Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk


halusyang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dantidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan haris
segeraterdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjaminstabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan disebut
sebagaiemulgator (joenoes, 1990).

Suspensi juga dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandungpartikel


obat yang terbagi sevara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa
suspensi resmi diperdagangkan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan
dalam cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil danbahan tambahan farmasetik
lainnya (Ansel, 1989).

Bahan obat yang diberikan dalam bentuk suspensi untuk obat


minum,mempunyai keuntungan bahwa (oleh karena partikel sangat halus) penyarapan
zatberkhasiatnya lebih cepat dari pada bila obat diberikan dalam bentuk kapsul
atautablet, bioavailabilitasnya pun baik.Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu:suspensiyang siap digunakan atau suspensi yang dikonstitusikan dengan jumlah
airuntuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi tidak
bolehdi injeksikan secara intevena. Pada bentuk sediaan suspensi harus diperhatikan
bahwa obatnya betul diminum denagn sendok yang sesuai, sehingga obat diminum
dengan dosis yang tepat (loenoes, 1990).

1
1.2 Rumusan masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apa saja zat aktif suspensi rekonstitusi ?
2. Apa saja pemerian suspensi rekonstitusi ?
3. Apa saja indikasi suspensi rekonstitusi ?
4. Apa saja persyaratan suspensi rekonstitusi ?
5. Apa saja keuntungan suspensi rekonstitusi ?
6. Apa saja kerugian suspensi rekonstitusi ?
7. Apa saja formula suspensi rekonstitusi ?
8. Bagaimana pembuatan suspensi rekonstitusi ?
9. Apa saja evaluasi sediaan suspensi rekonstitusi ?
10. Bagaimana desain kemasan suspensi rekonstitusi ?

1.3 Tujuan pembuatan makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui zat aktif suspensi rekonstitusi
2. Untuk mengetahui pemerian suspensi rekonstitusi
3. Untuk mengetahui indikasi suspensi rekonstitusi
4. Untuk mengetahui persyaratan suspensi rekonstitusi
5. Untuk mengetahui keuntungan suspensi rekonstitusi
6. Untuk mengetahui kerugian suspensi rekonstitusi
7. Untuk mengetahui formula suspensi rekonstitusi
8. Untuk mengetahui pembuatan suspensi rekonstitusi
9. Untuk mengetahui evaluasi sediaan suspensi rekonstitusi
10. Untuk mengetahui desain kemasan suspensi rekonstitusi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Aktif


Azithromycin merupakan antibiotik golongan makrolide yang mempunyai
spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Azithromycin
adalah derivat dari erythromycin yang lebih poten. Azithromycin bekerja dengan cara
mengikat sub unit 50s dari ribosom bakteri sehingga menghambat translasi mRNA.
Dengan demikian sistesis protein akan terganggu sehingga pertumbuhan bakteri akan
terhambat. Peristiwa ini bersifat bakteriostatis (yaitu antibiotik yang bekerja
menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri), namun dalam konsentrasi tinggi
hal ini dapat bersifat bakteriosidal(yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri). Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat
terjadinya infeksi.

2.2 Pemerian

Pemerian : Serbuk kristal warna putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan suspensi
pH larutan : 9,42
pKa : 8,1 & 8,8
Salts :-
Solvents : Etanol, metanol, aceton, kloroform
Koefisien partisi : 4,02
Melting point : 113˚C- 115˚C (DSC)
Stabilitas : stabil (cahaya, suhu, lembab, dll)
Microscopy :-

2.3 Indikasi
Kegunaan obat Azithromycin adalah untuk pengobatan infeksi saluran nafas atas dan
bawah : eksaserbasi bakteri akut bronkitis kronis akibat H. influenzae, M. catarrhalis, atau S.
pneumoniae, Pneumonia karena C. pneumoniae, H. influenzae, M. pneumoniae, atau S.
pneumoniae, dan sinusitis akut karena H. influenzae, M. catarrhalis, atau S. pneumoniae,
otitis media akut yang disebabkan oleh H. influenzae, M. catarrhalis atau S. pneumoniae,

3
faringitis atau tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. Azithromycin
digunakan pula untuk infeksi kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi akibat S. aureus, S.
pyogenes, atau S. agalactiae. zithromax (Azithromycin ) juga berguna untuk penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks : uretritis dan servisitis karena C. trachomatis atau N.
gonorrhoeae, penyakit maag genital (chancroid) pada pria karena H. Ducreyi

2.4 Alasan pembuatan


2.4.1 Keuntungan
a. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet atau kapsul, terutama
anak anak.
b. Homogenitas tinggi.
c. Lebih mudah diabsorpsi dari pada tablet atau kapsul karena luas permukaan
d. Kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat.
e. Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit obat dari larut atau tidaknya
f. Mengurangi penguraian zat aktif

2.4.2 Kerugian
a. Kestabilan rendah
b. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun.
c. Alirannya menyebabkan sukar dituang.
d. Ketetapan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan.
e. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system dispersi terutama
jika terjadi perubahan temperatur.
f. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.

2.5 Persyaratan
Menurut Farmakope Edisi III :

a. Tablet Azitromycin mengandung azitromycin (C36H72N2O12) tidak kurang dari


90,0 % dan tidak lebih dari 11,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

b. Kapsul Azitromycin mengandung azitromycin (C36H72N2O12) tidak kurang dari


90,0 % dan tidak lebih dari 11,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

4
c. Azitromycin untuk injeksi adalah campuran steril sediaan kering azitromycccin
untuk injeksi mengandung azitromycin (C36H72N2O12) tidak kurang dari 90,0 %
dan tidak lebih dari 11,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

d. Azitromycin untuk suspensi oral adalah campuran kering dari azitromycccin dann
satu atau lebih dapar, pemanis, pengecer, zat anti kempal dan perisai. Azitromycin
untuk suspensi oral mengandung azitromycin (C36H72N2O12) tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 11,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket.

2.6 Formula suspensi


Formula suspensi sirup kering dibuat, dengan cara mikroenkapsulasi zat
aktif dengan polimer eudragit L100, agar dapat menutupi rasa pahit dari zat
aktif dan stabil dalam air. Mikroenkapsulasi bertujuan antara lain adalah untuk
meningkatkan stabilitas bahan aktif dalam sediaan selama penyimpanan, untuk
membuat sediaan lepas lambat, melindungi zat aktif dari penguraian dalam
cairan lambung, dan dapat digunakan untuk melindungi saluran pencernaan
terutama lambung dari iritasi yang disebabkan bahan aktif obat.

2.7 Pembuatan suspensi


2.7.1 Metode Dispersi
Metode pembuatan suspensi dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam
mucilago yang terbentuk kemudian diencerkan, dalam hal ini serbuk yang terbagi
harus terdispersi dalam cairan pembawa, umumnya adalah air (Nash, 1996).

2.7.2 Metode Presipitasi


Metode ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Presipitasi dengan pelarut organik
b) Presipitasi dengan perubahan pH dan media
c) Presipitasi dengan dekomposisi rangkap (Nash, 1996).
d) Formula Suspensi

Hampir semua sistem suspensi memisah pada penyimpanan, karena itu perhatian utama
dalam pembuatan sediaan suspensi bukan untuk mengeliminasi pemisahan, tetapi untuk
menahan laju pengendapan dan memberikan kemampuan tersuspensi kembali dengan mudah

5
dari partikel yang mengendap. Suspensi yang baik harus tetap homogen, untuk menjamin
keseragaman dosis obat setelah digojog sebelum dituang.
Tiga hal utama yang sangat penting dalam pembuatan bentuk sediaan suspensi, yaitu :
1) Memastikan bahwa partikel benar-benar terdispersi dengan baik dalam cairan.
2) Meminimalkan pengendapan dari partikel kecil yang terdispersi.
3)Mencegah terjadinya caking dari partikel-partikel ini ketika terjadinya pengendapan
(Priyambodo, 2007)

2.8 Evaluasi suspensi

2.8.1 Volume sedimentasi


Suspensi disimpan dalam tabung berskala. Volume sedimentasi diamati dari hari
pertama sampai hari ketujuh, kemudian tiap minggu selama dua bulan. Suspensi diukur
tinggi sedimintasi akhir (Hu) dan tinggi suspensi awal (Ho). Volume sedimentisai
merupakan perbandingan antara tinggi sedimentasi akhir dan tinggi suspensi awal

2.8.2 Mudah tidaknya dituang


Susppensi dituang dari botol dengan kemiringan kurang lebih 45º, waktu yang
diperlukan untuk mencapai volume tertentu dicatat.

2.8.3 Ukuran partikel


Ukuran partikel ditentukan secara mikroskopis dengan cara, skala okuler dikalibrasi
mikrometer ditempatkan dibawah mikroskop.

2.8.4 Uji antibakteri

2.8.5 Pewarnaan gram


Spesimen dioleskan ke permukaan kaca objek mikroskop. Kaca objek dilewatkan di
atas api bunsen 3-4 kali untuk mematikan mikroorganisme. Kaca objek ditutup dengan
zat warna ungu (metil atau kristal violet) selama 15 detik, cairan yang berlebihan
dibuang. Kemudian dialiri dengan iodium Gram selama 1 menit, dan keringkan. Setelah
kering dialiri lagi dengan aseton selama 2-5 detik, cuci dengan air atau etanol untuk
membilas semua zat warna yang tidak diserap oleh bakteri. Bakteri diberi counterstain
(pewarna tandingan) dengan menuangkan zat warna merah (karbol fuksin) ke kaca

6
selama 20 detik, lalu keringkan dan diamati. Bakteri Gram positif memberikan warna
ungu dan untuk Gram negatif memberikan warna merah muda karena tidak menyerap
zat warna ungu dan menyerap warna tandingan.

2.8.6 Viskositas
Caranya suspensi yang telah dingin dimasukan dalam wadah,kemudian viskometer
dicelupkan diwadah tersebut.

2.8.7 Redispersibilitas
Suspensi yang telah disimpan dalam tabung berskala dengan volume yang sama
digojok dengan kecepataan tertentu menggunakan alat penggojok. Waktu yang

2.8.8 Metode analisis


Data hasil evaluasi stabilitas fisik suspensi eritromisin (volume sedimentasi, mudah
tidaknya dituang, ukuran partikel, viskositas, dan redispersibilitas) dan pengukuran
diameter zona hambat pada media agar diuji distribusi normalnya dengan uji
Kolmogorov-Smirnov. Data kemudian dilakukan uji anava dua jalan dengan taraf
kepercayaan 95%. Analisis dilanjutkan dengan t independent-test.

2.9 Desain kemasan suspensi

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwaantibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Saat ini,
sudah berpuluh-puluh jenis antibiotik ditemukan, baik dari rumpun yang sama,
maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotik memiliki kemampuannya sendiri
dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun kuman memiliki penangkalnya
masing-masing yang spesifik. Namun, kebanyakan antibiotik bersifat serba mempan
atau broadspectrum. Artinya, semua kuman atau infeksi dapat disembuhkan.

3.2 Saran
Semoga diharapkan menjadi dengan adanya makalah ini dapat berguna untuk
mahasiswa//i UNMA Fakultas Farmasi kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Aiyer, P.V. 2005. Amylases and Their Applications.African Journal of Biotechnology, 4:125–
1529.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi iii, 205,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai