Anda di halaman 1dari 36

STABILITAS SUSPENSI AMOKSISILIN

Tugas ini disusun sebagai salah syarat


Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Stabilitas Bahan dan Sediaan Farmasi

Disusun Oleh :

 Ira Rianty 18334021


 Daniel Januarto 18334770

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
STABILITAS SUSPENSI AMOKSISILIN

Makalah Stabilitas Bahan dan Sediaan Farmasi


Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Stabilitas Bahan Farmasi
Di Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional

Dosen pengampu :
Prof. Dr. Teti Indrawati, MSi.Apt

Disusun Oleh : Kelompok 7

 Ira Rianty 18334021


 Daniel Januarto 18334770

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberi

rahmat dan berkat-Nya kepada kami sebagai penyusun sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Tugas Mata KuliahStabilitas Bahan dan Sediaan Farmasi yaitu

“Stabilitas Sediaan Suspensi Amoksisilin”.Adapaun tujuan pembuatan makalah

ini, yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Stabilitas Bahan dan Sediaan

Farmasi semester ganjil Tahun Ajaran 2020 - 2021 yang diberikan oleh dosen

bidang studi.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kepada semua

pihak kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak

terdapat kesalahan dan keterbatasan oleh kemampuan dan waktu, sehingga

memiliki kekurangan dan belum mencapai kesempurnaan.Saran dan kritik yang

membangun dari kawan-kawan sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan

kesempurnaan Makalah ini.Semoga Makalah yang sederhana ini bermanfaat dan

dapat menambah pengetahuan kita semua, Amin.

Jakarta ,22November2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

STABILITAS SUSPENSI AMOKSISILIN..........................................................i


STABILITAS SUSPENSI AMOKSISILIN..........................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................4
2.1. Karakteristik Amoksisilin.....................................................................4
2.2. Teori Amoksisilin..................................................................................5
2.3. Teori Suspensi.......................................................................................6
2.4. Ketidaksabilan Amoksisilin..................................................................9
2.5. Penanggulangan..................................................................................10
2.6. Faktor - faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi......................11
2.7. Macam – macam metode uji stabilitas secara umum..........................12
2.8. Formulasi umun sediaan suspensi.......................................................14
2.9. Komponen yang Terdapat Dalam Suspensi........................................15
BAB 3 PEMBAHASAN................................................................................19
3.1. Pembahasan stabilitas sediaan suspensi Amoksisilin.........................19
3.2. Kestabilan Sediaan Suspensi Amoksisilin..........................................22
3.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Suspensi
Amoksisilin........................................................................................................23
3.4. Cara Penanggulangan stabilitas sediaan suspensi Amoksisilin..........24
3.5. Metode dan parameter apa saja yang dapat digunakan untuk
menentukan uji stabilitas pada sediaan suspensi Amoksisilin ?........................24
3.6. Upaya mempertahankan stabilitas.......................................................25
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................27
4.1. Kesimpulan.........................................................................................27
4.2. Saran....................................................................................................28

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 5 TUGAS DISKUSI KELOMPOK....................................................30
5.1. Tugas Diskusi (Stabilitas Sediaan Suspensi Amoksisilin)..................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi
topikal,suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok
baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata
dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.
Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. Sejumlah bahan-bahan
obat terutama antibiotika tertentu tidak memiliki stabilitas yang cukup
dalam larutan berair.

Suspensi Amoksisilin digunakan pada anak-anak dan harus didinginkan


(2-8°C) untuk mempertahankan efektifitas pada saat dilarutkan. Formulasi
cair pada umumnya cenderung memiliki stabilitas yang buruk dari pada
formulasi padat dan jika kemasan sudah dibuka harus digunakan dalam
waktu 7 hari untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan
aktivitas. Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk
menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep.

Campuran bubuk kering mengandung semua komponen formulasi


termasuk obat, penambah rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali pelarut.
Rute pemberian obat secara oral adalah metode yang paling umum dan
disukai karena kenyamanan dan kemudahan dalam pemakaian. Ditinjau dari
sudut pandang pasien, menelan bentuk sediaan oral merupakan hal yang
nyaman dan biasa dalam mengkonsumsi obat sehingga pasien lebih patuh
dan karenanya terapi obat biasanya lebih efektif dibandingkan dengan rute-
rute pemberian lain, misalnya melalui rute parenteral.

Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran yang


homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah
diabsorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna

Institut Sains dan Teknologi Nasional


sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang
mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup
yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih
besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup .

Adapun alasan dipilihnya bentuk sediaan suspensi Amoksisilin adalah :

1. Amoksisilin dibuat dalam bentuk sediaan suspensi kering karena


Amoksisilin merupakan antibiotik yang mempunyai stabilitas yang
terbatas di dalam air.
2. Pengawet yang digunakan dalam sediaan ini adalah Na benzoat karena
Na benzoatcukup efektif dalam pH asam dimana molekul tidak
mengalami ionisasi dan baik untuk mencegah pertumbuhan mikroba.
3. Sukrosa digunakan sebagai pemanis karena sukrosa dapat dihaluskan
untuk meningkatkan luas permukaan dan dapat digunakan sebagai
pembawa untuk komponen yang berbentuk cair. Selain sebagai
pemanis sukrosa juga berperan sebagai peningkat viskositas dan
pengencer padat.
4. Dalam sediaan ini digunakan vanilin sebagai perasa. Selain itu vanilin
juga berperan sebagai pengawet dan pengarom

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah tersebut antara lain :

1. Bagaimana stabilitas pada sediaan suspensi Amoksisilin ?


2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi stabilitas sediaan
suspensi Amoksisilin ?
3. Bagaimana cara menanggulangi ketidakstabilan pada sediaan
suspensi Amoksisilin ?
4. Metode dan parameter apa saja yang dapat digunakan untuk
menentukan uji stabilitas pada sediaan suspensi Amoksisilin ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :

Institut Sains dan Teknologi Nasional


1. Memahami karakteristik dan stabilitas suspensi Amoksisilin yang
baik
2. Memahami faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan
pada sediaan suspensi Amoksisilin
3. Mampu menjelaskan cara penanggulangan ketidakstabilan pada
sediaan suspensi Amoksisilin
4. Memahami dan mengerti metode serta parameter yang dapat
digunakan dalam uji stabilitas suspensi Amoksisilin.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Amoksisilin


Amoksisilin adalah senyawa derivat penisilin yang semi sintetik, dengan
aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid. Obat ini sangat
umum digunakan pada berbagai macam penyakit. Amoksisilin adalah obat
yang digunakan pada infeksi bakteri, dan tidak perlu digunakan pada infeksi
virus. Penggunaan obat ini pada keadaan yang tidak tepat indikasi dapat
meningkatkan risiko terjadinya resistensi antibiotik.

Sinonim : Amoksisilina,Amoksisilin, Amoksisilin

Nama kimia : α-amino-p-hydroxybenzylpenicillin

Amoksisilin digunakan sebagai terapi lini pertama untuk otitis media akut,
pneumonia pada anak, sinusitis bakterial akut, maupun gastritis yang
disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori. Amoksisilin memiliki efek
terapeutik pada sebagian besar infeksi oleh bakteri gram-positif dan
beberapa gram-negatif yang patogen, namun kurang efektif terhadap infeksi
Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase. Bakteri patogen gram-positif
yang dapat diterapi menggunakan Amoksisilin misalnya Staphylococcus,
Streptococcus sp., Enterococcus sp., S. pneumoniae, Neisseria gonorrhoea,
dan Listeria sp. Sedangkan contoh bakteri patogen gram-negatif adalah
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan
Salmonella.

Amoksisilin adalah obat jenis antibiotic penicillin yang digunakan untuk


mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik ini hanya mengobati infeksi
bakteri. Obat ini tidak akan bekerja untuk infeksivirus (seperti pilek, flu).
Penggunaan antibiotic apapun yang tidak perlu atau penyalahgunaan
antibiotik dapat menyebabkan efektivitasnya menurun. Amoksisilin juga

Institut Sains dan Teknologi Nasional


digunakan dengan obat lain untuk mengobati ulkus lambung/ususyang
disebabkan oleh bakteri H. pylori dan untuk mencegah kambuhnya maag.

2.2. Teori Amoksisilin


Amoksisilin adalah obat jenis antibiotic penicillin yang digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri.Antibiotik ini hanya mengobati infeksi
bakteri. Obat ini tidak akan bekerja untuk infeksivirus (seperti pilek, flu).

Penggunaan antibiotic apapun yang tidak perlu atau


penyalahgunaanantibiotik dapat menyebabkan efektivitasnya
menurun.Amoksisilin juga digunakan dengan obat lain untuk mengobati
ulkus lambung/ususyang disebabkan oleh bakteri H. pylori dan untuk
mencegah kambuhnya maag.

Fungsi Amoksisilin :

1. Abses gigi (sekumpulan nanah yang disebabkan oleh infeksi bakteri pad
bagian dalam gigi) Gonorhhoe (kencing nanah) tanpa komplikasi
2. Infeksi yang disebabkan H.pylori
3. Infeksi saluran pernafasan akut atau baru saja kambuh
4. Actinomycosis (ctinomycosis adalah infeksi bakteri, yang mengarah ke
abses (akumulasinanah) rahang, daerah perut, cahaya, atau seluruh
tubuh)
5. Infeksi saluran bilier (menyebabkan penyumbatan saluran empedu)
6. Bronchitis (infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau
bronkus yangmenyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada
saluran tersebut)
7. Gastroenteritis ( infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus)
8. Infeksi mulut
9. Otitis media (infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah)
10. Pneumonia (peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, maupun jamur)

Institut Sains dan Teknologi Nasional


2.3. Teori Suspensi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus
halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan
endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung
zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat
dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990).

Suspensi juga dapat didefenisikan sebagai preparat yang mengandung


partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid )
disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan
kelarutan yang sangat minimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan
tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa
dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya (Ansel,
1989).

Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase
kontinu ataufase luar umumnya merupakan cairan atau semipadat, dan fase
terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada
dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi seluruhnya dalam fase kontinu
(Lieberman, 1994).

Menurut Ansel (2005)

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satunya karena adanya
obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tetapi
stabil apabila disuspensi. Dalam hal ini, suspensi oral menjamin stabilitas
kimia dan memungkinkan terapi untuk cairan. Pada umumnya, bentuk cair
lebih disukai dari pada bentuk padat karena pemberiannya lebih mudah,
aman, dan keluwesan dalam pemberian dosis terutama untuk anak- anak.

Teori Dry Sirup Menurut Farmakope Edisi III

Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Kecuali
dinyatakalain, kadar sukrosa C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan
tidak lebih dari 66,0%.Pembuatan kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat

Institut Sains dan Teknologi Nasional


sebagai berikut : buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika
perlu didihkan hingga larut tambahkan air mendidihsecukupnya hingga
diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa yang terjadi.

Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi
dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol.
Sorbitol atau plialkoholyang lain dalam jumlah sedikit dengan maksud
untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi pembentukan hablur
sukrosa. Kadar sukrosa dalam siru adalah 64-66%.Kecuali dinyatakan lain,
larutan gula yang encer merupakan medium pertumbuhan bagi jamur, ragi,
dan bakteri.

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat
akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dantidak larut dalam pembawa air, seperti ampicillin,
Amoksisilin, dan lainnya. Agar campuran setelah ditambah air pensuspensi.
Komposisi suspensi sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi,
pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa/aroma, buffer, dan zatwarna.
Sirup kering adalah sediaan berbentuk suspensi yang harus
direkonsistusikan terlebih dahulu dengan sejumlah air pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan.

Sediaan ini adalah sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif
dengan satuatau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi dan
pengaroma yang sesuai. Karakteristik Dry Sirup, antara lain :

1. Campuran serbuk harus homogen


2. Rekonstitusi, artinya mudah dan cepat terdispersi dalam pembawa
3. Redispersi dan penuangannya mudah
4. Acceptable baik bentuk, bau, maupun rasa.

Keuntungan Sediaan Sirup:

Produk berbentuk granul, tampilan, karakteristik aliran kurang pemisahan.


Dibuat campuran serbuk dan granul mengurangi biaya penggunaan
komponen peka panas, dan baik untuk pasien yang sulit menelan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Campuran sebuk lebih ekonomis, resiko ketidakstabilannya rendah.
Sediaan suspensi kering lebih ringan sehingga lebih menguntungkan
dalam pendistribusian.

Kekurangan Sediaan Sirup :

1. Masalah campuran, pemisahan serbuk dan kehilangan obat


2. Campuran serbuk dan granul menjamin tidak pemisahan campuran
granul dan non granul
3. Biaya produk berbentuk granul, efek panas dan cairan, penggranulasi
pada obat danexipientsd
4. Setelah dilarutkan 5 sampai 12 hari, harus dibuang walaupun masih
berisi karena terdapat bahan obat yang tidak stabil dalam lauran berair,
misalnya antibiotik. Sirup kering biasanyadirespkan untuk habis
sebelum 5-12 hari harus menyelesaikan dengan rinci cara
pemberiansediaan kepada pasien.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


2.4. Ketidaksabilan Amoksisilin
Ketidakstabilan suspensi meliputi:

1. Caking (pembentukan massa kompak)


Fenomena ini terjadi karena saat sedimentasi, dengan meningkatan
densitas endapan karena gaya repulsif mutual yang menyebabkan
partikel mengalami pengaturan kembali. Tindakan pencegahan caking
adalah dengan membentuk suspensi yang tidak mengendap dengan
menggunakan stabilisator aliran serta mengontrol flokulasi partikel.
Kerusakan suspensi ini dapat terlihat secara kasat mata sebagai endapan
padat, yang tidak dapat terdispersi kembali.
2. Flokulasi
Fenomena ini terjadi ketika partikel-partikel padatan membentuk
aglomerat menjadi partikel dengan ukuran yang lebih besar.Fenomena
flokulasi ini sulit terlihat secara kasat mata, tetapi dapat terpecahkan
kembali menjadi partikel yang lebih kecil setelah digojog.
Ketidakstabilan suspensi secara fisika menandakan tidak homogennya
dispersi padatan, zat aktif, dalam pendispersi. Ketidakhomogen ini dapat
menyebabkan perbedaan konsentrasi zat aktif setiap penuangan
suspensi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk selalu menggojog suspensi
untuk memastikan suspensi terdispersi homogen sebelum diminum.
3. Paparan Cahaya
Selain itu, ketidakstabilan suspensi dapat disebabkan oleh paparan
cahaya, suhu yang tinggi, dan, sanitasi, ventilasi, dan pemisahan partikel
padat dari sistem dispersi , saat distribusi produk, rekonstitusi suspensi
kering, maupun saat penyimpanan suspensi. Oleh karena itu, disarankan
agar menyimpan suspensi kering seperti pada petunjuk penyimpanan
yang tertera pada penandaan produk obat. Jika tidak tertera bagaimana
cara menyimpan produk suspensi kering, sebaiknya simpan produk pada
suhu ruang atau suhu kurang dari 25°C dan pada tempat kering untuk
mencegah caking.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Sedangkan untuk suspensi Amoksisilin yang telah direkonstitusi, simpan
pada suhu kamar, terlindungi dari padas dan cahaya matahari langsung,
serta jangan disimpan dalam pendingin karena dapat memicu agregasi.
Tambahan pula, kemasan atau botol suspensi hendaknya selalu dalam
kondisi tertutup untuk mencegah dehidrasi suspensi, sanitasi sediaan
yang benar dengan maksud untuk meminimalkan kontaminasi berlebih
mikroba, serta jangan menggunakan produk apabila suspensi sudah
menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan fisika, perubahan warna,
maupun aroma.
4. Hubungannya dengan Flokulasi dan Deflokulasi
Pembentukan suspensi terdiri dari dua sistem yaitu sistem flokulasi dan
sistem deflokulasi. Dalam flokulasi dan deflokulasi, peristiwa
memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara fase terdisper dan
fase pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda. Dimana pada
flokulasi terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat dibandingkan dengan
deflokulasi. Namun, endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali
sedangkan endapan deflokulasi tidak karena telah terbentuk caking, hal
ini disebabkan oleh ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi
sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat dan
padat.

2.5. Penanggulangan
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent.
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang
stabil.

Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar terdispersi


dengan baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap, jika dikocok endapan harus cepat terdispersi kembali
beberapa suspending agent yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan

Institut Sains dan Teknologi Nasional


suspensi adalah Pulvis Gummi Arabici, CMC Na (Carboxymethylcellulose
Natrium) dan PGS (pulvis gummosus). Beberapa Alasan pemilihan
suspending agent karena mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang
kental dan tembus cahaya, tidak merubah struktur kimia, bersifat alami, dan
dapat menghindari pengendapan.

2.6. Faktor - faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi


Faktor yang mempengaruhu stabilitas suspensi antara lain :

1. Oksigen
Oksigen merupakan senyawa yang memegang peranan penting dalam
reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi ini dapat mempengaruhi kestabilan obat
karena dapat mendegradasi obat tersebut.
2. Suhu
Suhu yang tinggi dapat mempengaruhi semua reaksi kimia. Kenaikan
suhu akan mempercepat reaksi kimia suatu obat. Suhu yang terlalu
tinggi akan menyebabkan stabilitas obat menjadi berkurang dan
akhirnya menyebabkan penurunan kadar dari obat tersebut.
3. pH
pH dapat mempengaruhi tingkat dekomposisi obat,. Obat biasanya stabil
pada pH 4 sampai 8. Dengan adanya penambahan asam ataupun basa
dapat menyebabkan penguraian larutan obat menjadi dipercepat dan
menyebabkan obat menjadi tidak stabil.
4. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas permukaan.
Dengan ukuran partikel yang kecil maka daya tekan keatas cairan akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.
5. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran suspensi,
dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun
dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat

Institut Sains dan Teknologi Nasional


bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
6. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka
partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena
sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan
menyebabkan terbentuknya endapan.
7. Stabilitas fisik suspensi
Dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi
merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi
kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada
kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan
peristiwa ini disebut caking.

2.7. Macam – macam metode uji stabilitas secara umum


Uji stabilitas sendiri ada 2 jenis, yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji
stabilitas jangka panjang. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk
baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan
(30oC + 2oC ) dengan kelembaban nisbi ruangan 75% + 5%, kecuali untuk
obat yang peka terhadap suhu dilakukan pada suhu rendah (5oC + 2oC)
dengan rentang waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan
60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih
memenuhi syarat pengujian harus diteruskan sampai bulan ke-60.

Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi ekstrim di


suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya
dipaparkan pada suhu 40 ± 2oC dan kelembapan 75 ± 5% sedangkan uji
stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20oC dan
kelembaban 60±5%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam
lemari climatic chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji
stabilitas jangka panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun
mikrobiologinya.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Terdapat juga Uji Stabilitas secara umum pada sediaan farmasi yaitu
Uji Organoleptik, Uji viscositas, Uji Homogenitas, Uji Daya Sebar, Uji
Daya Lekat, Uji PH, Uji tipe krim, Uji kadar zat aktif, Uji Cemaran
Mikroorganisme, Uji Efektivitas Pengawet, Uji Volume Terpindahkan, Uji
Bobot Jenis, Uji Kejernihan.

Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara statistika, sampai


akhirnya kita menemukan tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif,
dan tanggal tersebutlah yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat yang
nantinya harus dicantumkan dalam kemasan obat. Sediaan setengah padat
umumnya berupa suspensi dan emulsi. Untuk uji stabilitas sistem emulsi
secara umum yang termasuk uji dipercepat yang dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin
dengan cara menyimpan sample pada kondisi yang dirancang untuk
mempercepat terjadinya perubahanyang biasanya terjadi pada kondisi
normal.

Pengujian tersebut antara lain:

1. Elevated temperature (indikator kestabilan)


a. Uji penyimpanan pada suhu 4oC (kelembapan kamar) selama 1
minggu.
b. Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20oC atau 25oC/kelembapan
kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun.
c. Uji penyimpanan pada suhu -20oC selama 24 jam (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan).
d. Uji penyimpanan pada suhu -5oC selama 1 minggu (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan).
e. Uji penyimpanan pada suhu 40oC/kelembapan kamar (ICH guideline)
selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3, 6 bulan.
f. Uji penyimpanan pada suhu 45oC/kelembapan kamar (FDA guideline)
selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan.
g. Uji penyimpanan pada suhu 50oC/80% RH:1, 3 hari; 1 minggu.
2. Elevated humidities (menguji kemasan produk)

Institut Sains dan Teknologi Nasional


3. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya kristal
/awan). Pada uji cycling test dilakukan dengan siklus antara suhu
kamar/suhu 45oC masing-masing selama 24 jam sebanyak 6 siklus.
a. Freeze/thaw antara 4oC dan 40oC atau 45oC.
b. Freeze/thaw antara -30oC/suhu kamar selama 24 jam sebanyak
minimum 6 siklus untuk sediaan larutan, emulsi, krim, cairan, dan
sediaan setengah padat lain.

Uji cycling test pada emulsi dilakukan untuk menguji produk terhadap
kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator
kestabilan emulsi, sedangkan pada gel untuk menguji apakah terjadi
sineresis pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara
alamiah dan sebagian dari cairannya terperas ke luar. Hal ini terjadi karena
struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya
mengakibatkan terperasnya air ke luar.

4. Pemaparan terhadap cahaya (untuk menguji keadaan di pasaran)


Dipaparkan pada cahaya siang hari selama 1 tahun (bukan pada matahari
langsung).
Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya
yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan sejauh
1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite daylight
40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm dan baterai dengan 12
tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan seperti cahaya siang hari.
a. Dengan lampu xenon selama 1-2 minggu.
b. Dengan sinar UV selama 1-2 minggu.
5. Shaking test dan centrifugal test (untuk menguji pecahnya emulsi).

2.8. Formulasi umun sediaan suspensi


Aspek formulasi yang harus diperhatikan dalam merancang bentuk sediaan
suspensi:

 ukuran partikel,
 pemakaian zat pembasah (jika diperlukan),

Institut Sains dan Teknologi Nasional


 suspensi yang akan dibentuk (flokulasi/deflokulasi)

Kriteria pemilihan komponen didasarkan pada kesesuaian untuk rekonstitusi


dan jenis bentuk fisik campuran serbuk yang dibutuhkan.

Di dalam mengembangkan formulasi, bahan yang digunakan sebaiknya


seminimal mungkin karena makin banyak bahan akan makin menimbulkan
masalah seperti masalah inkompatibilitas akan meningkat dengan makin
banyaknya bahan yang dicampurkan.

Oleh karena itu, sedapat mungkin eksipien yang digunakan adalah yang
benar-benar dibutuhkan dalam formulasi. Sangat dianjurkan menggunakan
eksipien yang dapat berfungsi lebih dari satu macam saja. Semua eksipien
harus sesegera mungkin terdispersi pada saat direkonstitusi.

2.9. Komponen yang Terdapat Dalam Suspensi


1. Zat aktif

Zat aktif dengan kelarutan yang relatif kecil di dalam fasa pendispersi.
Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat
permukaan padat-cair (hidrofob/hidrofil).

2. Bahan Pensuspensi

Bahan ini digunakan untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat


yang tidak larut dalam medium pendispersi. Bahan pensuspensi yang
digunakan harus mudah terdispersi dan mengembang dengan pengocokan
secara manual selama rekonstitusi. Zat pensuspensi yang membutuhkan
hidrasi, suhu tinggi atau pengadukan dengan kecepatan tinggi untuk
pengembangannya tidak dapat digunakan, misalnya agar, karbomer,
meilselulosa. Walaupun metilselulosa dan Al Mg silikat tidak dianjurkan
digunakan, tetapi ternyata baik sekali untuk formula cephalexin dan
eritromisin etil suksinat.

Bahan pensuspensi yang sering digunakan dalam suspensi rekonstitusi


antara lain:

a. Akasia

Institut Sains dan Teknologi Nasional


b. CMC Na
c. Iota karagen
d. Mikrokristalin selulosa dengan CMC Na
e. Povidon
f. Propilenglikol alginat
g. Silikon dioksida, koloidal
h. Na starch glycolate
i. Tragakan
j. Xanthan gum

Tragakan akan menghasilkan campuran yang kental dan digunakan untuk


mensuspensikan partikel yang tebal. Alginat akan menghasilkan campuran
yang kental. Iota karagenan akan menghasilkan dispersi tiksotropik.
Tetapi, kelemahan penggunaan ketiga zat tersebut yang merupakan gum
alam adalah terjadinya variasi atau perbedaam dalam warna, kekentalan,
kekuatan gel, dan kecepatan hidrasi.

a. Pemanis

Mengatasi rasa obat yang pahit dan tidak enak hal ini sukrosa selain
digunakan sebagai pemanis, berperan pula sebagai peningkat
viskositas dan pengencer padat. Sukrosa dapat pula dihaluskan untuk
meningkatkan luas permukaan dan dapat pula digunakan sebagai
pembawa untuk komponen yang berbentuk cair misalnya minyak
atsiri. Pemanis lain yang dapat digunakan: manitol, aspartam,
dekstrosa, dan Na sakarin. Aspartam cukup stabil tetapi tidak tahan
panas.

b. Wetting agent
Wetting agent ini dipakai jika zat aktif bersifat hidrofob. Zat yang
hidrofob menolak air, untuk mempermudah pembasahan ditambahkan
wetting agent. Wetting agent ini harus efektif pada konsentrasi kecil.
Wetting a gent yang berlebihan akan mengakibatkan pembentukan
busa dan rasa yang tidak menyenangkan. Yang lazim digunakan adalah
Tween 80, non ionik, kebanyakan kompatibel dengan eksipien kationik

Institut Sains dan Teknologi Nasional


dan anionik dari obat. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah
<0,1%. Zat lain yang lazim digunakan adalah Na lauril sulfat, anionik,
inkompatibel dengan obat kationik.

c. Dapar
Untuk mencapai pH yang optimum dari semua bahan yang
ditambahkan. Untuk mengatur stabilitas dan menjaga agar obat tetap
berada dalam keadaan tidak larut. Dapar yang lazim digunakan adalah
dapar sitrat

d. Pengawet

Pengawet untuk suspensi rekonstitusi terbatas karena kelarutannya


rendah pada suhu kamar. Sukrosa pada konsentrasi 60% w/w dapat
mencegah pertumbuhan mikroba. Pengawet yang umum digunakan
adalah sukrosa, kalium sorbat, natrium benzoat, natrium metil
hidroksibenzoat. Natrium benzoat cukup efektif dalam pH asam
dimana molekul tidak mengalami ionisasi. Diperlukan untuk mencegah
pertumbuhan mikroba, tidak dianjurkan pemakaian asam sorbat dan
senayawa paraben.

e. Flavor
Digunakan secukupnya untuk meningkatkan penerimaan pasien
penting sekali untuk anakanak. Harus dilihat peraturan Menkes
terutama zat yang boleh digunakan.

f. Pewarna
Pewarna digunakan untuk meningkatkan estetika. Penggunaan
pewarna ini harus diperhatikan, karena dapat terjadi inkompatibilitas
dengan zat lain karena faktor ionik, misalnya FD&C Red No.3 yang
merupakan garam dinatrium, merupakan senyawa anionik dan
inkompatibel dengan wetting agent kationik.
g. Anti caking

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Digunakan amorphous silica gel. Masalah umum yang terjadi dalam
pencampuran serbuk adalah aliran yang jelek dan caking, karena
terjadi aglomerasi akibat lembab. Sebagai pengering, bahan ini dapat
menarik kelembaban dari campuran serbuk kering untuk
mempermudah aliran serbuk dan mencegah caking. Selain itu zat ini
akan memisahkan partikel tetap kering untuk mencegah penyatuan,
juga berfungsi sebagai isolator termal, menghalangi dan mengisolasi
kondisi muatan dan secara kimia bersifat inert.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Pembahasan stabilitas sediaan suspensi Amoksisilin


1. Formula suspensi Amoksisilin kering

No
Bahan Jumlah (mg/5 ml)
.
1. Amoksisilin trihidrat (dilebihkan 8%) 125

2. Dimetikon 1

3. Sukrosa 100

4. Sukrosa 400

5. Sukrosa 500

6. Na Sitrat 23

7. Na CMC 75

8. Perasa vanilla kering 10

9. Aerosil 6

2. Sifat zat aktif Amoksisilin


Sifat kimia Amoksisilin

Nama Zat Aktif Amoksisilin


Struktur molekul

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Bobot molekul 365,4 g/mol (pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Sukar larut dalam air dan dalam metanol, tidak
Kelarutan larut dalam benzen, dalam karbon tetr klorida dan
dalam kloroform. (FI V)
Sifat keasaman Asam lemah (FI V)
Bentuk Kimia Amida (drugbank.ca)
pH larutan 3,5-6,0 (FI V)
pKa1 = 3.2 (asam); pKa2 = 11.7 (amin primer)
pKa
(HSDB)
pH stabilitas 3,5-6,0 (simdos.unud.ac.id)
pH sediaan 5,0- 7,5 (FI V)
Kp / log P 0,87 (SANGSTER 1994)
Bobot molekul 365,4 g/mol (pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)

Sifat fisika Amoksisilin

Serbuk putih atau hampir putih,


Pemerian
sangat higroskopik. (FI V)
Agregat besar berbentuk jarum
Sifat kristal/ polimorfisme yang bertumpuk seperti sapu
(ncbi.nlm.nih.gov)
Ukuran partikel 9,25 μm (echa.europa.eu)
Titik leleh 194°C (pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)

3. Fungsi bahan pada sediaan suspensi Amoksisilin


a. Dimethicone berfungsi sebagai Water repellent agent, Yang menjaga
agar suspensi tetap kering.
b. Sukrosa sukrosa berfungsi sebagai pemanis yang dapat menutupi rasa
pahit yang dihasilkan dari zat aktif, sukrosa juga berfungsi sebagai
pengikat partikel. Pemberian sukrosa secara berkala bertujuan agar
bahan dapat homogen secara sempurna. na sitrat digunakan sebagai

Institut Sains dan Teknologi Nasional


agen untuk menyesuaikan PH sediaan suspensi na sitrat sebagai buffer
in agent memiliki rentang konsentrasi 0,3-2,0%. Amoksisilin stabil
pada pH 3,5 sampai 6 sehingga penambahan buffering agent akan
mempertahankan stabilitas dari Amoksisilin.
c. Na-CMC digunakan sebagai suspending agent dalam suspensi kering
karena Na CMC mudah didispersikan dalam air pada segala
temperatur.
d. Perasa kering ditambahkan karena mengeluarkan aroma yang
menghilangkan aroma pahit dari zat Amoksisilin.
e. Bahan terakhir adalah erosil. Aerosil berfungsi sebagai adsorben
sehingga menjaga suspensi tetap kering sebelum di rekonstitusi.
4. Alasan pemilihan suspensi Amoksisilin kering
Salah satu alasan sediaan dibuat menjadi suspensi kering adalah karena
stabilitas kimia maupun fisika dari zat aktif dalam pelarut air terbatas,
sehingga jika zat aktif terlalu lama berada didalam pelarut stabilitasnya
akan terganggu
5. Stabilitas Suspensi Amoksisilin
a. Reaktivitas: Stabil pada kondisi suhu dan tekanan normal atau
sesuai rekomendasi.
b. Kondisi yang harus dihindari: Hindarkan kontak dengan bahan
pengoksidasi atau paparan terhadap udara/ kelembaban dalam
jangka waktu lama.
c. Bahan tak tercampurkan: Hindarkan kontaminasi dengan bahan
pengoksidasi seperti nitrat, asam pengoksidasi, klorin untuk
pemutih, dan klorin untuk kolam renang karena dapat
menimbulkan nyala.
d. Dekomposisi: Dekomposisi dapat menghasilkan uap toksik berupa
karbon monoksida, karbon dioksida (CO2), oksida nitrogen (NOx),
oksida sulfur (SOx), serta produk pirolisis yang khas dari
pembakaran bahan organik. Selain itu dapat pula menghasilkan uap
yang bersifat korosif.
e. Polimerisasi: Tidak akan terjadi polimerisasi

Institut Sains dan Teknologi Nasional


6. Evaluasi Suspensi Amoksisilin
a. Organoleptis
Diamati apakah sirup yang dibuat sudah sesuai dengan standar sirup
yaitu berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap serta
warna larutanyang sesuai dengan pewarna yang dipakai, larutan tidak
terlalu kentalsehingga mudah dituangkan
b. Densisitas (Bobot jenis)
Dilakukan dengan menggunakan piknometer dan neraca analitik.
Diakukan dengan cara sebagai berikut :
 Ambil dan timbang piknometer kosong yang bersihkemudian
catat hasil penimbangan
 Kemudian isi piknometer 10 ml dengan aquadest kemudian
timbang
 Keringkan piknometer kemudian isi dengan larutan suspensi
yang akan di uji lalu timbang dan catat hasilnya
c. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu
disesuaikan dengan pH kestabilan (6 – 6,5)

3.2. Kestabilan Sediaan Suspensi Amoksisilin


Amoksisilin merupakan suatu antibiotik yang banyak diresepkan
dalam pengobatan penyakit infeksi. Amoksisilin tersedia dalam bentuk
suspensi untuk memudahkan pasien yang sulit menelan tablet atau kapsul.
Batasan waktu suspensi Amoksisilin tersebut berlaku BUD (Beyond Use
Date).

Penelitian kestabilan suspensi Amoksisilin bertujuan untuk mengkaji


pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap stabilitas suspensi dan
menentukan BUD dari 3 merek suspensi rekonstitusi Amoksisilin di pasaran
menggunakan metode t90. Penelitian dilakukan dengan menguji stabilitas
fisik dan kimiawi sampel Amoksisilin (125 mg/5 mL) yang disimpan pada
suhu 8°C, 28°C, dan 40°C selama 14 hari.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Uji stabilitas fisik yang dilakukan meliputi organoleptis, viskositas,
dan volume sedimentasi.

Uji stabilitas kimiawi yang dilakukan meliputi pengukuran nilai pH


dan penetapan kadar suspensi rekonstitusi Amoksisilin dengan KCKT.

Hasil uji stabilitas fisik suspensi Amoksisilin menunjukkan bahwa


semakin lama suspensi disimpan stabilitasnya menurun dan secara umum
Amoksisilin lebih stabil disimpan pada suhu 8°C dibandingkan suhu 28°C
dan 40°C. Hasil uji stabilitas kimiawi menunjukkan nilai BUD pada sampel
A, B, dan C berturut-turut adalah 3, 6, dan 11 hari setelah direkonstitusi. Hal
ini sesuai dalam ketentuan USP edisi 37 (2014) yaitu tidak lebih dari 14
hari. Jadi suspensi Amoksisilin hanya dapat bertahan minimal 7 hari dan
maksimal 14 hari.

3.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Sediaan Suspensi


Amoksisilin
 Ukuran partikel
 Kekentalan (viscositas)
 Jumlah partikel (konsentrasi).
 Stabilitas fisik suspensi

Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh


medium suspensi, yang artinya, suspensi merupakan suatu sistem yang tidak
dapat bercampur. Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan
sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi
merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi
kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-
partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan
mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


3.4. Cara Penanggulangan stabilitas sediaan suspensi Amoksisilin
Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah suspending agent.
Penggunaan suspending agent bertujuan untuk meningkatkan viskositas dan
memperlambat proses pengendapan sehingga menghasilkan suspensi yang
stabil. Suspensi yang stabil harus tetap homogen, partikel benar-benar
terdispersi dengan baik dalam cairan, zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok endapan harus cepat terdispersi
kembali beberapa suspending agent yang biasa digunakan dalam pembuatan
sediaan suspensi adalah Pulvis Gummi Arabici. CMC Na
(Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus). Beberapa
Alasan pemilihan suspending agent karena mudah larut dalam air,
menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya, tidak merubah
struktur kimia, bersifat alami, dan dapat menghindari pengendapan.

3.5. Metode dan parameter apa saja yang dapat digunakan untuk
menentukan uji stabilitas pada sediaan suspensi Amoksisilin ?
Parameter dalam pembuatan Suspensi :

1. Volume Sedimentasi yaitu Volume sedimentasi diamati dari hari pertama


sampai beberapa waktu. Suspensi tersebut diukur tinggi sedimen akhir
(Hu) dan tinggi suspensi awal (Ho). Volume sedimentasi merupakan
perbandingan antara tinggi sedimen akhir dengan tinggi suspensi awal.
2. Viskositas yaitu Viskositas ditetapkan dengan viskosimeter elektrik pada
suhu 25 °C. viskositas yang sesuai menghasilkan sediaan suspensi yang
baik karena sediaan jadi lebih mudah dituang.
3. Kemudahan Dituang yaitu Suspensi dituang dari botol dengan kemiringan
kurang lebih 450, waktu yang diperlukan untuk mencapai volume tertentu
dicatat. Waktu yang di gambarkan saat penuangan suspensi juga akan
menggambarkan nilai viskositas suspensi tersebut.
4. Ukuran Partikel yaitu Ukuran partikel ditentukan secara mikroskopis.
Ukuran partikel juga menentukan system suspensi pada suatu sediaan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


5. Redispersibilitas yaitu Suspensi yang telah disimpan dikocok dengan
kecepatan tertentu menggunakan alat penggojok. Waktu yang diperlukan
untuk terdispersi kembali dicatat. Kemampuan terdispersi kembali oleh
suatu sediaan suspensi merupakan parameter penting yang
menggambarkan stabilitas suspensi.

3.6. Upaya mempertahankan stabilitas


Dalam menetapkan kondisi lingkungan di mana stabilitas sediaan
danpenggunaan akhir produk harus diperhatikan.Pertimbangan harus
diberikan pada kondisi simulasi di mana sediaan akan diekspos selama masa
simpan dan periode kedaluwarsa. Kondisi ini harus mencakup penyimpanan
stok dan kondisi transportasi di bawah petunjuk label yang diusulkan.
Upaya mempertahankan stabilitas produk berdasarkan konidisi
penyimpanan meliputi:

a. Durasi umur simpan


Umur simpan didefinisikan sebagai periode waktu dari tanggal
pembuatan produk sampai diberikan kepada pasien
b. Tanggal kadaluwarsa
Tanggal kedaluwarsa ini mungkin didasarkan pada analisis data pilot lot
dimana akumulasi data stabilitas dari sampel lot produksi akan
membenarkan setiap penyesuaian
c. Suhu
Dianjurkan bahwa untuk mempelajari profil stabilitas bahan aktif dan
sediaan obat, sampel harus disimpan pada suhu 25 ° C dan 37 ° -40 °C.
meskipun dalam beberapa kasus, suhu yang lebih tinggi atau lebih
rendah dapat diperlukan
d. Faktor lingkungan
Kondisi berikut ini merupakan beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam menentukan kestabilan selama penyimpanan
1. Pengaruh paparan udara, sinar matahari, sinar ultraviolet dan
cahaya buatan lainnya.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


2. Pengaruh paparan kelembaban (kondisi normal atau berlebihan)

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
1. Hasil uji stabilitas fisik suspensi Amoksisilin menunjukkan bahwa
semakin lama suspensi disimpan stabilitasnya menurun dan secara
umum Amoksisilin lebih stabil disimpan pada suhu 8°C dibandingkan
suhu 28°C dan 40°C. Hasil uji stabilitas kimiawi menunjukkan waktu
simpan suspensi yaitu tidak lebih dari 14 hari. Jadi suspensi
Amoksisilin hanya dapat bertahan minimal 7 hari dan maksimal 14
hari setelah di cairan.
2. Faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi Amoksisilin antara lain:
a. Ukuran partikel
b. Kekentalan (viscositas)
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
d. Stabilitas fisik suspensi
3. Cara menanggulangi sediaan suspensi Amoksillin dengan membuat
suspensi kering (dry syrup) dikarenakan suspensi mengandung
antibiotik yang kurang stabil dalam bentuk cairan, dan suspensi
amoksisilin juga terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang
sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar
larut sehingga lebih utama dibentuk sirup kering dan dibuat buffer baru
dengan suspending agent.
4. Metode dan parameter uji stabilitas suspensi Amoksisilin
a. Elevated temperature (indikator kestabilan)
b. Elevated humidities (menguji kemasan produk)
c. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya
kristal /awan)

Institut Sains dan Teknologi Nasional


d. Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji
cahaya yang berisi baterai tabung fluorescens dengan lampu xenon
selama 1-2 minggu da dengan sinar UV selama 1-2 minggu.
e. Shaking test dan centrifugal test (untuk menguji pecahnya emulsi).

Parameter uji
a. Durasi umur simpan
Tanggal kedaluwarsa ini mungkin didasarkan pada analisis data
pilot lot dimana akumulasi data stabilitas dari sampel lot produksi
akan membenarkan setiap penyesuaian
b. Suhu
Amoksisilin lebih stabil disimpan pada suhu 8°C dibandingkan
suhu 28°C dan 40°C.
c. Faktor lingkungan
1. Pengaruh paparan udara, sinar matahari, sinar ultraviolet dan
cahaya buatan lainnya.
2. Pengaruh paparan kelembaban (kondisi normal atau
berlebihan)

5. Kerusakan pada sediaan suspensi bisa dilihat dari perubahan


organoleptik (rasa, bau, dan warna) juga terlihat ketika ada perubahan
suhu maka terjadi pertumbuhan Kristal pada sediaan suspensi dan juga
memperlambat penimbunan partikel (memperkecil laju endap zat
terdispersi) serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

4.2. Saran
Kualitas dari suatu sediaan suspensi Amoksisilin ditentukan berdasarkan
parameter uji stabilitas pada sediaan cair, khususnya suspensi.

Pada parameter pengujian secara berkala perlu dilakukan uji parameter lain
terhadap sediaan suspensi Amoksisilin dan pengemasan bahan yang lebih

Institut Sains dan Teknologi Nasional


kedap udara sehingga bisa meningkatkan umur simpan dan kestabilan
suspensi Amoksisilin.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


BAB 5
TUGAS DISKUSI KELOMPOK

5.1. Tugas Diskusi (Stabilitas Sediaan Suspensi Amoksisilin)


Pertanyaan & Jawaban

1. Bagaimana cara mencegah sedimentasi pada sediaan suspensi


amoksisilin ? (Kelompok 8 : Ryska Amalia - 19334757)
Jawab : Cara yang dilakukan selama ini bisa dengan sistem suspensi
dry syrup pada suspensi amoksisilin, dikarenakan pada antibiotik masih
sulit stabil pada suspensi, atau dengan konsep flokulasi, terpisahnya
dua fase tersebut lebih cepat, namun endapan dari flokulasi dapat
didispersikan kembali

2. Berapa lama kestabilan suspensi amoksisilin setelah diencerkan


dengan air & mengapa tidak stabil setelah melewati waktu yg
ditetapkan ? (Kelompok 9 : Martha Rosmala Dewi - 19334762)
Jawab : Suspensi dapat dikatakan stabil jika komponen dipertahankan
setidaknya 90% dari konsentrasi label. Amoksisilin ditemukan stabil
selama 5 hari dari konsentrasi yang tertera pada label yakni selama 7
hari. Tidak stabil dikarenakan kondisi penyimpanan, dan faktor
eksternal lain seperti suhu, cahaya, dan udara (oksigen)maupun kondisi
wadah yang tidak kedap udara

3. Mengapa pada suspensi menggunakan amoksisilin trihidrat


dibandingkan anhidrat ? (Kelompok 10 : Riko Rikardo - 20334706)
Jawab : Dikarenakan amoksisilin trihidrat lebih stabil dibandingkan
anhidrat, walaupun hanya maksimal 5 hari setelah direkonstitusi pada
dry syrup suspensi amoksisilin dan mudah terdispersi secara merata
dengan bantuan suspending agent.

Institut Sains dan Teknologi Nasional


DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, L. V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition.

Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical

Press and American Pharmacists Assosiation,

2. Anonim. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta :Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

3. Handbook of Pharmaceutical Excipient 5 Th Edition

4. Panitia Farmakope Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia . Edisi III .

Jakarta :Departemen Kesehatan RI

5. Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia . Edisi

IV.Jakarta :Departemen Kesehatan RI

6. Nash, A. R., 1996, Pharmaceutical Suspensions, in Herbert A. Lieberman,

Martin M. Rieger, Gilberts, Banker, Pharmeceutical Dosage Forms : Disperse

Systems, Vol. 2, New York.

7. Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,

Yogyakarta

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai