Disusun Oleh :
Dosen pengampu :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MSi.Apt
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberi
rahmat dan berkat-Nya kepada kami sebagai penyusun sehingga penyusun dapat
ini, yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Stabilitas Bahan dan Sediaan
Farmasi semester ganjil Tahun Ajaran 2020 - 2021 yang diberikan oleh dosen
bidang studi.
bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kepada semua
Jakarta ,22November2020
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
Amoksisilin digunakan sebagai terapi lini pertama untuk otitis media akut,
pneumonia pada anak, sinusitis bakterial akut, maupun gastritis yang
disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori. Amoksisilin memiliki efek
terapeutik pada sebagian besar infeksi oleh bakteri gram-positif dan
beberapa gram-negatif yang patogen, namun kurang efektif terhadap infeksi
Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase. Bakteri patogen gram-positif
yang dapat diterapi menggunakan Amoksisilin misalnya Staphylococcus,
Streptococcus sp., Enterococcus sp., S. pneumoniae, Neisseria gonorrhoea,
dan Listeria sp. Sedangkan contoh bakteri patogen gram-negatif adalah
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan
Salmonella.
Fungsi Amoksisilin :
1. Abses gigi (sekumpulan nanah yang disebabkan oleh infeksi bakteri pad
bagian dalam gigi) Gonorhhoe (kencing nanah) tanpa komplikasi
2. Infeksi yang disebabkan H.pylori
3. Infeksi saluran pernafasan akut atau baru saja kambuh
4. Actinomycosis (ctinomycosis adalah infeksi bakteri, yang mengarah ke
abses (akumulasinanah) rahang, daerah perut, cahaya, atau seluruh
tubuh)
5. Infeksi saluran bilier (menyebabkan penyumbatan saluran empedu)
6. Bronchitis (infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau
bronkus yangmenyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada
saluran tersebut)
7. Gastroenteritis ( infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus)
8. Infeksi mulut
9. Otitis media (infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah)
10. Pneumonia (peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, maupun jamur)
Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase
kontinu ataufase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat, dan fase
terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada
dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu
(Lieberman, 1994).
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satunya karena adanya
obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi
stabil apabila disuspensi. Dalam hal ini, suspensi oral menjamin stabilitas
kimia dan memungkinkan terapi untuk cairan. Pada umumnya, bentuk cair
lebih disukai dari pada bentuk padat karena pemberiannya lebih mudah,
aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis terutama untuk anak- anak.
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali
dinyatakalain, kadar sukrosa C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%.Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat
Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi
dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol.
Sorbitol atau plialkoholyang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud
untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur
sukrosa. Kadar sukrosa dalam siru adalah 64-66%.Kecuali dinyatakan lain,
larutan gula yang encer merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi,
dan bakteri.
Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dantidak larut dalam pembawa air, seperti ampicillin,
Amoksisilin, dan lainnya. Agar campuran setelah ditambah air pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zatwarna.
Sirup kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang harus
direkonsistusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan.
Sediaan ini adalah sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif
dengan satuatau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi dan
pengaroma yang sesuai. Karakteristik Dry Sirup, antara lain :
2.5. Penanggulangan
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent.
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang
stabil.
1. Oksigen
Oksigen merupakan senyawa yang memegang peranan penting dalam
reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini dapat mempengaruhi kestabilan obat
karena dapat mendegradasi obat tersebut.
2. Suhu
Suhu yang tinggi dapat mempengaruhi semua reaksi kimia. Kenaikan
suhu akan mempercepat reaksi kimia suatu obat. Suhu yang terlalu
tinggi akan menyebabkan stabilitas obat menjadi berkurang dan
akhirnya menyebabkan penurunan kadar dari obat tersebut.
3. pH
pH dapat mempengaruhi tingkat dekomposisi obat,. Obat biasanya stabil
pada pH 4 sampai 8. Dengan adanya penambahan asam ataupun basa
dapat menyebabkan penguraian larutan obat menjadi dipercepat dan
menyebabkan obat menjadi tidak stabil.
4. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaan.
Dengan ukuran partikel yang kecil maka daya tekan keatas cairan akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
5. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran suspensi,
dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun
dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat
Uji cycling test pada emulsi dilakukan untuk menguji produk terhadap
kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator
kestabilan emulsi, sedangkan pada gel untuk menguji apakah terjadi
sineresis pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara
alamiah dan sebagian dari cairannya terperas ke luar. Hal ini terjadi karena
struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya
mengakibatkan terperasnya air ke luar.
ukuran partikel,
pemakaian zat pembasah (jika diperlukan),
Oleh karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan adalah yang
benar-benar dibutuhkan dalam formulasi. Sangat dianjurkan menggunakan
eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja. Semua eksipien
harus sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi.
Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat
permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil).
2. Bahan Pensuspensi
a. Akasia
a. Pemanis
Mengatasi rasa obat yang pahit dan tidak enak hal ini sukrosa selain
digunakan sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat
viskositas dan pengencer padat. Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk
meningkatkan luas permukaan dan dapat pula digunakan sebagai
pembawa untuk komponen yang berbentuk cair misalnya minyak
atsiri. Pemanis lain yang dapat digunakan: manitol, aspartam,
dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil tetapi tidak tahan
panas.
b. Wetting agent
Wetting agent ini dipakai jika zat aktif bersifat hidrofob. Zat yang
hidrofob menolak air, untuk mempermudah pembasahan ditambahkan
wetting agent. Wetting agent ini harus efektif pada konsentrasi kecil.
Wetting a gent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan
busa dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah
Tween 80, non ionik, kebanyakan kompatibel dengan eksipien kationik
c. Dapar
Untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang
ditambahkan. Untuk mengatur stabilitas dan menjaga agar obat tetap
berada dalam keadaan tidak larut. Dapar yang lazim digunakan adalah
dapar sitrat
d. Pengawet
e. Flavor
Digunakan secukupnya untuk meningkatkan penerimaan pasien
penting sekali untuk anakanak. Harus dilihat peraturan Menkes
terutama zat yang boleh digunakan.
f. Pewarna
Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan
pewarna ini harus diperhatikan, karena dapat terjadi inkompatibilitas
dengan zat lain karena faktor ionik, misalnya FD&C Red No.3 yang
merupakan garam dinatrium, merupakan senyawa anionik dan
inkompatibel dengan wetting agent kationik.
g. Anti caking
No
Bahan Jumlah (mg/5 ml)
.
1. Amoksisilin trihidrat (dilebihkan 8%) 125
2. Dimetikon 1
3. Sukrosa 100
4. Sukrosa 400
5. Sukrosa 500
6. Na Sitrat 23
7. Na CMC 75
9. Aerosil 6
3.5. Metode dan parameter apa saja yang dapat digunakan untuk
menentukan uji stabilitas pada sediaan suspensi Amoksisilin ?
Parameter dalam pembuatan Suspensi :
4.1. Kesimpulan
1. Hasil uji stabilitas fisik suspensi Amoksisilin menunjukkan bahwa
semakin lama suspensi disimpan stabilitasnya menurun dan secara
umum Amoksisilin lebih stabil disimpan pada suhu 8°C dibandingkan
suhu 28°C dan 40°C. Hasil uji stabilitas kimiawi menunjukkan waktu
simpan suspensi yaitu tidak lebih dari 14 hari. Jadi suspensi
Amoksisilin hanya dapat bertahan minimal 7 hari dan maksimal 14
hari setelah di cairan.
2. Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi Amoksisilin antara lain:
a. Ukuran partikel
b. Kekentalan (viscositas)
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
d. Stabilitas fisik suspensi
3. Cara menanggulangi sediaan suspensi Amoksillin dengan membuat
suspensi kering (dry syrup) dikarenakan suspensi mengandung
antibiotik yang kurang stabil dalam bentuk cairan, dan suspensi
amoksisilin juga terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar
larut sehingga lebih utama dibentuk sirup kering dan dibuat buffer baru
dengan suspending agent.
4. Metode dan parameter uji stabilitas suspensi Amoksisilin
a. Elevated temperature (indikator kestabilan)
b. Elevated humidities (menguji kemasan produk)
c. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya
kristal /awan)
Parameter uji
a. Durasi umur simpan
Tanggal kedaluwarsa ini mungkin didasarkan pada analisis data
pilot lot dimana akumulasi data stabilitas dari sampel lot produksi
akan membenarkan setiap penyesuaian
b. Suhu
Amoksisilin lebih stabil disimpan pada suhu 8°C dibandingkan
suhu 28°C dan 40°C.
c. Faktor lingkungan
1. Pengaruh paparan udara, sinar matahari, sinar ultraviolet dan
cahaya buatan lainnya.
2. Pengaruh paparan kelembaban (kondisi normal atau
berlebihan)
4.2. Saran
Kualitas dari suatu sediaan suspensi Amoksisilin ditentukan berdasarkan
parameter uji stabilitas pada sediaan cair, khususnya suspensi.
Pada parameter pengujian secara berkala perlu dilakukan uji parameter lain
terhadap sediaan suspensi Amoksisilin dan pengemasan bahan yang lebih
Republik Indonesia.
Yogyakarta