I. PENDAHULUAN
A. Definisi
FI V , 2014 (hal. 56)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fasa cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus direkonstitukan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
USP 30-NF 25
Suspensi rekonstitusi adalah campuran serbuk/granul kering yang membutuhkan
penambahan air/pelarut yang sesuai sebelum digunakan. Campuran serbuk atau granul
tersebut harus homogen dan mudah didispersi ketika ditambahkan pembawanya.
BP 2009 Vol III (Oral Powders, General Monographs, hal 6536)
Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi oral : Serbuk oral adalah sediaan yang
mengandung zat padat longgar (loose), partikel kering yang bervariasi dalam derajat
kehalusannya. Dapat mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan
pembantu, dan jika perlu, zat warna yang diizinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan
dalam air atau pembawa lain sebelum diberikan oral. Setelah di suspensikan, spesifikasi
sediaan tersebut mengikuti spesifikasi suspensi oral.
Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hal 243
Suatu suspensi rekonstitusi adalah campuran kering yang perlu didispersikan dengan air pada
saat akan digunakan, dan harus mencantumkan “ ... untuk suspensi oral” sesuai USP. Bentuk
suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas rendah di dalam
pelarut air. Waktu simpan sediaan yang telah direkonstitusi lebih pendek dibandingkan saat
masih berada dalam bentuk keringnya.
Ansel, Pharmaceutical Dosage 2011 (hal 377)
Suspensi rekonsitusi adalah campuran serbuk yang mengandung zat aktif, zat pesuspensi dan
zat pendispersi yang akan didispersikan dengan sejumlah pembawa yang sesuai, umumnya air.
1
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
2
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
3
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
Proses granulasi basah dilakukan dengan cara mencampurkan bahan padat dengan cairan
penggranulasi dalam mixer. Massa basah yang terbentuk dibuat granul dengan cara
menggunakan pengayak vibrator, granulator, atau di giling sebelum dikeringkan. Tetapi
umumnya di lakukan dengan pengayakan. Granul yang terbentuk dapat dikeringkan dalam
oven atau fluid bed drier. Granul yang telah dikeringkan kemudian diayak untuk memisahkan
agregat yang terbentuk.
Keuntungan cara granulasi :
a. Memiliki penampilan yang lebih baik daripada campuran serbuk.
b. Memiliki sifat aliran yang lebih baik.
c. Masalah pemisahan (segregasi) jarang terjadi
d. Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.
3. Kombinasi granul dan serbuk (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 250-
251)
Metode ini digunakan untuk mengatasi kerugian cara granulasi. Pada tahap awal dibuat granul
dari beberapa komponen, kemudian setelah dikeringkan dicampur dengan komponen sisa
yang berupa serbuk. Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel dari setiap komponen
harus dikendalikan.
Keuntungan cara ini :
a. Dibutuhkan energi dan peralatan yang lebih sedikit untuk granulasi .
b. Komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif atau flavor, dapat ditambahkan
sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas.
Kerugian dari cara ini :
a. Meningkatnya resiko ketidakseragaman/tidak homogen.
4
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
b. Campuran granul dengan non-granul harus dipastikan tidak terpisah menjadi beberapa
lapisan yang berbeda ukuran partikel
Masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari campuran bahan kering, yaitu
dapat menyebabkan demixing, segregasi, dan penyerapan kelembaban selama pengolahan atau
pada produk jadi. Aliran yang tidak baik atau caking sering terjadi apabila setiap partikel
bergabung. Penyebabnya antara lain :(Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2,hlm
252)
− Tidak stabil terhadap suhu tinggi
− Muatan permukaan
− Variasi kelembaban relatif
− Kristalisasi
− Pemampatan karena berat serbuk
Dari slide Bu Ninet (Teknologi Sediaan Farmasi)
Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi
1. Bahan pensuspensi mudah dikembangkan, contoh CMC Na FSH
2. Proses pencampuran serbuk
3. Proses penambahan bahan pewarna, odoris
4. Kadar air granul atau serbuk
5. Pemilihan metode pencampuran kering
Botol yang digunakan umumnya sedikit lebih besar untuk menyediakan ruang pengocokan yg
cukup setelah air dimasukkan (Ansell, Pharmaceutical Dosage 2011, hal 393)
5
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
II. FORMULA
A. Formulasi Umum Suspensi Rekonstitusi
Tabel 1. Eksipien yang umum digunakan untuk Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse
System, 1989, Vol 2, hlm. 245)
Sering Jarang
Suspending agent Anticaking Agent
Wetting Agent Flocculating Agent
Sweetener Solid diluent
Pengawet Antifoaming agent
Perasa Granule binder
Pewarna Granule Disintegrant
Lubrikan
Antioksidan
Di dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin karena
makin banyak bahan akan makin menimbulkan masalah seperti masalah inkompatibilitas akan
meningkat atau energi yang lebih besar dengan makin banyaknya bahan yang dicampurkan. Oleh
karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan adalah yang benar-benar dibutuhkan dalam
formulasi. Sangat dianjurkan menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja.
Misal, sukrosa dapat berfungsi sebagai pemanis sekaligus suspending agent atau pengencer serbuk
(solid diluent). Semua eksipien harus sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 245).
Suspensi rekons umumnya mengandung zat aktif, pewarna (FD&C dyes), perasa, pemanis (sukrosa
atau Na sakarin), stablizing agents (citric acid, sodium sitrat), supending agent (guar gum, xanthan gum,
CMC, Mikrokristalin selulosa, polivinilpirolidon, bentonit), pengawet (metil paraben, Na benzoate).
(Ansell, Pharmaceutical Dosage Forms 2011, hal. 393)
6
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
pada anak-anak. Terkadang, zat aktif yang larut air sengaja dibuat suspensi untuk menutupi
rasa yang kurang nyaman, misalnya Na dikloksasilin.
2. Bahan Pensuspensi
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm.247)
Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat yang tidak larut
dalam medium pendispersi. Bahan pensuspensi yang digunakan harus mudah terdispersi dan
mengembang dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi.
Beberapa bahan pensuspensi bersifat ionik dengan tujuan untuk menghindari inkompatibilitas
kimiawi dengan bahan lain. Bahan pensuspensi berupa polimer dapat menghasilkan viskositas
yang sangat baik pada pH optimum kelarutannya. Bahan ini juga harus stabil terhadap pH
sistem selama waktu simpan produk. Kombinasi mikrokristalin selulosa dan natrium
karboksimetilselulosa umum digunakan sebagai bahan pensuspens dgn konsentrasi total >1%
menghasilkan gel tiksotropik, namun keduanya merupakan anionik sehingga tidak cocok
digunakan dengan bahan baku yang bersifat kationik.
Bahan pensuspensi yang berasal dari gom alami umumnya bersifat anionik. Tragakan akan
menghasilkan campuran yang sangat kental dan digunakan untuk mensuspensikan partikel
yang padat. Alginat akan menghasilkan larutan yang kental. Iota-karagenan akan menghasilkan
dispersi tiksotropik. Tetapi, kelemahan penggunaan produk alami ini adalah terjadinya variasi
antar bets seperti perbedaan dalam warna, kekentalan, kekuatan gel, dan kecepatan hidrasi.
Xantan gum umum digunakan untuk suspensi rekonstitusi karena memiliki keseragaman yang
baik untuk tiap bets dan tidak rentan kontaminasi mikroba. Kekentalannya tidak bergantung
pada pH dan suhu. Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi
antara lain
Nama Zat Muatan Listrik
Akasia -
CMC Na -
Iota karagenan -
Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na -
Povidon 0
Propilenglikol alginat -
Silikon dioksida, koloidal 0
Na starch glycolate -
Tragakan -
Xanthan gum -
7
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
3. Pemanis
(Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
Obat umumnya pahit dan rasanya tidak enak. Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan
sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan diluent pada campuran
kering. Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat pula
digunakan sebagai pembawa untuk komponen fasa cair misalnya minyak atsiri. Pemanis lain
yang dapat digunakan: manitol, aspartam, dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil
tetapi tidak tahan panas. Sakarin memiliki potensi karsinogenik.
4. Wetting agent
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 248.)
Untuk mempermudah pembasahan ZA yang bersifat hidrofob, digunakan wetting agent pada
konsentrasi efektif terkecil. Surfaktan umum digunakan sebagai wetting agent untuk zat yang
bersifat hidrofob . Wetting agent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa
dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Polysorbate 80, merupakan
surfaktan non ionik dan secara kimia kompatibel dengan eksipien/ZA kationik dan anionik.
Konsentrasi yang biasa digunakan adalah ≤ 0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril
sulfat, merupakan surfaktan anionik dan mungkin inkompatibel dengan ZA kationik.
5. Bahan Lain
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
a. Dapar
Dapar digunakan untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang ditambahkan.
pH suspensi diatur untuk memastikan bahwa obat tetap berada dalam keadaan tidak
larut. Selain itu pensuspensi akan menghasilkan viskositas tertinggi pada pH dimana dia
larut maksimum. Beberapa pengawet juga efektif pada pH tertentu, seperti asam
benzoate aktif pada pH rendah di mana pada kondisi tersebut dia berada dalam bentuk
tidak terionisasi. Dapar yang lazim digunakan adalah dapar sitrat
b. Pengawet
Suspending agent dan pemanis adalah media petumbuhan mikroba yang baik, karena itu
dibutuhkan pengawet. Tetapi pengawet dengan kelarutan rendah pada suhu kamar
seperti asam sorbat dan senyawa paraben tidak disarankan. Pengawet yang umum
digunakan adalah sukrosa (konsentrasi 60% w/w menghasilkan tekanan osmotik pd
mikroba), natrium benzoat, natrium propionat. Natrium benzoat cukup efektif dalam pH
asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi.
8
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
c. Perasa
Digunakan secukupnya untuk meningkatkan keberterimaan pasien, penting sekali untuk
anak-anak. Harus dilihat peraturan Menkes terutama zat yang boleh digunakan.
d. Pewarna
Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan pewarna ini harus
diperhatikan, karena dapat terjadi inkompatibilitas dengan zat lain karena faktor muatan
ion, misalnya FD&C Red No.3 yang merupakan garam dinatrium, merupakan senyawa
anionik dan inkompatibel dengan wetting agent kationik.
e. Anti caking
Masalah umum yang terjadi dalam campuran kering adalah aliran yang jelek dan
caking,yang disebabkan oleh aglomerasi serbuk akibat menyerap lembab. Bahan
antcaking seperti silika gel amorf, dapat menarik kelembaban dari campuran kering untuk
mempermudah aliran serbuk dan mencegah caking. Selain itu bahan ini akan memisahkan
partikel kering untuk mencegah penyatuan, juga berfungsi sebagai isolator termal,
menghalangi dan mengisolasi kondisi muatan statis dan secara kimia bersifat inert.
2. Ampisilin Trihidrat
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg ampisilin tiap 5 ml. Produk degradasi Ampisilin
dapat membuat pH larutan menjadi rendah pada suspensi yg tidak didapar sehingga dapat
mengkatalisis terjadinya degradasi. pH sediaan perlu dijaga pada pH 4,85 untuk stabilitas,
dapat menggunakan buffer sitrat. Volume sedimentasi setelah 10 hari, 30 ⁰C = 0.97.
9
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
3. Eritromisin Stearat
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg eritromisin tiap 5 ml. Umumnya bentuk garam
etilsuksinat lebih sering digunakan daripada garam stearat untuk suspensi rekonstitusi.
Dengan pH suspensi 7.0-8.0 setelah direkonstitusi. Volume sedimentasi setelah 10 hari = 0.84.
Bahan baku Kadar Fungsi
Eritromisin stearat 6,94 % Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan pemanis
Na alginat 1,5 % Agen pensuspensi
Na benzoat 0,2 % Pengawet
Tween 80 0,12 % Pembasah
4. Tetrasiklin Hidroklorida
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg tetrasiklin tiap 5 ml. Volume sedimentasi setelah
10 hari = 0.95.
Bahan baku Kadar Fungsi
Tetrasiklin HCl 5,41 % Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan pemanis
Sterculia gum 1% Agen pensuspensi
Na bikarbonat 0,76 % Pengatur pH (5.0)
Na benzoat 0,2 % Pengawet
Tween 80 0,08 % Pembasah
10
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
Dilakukan pencampuran bahan hingga homogen dengan mixing selama kurang kebih 10
menit
Dilakukan pengisian botol/kemasan primer sesuai hasil perhitungan
Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok, dan kemasan sekunder
Evaluasi sediaan
2. Cara Granulasi :
Botol ditara sesuai dengan volume yang akan dibuat dan dikeringkan.
Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang dibutuhkan.
Masing-masing zat dihaluskan (jika perlu).
Campurkan massa yang akan digranulasi dalam alat pencampur (mixer) sampai
homogen (5-10menit). (ZA dapat dicampur dengan bahan lainnya sebelum dibasahi
dengan cairan pengikat atau ZA dilarutkan/ disuspensikan dalam cairan pengikat)
Tambahkan larutan pengikat atau pelarut pengikat (bila pengikat sudah dicampurkan
dalam keadaan kering) sedikit demi sedikit, aduk sehingga diperoleh massa yang dapat
digranulasi
Masa granulasi diayak untuk mendapatkan granul lalu dikeringkan di lemari pengering
60-70o C atau di angin-anginkan di ruangan (ket: PILIH, disesuaikan dengan cairan
pengikat yang digunakan. Kalo air di lemari pengering, kalo alkohol dianginkan)
Dilakukan penentuan kandungan lembab granul menggunakan alat moisture balance
(syarat : kadar air kurang dari 2%).
Massa granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
Evaluasi sediaan
3. Cara gabungan
Tahapan awal sama seperti diatas, dilanjutkan penambahan fines ke dalam massa granul
yang telah dikeringkan, yaitu zat aktif (jika tidak tahan panas), dan atau suspending
agent, dan atau adsorban (bila campuran granul higroskopis), lalu dihomogenkan
dengan alat pencampur sekitar 5-10 menit
Bila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofob, maka ditambahkan bahan pembasah
dengan cara disemprotkan ke dalam masa granul.
Campuran masa granul dan fines ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah
ditara.
11
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
B. Perhitungan
Akan dibuat sediaan suspensi kering …… dengan volume a mL per botol. Kekuatan sediaan yang
dibuat adalah m mg/5mL, dengan jumlah X botol, dengan metoda ……..
Jumlah sediaan yang akan dibuat X botol @ a mL.
Untuk keperluan pengujian mutu dibutuhkan tambahan beberapa botol. Dari seluruh uji, terdapat
uji yang membutuhkan 30 botol dan tidak destruktif (volume terpindahkan) sehingga bisa
digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Jadi jumlah suspensi kering yang akan dibuat adalah X + 30
= Y botol
Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari
botol. Persentase penambahan volume FI V<1131> tentang Penetapan Volume Injeksi Dalam
Wadah hlm. 1570
Volume sediaan tiap botol = a ml + (3 % x a ml) = b ml
Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x b ml/botol = c ml
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % , sehingga
volume total yang dibuat = c ml + (10% x c) ml = d ml.
→ bukan merupakan sesuatu yang pasti, hanya panduan umum saja (menurut bu Jessie).Tetapi
menurut Bu Ninet hal tsb tidak perlu. Sebaiknya memang tidak dilebihkan tapi dibulatkan saja.
NB : pembuatan dengan metode tanpa granulasi, tidak perlu dilebihkan 10%
(tapi tetap diserahkan kepada masing-masing orang sesuai interpretasi masing-masing untuk
melebihkan atau tidak)
Jumlah botol final secara teoritis :
Jika melebihkan 10% maka : d ml / b ml/botol = Z botol,
Jika tidak maka cukup Y botol
C. Penimbangan
Formula yang akan dibuat : Tiap 5 ml mengandung :
R/ zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll
12
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
Misalkan akan dibuat sediaan sirup kering eritromisin stearat dengan kekuatan sediaan yang setara
dengan eritromisin 250 mg/ 5ml, dengan volume per botol 60 ml.
Jumlah yang akan dibuat 45 botol (sudah termasuk jumlah yang diserahkan dan jumlah untuk
evaluasi).
Maka :
Volume tiap botol = 60 mL + (60 x 3%) = 61,8 mL
Untuk 45 botol = 45 x 61,8 mL = 2781 mL
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % sehingga
volume total yang dibuat = 2781 ml + (10% x 2781) ml = 3059,1 ml dibulatkan 3060 ml.
Jumlah sediaan yang akan dibuat adalah : 3060 ml / 61,8 ml/botol = 49,51 botol
13
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
Penimbangan
Bahan Formula Untuk 5 ml Untuk 3060 ml
Eritromisin stearat 346,91 mg 346,91 mg 212,31 g
Sukrosa 20 % 1g 612 g
Nipagin 0,18 % 0,009 g 5,51 g
Nipasol 0,02 % 0,001 g 0,612 g
Flavour 0.02 % 0,001 g 0,612 g
Etanol Qs Qs Qs
Aquadest untuk rekonstitusi Ad 5 ml Ad 5 ml 3060 ml
Fasa Luar :
CMC Na FSH 0,5 %
Aerosil 0,8 %
Bahan-bahan yang akan digranulasi adalah eritromisin stearat, sukrosa, nipagin, nipasol, flavour.
Jadi jumlahnya:
(212.31+612 + 5,51 + 0,612 + 0,612) g = 831,044g
Maka jumlah PVP yang digunakan :
1% x 831,044 g = 8,31 g
Total massa yang digranulasi : (831,044 g + 8,31 g) = 839,354 g
Misal : Setelah granul dikeringkan, diperoleh bobot granul menjadi 810 g dengan kadar air 1%.
Maka :
0,99 × 810 × 49,51
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ = = 47,30 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
839,354
Perhitungan jumlah fines yang ditambahkan :
(bobot CMC Na FSH di ambil dari VOLUME sejumlah botol yang akan dibuat, volume dihitung dari
jumlah botol suspensi yang diperoleh, BUKAN dari jumlah botol teoritis)
CMC Na FSH (0,5%) dari total volume sediaan = 0,5% x (61.8 mL x 47,30 botol) = 14.62 g
Aerosil (0,8%) dari massa granul yang dihasilkan = 0,8 % x 810 g = 6,48 g
Total bobot = granul + fines = 810 g + 14,62 g + 6,48 g = 831,1 g
Bobot sediaan yg dimasukkan pada tiap botol = 831,78 / 47,30 botol = 17,57 g
14
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
ZA + EKSIPIEN
Masing-masing diayak mesh 30 dan di timbang sesuai resep
Cek IPC =
Pencampuran dlm mixer 1. sifat aliran
± 10 menit 2. homogenitas
3. distribusi ukuran
partikel
1. Homogenitas
(Merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
3. Kecepatan aliran
[The theory and practice of Industrial Pharmacy, 3 ed, hal. 317] (ngecek dibukunya gada
kalimat begini, gada angka 4 g/detik juga).
Tujuan : menjamin keseragaman pengisian ke dalam wadah yang dapat mempengaruhi variasi
isi/bobot serbuk/granul dalam botol dan dosis.
Prinsip : penetapan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu (metode
corong)
Prosedur : sejumlah granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu& corong
digetarkan. Baca waktu yg diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.
Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 4 g granul
adalah 1 detik.
15
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
+ fines
+ pembasah bila perlu Pencampuran dlm mixer massa sediaan
(dengan cara ± 10 menit (granul +fine)
disemprotkan)
IPC =
homogenitas
Distribusi ukuran partikel
3. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)
4. Kecepatan aliran
(merujuk ke IPC metode tanpa granulasi)
16
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
5. Penentuan homogenitas
(Goeswin Agoes, teknologi farmasi liquida dan semisolid, 143-144)
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI
17
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
6. Penentuan pH
(FI V <1071 >, hal 1563-1565
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dibakukan dengan
larutan dapar beberapa pH.
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ...... (Sesuaikan!!)
8. Penentuan redispersibilitas
(Disperse system vol 2 hal 42,222)
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI
9. Berat jenis sediaan
(FI V <981 >, hal 1553
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi produk yang akan dibuat
Prinsip:
Metode I : Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama
Metode II : menggunakan alat oscillating transducer density meter
Prosedur Metode I dan Penafsiran Hasil :
1. Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W0
2. Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25 oC (sebelumnya dididihkan dulu airnya)
ditimbang bobotnya sebagai W1
3. Suhu zat uji diatur 20oC, lalu dimasukkan cairan ke pikno hingga penuh.
4. Suhu pikno berisi zat uji diatur hingga 25oC , kelebihan zat uji dibuang, lalu ditimbang
sebagai W2
5. Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = w3 – w1
w2 – w1
Keterangan : dt = bobot jenis pada suhu t
w1 = bobot piknometer kosong
18
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI
b. Evalusi Kimia
1. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)
2. Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)
3. Keseragaman Sediaan
c. Evaluasi Biologi
1. Penetapan potensi antibiotika
(FI V <131>, hal 1392-1399) LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI
19