Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA

DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI DALAM PENANGANAN


DEMAM PADA ANAK DI KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN
BANYUWANGI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Khusnul Khotimah
NIM 152210101025

BAGIAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah pemilihan dan penggunaan
obat-obatan yang dimaksudkan untuk terapi kesehatan tanpa konsultasi kepada
tenaga kesehatan tentang indikasi, dosis, dan durasi perawatan. (Hassan dkk.,
2014). Swamedikasi merupakan satu bagian yang sangat penting dalam sistem
kesehatan dan merupakan upaya individu anggota masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Rikomah, 2016). Swamedikasi
menjadi upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala
penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan (Kemenkes RI,
2008).

Berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional (Susenas), Badan Pusat


Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2017 terdapat 69,43% orang sakit di
Indonesia yang melakukan swamedikasi. Angka ini relatif lebih tinggi
dibandingkan persentase penduduk yang melakukan swamedikasi di tahun 2016
(63,77%) dan 2014 (61,05%), sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku
swamedikasi di Indonesia cukup besar (BPS, 2018a). Hal ini dapat disebabkan
beberapa faktor, diantaranya persepsi masyarakat tentang penyakit ringan, harga
obat yang lebih terjangkau, serta kepraktisan dalam penggunaan obat yang dapat
digunakan untuk mengatasi penyakit ringan dengan penanganan sendiri dengan
obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter (Rikomah, 2016). Swamedikasi
biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang
banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Kemenkes RI, 2007)

Demam merupakan keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu
tubuh di atas 37,8º Celsius (100º F). Saat demam, kenaikan suhu tubuh diatur oleh
hipotalamus sebagai respons terhadap pirogen, sehingga menyebabkan
peningkatan thermoregulator tubuh. Demam yang disertai dengan peningkatan
suhu tubuh yang terlalu tinggi perlu diwaspadai karena dapat berdampak buruk.
Demam diatas suhu 41º Celsius (hyperpyrexia) dapat menyebabkan berbagai
perubahan metabolisme dan fisiologis. (Berardi dkk., 2009)

Demam adalah tanda penyakit yang sering dialami oleh anak-anak. Ketika
anak mengalami demam, biasanya menjadi situasi tidak nyaman bagi sebagian
besar orangtua. Suhu tubuh anak meningkat, kadang disertai menggigil, rewel,
terus-menerus menangis, sehingga menyita waktu dan energi orang tua. Berbagai
cara dilakukan untuk menurunkan demam. Mulai dari segera meminumkan obat
penurun panas sampai dengan tergesa-gesa membawa anak ke dokter yang kadang
berujung pemberian antibiotik tanpa kejelasan diagnosis penyakit (Arifianto dan
Hariadi, 2017). Padahal demam merupakan respon alami tubuh dan yang
berbahaya bukan demam itu sendiri melainkan penyakit yang mendasarinya.
(Adam, 2013). Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan orang tua khususnya ibu
dalam menangani demam pada anak.

Wilayah Kecamatan Muncar adalah bagian dari wilayah Kabupaten


Banyuwangi dengan jumlah penduduk terbanyak diantara kecamatan lainnya.
Dengan luas wilayah 76,90 km2, jumlah penduduk per tahun 2017 sebesar
129.987 jiwa (laki-laki 66.018 jiwa dan perempuan 63.969 jiwa) (BPS, 2018b)
Jumlah balita per 2016 adalah 9875 merupakan jumlah balita terbanyak di
bandingkan seluruh kecamatan lainnya (Dinkes, 2017). Berdasarkan penjelasan
diatas peneliti terdorong untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan
sikap orang tua dengan perilaku swamedikasi dalam penanganan demam pada
anak di kecamatan Muncar kabupaten Banyuwangi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah faktor yang mendorong swamedikasi demam oleh ibu-ibu di
Kecamatan Muncar, Banyuwangi?
2. Bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap ibu-ibu di Kecamatan
Muncar, Banyuwangi dalam melakukan swamedikasi demam pada anak?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu-ibu mengenai
swamedikasi demam di Kecamatan Muncar, Banyuwangi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui faktor yang mendorong swamedikasi demam oleh ibu-ibu di
Kecamatan Muncar, Banyuwangi.
2. Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap ibu-ibu di di Kecamatan
Muncar, Banyuwangi mengenai swamedikasi demam pada anak.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu-ibu mengenai
swamedikasi demam di di Kecamatan Muncar, Banyuwangi

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti
Dapat dijadikan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
Serta menambah informasi mengenai gambaran pengaruh pengetahuan
dan sikap ibu yang melakukan swamedikasi.
2. Bagi masyarakat
Dapat dijadikan dokumentasi dan memberikan informasi mengenai
swamedikasi penanganan demam pada anak dengan benar di Kecamatan
Muncar, Banyuwangi
DAFTAR PUSTAKA

Adam, H. M. 2013. Fever: measuring and managing. Pediatrics in Review.


34(8):368–370.
Arifianto dan nurul i Hariadi. 2017. Berteman Dengan Demam. depok:
KataDepan.
Berardi, R., S. Ferreri, A. Hume, L. Kroon, G. D. Newton, nicolas G. Popovich,
tami L. Remington, carol J. Rollings, leslie A. Shimp, dan karen J. Tietze.
2009. Handbook of Nonprescription Drugs. APhA. 2009.
BPS. 2018a. Indikator Kesehatan 1995-2017. 2018.
BPS. 2018b. Kecamatan muncar dalam angka 2017
Dinkes. 2017. Profil kesehatan kabupaten banyuwangi tahun 2016. Profil
Kesehatan. 32.
Hassan, sarah A. kareem, badreldin said Hagnour, dan eman mukhtar Nasr.
2014. Self-medication. Sudan Journal of Rational Use of Medicine. (6):14–
15.
Kemenkes RI. 2007. Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas. Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 9–14.
Kemenkes RI. 2008. Materi pelatihan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan memilih obat bagi tenaga kesehatan. Modul. 1–68.
Rikomah, setya enti. 2016. Farmasi Klinik. yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai