Anda di halaman 1dari 80

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

DALAM BIDANG FARMASI KLINIK DI APOTEK DI KOTA


MEDAN

SKRIPSI

OLEH:
ROSIHAN ABDILLAH DALIMUNTHE
NIM 141501092

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
Universitas Sumatera Utara
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM BIDANG FARMASI KLINIK DI APOTEK DI KOTA
MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ROSIHAN ABDILLAH DALIMUNTHE
NIM 141501092

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

2
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat serta karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang farmasi

Klinik di Apotek di Kota Medan”. Shalawat dan salam teruntuk Baginda Rasullah

Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun

untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara. Kepada Almarhum Bapak Prof. Dr.

Karsono, Apt., dan Bapak Denny Satria, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang terus memberikan saran dan nasehat kepada penulis

selama masa perkuliahan. Kepada Bapak Hari Ronaldo Tanjung, M.Sc., Apt.,

selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing

dengan penuh kesabaran, kebaikan, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Prof. Dra. Azizah Nasution,

M.Sc., Ph.D., Apt. dan Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran dalam

penyusunan skripsi ini beserta seluruh dosen pengajar dan staf di Fakultas

Farmasi atas arahan, bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama

duduk di bangku perkuliahan.

Penulis juga mempersembahkan rasa terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada Ayahanda Darwin Dalimunthe dan Ibunda Paridah Hanum Nasution

iv
Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tak

terhingga dan tak ternilai dengan apapun, pengorbanan serta do’a tulus yang tiada

henti. Kepada Abang terbaik M. Rusdy Arif Dalimunthe dan Syukron Anshari

Dalimunthe, dan adik tersayang Rizky Dermawan Dalimunthe, serta seluruh

keluarga yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Diani Rahayu

Indreswary, Ruliandi, Mukhlis Syahputra Pulungan, Muchlis Fitriadi, Aspan Ali

Pranata, Rony Abdi Syahputra, teman-teman seperjuangan dan seperdopingan,

teman-teman stambuk 2014 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis bersedia

menerima kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat dan berguna bagi pengetahuan umum dan ilmu farmasi khususnya.

Medan, 28 Februari 2019


Penulis,

Rosihan Abdillah Dalimunthe


NIM 141501092

v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM
BIDANG FARMASI KLINIK DI APOTEK DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Latar belakang: Pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung


jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pelayanan kefarmasian. Untuk
menghindari hal tersebut, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar
pelayanan kefarmasian yang sebagaimana di jelaskan di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat implementasi standar
pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik di Apotek di kota Medan dan
untuk mengetahui pengaruh karakteristik Apoteker Penanggungjawab Apotek
dalam penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik di
apotek.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian
survey cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
dengan September 2018 di Fakultas Farmasi USU Kota Medan.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 99 responden apoteker
penanggungjawab apotek, tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian
dalam bidang farmasi klinik secara keseluruhan sebesar 43,4% (43 orang)
termasuk dalam kategori sedang, sebesar 42,4% (42 orang) termasuk dalam
kategori buruk, dan sebesar 14,1% (14 orang) termasuk dalam kategori baik,
dengan scoring rata-rata sebesar 6,65 (±3,23). Karakteristik responden yang
mempengaruhi penerapan standar pelayanan kefarmasian hanya terdapat pada
karakteristik penghasilan responden (p-value <0,1).
Kesimpulan: Penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi
klinik belum sepenuhnya dilakukan di apotek di kota Medan dan tidak
terdokumentasi dengan baik. Karakteristik responden yang mempengaruhi
penerapan standar pelayanan kefarmasian hanya terdapat pada karakteristik
penghasilan responden.

Kata Kunci: Apotek, Pelayanan Kefarmasian, Peraturan Menteri Kesehatan


No.73 tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

vii
Universitas Sumatera Utara
THE APPLICATION OF PHARMACEUTICAL CARE STANDARDS IN
THE FIELD OF CLINICAL PHARMACY IN PHARMACIES IN MEDAN

ABSTRACT

Background: Pharmaceutical care were a form of care and direct responsibility of


the pharmacist profession in pharmaceutical work to improve the quality of life of
patients. Pharmacists must understand and be aware of the possibility of errors in
the pharmaceutical care process. To avoid this, pharmacists must practice
according to pharmaceutical care standards as explained in Regulation of the
Minister of Health No. 73 of 2016 concerning Pharmaceutical care Standards at
the Pharmacy.
Objective: This study aimed to determine the level of implementation of
pharmaceutical care standards in the area of clinical pharmacy in the pharmacy in
Medan and to determine the effect of characteristics of pharmacists responsible
for pharmacy in applying of pharmaceutical care standards in the area of clinical
pharmacy in pharmacies.
Method: This study used a descriptive method with a cross sectional survey
research design. This research was conducted from August to September 2018 at
the USU Faculty of Pharmacy in Medan.
Results: The results of this study indicate that of the 99 respondents pharmacists
in charge of pharmacies, the grate of implementati of pharmaceutical care
standards in the clinical pharmacy field as a whole was 43.4% (43 people)
included in the medium category, 42.4% (42 people) included in the bad category
and 14.1% (14 people) are included in the good category, with an average scoring
of 6.65 (± 3.23). Characteristics of respondents that influence the application of
pharmaceutical care standards can only be found on the characteristics of
respondents' income (p-value <0.1).
Conclusion: The implementation of pharmaceutical care standards in the area of
clinical pharmacy has not been fully carried out in pharmacies in Medan and is
not well documented. Characteristics of respondents that influence the application
of care standards pharmacy is only found in the characteristics of the respondent's
income.

Keywords: Pharmacy, Pharmaceutical care, Health Minister Regulation No.73 of


2016, Pharmaceutical care Standards at the Pharmacy.

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
SURAT ORISINALITAS ..................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................................3
1.3 Hipotesis ...........................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................4
1.6 Kerangka Fikir Penelitian .................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5
2.1 Tinjauan Umum Apotek ...................................................................................5
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian .......................................................................5
2.3 Pelayanan Kefarmasian ....................................................................................6
2.4 Pelayanan Farmasi Klinik ................................................................................7
2.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep ....................................................................8
2.4.2 Dispensing .....................................................................................................9
2.4.3 Pelayanan informasi obat (PIO) ................................................................... 11
2.4.4 Konseling .....................................................................................................12
2.4.5 Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) ...........................14
2.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO) .....................................................................15
2.4.7 Monitoring efek samping obat (MESO) ......................................................16
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................17
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................17
3.2 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian ............................................17
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................................17
3.3.1 Populasi .......................................................................................................17
3.3.2 Sampel ..........................................................................................................17
3.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi ........................................................................18
3.4 Teknik Pengolahan Data .......................................................………………..18
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................19
3.6 Variabel Penelitian ...........................................................................................19
3.7 Definisi Operasional.........................................................................................20
3.8 Prosedur Penelitian ..........................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................22
4.1 Gambaran Umum Kota Medan .......................................................................22
4.2 Gambaran Umum Apotek di Kota Medan ......................................................22

ix
Universitas Sumatera Utara
4.3 Karakteristik Responden Oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek ...............22
4.4 Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang Farmasi Klinik ....24
4.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep ..................................................................24
4.4.2 Dispensing ...................................................................................................26
4.4.3 Pelayanan informasi obat .............................................................................28
4.4.4 Konseling .....................................................................................................29
4.4.5 Pelayanan kefarmasian di rumah .................................................................31
4.4.6 Pemantauan terapi obat ................................................................................33
4.4.7 Monitoring efek samping obat .....................................................................35
4.5 Tingkat Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang
Farmasi Klinik Secara Keseluruhan ................................................................36
4.6 Pengaruh Karakteristik Responden Apoteker Penanggung jawab
terhadap Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang
Farmasi Klinik di Apotek di Kota Medan .......................................................37
4.6.1 Pengaruh usia terhadap penerapan standar pelayanan kefarmasian ...........38
4.6.2 Pengaruh jenis kelamin terhadap penerapan standar pelayanan
kefarmasian .................................................................................................39
4.6.3 Pengaruh tahun lulus terhadap penerapan standar pelayanan
kefarmasian .................................................................................................39
4.6.4 Pengaruh penghasilan terhadap penerapan standar pelayanan
kefarmasian .................................................................................................40
4.6.5 Pengaruh lama pengalaman kerja terhadap penerapan standar
pelayanan kefarmasian .................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 42
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................42
5.2 Saran ...............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................43
LAMPIRAN ..........................................................................................................45

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

4.1 Distribusi karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek ..........23


4.2 Distribusi responden berdasarkan pengkajian dan pelayanan resep ................25
4.3 Distribusi responden berdasarkan dispensing ..................................................27
4.4 Distribusi responden berdasarkan pelayanan informasi obat ...........................28
4.5 Distribusi responden berdasarkan konseling ....................................................30
4.6 Distribusi responden berdasarkan pelayanan kefarmasian di rumah ...............32
4.7 Distribusi responden berdasarkan pemantauan terapi obat ..............................34
4.8 Distribusi responden berdasarkan monitoring efek samping obat ...................35
4.9 Distribusi responden berdasarkan tingkat implementasi secara
keseluruhan .....................................................................................................37
4.10 Distribusi karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek
terhadap penerapan standar pelayanan kefarmasian ......................................38

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pikir penelitian ....................................................................................4

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian ...........................................................................................45


2. Daftar apotek .......................................................................................................48
3. Hasil score ...........................................................................................................52
4. Uji univariat.........................................................................................................55
5. Uji bivariat...........................................................................................................60
6. Surat judul penelitian skripsi ...............................................................................64
7. Surat permohonan izin melakukan survei ...........................................................65
8. Surat permohonan pengambilan data ..................................................................66
9. Surat bukti menyelesaikan pengambilan data .....................................................67

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian yang baik adalah pelayanan yang berorientasi

langsung dalam proses penggunaan obat, bertujuan menjamin keamanan,

efektifitas dan kerasionalan penggunaan obat dengan menerapkan ilmu

pengetahuan dan fungsi dalam perawatan pasien. Tuntutan pasien dan masyarakat

akan mutu pelayanan kefarmasian mengharuskan adanya perubahan paradigma

pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi pada produk obat, menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (Surahman dan Husen, 2011;

Wiedenmayer dkk., 2006).

Salah satu fasilitas kesehatan adalah apotek, yang merupakan sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi,

mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah

farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio-pharmacoeconomy). Untuk

menghindari hal tersebut, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar

pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan

lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang

rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker juga dituntut untuk

melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta

mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua

kegiatan itu, diperlukan standar pelananan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di

1
Universitas Sumatera Utara
apotek meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta

pelayanan klinik (MenKes RI, 2016).

Peran dan fungsi pelayanan kefarmasian di apotek belum begitu dirasakan

oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah belum optimalnya pelayanan

kefarmasian yang diberikan apoteker di apotek (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peresepan yang salah, informasi

yang tidak lengkap tentang obat, baik yang diberikan oleh dokter maupun

apoteker, serta cara penggunaan obat yang tidak benar oleh pasien dapat

menyebabkan kerugian dan penderitaan bagi pasien yang juga dapat

mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Kerugian yang dialami pasien mungkin

tidak akan tampak sampai efek samping yang berbahaya. Kerugian tersebut

seperti tidak tercapainya efek terapi yang diinginkan. Karena itu perlu diberikan

perhatian yang cukup besar untuk mengantisipasi dan atau mengatasi terjadinya

kesalahan peresepan (Zairina dan Ekarina, 2003). Berdasarkan hasil penelitian

Anditasari (2016), secara keseluruhan apoteker di apotek-apotek kota Ketapang

belum menerapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang

standar pelayanan kefarmasian di apotek secara menyeluruh. penerapan standar

pelayanan farmasi klinik oleh seluruh apoteker di apotek tergolong sangat buruk.

Sebagai akibat dari perubahan orientasi obat ke pasien (Pharmaceutical

Care), apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

perilaku dalam pelayanan kefarmasian agar dapat berinteraksi langsung dengan

pasien sehingga kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah. Fungsi

2
Universitas Sumatera Utara
dan peran yang dimiliki oleh apoteker harus dapat ditunjukkan melalui

pengetahuan dan perilaku sebagai seorang apoteker (MenKes RI, 2016).

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dari itu peneliti

tertarik untuk menganalisa tentang penerapan standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang farmasi klinis di apotek di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik di apotek di kota Medan?

b. Apakah karakteristik apoteker penanggungjawab apotek yang meliputi jenis

kelamin, usia, tahun lulus, penghasilan dan lama pengalaman kerja

mempengaruhi penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik di apotek?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis

pada penelitian ini adalah:

a. Tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi

klinik di apotek di kota Medan tergolong buruk.

b. Karakteristik apoteker penanggungjawab apotek yang meliputi jenis kelamin,

usia, tahun lulus, penghasilan dan lama pengalaman kerja mempengaruhi

penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik di

apotek.

3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam

bidang farmasi klinis di apotek di kota Medan.

b. Mengetahui karakteristik apoteker penanggungjawab apotek yang meliputi

jenis kelamin, usia, tahun lulus apoteker, penghasilan dan lama pengalaman

kerja mempengaruhi penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik di apotek.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian atau

bahan masukan dalam peningkatan pengetahuan di apotek tentang penerapan

pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik dikota Medan dan dapat

digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Karakteristik Responden:

a. Jenis kelamin responden


Tingkat implementasi standar
b. Usia responden
jenis pelayanan kefarmasian dalam
c. Tahun lulus responden
bidang farmasi klinik di
d. Penghasilan responden
apotek di kota Medan.
e. Lama pengalaman kerja
responden

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di

Indonesia sebagai apoteker (Presiden RI, 2009).

Untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di apotek, maka harus

dilakukan evaluasi mutu pelayananan kefarmasian. Di era globalisasi saat ini,

persaingan apotek yang berasal dari dalam negeri maupun pemilik sarana apotek

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang masuk ke Indonesia semakin tak

terelakkan. Selain itu, permintaan konsumen terhadap obat dan banyaknya jumlah

apoteker juga menjadi factor pemicu semakin banyaknya jumlah apotek. Secara

tidak langsung, persaingan bisnis antar pelanggan semaksimal mungkin. yang

ditawarkan suatu apotek hampir serupa dengan yang ditawarkan oleh apotek lain,

sehingga pelanggan dapat langsung melakukan perbandingan atas produk dan

kualitas pelayanan apotek (Leebov, 1994).

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian

Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian di apotek bertujuan untuk:

5
Universitas Sumatera Utara
a. meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi standar pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan

farmasi klinik (Menkes RI, 2016).

2.3 Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes

RI, 2016). Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan,

Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus

kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan

komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah

Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian menyatakan bahwa

pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Pekerjaan kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Peran apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan

6
Universitas Sumatera Utara
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan

pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi,

mencegah, serta mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah

farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk

menghindari hal tersebut, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar

pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan

lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang

rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, apoteker juga dituntut untuk

melakukan monitoring penggunaan obat, melakukan evaluasi serta

mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua

kegiatan itu, diperlukan standar pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di

apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan

pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya

manusia, sarana dan prasarana (Menkes RI, 2016).

2.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan

kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

7
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan farmasi klinik meliputi:

1. pengkajian dan pelayanan resep

2. dispensing

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

4. konseling

5. Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) (Menkes RI, 2016).

2.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis.

Kajian administratif meliputi:

1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan

2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf

3. tanggal penulisan resep

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


1. bentuk dan kekuatan sediaan

2. stabilitas

3. kompatibilitas (ketercampuran obat)

Pertimbangan klinis meliputi:


1. ketepatan indikasi dan dosis obat

2. aturan, cara dan lama penggunaan obat

3. duplikasi dan/atau polifarmasi

4. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)

5. kontra indikasi

6. interaksi

8
Universitas Sumatera Utara
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka

apoteker harus menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep dimulai dari

penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan

disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan

upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (Menkes RI, 2016).

2.4.2 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

obat.

Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:

1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:

a. menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep.

b. mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.

2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

a. warna putih untuk obat dalam/oral

b. warna biru untuk obat luar dan suntik

c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau

emulsi.

4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang

berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:

9
Universitas Sumatera Utara
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan

kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan

serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan

resep)

2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat

5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait

dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus

dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-

lain

6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang

baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya

tidak stabil

7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya

8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh

apoteker (apabila diperlukan)

9. Menyimpan resep pada tempatnya

10. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien

Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan

swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang

memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas

atau bebas terbatas yang sesuai (Menkes RI, 2016).

10
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai

obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.

Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,

keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,

stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.

Kegiatan pelayanan informasi obat di apotek meliputi:

1. menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan

2. membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat

(penyuluhan)

3. memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

4. memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang praktik profesi

5. melakukan penelitian penggunaan obat

6. membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah

7. melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu

penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan informasi obat:

1. Topik pertanyaan

11
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan

3. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon)

4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat

alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium)

5. Uraian pertanyaan

6. Jawaban pertanyaan

7. Referensi

8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data apoteker

yang memberikan pelayanan informasi obat (Menkes RI, 2016).

2.4.4 Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,

apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien

dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode health belief model. Apoteker

harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami

obat yang digunakan.

Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:

1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,

ibu hamil dan menyusui).

2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: tb, dm, aids,

epilepsi).

12
Universitas Sumatera Utara
3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan

kortikosteroid dengan tappering down/off).

4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,

fenitoin, teofilin).

5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi

penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari

satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis

obat.

6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.

Tahap kegiatan konseling:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

2. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime

questions, yaitu:

a. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?

b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda?

c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah

anda menerima terapi obat tersebut?

3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien

untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat

4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat

Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien apoteker

mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti

13
Universitas Sumatera Utara
bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling (Menkes RI,

2016).

2.4.5 Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)

Melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,

khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis

lainnya.

Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker,

meliputi :

1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan dengan

pengobatan

2. Identifikasi kepatuhan pasien

3. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,

misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin

4. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum

5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat

berdasarkan catatan pengobatan pasien

6. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah (Menkes RI,

2016).

2.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui

2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis

14
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya multidiagnosis

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati

5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit

6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang

merugikan.

Kegiatan:

1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

2. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang

terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi;

melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga

kesehatan lain

3. Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara

lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa

indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu

rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya

interaksi obat

4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan

menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi

5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana

pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan

meminimalkan efek yang tidak dikehendaki

6. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat

oleh apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait

untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

15
Universitas Sumatera Utara
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat (Menkes RI,

2016).

2.4.7 Monitoring efek samping obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis.

Kegiatan:

1. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami efek samping obat.

2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

3. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.

2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

(Menkes RI, 2016).

16
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian

survey cross sectional yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai

subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai data yang

diperoleh melalui proses penelitian dan pengumpulan data yang diambil dari

seluruh populasi atau sebagian populasi (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai

dengan September 2018 di Fakultas Farmasi USU kota Medan, Provinsi Sumatera

Utara.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti

(Notoatmodjo, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh apotek

yang berada dikota Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).

Pengambilan sampel dilakukan dengan penggunaan rumus Slovin.

17
Universitas Sumatera Utara
Dimana: n = besar sampel
N = jumlah populasi
E = batas toleransi kesalahan (error tolerance) (Sugiyono, 2012).

Berdasarkan perhitungan, didapatkan jumlah sampel sebanyak 86 apotek.

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebanyak 99 apotek dengan

batas toleransi 0,1.

3.3.3 Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang menyebabkan subjek

dapat diikutsertakan sebagai sampel dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Apoteker penanggungjawab apotek di kota medan

2. mempunyai surat izin praktik apoteker

Kriteria eksklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang menyebabkan

subjek tidak dapat diikutsertakan sebagai sampel dalam penelitian (Notoatmodjo,

2010).

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Apoteker yang tidak bersedia menjawab kuesioner

2. Apoteker yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap

3.4 Teknik Pengolahan Data

a. Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk

memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

18
Universitas Sumatera Utara
b. Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan kemudian

dilakukan pengodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk

angka yaitu dengan cara memberikan kode pada setiap variabel.

c. Input data, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

IBM SPSS Statistic versi 17.

d. Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk

memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap dianalisis. Proses

pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data yang sudah

di input.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada

responden yang bersedia mengisi kuesioner secara langsung di tempat. Peneliti

mengajukan permohonan ijin untuk melakuan penelitian dan pengumpulan data.

Dalam hal ini, peneliti bekerja sama dengan pengurus cabang IAI wilayah kota

Medan. Sebelum memulai mengisi kuesinor, responden diberikan penjelasan

terkait tata cara pengisiannya. Jika responden mengalami kesulitan untuk

memahami atau menjawab kuesioner, maka peneliti akan memberikan peenjelasan

yang dapat dipahami oleh responden.

3.6 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel penelitian ini meliputi

kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu:

19
Universitas Sumatera Utara
1. Data demografi berupa biodata apoteker yang terdiri dari 5 poin, yaitu

jenis kelamin, usia, tahun lulus, penghasilan, dan lama pengalaman kerja

sebagai apoteker penanggungjawab apotek.

2. Data penilaian standar pelayanan farmasi klinik terdiri dari 7 poin, yaitu

pengkajian dan pelayanan resep, dispensing, pelayanan informasi obat,

konseling, pelayanan kefarmasian dirumah, pemantauan terapi obat dan

monitoring efek samping obat.

Penilaian untuk pertanyaan kuesioner standar pelayanan farmasi klinik

untuk setiap pertanyaan dengan memberikan bobot pada masing-masing

pertanyaan:

a. Jika jawaban dilakukan dan terdokumentasikan dengan baik, maka diberi

bobot 2

b. Jika jawaban dilakukan namun tidak terdokumentasikan, maka diberi

bobot 1

c. Jika tidak dilakukan, maka diberi bobot 0

Hasil pengukuran tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang farmasi klinik dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan

jumlah bobot nilai, yaitu:

a. Bobot nilai 0-5 di kategorikan buruk

b. Bobot nilai 6-10 di kategorikan sedang

c. Bobot nilai 11-14 di kategorikan baik

3.7 Defenisi Operasional

a. Pengetahuan apoteker adalah hasil tahu apoteker baik secara teori

maupun praktik yang digunakan untuk pengambilan suatu keputusan

dalam pelaksanaan praktik kefarmasian di apotek.

20
Universitas Sumatera Utara
b. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang digunakan

sebagai pedoman bagi apoteker penanggung jawab apotek dalam

menyelenggarakan praktik kefarmasian.

c. Apotek merupakan suatu sarana untuk melakukan pekerjaan

kefarmasian dan sarana untuk penyaluran perbekalan farmasi kepada

masyarakat.

3.8 Prosedur Penelitian

a. Menyiapkan kuisioner yang akan diisi oleh apoteker di apotek

b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di

beberapa apotek di kota medan

c. Meminta izin Dinas Kesehatan kota Medan untuk melakukan penelitian di

beberapa apotek

d. Mengumpulkan data hasil pengisian kuesioner

e. Mengolah data kuesioner dengan menggunakan program Microsoft Excel

dan SPSS Statistic versi 17.

21
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki luas

wilayah 300,9 Km² terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan, ketinggian

berada di 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Sebelah barat dan timur Kota

Medan bebatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Disebelah utara berbatasan

dengan Selat Malaka. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-

rata 2000-2500 mm per tahun. Letak strategis ini menyebabkan Medan

berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu

domestic maupun internasional.

4.2 Gambaran Umum Apotek di Kota Medan

Menurut data dari Dinas Kesehatan kota Medan, jumlah apotek dikota

Medan sebanyak 617 apotek yang tersebar di 21 Kecamatan (Kecamatan Medan

Amplas, Medan Area, Medan Barat, Medan Baru, Medan Belawan, Medan Deli,

Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Kota, Medan Labuhan,

Medan Maimun, Medan Marelan, Medan Perjuangan, Medan petisah, Medan

Polonia , Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Tembung, Medan Timur dan

Medan Tuntungan).

4.3 Karakteristik Responden Oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek

Karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek meliputi: usia,

jenis kelamin, tahun lulus, penghasilan, dan lama pengalaman kerja. Distribusi

22
Universitas Sumatera Utara
karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek


No Karakteristik Jumlah Persentase (%)
1 Umur
23-37 Tahun 61 100,0
37-52 Tahun 31 100,0
53-65 Tahun 7 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 7 100,0
Perempuan 92 100,0
3 Tahun Lulus
1983-1994 5 100,0
1995-2006 29 100,0
2007-2017 65 100,0
4 Penghasilan
<Rp. 2.000.000 69 100,0
>Rp. 2.000.000 22 100,0
>Rp. 4.000.000 8 100,0
5 Lama Pengalaman Kerja
<5 Tahun 33 100,0
>5 Tahun 66 100,0
Jumlah 99 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, penelitian menunjukkan bahwa responden

berusia mulai dari 23-65 tahun, yang melakukan penerapan standar pelayanan

kefarmasian dalam bidang farmasi klinik dengan kategori usia 23-37 tahun yaitu

sebanyak 61 orang (61,6%), kategori usia 38-52 tahun yaitu sebanyak 31 orang

(31,1%), kategori usia 53-65 tahun yaitu sebanyak 7 orang (7,1%). Berdasarkan

jenis kelamin jumlah terbanyak yang melakukan penerapan standar pelayanan

kefarmasian dalam bidang farmasi klinik adalah perempuan yaitu sebanyak 92

orang (92,9%) dan selebihnya adalah laki-laki yaitu sebanyak 7 orang (7,1%).

Berdasarkan tahun kelulusan, jumlah responden yang lulus pada tahun 1983-1994

yaitu sebanyak 5 orang (5,1%), pada tahun 1995-2006 yaitu sebanyak 29 orang

23
Universitas Sumatera Utara
(29,3%), pada tahun 2007-2017 yaitu sebanyak 65 orang (65,7%). Berdasarkan

penghasilan responden, kategori responden dengan penghasilan ≤ Rp.2.000.000

yaitu sebanyak 69 orang (69,7%), kategori dengan penghasilan >Rp.2.000.000

yaitu sebanyak 22 orang (22,2%), kategori dengan penghasilan >Rp.4.000.000

yaitu sebanyak 8 orang (8,1%). Berdasarkan pengalaman kerja, responden yang

memiliki pengalaman kerja <5 tahun yaitu sebanyak 33 orang (33,3%) dan >5

tahun yaitu sebanyak 66 orang (66,7%).

4.4 Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang Farmasi


Klinik

Penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik

beracuan pada Permenkes 73 tahun 2016, yang meliputi: pengkajian dan

pelayanan resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling,

pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat

(PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Distribusi responden

berdasarkan Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang farmasi

klinik dapat dilihat secara rinci sebagai berikut:

4.4.1 Pengkajian dan pelayanan resep

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

Pengkajian resep yang meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis dan terdokumentasi adalah sebesar 33,3% atau 33 orang dan

responden yang menyatakan melakukan Pengkajian resep yang meliputi

administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis namun tidak

terdokumentasi adalah sebesar 53,5% atau 53 orang, serta responden yang

menyatakan tidak melakukan Pengkajian resep yang meliputi administrasi,

24
Universitas Sumatera Utara
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis adalah sebesar 13,1% atau 13

orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan pengkajian dan pelayanan

resep dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pengkajian dan pelayanan resep


Pengkajian Dilakukan
Dilakukan dan Tidak
No dan namun tidak Jumlah
terdokumentasi dilakukan
pelayanan terdokumentasi
resep n % N % n % N %
1 Pengkajian
resep
meliputi
administrasi
, kesesuaian 33 33,3 53 53,5 13 13,1 99 100,0
farmasetik
dan
pertimbanga
n klinis

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek pengkajian dan pelayanan resep sebagian besar sudah

diterapkan, namun lebih banyak yang tidak terdokumentasi dengan baik, yaitu

sebanyak 53,5% atau 53 orang. Hal ini menunjukkan bahwa apotek masih belum

sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyagustina dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa pengkajian dan pelayanan resep sebagian besar

sudah diterapkan di Kota Jambi, berdasarkan observasi yang dilakukan hanya

15% yang ditemukan tidak melakukan pelayanan farmasi klinik pada fase

pengkajian dan pelayanan resep. Bukti dokumentasi pelayanan farmasi klinik juga

belum didokumentasikan dengan baik di apotek, dokumentasi pengkajian dan

pelayanan resep ditemui hanya pada 15% apotek yang diobservasi, yakni berupa

25
Universitas Sumatera Utara
paraf tenaga farmasi yang melakukan pada setiap fase pengkajian dan pelayanan

resep. Pelayanan resep di apotek pada saat observasi untuk kegiatan pemeriksaan

administratif, kesesuaian farmasetik, pengkajian klinis, penyerahan obat dan

pemberian informasi obat pada saat diserahkan dilakukan oleh apoteker. Kegiatan

penyiapan dan peracikan lebih banyak dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016),

yang menyimpulkan bahwa dari semua apotek yang diobservasi di kota Ketapang

hanya 1 dari 6 apotek yang tidak melakukan pelayanan farmasi klinik pada fase

pengkajian dan pelayanan resep.

4.4.2 Dispensing

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

dispensing yang terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat

dan terdokumentasi adalah sebesar 36,3% atau 36 orang dan responden yang

menyatakan melakukan dispensing yang terdiri dari penyiapan, penyerahan dan

pemberian informasi obat namun tidak terdokumentasi adalah sebesar 57,5% atau

57 orang, serta responden yang menyatakan tidak melakukan dispensing yang

terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat adalah sebesar

6,0% atau 6 orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan dispensing dapat dilihat

pada Tabel 4.3 berikut.

26
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan dispensing
Dilakukan
Dilakukan dan Tidak
No namun tidak Jumlah
Dispensing terdokumentasi dilakukan
terdokumentasi
n % N % n % n %
1 Dispensing
terdiri dari
penyiapan,
penyerahan
36 36,3 57 57,5 6 6,0 99 100,0
dan
pemberian
informasi
obat

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek dispensing sebagian besar sudah diterapkan, namun lebih

banyak yang tidak terdokumentasi dengan baik, yaitu sebanyak 57,5% atau 57

orang. Hal ini menunjukkan bahwa apotek masih belum sepenuhnya menerapkan

Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyagustina dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa pelayanan farmasi klinik pada fase dispensing

sebagian besar sudah diterapkan di kota Jambi, berdasarkan observasi yang

dilakukan hanya 15% yang ditemukan tidak melakukan dispensing dan pelayanan

resep. Bukti dokumentasi pelayanan farmasi klinik juga belum didokumentasikan

dengan baik di apotek, dokumentasi pada fase dispensing ditemui hanya pada

15% apotek yang diobservasi, yakni berupa paraf tenaga farmasi yang melakukan

pada setiap fase dispensing.

27
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Pelayanan informasi obat (PIO)

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

kegiatan dalam pemberian informasi mengenai obat dan terdokumentasi adalah

sebesar 25,2% atau 25 orang dan responden yang menyatakan melakukan kegiatan

dalam pemberian informasi mengenai obat namun tidak terdokumentasi adalah

sebesar 65,6% atau 65 orang, serta responden yang menyatakan tidak melakukan

kegiatan dalam pemberian informasi mengenai obat adalah sebesar 9,0% atau 9

orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan Pelayanan Informasi Obat

(PIO) dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan pelayanan informasi obat (PIO)


Dilakukan
Pelayanan
Dilakukan dan namun tidak Tidak
No informasi obat Jumlah
terdokumentasi terdokumenta dilakukan
(PIO):
si
n % N % n % n %
1 Kegiatan yang
dilakukan oleh
apoteker dalam
pemberian
informasi
mengenai obat
meliputi obat
resep, obat bebas
dan obat herbal
yang tidak
25 25,2 65 65,6 9 9,0 99 100,0
memihak,
dievaluasi dengan
kritis dan dengan
bukti terbaik
dalam segala
aspek penggunaan
obat kepada
profesi kesehatan
lain, pasien atau
masyarakat.

28
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek pelayanan informasi obat sebagian besar sudah diterapkan,

namun lebih banyak yang tidak terdokumentasi dengan baik, yaitu sebanyak

65,6% atau 65 orang. Hal ini menunjukkan bahwa apotek masih belum

sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan

kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi dkk., (2011)

yang menyimpulkan bahwa hasil diskusi tentang pelayanan informasi obat

menunjukkan umumnya Apoteker penanggungjawab apotek telah memberikan

informasi obat (jenis obat, kegunaan, cara penggunaan dan harga) kepada pasien

yang melakukan pengobatan sendiri atau pada saat penyerahan obat resep kepada

pasien, namun belum terdokumentasi dengan baik dan sifatnya masih searah.

Terkadang juga memberikan informasi obat kepada pasien yang menanyakan baik

melalui telepon maupun sms.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Tjahyadi (2013),

yang menyimpulkan bahwa dari 14 pernyataan aktivitas pelayanan informasi obat,

9 aktivitas (64,3%) dilakukan oleh apoteker dan 5 aktivitas pelayanan informasi

obat tidak dilaksanakan. Hambatan yang dialami oleh unit farmasi klinis dalam

melaksanakan kegiatan pelayanan informasi obat, dari yang paling sering terjadi

sampai yang jarang terjadi adalah hambatan karena faktor apoteker, lingkungann

dan biaya.

4.4.4 Konseling

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

konseling dan terdokumentasi adalah sebesar 26,2% atau 26 orang dan responden

yang menyatakan melakukan konseling namun tidak terdokumentasi adalah

29
Universitas Sumatera Utara
sebesar 65,6% atau 65 orang, serta responden yang menyatakan tidak melakukan

konseling adalah sebesar 8,0% atau 8 orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan konseling dapat dilihat

pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan konseling


Dilakukan
Dilakukan dan namun tidak Tidak
No Jumlah
Konseling terdokumentasi terdokumenta dilakukan
si
n % N % n % n %
1 Konseling
merupakan proses
interaktif antara
apoteker dengan
pasien/keluarga
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
pemahaman,
kesadaran dan 26 26,2 65 65,6 8 8,0 99 100,0
kepatuhan
sehingga terjadi
perubahan
perilaku dalam
penggunaan obat
dan
menyelesaikan
masalah yang
dihadapi pasien.

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek konseling sebagian besar sudah diterapkan, namun lebih

banyak yang tidak terdokumentasi dengan baik, yaitu sebanyak 65,6% atau 65

orang. Hal ini menunjukkan bahwa apotek masih belum sepenuhnya menerapkan

Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.

30
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyagustina dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa secara keseluruhan sebagian besar pelayanan

kefarmasian pada fase konseling sudah diterapkan namun belum terdokumentasi

dengan baik.

Hal ini juga sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Atmini dkk., (2011)

bahwa kewajiban apoteker untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang

meliputi antara lain pemberian informasi obat, konsultasi obat, edukasi

swamedikasi, monitoring penggunaan obat dan lain‐lain belum sepenuhnya

dilakukan di apotek kota Yogyakarta. Standar ini belum dilaksanakan sepenuhnya

oleh apotek serta belum dikenal atau tersosialisasi kepada konsumen apotek.

Selain itu apotek milik swasta masih tetap memprioritaskan pelayanan yang cepat

dan harga obat yang murah, sehingga belum memaksimalkan pelaksanaan

pelayanan farmasi klinis.

4.4.5 Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) dan terdokumentasi

adalah sebesar 11,1% atau 11 orang dan responden yang menyatakan melakukan

pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) namun tidak

terdokumentasi adalah sebesar 26,2% atau 26 orang, serta responden yang

menyatakan tidak melakukan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy

care) adalah sebesar 62,6% atau 62 orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan pelayanan kefarmasian di

rumah (home pharmacy care) dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pelayanan kefarmasian di rumah
Pelayanan Dilakukan
Dilakukan dan namun tidak Tidak
No kefarmasian di Jumlah
rumah (home terdokumentasi terdokumenta dilakukan
pharmacy care) si
n % N % n % n %
1 Apoteker
sebagai pemberi
layanan
diharapkan juga
dapat
melakukan
pelayanan
kefarmasian
yang bersifat
kunjungan 11 11,1 26 26,2 62 62,6 99 100,0
rumah,
khususnya untuk
kelompok lansia
dan pasien
dengan
pengobatan
penyakit kronis
lainnya

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care)

sebagian besar tidak dilakukan, yaitu sebanyak 62,6% atau 62 orang. Hal ini

menunjukkan bahwa apotek masih belum sepenuhnya menerapkan Permenkes 73

Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi dkk., (2011)

yang menyimpulkan bahwa hasil diskusi menunjukkan umumnya APA belum

melakukan pelayanan residensial (home care). Kunjungan ke rumah pasien

dilakukan apabila terjadi kesalahan obat atau mengantar obat pesanan pasien. Ada

juga APA yang meminta asisten apotekernya untuk pelayanan residensial pasien

32
Universitas Sumatera Utara
TBC yang lokasi rumahnya di dekat apotek. Beberapa APA belum mengetahui

apa yang dimaksud dengan pelayanan residensial oleh apotek. Pelayanan

residensial (home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam

pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan

pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya (Kemenkes RI, 2004). Pelayanan

kefarmasian saat ini telah bergeser dari obat ke pasien yang mengacu kepada

pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Pelayanan residensi (home care)

jarang dilakukan, kecuali bagi pasien yang sudah kenal baik dan pasien yang

memerlukan pengobatan secara khusus. APA menyatakan bahwa untuk itu

diperlukan tenaga ,waktu dan sarana ekstra, yang pada umumnya terbatas.

4.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO)

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk memastikan bahwa seorang pasien

mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan

efikasi dan meminimalkan efek samping dan terdokumentasi adalah sebesar

14,1% atau 14 orang dan responden yang menyatakan melakukan Pemantauan

Terapi Obat (PTO) untuk memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi

Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping namun tidak terdokumentasi adalah sebesar 41,4%

atau 41 orang, serta responden yang menyatakan tidak melakukan Pemantauan

Terapi Obat (PTO) untuk memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi

Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping adalah sebesar 44,4% atau 44 orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan Pemantauan Terapi Obat

(PTO) dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan pemantauan terapi obat (PTO)
Dilakukan
Pemantauan Dilakukan dan Tidak
No namun tidak Jumlah
terapi obat terdokumentasi dilakukan
terdokumentasi
(PTO)
n % n % n % n %
1 Merupakan
proses yang
memastikan
bahwa seorang
pasien
mendapatkan
terapi obat
14 14,1 41 41,4 44 44,4 99 100,0
yang efektif
dan terjangkau
dengan
memaksimalka
n efikasi dan
meminimalkan
efek samping

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek Pemantauan Terapi Obat (PTO) sebagian besar tidak

dilakukan, yaitu sebanyak 44,4% atau 44 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

apotek masih belum sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang

standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulyagustina dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa pelayanan kefarmasian pemantauan terapi obat

sebagian besar belum diterapkan di Kota Jambi, berdasarkan observasi yang

dilakukan dokumentasi pemantauan terapi hanya dapat dilihat pada 5% apotek

yang diobservasi, itupun tidak sesuai dengan format dokumentasi PTO pada

Permenkes No. 73 tahun 2016. Semestinya, setiap apotek memiliki dokumentasi

pelayanan farmasi klinis, seperti catatan pengobatan pasien, dokumentasi PIO,

dokumentasi konseling, dokumentasi home pharmacy care, dan dokumentasi

34
Universitas Sumatera Utara
pemantauan terapi obat yang formatnya telah ditentukan sesuai dengan Permenkes

nomor 73 tahun 2016.

4.4.7 Monitoring efek samping obat (MESO)

Berdasarkan data penelitian, responden yang menyatakan melakukan

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan terdokumentasi adalah sebesar

13,1% atau 13 orang dan responden yang menyatakan melakukan Monitoring

Efek Samping Obat (MESO) namun tidak terdokumentasi adalah sebesar 36,3%

atau 36 orang, serta responden yang menyatakan tidak melakukan Monitoring

Efek Samping Obat (MESO) adalah sebesar 50,5% atau 50 orang.

Data lengkap distribusi responden berdasarkan Monitoring Efek Samping

Obat (MESO) dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan monitoring efek samping obat


Dilakukan
Monitoring efek Dilakukan dan namun tidak Tidak
No Jumlah
samping obat terdokumentasi terdokumenta dilakukan
(MESO) si
n % n % n % n %
1 Merupakan
kegiatan
pemantauan
setiap respon
terhadap obat
yang tidak
diharapkan yang
13 13,1 36 36,3 50 50,5 99 100,0
terjadi pada dosis
normal yang
digunakan pada
manusia untuk
tujuan profilaksis,
diagnosis dan
terapi.

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan farmasi

klinik dalam aspek Monitoring Efek Samping Obat (MESO) sebagian besar tidak

35
Universitas Sumatera Utara
dilakukan, yaitu sebanyak 50,5% atau 50 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

apotek masih belum sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang

standar pelayanan kefarmasian di apotek.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supardi dkk., (2011)

yang menyimpulkan bahwa hasil diskusi menunjukkan umumnya APA belum

melakukan monitoring penggunaan obat. Ada juga pengalaman seorang APA

yang melakukan monitoring obat kepada pasien menggunakan telepon. Umumnya

APA berpendapat bahwa seharusnya monitoring dilakukan terhadap pasien

penyakit kronik yang menggunakan obat berulang dari apotek, misalnya pasien

diabetes, kardiovaskuler, TBC, asma dan penyakit degeneratif lainnya. Beberapa

APA menyatakan belum melaksanakan monitoring, akan tetapi ada beberapa APA

yang menyatakan telah melakukan monitoring penggunaan obat, yaitu dengan

cara mempunyai buku catatan pasien dalam penggunaan obat. Mereka sesekali

memonitor penggunaan obat dengan cara menelepon pasien (termasuk penyakit

kronis), menanyakan kondisi pasien pasca penggunaan obat. Berkaitan dengan

monitoring tersebut ada pasien yang merasa senang karena diperhatikan, tetapi

ada juga yang ketakukan/curiga karena ditanyatanya melalui telepon.

4.5 Tingkat Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang


Farmasi Klinik Secara Keseluruhan

Tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik beracuan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Data

distribusi responden berdasarkan tingkat implementasi secara keseluruhan dapat

dilihat pada Tabel 4.9 berikut:

36
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan tingkat implementasi secara
keseluruhan

No Kategori score Jumlah Persentase(%)


1 Baik 14 14,1
2 Sedang 43 43,4
3 Buruk 42 42,4
Total 99 100,0
Rata-rata 6.65
±3.23

Berdasarkan data distribusi pada tabel 4.9 diatas, dapat disimpulkan bahwa

tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik

secara keseluruhan sebesar 43,4% (43 orang) termasuk dalam kategori sedang,

sebesar 42,4% (42 orang) termasuk dalam kategori buruk, dan sebesar 14,1% (14

orang) termasuk dalam kategori baik, dengan scoring rata-rata sebesar 6,65

(±3,23). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Anditasari (2016),

yang menyimpulkan bahwa secara keseluruhan apoteker di apotek-apotek kota

Ketapang belum menerapkan standar pelayanan kefarmasian di apotek

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek secara menyeluruh.

penerapan standar pelayanan farmasi klinik oleh seluruh apoteker di apotek

tergolong sangat buruk.

4.6 Pengaruh Karakteristik Responden Apoteker Penanggungjawab Apotek


Terhadap Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang
Farmasi Klinik di Apotek di Kota Medan

Pengaruh karakteristik responden apoteker penanggungjawab apotek yang

meliputi usia, jenis kelamin, tahun lulus, penghasilan, dan lama pengalaman kerja

terhadap penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi klinik di

37
Universitas Sumatera Utara
uji menggunakan uji statistik chi-square. Distribusi pengaruh karakteristik

responden apoteker penanggungjawab apotek dapat dilihat pada Tabel 4.10

berikut:

Tabel 4.10 Distribusi karakteristik responden apoteker penanggungjawab


apotek terhadap penerapan standar pelayanan kefarmasian
Karakteristik Penerapan standar pelayanan
responden apoteker kefarmasian Jumlah p-Value
penanggungjawab
apotek Buruk Sedang Baik

n % N % n % n %
Usia
23-37 tahun 25 41 27 44,2 9 14,7 61 100,0
38-52 tahun 12 38,7 15 48,3 4 13 31 100,0 0,538

53-65 tahun 5 71,4 1 14,3 1 14,3 7 100,0

Jenis Kelamin
laki-laki 2 28,6 4 57,1 1 143 7 100,0 0,717
Perempuan 40 43,5 39 42,4 13 141 92 100,0

Tahun Lulus
1983-1994 3 60 1 20 1 20 5 100,0
1995-2006 14 48,2 11 38 4 13,8 29 100,0 0,722
2007-2017 25 38,5 31 47,7 9 13,8 65 100,0

Penghasilan
<Rp. 2.000.000 26 37,7 34 49,3 9 13,0 69 100,0
>Rp. 2.000.000 9 40,9 9 40,9 4 18,2 22 100,0 0,072
>Rp. 4.000.000 7 87,5 0 0 1 12,5 8 100,0
Lama Pengalaman
Kerja
<5 tahun 15 45,4 14 42,4 4 12,1 33 100,0 0,877
>5 tahun 27 40,9 29 43,9 10 15,1 66 100,0

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, dapat disimpulkan hasil uji masing-masing

variabel yaitu sebagai berikut:

38
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Pengaruh usia terhadap penerapan standar pelayanan kefarmasian

Berdasarkan usia responden pada Tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa

terdapat 61 orang yang melakukan penerapan standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang farmasi klinik pada kategori usia 23-37 tahun. Termasuk kategori

baik yaitu sebanyak 9 orang, kategori sedang sebanyak 27 orang dan kategori

buruk sebanyak 25 orang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh umur terhadap penerapan standar pelayanan

kefarmasian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Satibi dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa faktor usia tidak mempengaruhi kinerja

apoteker di Puskesmas.

4.6.2 Pengaruh jenis kelamin terhadap penerapan standar pelayanan


kefarmasian

Berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa

terdapat 92 orang yang melakukan penerapan standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang farmasi klinik pada jenis kelamin perempuan. Termasuk kategori

baik yaitu sebanyak 13 orang, kategori sedang sebanyak 39 orang, dan kategori

buruk sebanyak 40 orang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap penerapan standar

pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Satibi

dkk., (2017) yang menyimpulkan bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi

kinerja apoteker di Puskesmas.

4.6.3 Pengaruh tahun lulus terhadap penerapan standar pelayanan


kefarmasian

39
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tahun lulus pada Tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa terdapat

65 orang yang melakukan penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik pada tahun lulus 2007-2017. Termasuk kategori baik yaitu

sebanyak 9 orang, kategori sedang sebanyak 31 orang, dan kategori buruk

sebanyak 25 orang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh tahun kelulusan terhadap penerapan standar

pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Satibi

dkk., (2017) menyimpulkan bahwa faktor pendidikan terakhir tidak

mempengaruhi kinerja apoteker di Puskesmas.

4.6.4 Pengaruh penghasilan terhadap penerapan standar pelayanan


kefarmasian

Berdasarkan penghasilan pada Tabel 4.10 diatas, diketahui bahwa terdapat

69 orang yang melakukan penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik pada penghasilan <Rp2.000.000. Termasuk kategori baik yaitu

sebanyak 9 orang, kategori sedang sebanyak 34 orang, dan kategori buruk

sebanyak 26 orang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value <0,1, hal ini

menunjukkan adanya pengaruh penghasilan terhadap penerapan standar pelayanan

kefarmasian. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Satibi dkk.,

(2017) yang menyimpulkan bahwa faktor penghasilan tidak mempengaruhi

kinerja apoteker di Puskesmas.

4.6.5 Pengaruh lama pengalaman kerja terhadap penerapan standar


pelayanan kefarmasian

Berdasarkan lama pengalaman kerja pada Tabel 4.10 diatas, diketahui

bahwa terdapat 66 orang yang melakukan penerapan standar pelayanan

40
Universitas Sumatera Utara
kefarmasian dalam bidang farmasi klinik pada pengalaman kerja >5 tahun.

Termasuk kategori baik yaitu sebanyak 10 orang, kategori sedang sebanyak 29

orang, dan kategori buruk sebanyak 27 orang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh pengalaman kerja terhadap penerapan standar

pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Satibi

dkk., (2017) yang menyimpulkan bahwa lama berpraktek tidak mempengaruhi

kinerja apoteker di Puskesmas.

41
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang farmasi

klinik di Apotek di kota Medan berdasarkan Permenkes nomor 73 tahun 2016

tentang pelayanan kefarmasian diapotek secara keseluruhan sebesar 43,4%

atau 43 orang termasuk dalam kategori sedang, sebesar 42,4% atau 42 orang

termasuk dalam kategori buruk, dan sebesar 14,1% atau 14 orang termasuk

dalam kategori baik, dengan scoring rata-rata sebesar 6,65 (±3,23).

b. Karakteristik apoteker penanggungjawab apotek yang meliputi jenis kelamin,

usia, tahun lulus apoteker, penghasilan dan lama pengalaman kerja hanya

terdapat satu karakteristik yang mempengaruhi penerapan standar pelayanan

kefarmasian di apotek dalam bidang farmasi klinik yaitu pada karakteristik

penghasilan responden.

5.2 Saran

a. Perlu peningkatan penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

farmasi klinik khususnya pada pelayanan kefarmasian dirumah, pemantauan

terapi obat dan monitoring efek samping obat di apotek di kota Medan oleh

apoteker penanggungjawab apotek.

b. Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang mengacu pada penerapan standar

pelayanan kefarmasian seperti dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai dan dengan responden yang berbeda

yaitu apoteker di rumah sakit atau puskesmas.

42
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anditasari, Wiwin. 2016. Penilaian Terhadap Penerapan Standar Pelayanan


Kefarmasian Di Apotek-Apotek Di Kota Ketapang Tahun 2016. Skripsi.
Pontianak: Universitas Tanjungpura. Halaman 13-15.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Halaman 76.
Atmini, K.D., Gandjar I.G., dan Purnomo, A. 2011. Analisis Aplikasi Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen.
1(1):49–55.
Ditjen Binfar dan Alkes. 2008. Petunjuk Teknik Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1.
Leebov, W. and Scott Gail. 1994. Service Quality Improvement; The Customer
Satisfaction. Penerbit American Hospital Publishing Inc. Amerika.
Halaman 43.
MenKes RI. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1-3.
MenKes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73
Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 11-22.
Mulyagustina. Wiedyaningsih, C., dan Kristina, S. A. 2017. Implementasi
Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Apotek Kota Jambi. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. 7(2): 10-12.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Halaman 32.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Halaman 41.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Halaman 36.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009,
Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Halaman 9.
Satibi, E. H.D., Gusti, A. O., Karina, E., Achmad, F., dan Dyah Ayu Puspandari.
2017. Analisis Kinerja Apoteker dan Faktor Yang Mempengaruhi Pada
Era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas. Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi. 8(1): 206.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. Halaman 65.
Supardi, S., Rini, S. H., Raharni., Herman., dan Andi, L. S. 2011. Pelaksanaan
standar pelayanan kefarmasian di apotek dan kebutuhan pelatihan bagi
apotekernya. Buletin Penelitian Kesehatan. 39(3): 138 – 144.
Surahman, E.M., dan Husen, I.R. 2011. Konsep Dasar Pelayanan Kefarmasian
Berbasiskan Pharmaceutical Care. Jakarta: Widya Padjajaran, Bandung.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Halaman 44-47.
Tjahyadi.Y.E. 2013. Standar Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Rumah
Sakit X Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1):
19-22.

43
Universitas Sumatera Utara
Wiedenmayer K, Summers RS, Mackie CA, et al,. 2006. Developing Pharmacy
Practice. Switzerland: A Focus on Patient Care, World Health
Organization and International Pharmaceutical Federation. Halaman 76.
Zairina, E., dan Ekarina R.H,. 2003. Frekuensi dan Jenis Kesalahan yang Sering
Terjadi Dalam Penulisan Resep Obat Secara Umum. Jurnal Medika
Eksaka. 4(3): 203-213.

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

PENILAIAN STANDAR PELAYANAN FARMASI KLINIK

Nama Apotek :

Alamat :

Karakteristik Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Penghasilan :

Tahun Lulus :

Lama Pengalaman Kerja :

dilakukan dilakukan,
Tidak
PELAYANAN FARMASI dan tak
No dilakukan
KLINIK terdokume terdokume
(0)
ntasi (2) ntasi (1)
Pengkajian dan Pelayanan
1 Resep:
Pengkajian Resep meliputi
administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan
klinis
2 Dispensing:

Dispensing terdiri dari


penyiapan, penyerahan dan
pemberian informasi Obat

Pelayanan Informasi Obat


3
(PIO):

45
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian
informasi mengenai Obat
meliputi Obat Resep, Obat
bebas dan Obat herbal yang
tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek
penggunaan Obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat.
4 Konseling:
Konseling merupakan proses
interaktif antara Apoteker
dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien.
Pelayanan Kefarmasian di
5 Rumah (home pharmacy
care):
Apoteker sebagai pemberi
layanan diharapkan juga dapat
melakukan Pelayanan
Kefarmasian yang bersifat
kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya
Pemantauan Terapi Obat
6
(PTO):
Merupakan proses yang
memastikan bahwa seorang
pasien mendapatkan terapi
Obat yang efektif dan
terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping
Monitoring Efek Samping
7
Obat (MESO):

46
Universitas Sumatera Utara
Merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon
terhadap Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk
tujuan profilaksis, diagnosis
dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis

47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Daftar Apotek

No Nama Apotek Alamat


Jl. Garuda No. 94 Medan, Kec. Medan
1 Pelita
sunggal
2 Khalisha Jl. Bajak 2 No. 7, Kec. Medan Amplas
Jl. Karya Wisata Johor, Kec. Medan
3 Raden Sehat
Johor
Jl. Jemadi No.8, Pulo Brayan Darat,
4 Jemadi Natural
Kec. Medan Timur
Jl. Raya Jawa No.01 Kel. Gg Buntu
5 Guardian Centre Point Medan
Kec. Medan Timur
Jl. Selamat No. 1 Simpang Limun, Kec.
6 Saudara Jaya
Medan Amplas
Jl. Karet Raya No. 18, Kec. Medan
7 Marthen-1
Tuntungan
Jl. Brigjend Katamso No.53 C, Kec.
8 Keluarga Anda
Medan Maimun
Jl. Ngumban Surbakti No. 18, Kec.
9 Health
Medan Selayang
JL. Prof. H. M. Yamin No. 198 A, Kec.
10 Medan
Medan Baru
Jl. Gatot Subroto No. 90, Kec. Medan
11 Assa'adah
Petisah
Jl. Letjen Jamin Ginting No. 147, Kec.
12 Joy Pinta Farma
Medan Tuntungan
Jl. KL. Yos Sudarso KM. 13,5 No. 19,
13 Delima
Kec. Medan Kota
Jl. Saudara No. 64A Kel. Sudirejo 2
14 Wido Farma
Kec. Medan Kota
15 Juno Jl. Lahat No.7, Kec. Medan Kota
16 Bahagia Jl. Bahagia No.85, Kec. Medan Kota
Jl. Setia Budi No. 157 A,Kec. Medan
17 Gamma
Sunggal
18 MM JL. Denai No. 211 B, Kec. Medan Kota
JL. Gatot Subroto No.184 C, Kec.
19 Varia
Medan Petisah
20 Adenin Adenan JL. SM. Raja No. 4, Kec. Medan Kota
Jl. SM. Raja Simp. Marendal No. 20,
21 Bersama Sehat Baru
Kec. Medan Kota
Jl. Jamin Ginting No. 849, Kec. Medan
22 Nasional
Selayang
JL. Jamin Ginting No 567, Kec. Medan
23 Ulina
Selayang
JL. Masjid Taufik No. 120 B, Kec.
24 Tri Farma
Medan Perjuangan

48
Universitas Sumatera Utara
JL. Gaharu No. 76 A, Kec. Medan
25 Gaharu
Timur
JL. Aksara No. 39, Kec. Medan
26 Virya Farma
Tembung
JL. KL. Yos Sudarso No 87, Kec.
27 Meliana
Medan Kota
JL. Bunga Raya No. 12, Kec. Medan
28 Wulandari
Selayang
JL. Letda Sujono No. 108, Kec. Medan
29 Cahaya Baru
Tembung
Jl. Platina Raya No. 32 B, Kec. Medan
30 Mandiri
Marelan
Jl. Platina Titi Papan No. 66, Kec.
31 Tiara Jaya
Medan Deli
Jl. Bangka No. 58/52, Kec. Medan
32 Bangka Farma
Timur
33 Adistia Ebenty JL. Selamat No. 1, Kec. Medan Denai
Jl. Medan Tenggara VII,Kec. Medan
34 Generik Menteng VII
Denai
35 Bersinar JL. Pintu air IV, Kec. Medan Kota
JL. Panglima Denai No. 1 A, Kec.
36 Rahmat Setia Dua
Medan Amplas
JL. Besar Tembung, Kec. Medan
37 Terang Farma
Tembung
Jl. B. Zein Hamid No. 28, Kec. Medan
38 Suka Farma
Johor
39 Bintang Mulia JL. Rengas Pulau, Kec. Medan Deli
Jl. P. Denai No. 12, Kec. Medan
40 Vola
Amplas
41 Albe Farma JL. Sei Ular Baru, Kec. Medan Sunggal
JL. SM. Raja No. 53 B, Kec. Medan
42 Timoti
Kota
JL. Karya Wisata No. 31 A, Kec.
43 Kurnia Farma
Medan Johor
JL. Menteng Vii No. 65, Kec. Medan
44 Ridos
Denai
JL. Amal No. 32 C, Kec. Medan
45 Fortuna
Sunggal
JL. AR. Hakim No. 300, Kec. Medan
46 Keshia Farma
Area
47 Mito Berkah JL. Ringroad, Kec. Medan Sunggal
48 Mitra Usaha Jl Gurame no. 19 E, Kec. Medan Area
Jl. Bahagia By Pass No. 29 B, Kec.
49 Indah
Medan Kota
50 Imelda JL. Sudirman dsn III, Kec. Medan Deli
51 Bidara Jl karya no.120, Kec. Medan Baru
52 Central Jl H.M Yamin, Kec. Medan Baru

49
Universitas Sumatera Utara
Jl Marelan Raya Kel. Tanah 600, Kec.
53 Kaleb Papa
Medan marelan
54 Tri Jaya Jl karya kasih, no 5, Kec. Medan Johor
Jl Dr Mansyur No.66, Kec. Medan
55 Rs USU
Selayang
Jl Gajah Madano.7A, Kec. Medan
56 Natasha Skin Care
Petisah
Jl A.H. Nasution no A5, Kec. Medan
57 Johor
Johor
Jl K.L Yos sudarson no 115, Kec.
58 Kokarlin
Medan Kota
59 Ibnu Saleh Jl. H.M. Joni No. 164, Kec. Medan Area
Jl. Aluminium No.179, Kec. Medan
60 Nusantara
Deli
JL. Marelan Raya No. 185, Kec. Medan
61 Sumber Rezeki
Marelan
Jl. Gatot Subroto No. 137 D, Kec.
62 Rajawali
Medan Kota
63 RSI Malahayati Medan JL. Diponegoro, Kec. Medan Petisah
Jl H. Zainul Harifin no.85, Kec. Medan
64 Vita Bintang
Polonia
65 Tiara III Jl Gaperta no. 63, Kec. Medan Helvetia
66 Sumatera Jaya JL. Luku I, Kec. Medan Johor
JL. Iskandar Muda No. 150 C, Kec.
67 K24 Ismud
Medan Baru
68 Puma Medica Jl Karya Wisata, Kec. Medan Johor
Jl Marendal Dalam no 44, Kec. Medan
69 Mitra Sehat
Deli
70 Sabar Jl setia budi, Kec. Medan Sunggal
71 Global 88 JL. Sekip, Kec. Medan Petisah
Jl Rakyat no. 100 B, Kec. Medan
72 Bintang Timur
Perjuangan
Jl Tembakau Raya no.1, Kec. Medan
73 Prima Deo
Tuntungan
Jl. SM. Raja Km 11,5 no 10, Kec.
74 Sion21
Medan Kota
Jl cokroaminoto no.122, Kec. Medan
75 Bina Afma
Kota
76 Muthe Jl Sibiru –Biru, Kec. Medan Deli
Jl Mangaaan IV pasar ll No.2D, Kec.
77 Sahya
Medan Deli
78 Adel Jl Patimura no.22 E, Kec. Medan Baru
Jl. Kapten Rahmad Buddin, Kec. Medan
79 Ersin Farma
Marelan
Jl. H.M. Yamin No. 410, Kec. Medan
80 Nurhayati
Perjuangan

50
Universitas Sumatera Utara
Jl Iskandar Muda no 29 c, Kec. Medan
81 Terry Farma
Baru
Jl jendral Gatot subroto no.29, Kec.
82 Sinar Natural
Medan Petisah
Jl Gatot Subroto KM 6,5, Kec. Medan
83 Surya
Petisah
Jl SM Raja no.440A, Kec. Medan
84 Putra Farma
Amplas
JL. Jamin Ginting , Kec. Medan
85 Sinar Farma
Tuntungan
Jl. Rakyat No.155 Medan, Kec. Medan
86 Mini Medical Psr 3
Perjuangan
Jl. Rumah Potong Hewan No. 113,Kec.
87 Raya IV
Medan Deli
Jl. S. Parman No. 190 B, Kec. Medan
88 Apotek Inti
Petisah
Jl Beringin no.32 C, Kec. Medan
89 Fadil Farma
Tembung
Jl. Ayahanda No. 64 B,Kec. Medan
90 Marthen
Petisah
Jl Mandala Bypas, Kec. Medan
91 Ganda Farma
Tembung
Jl Klambir V no.56 B, Kec. Medan
92 Bayu Farma
Helvetia
93 Asia Farma Jl Asia no. 70, Kec. Medan Kota
94 Mitra Usaha Jl Gurame no. 19 E, Kec. Medan Area
Jl Tanjung Raya no.15, Kec. Medan
95 Hayati
Helvetia
Jl bambu ll no.20/55, Kec. Medan
96 Kardiotensi
Timur
97 Safira Jl bilal Ujung, Kec. Medan Tembung
98 Melinda Jl pelajat no.106, Kec. Medan Kota
Jl. Tuasan No. 3 D, Kec. Medan
99 Elroy
Tembung

51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Hasil Score

AP Total Nilai Kategori Score


1 9 Sedang
2 14 Baik
3 8 Sedang
4 10 Sedang
5 12 Baik
6 3 Buruk
7 4 Buruk
8 9 Sedang
9 4 Buruk
10 8 Sedang
11 12 Baik
12 12 Baik
13 4 Buruk
14 4 Buruk
15 4 Buruk
16 4 Buruk
17 4 Buruk
18 7 Sedang
19 5 Buruk
20 13 Baik
21 11 Baik
22 14 Baik
23 5 Buruk
24 6 Sedang
25 5 Buruk
26 4 Buruk
27 7 Sedang
28 7 Sedang
29 4 Buruk
30 7 Sedang
31 7 Sedang
32 7 Sedang
33 0 Buruk
34 7 Sedang
35 7 Sedang
36 4 Buruk
37 10 Sedang
38 4 Buruk
39 6 Sedang
40 10 Sedang
41 10 Sedang
42 5 Buruk
43 5 Buruk

52
Universitas Sumatera Utara
44 5 Buruk
45 14 Baik
46 5 Buruk
47 6 Sedang
48 4 Buruk
49 4 Buruk
50 5 Buruk
51 6 Sedang
52 5 Buruk
53 7 Sedang
54 4 Buruk
55 4 Buruk
56 1 Buruk
57 4 Buruk
58 1 Buruk
59 8 Sedang
60 9 Sedang
61 5 Buruk
62 6 Sedang
63 2 Buruk
64 4 Buruk
65 3 Buruk
66 5 Buruk
67 13 Baik
68 7 Sedang
69 6 Sedang
70 13 Baik
71 7 Sedang
72 7 Sedang
73 8 Sedang
74 6 Sedang
75 12 Baik
76 12 Baik
77 4 Buruk
78 11 Baik
79 3 Buruk
80 7 Sedang
81 2 Buruk
82 6 Sedang
83 5 Buruk
84 7 Sedang
85 8 Sedang
86 8 Sedang
87 7 Sedang
88 8 Sedang
89 4 Buruk
90 7 Sedang

53
Universitas Sumatera Utara
91 10 Sedang
92 8 Sedang
93 8 Sedang
94 10 Sedang
95 13 Baik
96 3 Buruk
97 6 Sedang
98 2 Buruk
99 2 Buruk

Rata-rata 6.6565657
±3.2329983

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4.Uji Univariat

 Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 7 6.9 7.1 7.1

perempuan 92 90.2 92.9 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

 Umur responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 23-37tahun 61 59.8 61.6 61.6

38-52tahun 31 30.4 31.3 92.9

53-65tahun 7 6.9 7.1 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

 Tahun lulus responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1983-1994 5 4.9 5.1 5.1

1995-2006 29 28.4 29.3 34.3

2007-2017 65 63.7 65.7 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

 Pengalaman kerja responden

55
Universitas Sumatera Utara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <5tahun 33 32.4 33.3 33.3

>5tahun 66 64.7 66.7 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

 Penghasilan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <Rp2.000.000 69 67.6 69.7 69.7

>Rp2.000.000 22 21.6 22.2 91.9

>Rp4.000.000 8 7.8 8.1 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

 Kategori score

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Buruk 42 41.2 42.4 42.4

Sedang 43 42.2 43.4 85.9

Baik 14 13.7 14.1 100.0

Total 99 97.1 100.0

Missing System 3 2.9

Total 102 100.0

56
Universitas Sumatera Utara
Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang
Farmasi Klinik

 Pengkajian dan Pelayanan Resep

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak dilakukan 13 13.1 13.1 13.1

Dilakukan dan tidak 53 53.5 53.5 66.7


terdokumentasi

dilakukan dan 33 33.3 33.3 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

 Dispensing

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak dilakukan 6 6.1 6.1 6.1

dilakukan dan tidak 57 57.6 57.6 63.6


terdokumentasi

dilakukan dan 36 36.4 36.4 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 9 9.1 9.1 9.1

dilakukan dan tidak 65 65.7 65.7 74.7


terdokumentasi

dilakukan dan 25 25.3 25.3 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

57
Universitas Sumatera Utara
 Konseling

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 8 8.1 8.1 8.1

dilakukan dan tidak 65 65.7 65.7 73.7


terdokumentasi

dilakukan dan 26 26.3 26.3 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

 Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Pharmacy Care)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 62 62.6 62.6 62.6

dilakukan dan tidak 26 26.3 26.3 88.9


terdokumentasi

dilakukan dan 11 11.1 11.1 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

 Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 44 44.4 44.4 44.4

dilakukan dan tidak 41 41.4 41.4 85.9


terdokumentasi

dilakukan dan 14 14.1 14.1 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

58
Universitas Sumatera Utara
 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak dilakukan 50 50.5 50.5 50.5

dilakukan dan tidak 36 36.4 36.4 86.9


terdokumentasi

dilakukan dan 13 13.1 13.1 100.0


terdokumentasi

Total 99 100.0 100.0

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Uji Bivariat

 Jenis kelamin responden * Kategori score

Crosstab
Count
Kategori score
buruk sedang baik Total
Jenis kelamin responden laki-laki 2 4 1 7
perempuan 40 39 13 92
Total 42 43 14 99

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .667a 2 .717
Likelihood Ratio .681 2 .712
Linear-by-Linear .301 1 .583
Association
N of Valid Cases 99
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .99.

 Umur responden * Kategori score

Crosstab
Count
Kategori score
buruk sedang baik Total
Umur responden 23-37tahun 25 27 9 61
38-52tahun 12 15 4 31
53-65tahun 5 1 1 7
Total 42 43 14 99

60
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 3.123a 4 .538
Likelihood Ratio 3.369 4 .498
Linear-by-Linear .566 1 .452
Association
N of Valid Cases 99

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .99.

 Tahun lulus responden * Kategori score

Crosstab
Count
Kategori score
buruk sedang baik Total
Tahun lulus responden 1983-1994 3 1 1 5
1995-2006 14 11 4 29
2007-2017 25 31 9 65
Total 42 43 14 99

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.072a 4 .722
Likelihood Ratio 2.175 4 .704
Linear-by-Linear .534 1 .465
Association
N of Valid Cases 99

a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .71.

61
Universitas Sumatera Utara
 Pengalaman kerja responden * Kategori score

Crosstab
Count
Kategori score
buruk sedang baik Total
Pengalaman kerja <5tahun 15 14 4 33
responden >5tahun 27 29 10 66
Total 42 43 14 99

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .262a 2 .877
Likelihood Ratio .264 2 .876
Linear-by-Linear .257 1 .612
Association
N of Valid Cases 99

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 4.67.

 Penghasilan responden * Kategori score

Crosstab
Count
Kategori score
buruk sedang baik Total
Penghasilan responden <Rp2.000.000 26 34 9 69
>Rp2.000.000 9 9 4 22
>Rp4.000.000 7 0 1 8
Total 42 43 14 99

62
Universitas Sumatera Utara
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 8.586a 4 .072
Likelihood Ratio 11.126 4 .025
Linear-by-Linear 2.022 1 .155
Association
N of Valid Cases 99
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.13.

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Surat Judul Penelitian Skripsi

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Surat Permohonan Izin Melakukan Survei

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Surat Permohonan Pengambilan Data

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Surat Bukti Menyeleseikan Pengambilan Data

67
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai