9.1 Pendahuluan
Strategi dalam pendirian klinik dan griya jamu harus menggambarkan secara
sistematis dan terpikir dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Langkah awal
dalam strategi pendirian klinik dan griya jamu dimulai dengan perencanaan tipe klinik apa
pada pendirian klinik dan griya jamu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.003/MENKES/PER/I/2010 klinik jamu terbagi menjadi 2 yaitu klinik jamu tipe
A dan klinik jamu tipe B. Sebuah klinik jamu dapat dikatakan klinik jamu tipe A atau tipe B
ketika telah memenuhi beberapa persyaratan dalam ketenagakerjaan, sarana dan fasilitas
yang harus tersedia. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman Klinik Jamu ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Berdasarkan rencana pendirian klinik saintifaksi jamu dan griya jamu khususnya
untuk klinik dipilih klinik jamu tipe A. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.003/MENKES/PER/I/2010 Klinik dan apotek saintifikasi jamu tipe A harus
memenuhi beberapa aspek antara lain :
a. Ketenagaan yang meliputi :
1) Dokter sebagai penanggung jawab
2) Asisten Apoteker.
3) Tenaga kesehatan komplementer alternatif lainnya sesuai kebutuhan.
4) Diploma (D3) pengobat tradisional dan/atau pengobat tradisional ramuan
yang tergabung dalam Asosiasi Pengobat Tradisional yang diakui
Departemen Kesehatan.
5) Tenaga administrasi.
b. Sarana yang meliputi:
1) Peralatan medis
2) Peralatan jamu.
3) Memiliki ruangan :
a) Ruang tunggu.
b) Ruang pendaftaran dan rekam medis (medical record).
c) Ruang konsultasi/pelaksanaan penelitian.
d) Ruang pemeriksaan/tindakan.
e) Ruang peracikan jamu.
f) Ruang penyimpanan jamu.
g) Ruang diskusi.
h) Ruang laboratorium sederhana.
i) Ruang apotek/griya jamu.
Strategi selanjutnya yaitu berkaitan dengan pelayanan apa saja yang akan
diberikan. Pelayanan klinik dan griya jamu berupa Pelayanan kesehatan tradisional yang
telah terbukti baik secara empiris ataupun ilmiah. Strategi–strategi yang telah terkumpul
kemudian dirangkum menjadi strategi analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity,
Threat) yaitu mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Setelah strategi
analisis SWOT terbentuk harus menentukan target masyarakat maupun tenaga kesehatan
yang akan berkesinambungan dengan klinik saintifikasi jamu. Sehingga mendorong
terbentuknya jejaring dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya sebagai peneliti
dalam rangka upaya preventif, promotif, rehabilitatif dan paliatif melalui penggunaan jamu.
Rencana pembangunan klinik dan griya jamu dibuat di area kampus Universitas
Jember tepatnya bekerja sama dengan Unit Medical Center yaitu fasilitas kesehatan milik
universitas Jember.
Kekuatan/Strenght Kelemahan/weakness
Lokasi Klinik SJ “Seger Waras” berada di Klinik SJ “Seger Waras” baru merintis
daerah padat penduduk dan merupakan Dana terbatas sehingga produk jamu
jalur utama kendaraan masih terbatas
Tidak terdapat pesaing klinik SJ lain di Memiliki tempat parkir yang terbatas
daerah yang sama untuk roda 4
Memberikan pelayanan prima setiap hari
senin-jum’at mulai pagi hari pkl 08.00
hingga malam hari pukul 17.00
Memberikan pelayanan seperti
konsultasi, edukasi dan monitoring dari
penggunaan jamu bagi konsumen
Ada praktik apoteker yang selalu standby
Sistem manajemen dan komputerisasi
yang baik.
Peluang/Opportunity Ancaman/Threats
Bekerjasama dengan B2P2TOOT Kelengkapan jenis produk jamu yang
Melakukan promosi penggunaan jamu tersedia
dengan memasang papan iklan atau Masyarakat belum mengetahui peran
reklame apoteker saintifikasi jamu dalam menjaga
keamanan, efektivitas serta mutu obat.
9.3 Kompetitor
Dalam strategi bisnis pembukaan klinik saintifikasi dan griya jamu, harus juga
mempertimbangkan kompetitor yang sudah ada. Kompetitor ini berperan menentukan ke
arah mana kita akan bersaing dan mengambil pasar serta peran dalam memberikan
pelayanan obat tradisional di masyarakat. Ada beberapa industri obat tradisional yang
berada di Indonesia saat ini yaitu PT Deltomed, PT Air Mancur, PT. Sido Muncul dan Klinik
Hortus Medika yang dikelola oleh B2P2TOOT.
Dalam pendirian suatu klinik dan griya jamu, diperlukan analisa keuangan guna
menentukan besaran biaya yang akan di anggarkan untuk pendirian dan jalannya usaha
tersebut. Keuangan klinik Hortus Medika yang di kelola oleh B2P2TOOT dapat digunakan
untuk menjadi dasar analisa penyusunan anggaran. Karena klinik saintifikasi jamu milik
B2P2TOOT tersebut merupakan contoh standar klinik saintifikasi jamu yang berada di
Indonesia. Alokasi anggaran bisa dilihat dalam Tabel 9.1 berikut:
Masalah yang sering dikeluhan pasien hingga saat ini adalah pengobatan tradisional
belum bisa ditanggung oleh BPJS. Diakui oleh dokter di B2P2TOOT bahwa hal ini menjadi
salah satu kendala menjadi tidak optimalnya pelayanan ini karena pasien diharuskan
membayar biaya jamu. Sesuai dengan PP Nomor 21 Tahun 2013 Pasal 3 menyebutkan
bahwa jasa pelayanan poliklinik dan jasa pelayanan saintifikasi jamu merupakan jenis
penerimaan negara bukan pajak sehingga harus dikenakan tarif dengan besaran yang telah
ditentukan. Bila dibandingkan dengan biaya berobat di puskesmas yang gratis karena BPJS,
maka biaya jamu di Hortus Medika menjadi mahal, yang notabenya banyak pasien yang
menggunakan obat tradisional merupakan pasien dengan taraf ekonomi menengah
kebawah.
Pintu masuk
= hanya petugas