Anda di halaman 1dari 19

TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

SUSPENSI KERING (REKONSTITUSI)

(revised by , recheck by)


BACA !! Keterangan : Highlight biru : penting diingat
Tulisan biru : penting
Highlight kuning : masih bingung, perlu ditanyakan saat tutorial
Tulisan merah : dapus tidak jelas/ tidak ditemukan

I. PENDAHULUAN
A. Definisi
 FI V , 2014 (hal. 56)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fasa cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat yang harus direkonstitukan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai
segera sebelum digunakan.
 USP 30-NF 25
Suspensi rekonstitusi adalah campuran serbuk/granul kering yang membutuhkan
penambahan air/pelarut yang sesuai sebelum digunakan. Campuran serbuk atau granul
tersebut harus homogen dan mudah didispersi ketika ditambahkan pembawanya.
 BP 2009 Vol III (Oral Powders, General Monographs, hal 6536)
Serbuk dan granul untuk larutan dan suspensi oral : Serbuk oral adalah sediaan yang
mengandung zat padat longgar (loose), partikel kering yang bervariasi dalam derajat
kehalusannya. Dapat mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa bahan
pembantu, dan jika perlu, zat warna yang diizinkan serta zat pemberi rasa. Disuspensikan
dalam air atau pembawa lain sebelum diberikan oral. Setelah di suspensikan, spesifikasi
sediaan tersebut mengikuti spesifikasi suspensi oral.
 Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hal 243
Suatu suspensi rekonstitusi adalah campuran kering yang perlu didispersikan dengan air pada
saat akan digunakan, dan harus mencantumkan “ ... untuk suspensi oral” sesuai USP. Bentuk
suspensi ini digunakan terutama untuk obat yang mempunyai stabilitas rendah di dalam
pelarut air. Waktu simpan sediaan yang telah direkonstitusi lebih pendek dibandingkan saat
masih berada dalam bentuk keringnya.
 Ansel, Pharmaceutical Dosage 2011 (hal 377)
Suspensi rekonsitusi adalah campuran serbuk yang mengandung zat aktif, zat pesuspensi dan
zat pendispersi yang akan didispersikan dengan sejumlah pembawa yang sesuai, umumnya air.

1
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

B. Alasan Pembuatan Sediaan Suspensi Kering


Sediaan suspensi kering digunakan ketika zat aktif tidak stabil secara kimia dalam pembawa air.
Sebagai contoh, Penisilin yang berada dalam campuran serbuk memiliki waktu simpan selama 2
tahun, sedangkan suspensi yang telah direkonstitusi dengan air (mudah terhidrolisis dalam air)
memiliki waktu simpan 14 hari.
Alasan lain adalah untuk menghindari masalah stabilitas fisik pada suspensi cair. Permasalahan
yang terjadi seperti kemungkinan peningkatan kelarutan obat karena terjadi perubahan pH
(karena adanya degradasi kimia), komponen yang saling inkompatibel, perubahan viskositas,
perubahan bentuk polimorfisme dan pertumbuhan kristal, dan caking (Pharm.Dosage Forms
:Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 243).
Keuntungan Sedian Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2,
hlm 243-244).
Keuntungan dari suspensi kering adalah untuk menjaga stabilitas kimiawi zat aktif sampai sebelum
di rekonstitusi dengan medium pendispersinya. Kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena
kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat
padat dalam medium pendispersi hanya pada saat akan digunakan. Selain itu, bobot suspensi
rekons lebih ringan daripada suspensi biasa karena tidak ada pelarutnya, ongkos transportasi juga
jadi lebih murah. Selama pengangkutan (pendistribusian jarak jauh) serbuk kering lebih stabil
terhadap perubahan musim yang ektrim dibandingkan suspensi cair.

C. Syarat Karakteristik Sediaan Suspensi Rekonstitusi


Karakteristik yang perlu dicapai dalam pembuatan suspensi kering adalah (Pharm.Dosage Forms:
Disperse System, 1989, Vol 2, hal 244):
1. Pencampuran serbuk untuk rekonstitusi harus seragam dari ZA dan eksipien
2. Saat serbuk di rekonstitusi harus terdispersi seluruhnya dengan cepat pada fasa pembawanya
(air).
3. Suspensi rekonstitusi harus mudah diredispersi dan dituang agar dapat dicapai dosis yang
tepat dan seragam.
4. Produk akhir harus memiliki penampilan, bau dan rasa yang dapat diterima oleh pasien.
5. Campuran serbuk/granul untuk rekonstitusi harus memenuhi spesifikasi yang dinyatakan
dalam farmakope (ex : kadar air, disolusi, dll)
6. Massa kadaluwarsa campuran serbuk/granul dan hasil rekonstitusi harus diteliti dan
dinyatakan pada label (termasuk penyimpanan, suhu, cairan untuk rekonstitusi)

2
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

D. Jenis Sediaan Suspensi Rekonstitusi


Ada 3 jenis preparasi sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu :
1. Campuran serbuk/powder blend (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 249)
Sediaan dalam bentuk ini dibuat dengan mencampurkan bahan baku dalam bentuk serbuknya.
Campuran serbuk merupakan cara pembuatan yang paling mudah dan sederhana. Proses
pencampuran dilakukan secara bertahap bila ada komponen dengan jumlah kecil dalam
campuran. Penting untuk diperhatikan, alat pencampur yang digunakan harus mampu
menghasilkan campuran yang homogen dengan cepat, mudah dibersihkan dan lebih baik
dalam sistem tertutup untuk melindungi operator.
Keuntungan formulasi bentuk campuran serbuk :
• Alat yang dibutuhkan sederhana, hemat energi, dan tidak banyak
• Jarang menimbulkan masalah stabilitas dan kimia karena tidak digunakannya pelarut dan
pemanasan saat proses pencampuran.
• Kadar kelembaban yang rendah mudah dicapai

Kerugian formulasi bentuk campuran serbuk :


• Sulit untuk menjamin distribusi obat yang homogen ke dalam campuran.
• Kemungkinan adanya ketidakseragaman ukuran partikel antara zat aktif dengan eksipien
(seperti suspending agent dan pemanis yang ukurannya lebih besar). Variasi ukuran partikel
dalam campuran serbuk yang terlalu jauh berbeda dapat menyebabkan pemisahan dalam
bentuk lapisan dengan berbagai ukuran.
• Aliran serbuk kurang baik. Aliran yang tidak baik dapat menimbulkan pemisahan campuran
serbuk sehingga dosis dalam sediaan tidak seragam.
• Terjadi kehilangan zat aktif selama proses pencampuran. Selama pencampuan, terjadi
penurunan bobot campuran bulk sehingga ditambahkan eksipien untuk mencapai bobot
yang diinginkan. Karena itu, kandungan zat aktif dalam campuran bulk berkurang.

2. Granulasi (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 250)


Pembuatan biasanya dilakukan dengan granulasi basah, terutama ditujukan untuk
memperbaiki sifat aliran serbuk dan mengurangi volume sediaan yang voluminous dalam
wadah. Granulasi dilakukan dengan menggunakan air atau larutan pengikat dalam air. Dapat
juga digunakan pelarut non-air untuk bahan yang terhidrolisis. Pembuatan dapat dilakukan
dengan mencampurkan secara kering bersama bahan baku lain atau dilarutkan/disuspensikan
dalam larutan penggranulasi.

3
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

Proses granulasi basah dilakukan dengan cara mencampurkan bahan padat dengan cairan
penggranulasi dalam mixer. Massa basah yang terbentuk dibuat granul dengan cara
menggunakan pengayak vibrator, granulator, atau di giling sebelum dikeringkan. Tetapi
umumnya di lakukan dengan pengayakan. Granul yang terbentuk dapat dikeringkan dalam
oven atau fluid bed drier. Granul yang telah dikeringkan kemudian diayak untuk memisahkan
agregat yang terbentuk.
Keuntungan cara granulasi :
a. Memiliki penampilan yang lebih baik daripada campuran serbuk.
b. Memiliki sifat aliran yang lebih baik.
c. Masalah pemisahan (segregasi) jarang terjadi
d. Tidak terlalu banyak menimbulkan debu selama pengisian.

Kerugian cara granulasi :


a. Melibatkan proses yang lebih panjang, peralatan yang lebih banyak dan energi lebih besar.
b. Adanya panas dan kontak dengan pelarut dapat menyebabkan terjadinya risiko
ketidakstabilan ZA
c. Sulit untuk menghilangkan sesepora cairan penggranulasi dari bagian dalam granul dimana
dengan adanya sisa tersebut kemungkinan dapat menurunkan stabilitas produk.
d. Eksipien yang ditambahkan harus stabil terhadap proses granulasi.
e. Keseragaman granulasi adalah penting karena jika fines atau partikel ukuran kecil terlalu
banyak akan memicu segregasi.

3. Kombinasi granul dan serbuk (Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 250-
251)
Metode ini digunakan untuk mengatasi kerugian cara granulasi. Pada tahap awal dibuat granul
dari beberapa komponen, kemudian setelah dikeringkan dicampur dengan komponen sisa
yang berupa serbuk. Untuk menjaga keseragaman, ukuran partikel dari setiap komponen
harus dikendalikan.
Keuntungan cara ini :
a. Dibutuhkan energi dan peralatan yang lebih sedikit untuk granulasi .
b. Komponen yang peka terhadap panas seperti zat aktif atau flavor, dapat ditambahkan
sesudah pengeringan granul untuk mencegah pengaruh panas.
Kerugian dari cara ini :
a. Meningkatnya resiko ketidakseragaman/tidak homogen.

4
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

b. Campuran granul dengan non-granul harus dipastikan tidak terpisah menjadi beberapa
lapisan yang berbeda ukuran partikel

E. Hal Penting dalam Pembuatan Suspensi Rekonstitusi


(Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 251)
1. Gunakan pengaduk yang efisien. Evaluasi kinerja proses dari bets pada alat skala pilot. Jadi,
bukan menggunakan peralatan laboratorium.
2. Tentukan waktu pengadukan yang sesuai.
3. Hindari akumulasi panas dan kelembaban selama pencampuran.
4. Batasi variasi suhu dan kelembaban. Umumnya adalah 70 ⁰C dengan RH ≤ 40%.
5. Bets yang sudah selesai diolah harus terlindung dari kelembaban. Simpan dalam wadah
tertutup rapat yang dilengkapi dengan kantong pengering silika gel.
6. Untuk menguji keseragaman bets sampel diambil pada bagian atas, tengah, dan bawah dari
campuran kering.

Masalah potensial akibat terjadinya perubahan sifat aliran dari campuran bahan kering, yaitu
dapat menyebabkan demixing, segregasi, dan penyerapan kelembaban selama pengolahan atau
pada produk jadi. Aliran yang tidak baik atau caking sering terjadi apabila setiap partikel
bergabung. Penyebabnya antara lain :(Pharm.Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2,hlm
252)
− Tidak stabil terhadap suhu tinggi
− Muatan permukaan
− Variasi kelembaban relatif
− Kristalisasi
− Pemampatan karena berat serbuk
Dari slide Bu Ninet (Teknologi Sediaan Farmasi)
Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi
1. Bahan pensuspensi mudah dikembangkan, contoh CMC Na FSH
2. Proses pencampuran serbuk
3. Proses penambahan bahan pewarna, odoris
4. Kadar air granul atau serbuk
5. Pemilihan metode pencampuran kering
Botol yang digunakan umumnya sedikit lebih besar untuk menyediakan ruang pengocokan yg
cukup setelah air dimasukkan (Ansell, Pharmaceutical Dosage 2011, hal 393)

5
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

II. FORMULA
A. Formulasi Umum Suspensi Rekonstitusi
Tabel 1. Eksipien yang umum digunakan untuk Suspensi Rekonstitusi (Pharm.Dosage Forms :Disperse
System, 1989, Vol 2, hlm. 245)
Sering Jarang
Suspending agent Anticaking Agent
Wetting Agent Flocculating Agent
Sweetener Solid diluent
Pengawet Antifoaming agent
Perasa Granule binder
Pewarna Granule Disintegrant
Lubrikan
Antioksidan

Di dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya seminimal mungkin karena
makin banyak bahan akan makin menimbulkan masalah seperti masalah inkompatibilitas akan
meningkat atau energi yang lebih besar dengan makin banyaknya bahan yang dicampurkan. Oleh
karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan adalah yang benar-benar dibutuhkan dalam
formulasi. Sangat dianjurkan menggunakan eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja.
Misal, sukrosa dapat berfungsi sebagai pemanis sekaligus suspending agent atau pengencer serbuk
(solid diluent). Semua eksipien harus sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 245).

Suspensi rekons umumnya mengandung zat aktif, pewarna (FD&C dyes), perasa, pemanis (sukrosa
atau Na sakarin), stablizing agents (citric acid, sodium sitrat), supending agent (guar gum, xanthan gum,
CMC, Mikrokristalin selulosa, polivinilpirolidon, bentonit), pengawet (metil paraben, Na benzoate).
(Ansell, Pharmaceutical Dosage Forms 2011, hal. 393)

B. Komponen dalam Suspensi Rekonstitusi


1. Zat aktif (Pharm. Dosage Forms: Disperse System, 1989, Vol 2, hal 245)
Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa pendispersi. Sifat partikel yang harus
diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil).
Biasanya ZA yang diformulasi menjadi suspensi rekons berupa antibiotik untuk penggunaan

6
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

pada anak-anak. Terkadang, zat aktif yang larut air sengaja dibuat suspensi untuk menutupi
rasa yang kurang nyaman, misalnya Na dikloksasilin.

2. Bahan Pensuspensi
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm.247)
Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat yang tidak larut
dalam medium pendispersi. Bahan pensuspensi yang digunakan harus mudah terdispersi dan
mengembang dengan pengocokan secara manual selama rekonstitusi.

Beberapa bahan pensuspensi bersifat ionik dengan tujuan untuk menghindari inkompatibilitas
kimiawi dengan bahan lain. Bahan pensuspensi berupa polimer dapat menghasilkan viskositas
yang sangat baik pada pH optimum kelarutannya. Bahan ini juga harus stabil terhadap pH
sistem selama waktu simpan produk. Kombinasi mikrokristalin selulosa dan natrium
karboksimetilselulosa umum digunakan sebagai bahan pensuspens dgn konsentrasi total >1%
menghasilkan gel tiksotropik, namun keduanya merupakan anionik sehingga tidak cocok
digunakan dengan bahan baku yang bersifat kationik.

Bahan pensuspensi yang berasal dari gom alami umumnya bersifat anionik. Tragakan akan
menghasilkan campuran yang sangat kental dan digunakan untuk mensuspensikan partikel
yang padat. Alginat akan menghasilkan larutan yang kental. Iota-karagenan akan menghasilkan
dispersi tiksotropik. Tetapi, kelemahan penggunaan produk alami ini adalah terjadinya variasi
antar bets seperti perbedaan dalam warna, kekentalan, kekuatan gel, dan kecepatan hidrasi.
Xantan gum umum digunakan untuk suspensi rekonstitusi karena memiliki keseragaman yang
baik untuk tiap bets dan tidak rentan kontaminasi mikroba. Kekentalannya tidak bergantung
pada pH dan suhu. Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi
antara lain
Nama Zat Muatan Listrik
Akasia -
CMC Na -
Iota karagenan -
Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na -
Povidon 0
Propilenglikol alginat -
Silikon dioksida, koloidal 0
Na starch glycolate -
Tragakan -
Xanthan gum -
7
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

3. Pemanis
(Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
Obat umumnya pahit dan rasanya tidak enak. Untuk mengatasi hal ini sukrosa selain digunakan
sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat viskositas dan diluent pada campuran
kering. Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat pula
digunakan sebagai pembawa untuk komponen fasa cair misalnya minyak atsiri. Pemanis lain
yang dapat digunakan: manitol, aspartam, dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil
tetapi tidak tahan panas. Sakarin memiliki potensi karsinogenik.
4. Wetting agent
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm 248.)
Untuk mempermudah pembasahan ZA yang bersifat hidrofob, digunakan wetting agent pada
konsentrasi efektif terkecil. Surfaktan umum digunakan sebagai wetting agent untuk zat yang
bersifat hidrofob . Wetting agent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan busa
dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah Polysorbate 80, merupakan
surfaktan non ionik dan secara kimia kompatibel dengan eksipien/ZA kationik dan anionik.
Konsentrasi yang biasa digunakan adalah ≤ 0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril
sulfat, merupakan surfaktan anionik dan mungkin inkompatibel dengan ZA kationik.
5. Bahan Lain
(Pharm.Dosage Forms :Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 248)
a. Dapar
Dapar digunakan untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang ditambahkan.
pH suspensi diatur untuk memastikan bahwa obat tetap berada dalam keadaan tidak
larut. Selain itu pensuspensi akan menghasilkan viskositas tertinggi pada pH dimana dia
larut maksimum. Beberapa pengawet juga efektif pada pH tertentu, seperti asam
benzoate aktif pada pH rendah di mana pada kondisi tersebut dia berada dalam bentuk
tidak terionisasi. Dapar yang lazim digunakan adalah dapar sitrat
b. Pengawet
Suspending agent dan pemanis adalah media petumbuhan mikroba yang baik, karena itu
dibutuhkan pengawet. Tetapi pengawet dengan kelarutan rendah pada suhu kamar
seperti asam sorbat dan senyawa paraben tidak disarankan. Pengawet yang umum
digunakan adalah sukrosa (konsentrasi 60% w/w menghasilkan tekanan osmotik pd
mikroba), natrium benzoat, natrium propionat. Natrium benzoat cukup efektif dalam pH
asam dimana molekul tidak mengalami ionisasi.

8
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

c. Perasa
Digunakan secukupnya untuk meningkatkan keberterimaan pasien, penting sekali untuk
anak-anak. Harus dilihat peraturan Menkes terutama zat yang boleh digunakan.
d. Pewarna
Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan pewarna ini harus
diperhatikan, karena dapat terjadi inkompatibilitas dengan zat lain karena faktor muatan
ion, misalnya FD&C Red No.3 yang merupakan garam dinatrium, merupakan senyawa
anionik dan inkompatibel dengan wetting agent kationik.
e. Anti caking
Masalah umum yang terjadi dalam campuran kering adalah aliran yang jelek dan
caking,yang disebabkan oleh aglomerasi serbuk akibat menyerap lembab. Bahan
antcaking seperti silika gel amorf, dapat menarik kelembaban dari campuran kering untuk
mempermudah aliran serbuk dan mencegah caking. Selain itu bahan ini akan memisahkan
partikel kering untuk mencegah penyatuan, juga berfungsi sebagai isolator termal,
menghalangi dan mengisolasi kondisi muatan statis dan secara kimia bersifat inert.

C. Contoh Formula Suspensi Rekonstitusi


(Pharm.Dosage Forms : Disperse System, 1989, Vol 2, hlm. 257-258)
1. Sulfametazin
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg ampisilin tiap 5 ml. Volume sedimentasi setelah
10 hari, 30 ⁰C = 0.95.
Bahan baku Kadar Fungsi
Sulfamethazine 5% Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan
pemanis
Na alginat 1,75 % Agen pensuspensi
Na benzoat 0,88 % Pengawet
Asam Sitrat 0,4 % Pengatur pH (5.0)
0,2 % Pengatur pH (5.0)
Na sitrat
Tween 80 0,08 % Pembasah

2. Ampisilin Trihidrat
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg ampisilin tiap 5 ml. Produk degradasi Ampisilin
dapat membuat pH larutan menjadi rendah pada suspensi yg tidak didapar sehingga dapat
mengkatalisis terjadinya degradasi. pH sediaan perlu dijaga pada pH 4,85 untuk stabilitas,
dapat menggunakan buffer sitrat. Volume sedimentasi setelah 10 hari, 30 ⁰C = 0.97.
9
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

Bahan baku Kadar Fungsi


Ampisilin trihidrat 5,77 % Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan pemanis
Na alginat 1,5 % Agen pensuspensi
Na benzoat 0,2 % Pengawet
Tween 80 0,08 % Pembasah
Asam sitrat 0,051 % Pengatur pH (4.85)

3. Eritromisin Stearat
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg eritromisin tiap 5 ml. Umumnya bentuk garam
etilsuksinat lebih sering digunakan daripada garam stearat untuk suspensi rekonstitusi.
Dengan pH suspensi 7.0-8.0 setelah direkonstitusi. Volume sedimentasi setelah 10 hari = 0.84.
Bahan baku Kadar Fungsi
Eritromisin stearat 6,94 % Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan pemanis
Na alginat 1,5 % Agen pensuspensi
Na benzoat 0,2 % Pengawet
Tween 80 0,12 % Pembasah

4. Tetrasiklin Hidroklorida
Suspensi rekonstitusi ini mengandung 250 mg tetrasiklin tiap 5 ml. Volume sedimentasi setelah
10 hari = 0.95.
Bahan baku Kadar Fungsi
Tetrasiklin HCl 5,41 % Zat aktif
Sukrosa 60 % Solid diluent dan pemanis
Sterculia gum 1% Agen pensuspensi
Na bikarbonat 0,76 % Pengatur pH (5.0)
Na benzoat 0,2 % Pengawet
Tween 80 0,08 % Pembasah

III. PEMBUATAN SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI


A. Prosedur Pembuatan Suspensi Rekonstitusi
(Modul praktikum Tek. Sediaan Likuid & Semisolid, 2008, hal 26)
1. Cara tanpa granulasi :
 Botol dicuci, dikeringkan, dan ditara sesuai dengan volume sediaan yang akan dibuat
 Zat aktif dan eksipien yang diperlukan ditimbang dan diayak dengan mesh 30

10
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

 Dilakukan pencampuran bahan hingga homogen dengan mixing selama kurang kebih 10
menit
 Dilakukan pengisian botol/kemasan primer sesuai hasil perhitungan
 Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok, dan kemasan sekunder
 Evaluasi sediaan

2. Cara Granulasi :
 Botol ditara sesuai dengan volume yang akan dibuat dan dikeringkan.
 Masing-masing zat ditimbang sejumlah yang dibutuhkan.
 Masing-masing zat dihaluskan (jika perlu).
 Campurkan massa yang akan digranulasi dalam alat pencampur (mixer) sampai
homogen (5-10menit). (ZA dapat dicampur dengan bahan lainnya sebelum dibasahi
dengan cairan pengikat atau ZA dilarutkan/ disuspensikan dalam cairan pengikat)
 Tambahkan larutan pengikat atau pelarut pengikat (bila pengikat sudah dicampurkan
dalam keadaan kering) sedikit demi sedikit, aduk sehingga diperoleh massa yang dapat
digranulasi
 Masa granulasi diayak untuk mendapatkan granul lalu dikeringkan di lemari pengering
60-70o C atau di angin-anginkan di ruangan (ket: PILIH, disesuaikan dengan cairan
pengikat yang digunakan. Kalo air di lemari pengering, kalo alkohol dianginkan)
 Dilakukan penentuan kandungan lembab granul menggunakan alat moisture balance
(syarat : kadar air kurang dari 2%).
 Massa granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah ditara.
 Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder
 Evaluasi sediaan

3. Cara gabungan
 Tahapan awal sama seperti diatas, dilanjutkan penambahan fines ke dalam massa granul
yang telah dikeringkan, yaitu zat aktif (jika tidak tahan panas), dan atau suspending
agent, dan atau adsorban (bila campuran granul higroskopis), lalu dihomogenkan
dengan alat pencampur sekitar 5-10 menit
 Bila diperlukan pembasah untuk zat yang hidrofob, maka ditambahkan bahan pembasah
dengan cara disemprotkan ke dalam masa granul.
 Campuran masa granul dan fines ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol yang telah
ditara.
11
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

 Dilakukan penandaan, beri etiket, brosur, sendok dan kemasan sekunder


 Evaluasi sediaan

B. Perhitungan
Akan dibuat sediaan suspensi kering …… dengan volume a mL per botol. Kekuatan sediaan yang
dibuat adalah m mg/5mL, dengan jumlah X botol, dengan metoda ……..
Jumlah sediaan yang akan dibuat X botol @ a mL.

Untuk keperluan pengujian mutu dibutuhkan tambahan beberapa botol. Dari seluruh uji, terdapat
uji yang membutuhkan 30 botol dan tidak destruktif (volume terpindahkan) sehingga bisa
digunakan untuk uji evaluasi yang lain. Jadi jumlah suspensi kering yang akan dibuat adalah X + 30
= Y botol

Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari
botol. Persentase penambahan volume  FI V<1131> tentang Penetapan Volume Injeksi Dalam
Wadah hlm. 1570
Volume sediaan tiap botol = a ml + (3 % x a ml) = b ml
Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x b ml/botol = c ml
Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % , sehingga
volume total yang dibuat = c ml + (10% x c) ml = d ml.
→ bukan merupakan sesuatu yang pasti, hanya panduan umum saja (menurut bu Jessie).Tetapi
menurut Bu Ninet hal tsb tidak perlu. Sebaiknya memang tidak dilebihkan tapi dibulatkan saja.
NB : pembuatan dengan metode tanpa granulasi, tidak perlu dilebihkan 10%
(tapi tetap diserahkan kepada masing-masing orang sesuai interpretasi masing-masing untuk
melebihkan atau tidak)
Jumlah botol final secara teoritis :
Jika melebihkan 10% maka : d ml / b ml/botol = Z botol,
Jika tidak maka cukup Y botol

C. Penimbangan
Formula yang akan dibuat : Tiap 5 ml mengandung :
R/ zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll

12
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

Penimbangan : (untuk mudahnya, diurutkan berdasarkan formula sediaan)


No. Bahan yang ditimbang Untuk volume 5 ml Untuk volume b ml Untuk volume d ml
m mg x b ml m mg x d ml
1. Zat aktif m mg
5 ml 5 ml
2. Zat tambahan 1 n % x 5 ml n % x b ml n % x d ml
3. Dll

Contoh bila menggunakan metoda semi granulasi,


Formula :
Eritromisin stearat
346,91 mg*)
(setara dengan eritromisin 250 mg)
Sukrosa 20 %
Nipagin 0,18 %
Nipasol 0,02 %
Flavour 0.02 %
PVP 1%
Etanol Qs
Aerosil 0,8 %
CMC Na FSH 0,5 %
Aquadest untuk rekonstitusi Ad 5 ml
*)
BM eritromisin stearat = 1018,4
BM eritromisin = 733,9
250 mg eritromisin ~ (1018,4/733,9) x 250 mg = 346,91 mg eritromisin stearat

Misalkan akan dibuat sediaan sirup kering eritromisin stearat dengan kekuatan sediaan yang setara
dengan eritromisin 250 mg/ 5ml, dengan volume per botol 60 ml.
Jumlah yang akan dibuat 45 botol (sudah termasuk jumlah yang diserahkan dan jumlah untuk
evaluasi).
Maka :
Volume tiap botol = 60 mL + (60 x 3%) = 61,8 mL
Untuk 45 botol = 45 x 61,8 mL = 2781 mL

Untuk mencegah kehilangan selama pembuatan maka total sediaan dilebihkan 10 % sehingga
volume total yang dibuat = 2781 ml + (10% x 2781) ml = 3059,1 ml dibulatkan 3060 ml.
Jumlah sediaan yang akan dibuat adalah : 3060 ml / 61,8 ml/botol = 49,51 botol

13
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

Penimbangan
Bahan Formula Untuk 5 ml Untuk 3060 ml
Eritromisin stearat 346,91 mg 346,91 mg 212,31 g
Sukrosa 20 % 1g 612 g
Nipagin 0,18 % 0,009 g 5,51 g
Nipasol 0,02 % 0,001 g 0,612 g
Flavour 0.02 % 0,001 g 0,612 g
Etanol Qs Qs Qs
Aquadest untuk rekonstitusi Ad 5 ml Ad 5 ml 3060 ml
Fasa Luar :
CMC Na FSH 0,5 %
Aerosil 0,8 %

Bahan-bahan yang akan digranulasi adalah eritromisin stearat, sukrosa, nipagin, nipasol, flavour.
Jadi jumlahnya:
(212.31+612 + 5,51 + 0,612 + 0,612) g = 831,044g
Maka jumlah PVP yang digunakan :
1% x 831,044 g = 8,31 g
Total massa yang digranulasi : (831,044 g + 8,31 g) = 839,354 g
Misal : Setelah granul dikeringkan, diperoleh bobot granul menjadi 810 g dengan kadar air 1%.
Maka :
0,99 × 810 × 49,51
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ = = 47,30 𝑏𝑜𝑡𝑜𝑙
839,354
Perhitungan jumlah fines yang ditambahkan :
(bobot CMC Na FSH di ambil dari VOLUME sejumlah botol yang akan dibuat, volume dihitung dari
jumlah botol suspensi yang diperoleh, BUKAN dari jumlah botol teoritis)
CMC Na FSH (0,5%) dari total volume sediaan = 0,5% x (61.8 mL x 47,30 botol) = 14.62 g
Aerosil (0,8%) dari massa granul yang dihasilkan = 0,8 % x 810 g = 6,48 g
Total bobot = granul + fines = 810 g + 14,62 g + 6,48 g = 831,1 g
Bobot sediaan yg dimasukkan pada tiap botol = 831,78 / 47,30 botol = 17,57 g

D. Catatan Untuk Suspensi Rekonstitusi


Pada etiket serbuk untuk suspensi jadi harus juga tertera : (Fornas ed. 2, Th.1978 hal 333) Pada
etiket suspensi harus tertera “KOCOK DAHULU SEBELUM DIGUNAKAN”
1. Volume cairan pembawa yang diperlukan
2. Sebelum digunakan, dilarutkan dalam cairan pembawa yang tertera pada etiket.
3. Ditambahkan waktu simpan (hari) yang disarankan setelah direkonstitusi dengan pembawa

14
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

IV. EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI REKONSTITUSI


A. Pengawasan Selama Proses (Evaluasi IPC) Pembuatan Suspensi Rekonstitusi Tanpa Granulasi

ZA + EKSIPIEN
Masing-masing diayak mesh 30 dan di timbang sesuai resep

Cek IPC =
Pencampuran dlm mixer 1. sifat aliran
± 10 menit 2. homogenitas
3. distribusi ukuran
partikel

timbang dan masukkan ke dalam botol sediaan

1. Homogenitas
(Merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

2. Distribusi ukuran partikel


(Merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

3. Kecepatan aliran
[The theory and practice of Industrial Pharmacy, 3 ed, hal. 317] (ngecek dibukunya gada
kalimat begini, gada angka 4 g/detik juga).
Tujuan : menjamin keseragaman pengisian ke dalam wadah yang dapat mempengaruhi variasi
isi/bobot serbuk/granul dalam botol dan dosis.
Prinsip : penetapan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu (metode
corong)
Prosedur : sejumlah granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran tertentu& corong
digetarkan. Baca waktu yg diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar dari corong.
Penafsiran hasil : aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 4 g granul
adalah 1 detik.

15
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

B. Pengawasan Selama Proses Pembuatan Suspensi Rekonstitusi dengan Granulasi

ZA + EXIPIEN Pencampuran dlm mixer


Masing-masing diayak mesh 30 dan
di timbang sesuai perhitungan
± 10 menit

IPC Keringkan dengan 60- Add pengikat lalu


700C atau dianginkan granulasi dengan mesh
10

+ fines
+ pembasah bila perlu Pencampuran dlm mixer massa sediaan
(dengan cara ± 10 menit (granul +fine)
disemprotkan)

IPC =
homogenitas
Distribusi ukuran partikel

1. Penetapan kandungan lembab / kadar air


Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang
terjadi selama proses pembuatan suspensi.
Prinsip : kelembaban granul diukur dengan pemanasan (gravimetri). alat akan menentukan
secara otomatis persentase massa yang hilang (air, komponen yang mudah menguap) selama
pemanasan pada suhu tertentu (70°C)
Prosedur : sejumlah granul ditimbang lalu dimasukkan dalam alat moisture balance yang akan
memanaskan granul pada suhu 60-70oC. Alat tersebut akan membaca kandungan lembab dari
bobot yang berubah setelah pemanasan.
Penafsiran Hasil : Kadar lembab yang baik <2%

2. Distribusi ukuran partikel


(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

3. Homogenitas
(merujuk ke Evaluasi Sediaan Akhir)

4. Kecepatan aliran
(merujuk ke IPC metode tanpa granulasi)

16
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

C. Evaluasi Sediaan Akhir


a. Evaluasi Fisika
Studi stabilita suspensi rekonstitusi (sampel direkonstitusi, disimpan dalam suhu ruang, 37°C,
dan 45°C. Dievaluasi sebulan sekali selama 4 bulan): Analisis kimia untuk obat dan pengawet,
pengujian pengawet, penampilan, viskositas, homogenisitas, pH, volume pengendapan, dan
kemudahan redispersi (Pharm Dosage Form, Disperse System vol II 1989, hal 255).

1. Organoleptik ((Goeswin Agoes, teknologi farmasi liquida dan semisolid, 142)


Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, bau, rasa dan melihat pemisahan fase pada
suspensi di mana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah
ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan bau, rasa, warna dan pemisahan fase menggunakan panca indera.
Penafsiran hasil: warna, bau dan rasa memenuhi spesifikasi formulasi yaitu …….
(SESUAIKAN DENGAN Spec. Sediaan yang dibuat)

2. Penentuan volume sedimentasi 


(The Theory and Practice of Industrial pharmacy, Lachman, 3rded. Hal 492)
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

3. Penentuan waktu rekonstitusi


Tujuan : menjamin sediaan mudah direkonstitusikan dengan pengocokan sedang
Prinsip : menentukan waktu yang diperlukan sejak air dimasukkan dalam botol sampai
serbuk terdispersi sempurna
Penafsiran Hasil : waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik

4. Penentuan viskositas dan sifat aliran


[Modul Praktikum Farmasi Fisik 2002, hlm 1-18 ; Modul praktikum Farmasi Fisik 2008, hlm.
10-11]
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

5. Penentuan homogenitas
(Goeswin Agoes, teknologi farmasi liquida dan semisolid, 143-144)
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

17
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

6. Penentuan pH
(FI V <1071 >, hal 1563-1565
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dibakukan dengan
larutan dapar beberapa pH.
Penafsiran hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yaitu ...... (Sesuaikan!!)

7. Distribusi ukuran partikel zat yang terdispersi


(Martin, Farmasi Fisik 3rd Ed, hal 1036, Pharmaceutical Dosage Form, Dispersed system, vol. 1
(hlm. 20), vol2 (hlm. 38))
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

8. Penentuan redispersibilitas
(Disperse system vol 2 hal 42,222)
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI
9. Berat jenis sediaan
(FI V <981 >, hal 1553
Tujuan : Menjamin sediaan memiliki bobot jenis untuk spesifikasi produk yang akan dibuat
Prinsip:
Metode I : Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu
yang sama
Metode II : menggunakan alat oscillating transducer density meter
Prosedur Metode I dan Penafsiran Hasil :
1. Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W0
2. Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25 oC (sebelumnya dididihkan dulu airnya)
ditimbang bobotnya sebagai W1
3. Suhu zat uji diatur 20oC, lalu dimasukkan cairan ke pikno hingga penuh.
4. Suhu pikno berisi zat uji diatur hingga 25oC , kelebihan zat uji dibuang, lalu ditimbang
sebagai W2
5. Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = w3 – w1
w2 – w1
Keterangan : dt = bobot jenis pada suhu t
w1 = bobot piknometer kosong

18
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB AGUSTUS 2017 SUSPENSI REKONSTITUSI

w2 = bobot piknometer + air suling


w3 = bobot piknometer + cairan(Panduan Praktikum DSSO, hal.10)
Prosedur Metode II dan Penafsiran Hasil : repot, ga usah lah. Praktis pake pikno

10. Penentuan volume terpindahkan


(FI V <1261 > hal 1614-1615
LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

b. Evalusi Kimia
1. Penetapan kadar (dalam monografi zat aktif masing-masing)
2. Identifikasi (dalam monografi zat aktif masing-masing)
3. Keseragaman Sediaan

c. Evaluasi Biologi
1. Penetapan potensi antibiotika
(FI V <131>, hal 1392-1399) LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

2. Pengujian efektivitas pengawet antimikroba


(FI V <61>, hal 1354-1357) LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

3. Uji batas mikroba (FI V <51> hal 1343-1354)


LIHAT DI SEDIAAN SUSPENSI

19

Anda mungkin juga menyukai