebabkan oleh Al. Hidroksida. Sedangkan
Simetikon dapat mengurangi gas dalam saluran cerna yang dapat mengurasi rasa
kembung.
Indikasi pada Gestamag digunakan untuk mengurangi gejala yang
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak usus
dua belas jari, seperti gejala mual, nyeli ulu hati, nyeri lambung, kembung.
Sedangkan kontraindikasinya adalah tidak dapat diberikan pada penderita
gangguan fungsi ginjal berat, karena dapat meningkatkan kadar magnesium dalam
darah (Hipermagnesia). Efek samping yang umum biasanya menyebabkan
sembelit, diare, mual, muntah, gejala tersebut akan hilang bila penggunaan obat
dihentikan. Interaksi obat pemberian bersama dengan simetidin atau tetrasiklin
dapat menurunkan absorpsi obat Gestamag. Peringatan tidak dianjurkan
pemberian pada anak dibawah usia 6 tahun, tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2
minggu, bila menggunakan obat tukak lambung lainnya seiperti simetidin atau
tetrasiklin, harap diberikan dengan selang waktu sekitar 1 - 2 jam

4. Magasida, 120 ml suspensi

Gambar 5 Magasida

https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/magasida-suspensi-120-ml-per-botol-
suspensi

Suspensi antasida (Magasida), 120 ml merupakan obat yang dapat


digunakan untuk mengatasi gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, maag, dispersia dan
hiatus hernia. Pada Magasida tiap 5 ml mengandung Simetikon 50 mg, Mg.
Hidroksida 200 mg, Al. Hidroksida 200 mg.

Dosis Magasida untuk anak-anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5
ml - 5 ml), 3-4 kali sehari. Untuk dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml), 3-4
kali sehari, yang diminum 1 sampai 2 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
Indikasi pada Magasida adalah untuk mengurangi gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas
jari seperti, mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung, dan perasaan penuh
pada lambung, sedangkan kontraindikasi pada Magasida adalah hipersensitif.
Perhatian, penggunaanya tidak dianjurkan lebih dari 2 minggu, tidak dianjurkan
pemberian pada anak dibawah usia 6 tahun.

5. Lambucid, 60 ml dan 100 ml suspensi

Gambar 6 Lambucid

https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/lambucid-suspensi-60-ml-per-botol-
suspensi

Sediaan suspensi antasida (Lambucid), tiap 5 ml mengandung Al.


Hidroksida 300 mg, Mg. Hidroksida 300 mg dan Simetikon 30 mg. Dosis
Lambucid untuk anak-anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml), 3-
4 kali sehari. Untuk dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml), 3-4 kali sehari, yang
diminum 1 sampai 2 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
Indikasi pada Lambucid digunakan untuk mengurangi gejala yang
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak usu
dua belas jari seperti mual, dan nyeri pada lambung. Kontraindikasi tidak
dianjurkan pemberian pada penderita gangguan fungsi ginjal yang berat, karena
dapat menningkatkan kadar magnesium dalam darah (hipermagnesia). Perhatian
hati-hati penggunaan pada penderita diet rendah fosfor dan pemakaian lama karena
dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah. Tidak dianjurkan ebih dari 2 minggu,
tidak dianjurkan pemberian pada anak usia dibawah 6 tahun. Dapat berinteraksi
dengan simetidin atau tetrasiklin sehingga tidak dianjurkan diberikan bersama
(diberikan selang waktu sekitar 1-2 jam).

6. Hufamag Plus, 60 mL

Gambar 7 Hufamag

https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/hufamag-plus-sirup-per-botol-sirup

sediaan suspensi antasida (Hufamag Plus) merupakan obat yang digunakan


untuk mengatasi gangguan pada lambung dan saluran cerna, tukak lambung, tukak
usus dua belas jari, gastritis, maag. Hufamag Plus tiap 5 ml mengandung Al.
Hidroksida 300 mg, Mg. Hidroksida 300 mg dan simetikon 25 mg. Dosis Hufamag
Plus untuk anak-anak 6-12 tahun adalah ½ - 1 sendok takar (2,5 ml - 5 ml), 3-4 kali
sehari. Untuk dewasa, 1 - 2 sendok takar (5 ml - 10 ml), 3-4 kali sehari, yang
diminum 1 sampai 2 jam sesudah makan dan sebelum tidur.

Indikasi Hufamag Plus secara umum untuk mengurangi gejala


hipersekresi asam lambung, tukak lambung, tukak usus dua belas jari, gastritis
yang disertai gejala mual, muntah, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung serta
perasaan penuh pada lambung. Kontraindikasi pada pasien hiperensitif,
sedangkan efek samping yang ditimbulkan Hufamag Plus seperti sediaan antasida
pada umumnya yaitu dapat menyebabkan diare, sembeli, mual, muntah, dan akan
hiang jika penggunaan diberhentikan. Perhatian, tidak dianjurkan untuk pasien
dengan gangguan ginjal berat dan pasien diet fosfat, sama seperti sediaan antasida
lainnya.

Syarat sediaan suspensi antasida yang ideal sebagai berikut:

a. Efisien : dalam jumlah kecil dapat mengontrol atau menetralkan pH


lambung.
b. Efektif : memberikan efek yang bertahan lama tanpa pengikatan kembali
asam atau pelepasan CO 2 setelah terjadi reaksi antara HCl dan antasida.
c. Aman : sediaan tidak menggangu kesetimbangan elektrolit atau glukosa
darah, tidak menyebabkan konstipasi.
d. Acceptable : memiliki rasa yang menyenangkan atau dapat diterima dengan
baik oleh pasien.

2.5 Evaluasi Umum Sediaan Suspensi Antasida


Sediaan farmasi Evaluasi secara umum untuk sediaan suspensi antasida sebagai
berikut :

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis dilakukan pengamatan secara visual meliputi bau, rasa, dan
warna pada sediaan. Serta pemeriksaan kelengkapan pada brosur, etiket, kemasan
(cara penggunaan, cara penyimapaan, tanggal kadaluarsa, dll). Sediaan secara
organoleptis tidak boleh terdapat perubahan bentuk fisik (bau, rasa dan warna)
sehingga tidak dapat diterima oleh pasien.

2. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan.


Viskositas dapat mempengaruhi stabilitas suatu sediaan. Viskositas diukur
menggunakan alat viskometer. Sediaan dikocok terlebih dahulu sampai homogen,
kemudian dipindahkan kedalam beaker gelas dan diamati menggunakan
viskometer.

3. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengetahui apakah pH pada sediaan suspensi telah
memenuhi batas penerimaan yang sesuai (antara 7-8,6). pH pada sediaan suspensi
antasida sangat berperan penting karena berdasarkan fungsi suspensi antasida
adalah untuk mengontrol pH lambung supaya tidak terjadi iritasi atau ulcer pada
lambung.

Uji pH menggunakan alat pH meter, diambil beberapa volume sediaan


(sesuai yang dibutuhkan), kemudian diukur pH sediaan menggunakan alat yang
telah dikalibrasi dengan larutan buffer standart.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan memilik


ukuran partikel yang seragam atau tidak, untuk memastikan bahwa bahan aktif dan
bahan tambahan lainnya dapat tercampur dengan baik.

Uji homogenitas dapat dapat dilakukan secara visual dan menggunakan


mikroskop. Secara visual untuk sediaan suspensi adalah sediaan dikocok sampai
homogen kemudian diambil bagian sampel atas, tengah dan bawah. Selanjutnya
sampel diteteskan pada kace objek kemudian diratakan dengan kaca objek lainnya.
Diamati partikel yang terbentuk, distribusi atau jumlah ukuran partikel yang
terbentuk ralatif sama pada berbagai tempat pengambilan.

5. Uji Berat Jenis

Uji berat jenis umumnya digunakan pada sediaan cairan, yang didasarkan
pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Uji berat jenis menggunakan
piknometer yang bersih dan kering. Ditimbang piknometer kosong (W1), pikno
diisi air dan ditimbang (W2). Kemudian piknometer diisi larutan uji dan ditimbang
(W3), selanjutnya dihitung bobot jenis menggunakan rumus .

6. Uji Distribusi Ukuran Partikel

Uji distribusi ukuran partikel dilakukan untuk melihat perubahan ukuran


partikel pada sediaan. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop, untuk
sediaan suspensi dapat diencerkan atau tidak. Diamati jumlah partikel kurang lebih
300-500 partikel. Kemudian frekuensi ukuran partikel diplot terhadap range ukuran
partikel dan diperoleh kurva distribusi ukuran partikel.

7. Uji Volume Terpindahkan

Uji volume terpindahkan dilakukan sebagai jaminan bahwa larutan dan


suspensi oral dosis ganda, dengan volume yang tertera pada etiket tidak lebih dari
250 ml. Pada larutan dan suspensi oral dosis ganda dikocok 10 wadah satu persatu.
Kemudian dituang secara perlahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur secara
hati-hati untuk menghindari pembentukan gelembung dan didiamkan untuk
menghilangkan gelembung. Setelah bebas dari gelembung diukur volume sediaan,
volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume
yang kurang dari 95% yang dinyatakan pada etiket.

Jika sediaan A memiliki volume rata-rata kurang dari 100% dari yang
tertera pada etiket, tetapi tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari
volume yang tertera pada etiket, atau sediaan B tidak lebih dari satu wadah volume
kurang dari 95% tetapi kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket. Maka
pengujian ditambahkan 20 wadah, volume rata-rata sediaan yang diperoleh dari 30
wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih
dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%
seperti yang tertera pada etiket.

8. Uji Volume Sedimentasi

Uji sedimentasi dilakukan untuk mengetahui volume sedimentasi pada


sediaan. Sediaan suspensi disimpan dalam gelas ukur dengan keadaan tidak
terganggu. Diukur tinggi suspensi, tinggi sedimentasi, volume sedimentasi, serta
volume akhir sedimentasi dari hari pertama sampai hari ke tujuh. Kemudian
dihitung kecepatan sedimentasi menggunakan rumus dan untuk mengukur
raiso volume akhir sedimentasi terhadap volume awal suspensi menggunakan
rumus .

9. Uji Penetapan Kadar

Uji penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kadar bahan aktif pada
sediaan. Larutan suspensi dikocok sampai homogen, ditimbang kurang lebih 10 g
suspensi. Kemudian dimasukkan ke dalam beaker gelas yang telah ditara.
Ditambahkan air dan diuapkan selama 1 jam. Didinginkan dan disaring ke dalam
labu 200 ml, ditambahkan air sampai tanda. Selanjutnya di pipet 20 ml larutan uji,
dimasukkan ke dalam beaker glass di tambahkan air dan diaduk sampai homogen.

10. Uji Batas Mikroba

Uji batas mikroba dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan aman


dikonsumsi pasien. Pada sediaan suspensi antasida, untuk memenuhi syarat bebas
Escherichia coli. Total mikroba aerobik pada sediaan tidak lebih dari 100 unit
koloni/ml.

11. Uji Efektifitas Pengawet

Pengawet merupakan zat antimikroba yang ditambahkan pada sediaan non-


steril untuk melindungi sediaan supaya tidak terkontaminasi mikroba baik secara
tidak sengaja atau pada saat proses pembuatan dan pengawet digunakan untuk
mencegah pertumbuhan mikroba pada sediaan. Kadar pengawet dapat dikurangi
jika bahan aktif memiliki aktivitas antimikroba untuk meminimalisir terjadinya
toksik.

Uji efektivitas pengawet pada sediaan antasida yang menggunakan pelarut


air dilakukan secara mikrobiologi yang menggunakan biakan mikroba. Penguian
dilakukan pada lima wadah bakteriologi dengan tutp steril. Setiap wadah di
inokulasi dengan inokula dan diaduk. Volume suspensi inokula yang digunakan
0,5% - 1,0% dari volume sediaan. Kadar akhir setelah inokulasi pada sediaan
antasida antara 1 x 103 dan 1 x 104 koloni/ml. Kriteria efektivitas pengawet untuk
sediaan antasida adalah untuk bakteri, kapang dan khamir. Koloni tidak meningkat
dari jumlah awal hingga 14 hari dan 28 hari kemudian.

2.6 Evaluasi Khusus Sediaan Suspensi Antasida


a. Evaluasi redispersibilitas

Uji resdispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai dilakukan.


Tabung reaksi berisi suspensi yang telah dievaluasi volume sedimentasinya diputar 180°
dan dibalikkan ke posisi semula. Kemampuan redispersi baik bila suspense telah didispersi
sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang
sama, maka akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5%.

b. Evaluasi Penetapan Kapasitas Penetralan Asam

Metode yang digunakan untuk uji kapasitas penetralan asam sediaan suspensi
antasida ialah metode Dale and Booth yaitu dengan cara mengukur lamanya sediaan
suspensi antasida untuk dapat mempertahankan pH lambung antara 3 - 5 selama minimal 2
jam setelah pemberian obat. Hasil pengamatan yang diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan menggunakan analisis statistik anava ganda dua menurut program Microsoft Excel
1997.

Penetapan Kapasitas Penetralan Asam juga dapat diukur dengan titrasi volumetri.
Larutan akan dititrasi dengna NaOH 0.1 M hingga mencapai pH 3,5. Nilai KPA secara
umum dinyatakan sebagai jumlah milliequivalent asam hidroklorida. Tidak kurang dari
260 ml HCL 1,0 M dibutuhkan untuk menetralkan 1 gram hydroalcite (Anonim, 2009).
Sebagai control positif, dilakukan penentuan KPA terhadap antasida yang ada di pasaran
(Antasida Doen).
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antasida merupakan zat yang bereaksi dengan asam yang ada di dalam lambung
yang dapat meningkatkan pH lambung sekitar 4 sampai 5. Sediaan suspensi antasida
digunakan untuk membantu menetralisir kelebihan produksi asam lambung (pH
asam/rendah). Tipe- tipe suspense antasida yaitu adalah single strength suspension, double
strength suspension, antasida antiflatulen, dan floating antacid. Sediaan suspense antasida
perlu dilakukan uji evaluasi umum maupun khusus. Uji evaluasi umum terdiri dari uji
organoleptis, viskositas, pH, homogenitas, berat jenis, distribusi ukuran partikel, uji
volume terpindahkan, uji volume sedimentasi, uji penetapan kadar, uji batas mikroba, dan
uji efektifitas pengawet. Sedangkan evaluasi khusus sediaan antasida yaitu uji
redispersibilitas dan uji penetapan kapasitas penetralan asam.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Aejaz dan Asgar Ali. 2012. Formulation and In vitro Evaluation of Readyuse
suspension of Ampicilin Trihydrate. International Journal of Applied Pharmaceutics Vol 2,
Issue 3, 2010

Ancha, Kumar dan Jackson. 2010. Formulation and Evaluation of Pedriatric


Azithromycin Suspension. International Journal of Pharma and Bio Sciences VI (2) 2010

Anief M., 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

Anonim, 2014. Farmakope Indonesia V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2016 . ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 50.
Jakarta: PT ISFI Penerbitan.

Ronjuonuwu, Arlene Florencia. 1998. Perbandingan Kapasitas Penetralan Asam Dan


Stabilitas Fisik Dari Aluminium Hidroksida Gel-Magnesium Trisilikat Terhadap
Aluminium Hidroksida Gel-Magnesium Hidroksida Dalam Sediaan Suspensi Antasida.
Fakultas Farmasi UBAYA

Anda mungkin juga menyukai