Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Suspensi dan Suspensi Kering

Definisi Suspensi dan Suspensi Kering Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis,
yaitu suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang
mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam
sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk
diberikan.

Suspensi kering atau suspensi rekonstitusi adalah sejumlah sediaan resmi dan
diperdagangkan yang terdiri dari campuran kering atau serbuk granula, dimaksudkan untuk
disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya sebelum pemberian. Sebagaimana telah diketahui
sediaan resmi ini mencantumkan ”Untuk Suspensi Oral” pada judul resminya untuk
membedakannya dari suspensi yang sudah disiapkan.

Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk suspensi oral
adalah obat-obat antibiotik. Produk kering yang dibuat secara komersial guna mengandung obat-
obat antibiotik, dengan bahan tambahan untuk pewarna, pemanis, aroma, penstabil dan
pensuspensi, atau zat pengawet yang mungkin didinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari
serbuk kering atau campuran granul atau dasar suspensi cair. Apabila akan dioplos dan diberikan
kepada pasien maka apoteker atau ahli farmasi akan membuka serbuk yang ada pada dasar wadah
secara perlahan-lahan dengan benda keras lalu menambahkan sejumlah air murni sesuai dengan
yang ditunjukkan pada label dan dikocok dengan kencang sampai seluruh suspensi kering
tersuspensi sempurna.

Penting bagi seorang ahli farmasi untuk menambahkan secara tepat jumlah air yang telah
ditetapkan dalam campuran kering sehingga dihasilkan konsentrasi yang tepat per unit dosis.
Penggunaan air murni lebih baik untuk menghindari penambahan kontaminasi yang dapat
merusak dan memberi efek kebalikan dari efek stabilitas sediaan yang dihasilkan. Ahli farmasi
harus memberitahukan pasien mengenai sifat-sifat ini dan mengharuskannya untuk mengocok
isinya baik-baik sesaat sebelum pemakaian dan obat disimpan secara tepat (biasanya
didinginkan).
Suspensi kering dibuat dengan cara granulasi. Granulasi adalah suatu metode yang
memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir.

Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :

1. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur


2. Memiliki sifat alir yang baik
3. Tidak terlalu kering
4. Hancur baik dalam air
5. Menunjukan kekompakan mekanis yang memuaskan
Untuk suspensi kering yang dibuat dengan cara granulasi memiliki keuntungan sebagai
berikut :

1. Mencegah agregasi campuran serbuk.


2. Mendapat sifat alir yang baik.
Sebagai bahan pengikat kering juga digunakan PVP.

Pembuatan suspensi kering berrlangsung dalam 4 tahapan, yaitu :

1. Agregasi campuran serbuk dengan penambahan suatu cairan penggranul.


2. Pembagian rasa
3. Pengeringan granulat
4. Mengayak bagian yng halus sekalian menyiapkan granulat, artinya
melonggarkan butiran granulat yang masih melekat bersama-sama dari proses
pengeringan melalui gerakan-gerakan yang hati-hati diatas ayakan.

Beberapa uji Evaluasi pada suspensi rekonstitusi :

1. Sifat-sifat mengalir
Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel-partikel padat akan
saling tarik-menarik, dan gaya yang bekerja antara partikel-partikel bila mereka
berhubungan terutama gaya permukaan. Ada beberapa gaya yang dapat bekerja di antara
partikel-partikel padat: (1). Gaya gesekan/friksi, (2). Gaya tegangan permukaan, (3) gaya
mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur,
(4). Gaya elektrostatik, dan (5). Gaya kohesi atau Van der walls. Semua gaya tersebut
dapat mempengaruhi sifat alir dari zat padat. Sifat –sifat granul tersebut seperti ukuran
partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, kekerasan atau tekstur partikel,
penurunan energi permukaan dan luas permukaan juga dapat dipengaruhi. Ada beberapa
uji yang dapat digunakan sebagai pengukur aliran dari pengaruh seluruh gaya yang saling
bereaksi pada suatu saat. Dua metode yang paling umum dipakai adalah (1) sudut baring
(repose angle) dan (2) pengukuran kecepatan mengalir.
Metode corong tegak dan kerucut yang berdiri bebas memakai corong yang dijaga agar
ujungnya berada pada suatu ketinggian yang dikehendaki. H di atas kertas grafik yang
terletak pada bidang horizontal. Bubuk atau granul dituang perlahan-lahan sampai ke
ujung corong. R adalah jari-jari dari alas tumpukan bubut yang terbentuk kerucut.
H
tan α= ...............................................................................................(1)
r
Atau
H
α =tan−1 ...........................................................................................(2)
r
α adalah sudut baring. Bila sudut baring lebih kecil dari 30º biasanya menunjukkan
bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 40º
biasanya daya mengalirnya kurang baik.

2. Pertimbangan Rheologis
Karakteristik rheologis dari suatu suspensi farnasi dapat merupakan faktor penentu yang
penting dalam mengoptimisasi stabilitas fisika sistem suspensi tersebut. Khususnya yang
paling diinginkan adalah suspensi yang mempunyai thiksotropi yang mudah dikembangkan.
Suspensi seperti itu bila diformulasi dengan tepat dapat mencegah sedimentasi, agregasi, dan
caking yang berdasarkan suatu yield value viskositas tinggi pada keadaan istirahat, sedangkan
pengocokan kuat mengurai viskositas agar dapat dituang, sehingga produk tersebut dapat
diberikan. Viskositas tinggi dapat terbentuk kembali dengan cepat bila suspense sekali lagi
pada keadaan istirahat, dan akhirnya menghilangkan kemungkinan ketidakstabilan fisik yang
dibicarakan sebelumnya. Tanah liat bentonit dan beberapa resin polimer cenderung
membentuk media thiksotropi dalam air yang dikembangkan dengan baik.

Pembuatan formulasi farmasi disarankan untuk mengupayakan mencegah karakteristik


rheologis tertentu dalam suatu produk farmasi yang sedang dikembangkan. Khususnya
karakteristik rheologis pseudoplastis (dimana tidak ada yield value), dilatan, dan reopeksi
(dimana viskositas meningkat dengan tekanan shear) paling tidak diinginkan karena
kestabilan fisiknya yang buruk.

3. Volume Sedimentasi
Karena kemampuan mendispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama
dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, dan karena endapan yang
terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar
menghasilkan suatu sistem homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya ia
mendispersi membentuk dua prosedur evaluasi dasar yang paling umum.
Konsep volume endapan (volume sedimentasi) adalah sederhana. Pendeknya, konsep
tersebut mempertimbangkan rasio tinggi akhir dari endapan (H u) terhadap tinggi awal
suspensi keseluruhan (Ho) pada waktu suspense mengendap dalam suatu silinder dibawah
kondiri standar. Makin besar fraksi ini, makin baik kemampuan suspensinya.

2.2 Suspensi Antasida


a) Definisi Antasida
Antasida adalah berasal dari kata anti yang berarti lawan dan acidus yang berarti asam,
sehingga antasida adalah zat yang sifatnya berlawanan dengan asam, yaitu basa. Lambung kita
antara lain berisi zat yang bersifat asam, yaitu asam klorida. Kondisi lambung bisa terganggu
apabila asam tersebut keberadaannya menjadi lebih besar dari keadaan normal atau asam yang
terkandung dalam lambung sangat berlebihan sehingga menyebabkan gangguan pada lambung.
Antasida adalah obat yang mengandung basa – basa lemah yang digunakan untuk menetralkan
asam lambung yang berlebihan. Antasida terdiri dari senyawa magnesium, aluminium, bismut,
Hidrotalsit, kalsium karbonat, dan Na-Bikarbonat. Antasida merupakan salah satu pilihan obat
dalam mengatasi sakit maag. Antasida diberikan secara oral (diminum).
Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam
lambung atau mengikatnya (Depkes RI, 2008). Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk
mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis,
tukak usus dua belas jari dengan gejala seperti mual, muntah, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan
perasaan penuh pada lambung (Depkes RI, 2006).
Antasida yang mengandung magnesium tidak boleh digunakan pada pasien dengan
klirens kreatinin kurang dari 30 ml/menit karena eksresi magnesium dapat menyebabkan
toksisitas. Hiperkalemia dapat terjadi pada pasien dengan fungsi renal normal dengan intake
kalsium karbonat lebih dari 20 gram/hari dan pasien gagal ginjal dengan intake lebih dari 4
gram/hari (Depkes RI, 2008).
Pada umumnya, pengobatan gastritis adalah dengan menggunakan antasida. Antasida
tidak mengurangi volume asam klorida (HCl) yang dikeluarkan lambung, tetapi peningkatan pH
akan menurunkan aktivitas pepsin yang merupakan enzim proteolitik. Antasida tersedia dalam
berbagai macam bentuk sediaan antara lain tablet, tablet kunyah, suspensi, lozenges, effervescen,
dan lain-lain. Di Indonesia yang umumnya dalam bentuk sediaan tablet, tablet kunyah, dan
suspense yang telah banyak diproduksi dan beredar di Indonesia.

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh
ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak dan cepat atau makan-makanan yang terlalu
berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi (Brunner & Suddart, 2000) 10 Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi
beberapa macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi
anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis
dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan pembagian
menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik bukan
merupakan kelanjutan gastritis akut (Suyono, 2001).

b) ATURAN UMUM/PERSYARATAN/KARAKTERISTIK
Syarat-syarat ideal antasida yaitu :
 Efisien : hanya dibutuhkan sejumlah kecil untuk mengontrol / menetralkan kelebihan
asam.
 Efektif : efek dapat bertahan lama tanpa pengikatan kembali (rebound) asam atau
pelepasan CO2 setelah terjadinya reaksi antara HCl dan antasida.
 Aman : produk tidak boleh mengganggu kesetimbangan elektrolit atau glukosa darah /
menyebabkan diare / konstipasi (hampir semua antasida primer menyebabkan konstipasi
sehingga dicampur dengan yang lain/tidak murni).
 Harga : tidak mahal karena penderita menggunakan antasida ini dalam jangka waktu
lama.
 Palatable: rasa menyenangkan atau dapat diterima oleh mulut.
Saat ini tidak ada produk di pasaran yang memenuhi semua persyaratan tersebut.
Contoh :
 Al(OH)CO3 dan Al(OH)3 menyebabkan konstipasi
 Mg(OH)2 laksatif
 NaHCO3 alkalosis sistematik dan mengikat lagi asam juga melepas CO2
 CaCO3 menginduksi hipersekresi gastric (pH 3 – 5) dan melepas CO2
Yang penting dari clay dan antasida adalah struktur dan muatan elektrik. Sifat-sifat
koloid berbeda-beda, ada yang elektropositif dan elektronegatif. Sesuai dengan sifat
elektromagnet, muatan yang sama akan tolak menolak dan muatan yang berbeda akan tarik
menarik. Maka struktur clay akan membentuk bangunan seperti rumah. Sehingga sifat aliran
berbeda jika muatannya berbeda. Produk suspensi antasida cair atau antasida clay harus
memenuhi syarat rasa, warna, bau, dan viskositas. Dosis yang digunakan harus disesuaikan
dengan sifat-sifat fisik/kimia/biologi dari produk.
c) PENGGOLONGAN Suspensi Antasida
Ada dua jenis suspensi antasida yaitu :
1. Antasida
2. Clay atau lempung seperti yang digunakan di formasi berfungsi untuk
mengadsorpsi, biasanya digunakan untuk obat diare. Hampir sama dengan
tablet seperti attapulgid.
d) TIPE-TIPE SUSPENSI ANTASID (Pharm Dosage Form, Disperse System, vol 2,
1989 hal 219)
Terdapat empat tipe suspensi antasid yaitu :
a. Single strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan
10-15 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
b. Double strength suspension, yaitu suspensi antasid yang memiliki kapasitas penetralan
20-30 mekiv terhadap HCl setiap 5 ml dosis.
c. Antasid mengandung antiflatulen atau anti kembung. Antasid ini dapat single strength
atau double strength, pada umumnya mengandung 20-40 mg simeticone setiap 5 ml dosis
d. Floating antasid suspension. Merupakan antasid yang memiliki kapasitas penetralan
asam yang rendah. Pada umumnya juga mangandung alginate dan antasid berisi karbonat
yang berkontak dengan asam lambung, membentuk lapisan dengan kerapatan rendah dan
melapisi permukaan isi lambung (gastric content). Biasanya tipe ini digunakan untuk
terapi penyakit refluks esophagus.
Daftar pustaka:

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Edisi IV,
390-393, UI Press, Jakarta.

Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press

Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan Suzanne C. Smeltzer.
Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dekpes RI

Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI Jakarta .

Departemen Kesehatan RI, 2001. Rencana strategis nasional “making pregnancy safer” di Indonesia
2001-2010. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.

Lieberman, Rieger & Banker, 1989, Pharmaceutical Dosage Form : Disperse System, Vol ke-2, 495-498,
Marcel Dekker Inc, New York.

Suyono, slamet. (2001). Buku ajar penyakit dalam II FKUI. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai