ATfflA JAVA
"Bersatu Mengabdi Sesama, Andal Layan Peduli Hati"
09/Pad_RSAJ/FARMASI/00/X/2015
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang telah diberikan
kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Atma
Jaya ( RSAJ ) ini.
Dalam Buku Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Atma Jaya diuraikan tentang Tata laksana
pelayanan dan Keselamatan Pasien.
Diharapkan dengan adanya buku ini dapat membantu peningkatan mutu kualitas pelayanan farmasi.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak
dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Farmasi ini.
Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan - kekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini
secara berkesinambungan akan terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan dalam pengembangan Rumah
Sakit ini.
Penyusun
DAFTARISI
Lembar Pengesahan j
Kata Pengantar ii
Daftarlsi Hi
BAB I
PENDAHULUAN 1
BAB II
STANDAR KETENAGAAN 4
BAB III
STANDAR FASILITAS 8
BAB IV
BABV
LOGISTIK 48
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN 50
BAB VII
KESELAMATAN KERJA 71
BAB VIII
ATmfiJAVfi
BAB I
PENDAHULUAN
ATmflJAVA
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesiflkasi dan ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesiflkasi dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
2. Pelayanan Kefarmasian (Fungsional)
a. Pengkajian resep
b. Dispensing
c. Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat
d. Pelayanan Informasi Obat
e. Konseling
f. Pengkajian Penggunaan Obat
Instalasi Farmasi meiayani pasien dengan resep tunai, pasien BPJS, pasien karyawan perusahaan.
Instalasi Farmasi hanya menerima resep yang ditulis oleh dokter karyawan Atma Jaya dan dokter koas
yang ditanggungjawabkan oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien).
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
RUMAH SAKIT
ATMA JAVA
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
ATmA JAVA
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
--53
AimA JAVA
2. Distribusi Ketenagaan
a) Apoteker
Tenaga apoteker didistribusikan di apotik polispesialis, apotik poiibagian (cosmas) dan apotik
sentral. Logistik farmasi dipimpin oleh seorang apoteker. Tenaga apoteker juga bertanggung
jawab dalam kontrol obat/alkes yang disimpan di ruang pelayanan.
c) Administrasi Farmasi
Tenaga administrasi di distribusikan untuk menangani administrasi yang berhubungan dengan
pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap.
d) Pekarya
Tenaga kebersihan didistribusikan di logistik farmasi, apotik sentral, apotik polipsesialis dan apotik
poiibagian. Runner farmasi hanya di apotik sentral untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke
ruang rawat inap.
AimA JAVA
Selain kebutuhan apoteker untuk pelayanan kefarmasian di rawat inap dan rawat jalan,
diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang apoteker untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di
ruang tertentu, yaitu:
Setiap staf di rumah sakit harus diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Peran Kepala Instalasi Farmasi dalam pengembangan staf dan program
pendidikan meliputi:
1. Menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan
kebutuhan pengembangan kompetensi SDM.
2. Menentukan dan mengirim staf sesuai dengan spesiflkasi pekerjaan(tugas dan tanggung
jawabnya) untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan.
3. Menentukan staf sebagai narasumber/pelatih/fasilitator sesuai dengan kompetensinya.
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
2.5 Waktu Pelayanan
Pelayanan 3 shift (24 jam)
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
BAB III
STANDAR FASILITAS
a. Apotek Sentral
Meja Penyimpanan
Racik
Ruang Stok Infus
Ruang Produksi
Ka. Instalasi
Meja Timbang
infus kulkas dan Penyiapan
Obat
Tablet
Meja kemas
Alkes Syrup
Alkes
Injeksi
Penerimaan resep
Obat Luar
a y
h
u
1
e p
Tablet
Obat Luar
-
penerimaan resep
RUMAH SAKIT
- 5=-
ATmAJAVA
a. Logistik Farmasi
Barang
Obat
ka
da
|u
Lemari
Meja Kartu Stok Kosong
Arsip
Kulkas Alkes
Nar
Alkes kotika
Alkes
Injeksi
Psiko
tropika Tablet
Obat
O
cr
to
5"
7s
T)
3
1)
Obat
Penyerahan obat
Penerimaan resep
ATmAJAVA
b. Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapi, tertib, efisien untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi sediaan dan dipisahkan antara :
> Ruang produksi sediaan non steril
> Ruang produksi sediaan steril
c. Ruang Penyimpanan
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang
terdiri dari :
10
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Sebaiknya ada ruang khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada pasien.
Peralatan
Penyimpanan obat
- lemari obat
- kulkas obat
- Pallet
- Manometer
Produksi obat
- Meja racik
- Meja kemas
- Alat produksi (stamper, mortir, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, spatula)
Pendistribusian obat & Informasi Obat
- meja penyerahan
- kursi
- Buku
Penunjang ATK
- komputer
- kalkulator
- Printer
11
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
BAB IV
12
RUMAH SAKIT
AT1T1A JAVA
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah
ditetapkan
c. Mutu
d. Harga
e. Ketersediaan di pasaran
f. Formularium Nasional
Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit dapat berdasarkan data pemakaian oleh
pemakai, Daftar harga alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dan Alkes, serta
spesiflkasi yang ditetapkan oleh rumah sakit.
Perencanaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu
pengadaan perbekalan farmasi sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta efisien.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan jumlah dan jenis perbekalan farmasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan menjamin ketersediaan perbekalan farmasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan perencanaan adalah:
13
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
Adapun pendekatan perencanaan kebutuhan dilakukan melalui metode konsumsi
Metode Konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riil konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah:
> Pengumpulan dan pengolahan data
> Analisa data untuk informasi dan evaluasi
a. Data konsumsi, data obat dan data jumlah kontak pasien kemungkinan sulit untuk didapat.
b. Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan pola preskripsi.
c. Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan, obat yang berlebih
atau adanya kehilangan.
d. Pencatatan data morbiditas yang baik tidak diperlukan.
Beberapa evaluasi yang digunakan dalam perencanaan obat menurut Pudjaningsih (1996) adalah :
a. Persentase Dana
Persentase dana yang tesedia di IFRS disbanding kebutuhan dana yang sesungguhnya
Nilai standar persentase dana yang tersedia adalah 100%
b. Penyimpangan Perencanaan
Jumlah item obat dalam perencanaan dan jumlah item obat dalam kenyataan pakai
Nilai standar batas penyimpangan perencanaan adalah 20-30%
14
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Pengadaan Perbekalan Farmasi adalah suatu proses merealisasikan hasil perencanaan. Tujuan dari
pengadaan perbekalan farmasi adalah untuk menyediakan perbekalan farmasi dengan jumlah dan
jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Kriteria yang harus dipenuhi dalam
pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah:
Instalasi farmasi hanya membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang telah
memiliki izin edar atau nomor registrasi.
Mutu sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.
Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dari jalur resmi, yaitu pedagang
besar farmasi, industri farmasi, rumah sakit lain atau apotek lain.
Dilengkapi dengan persyaratan administrasi seperti faktur, dll.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai antara lain:
Pembelian obat ke apotik atau rumah sakit sekitar RS Atma Jaya dapat dilakukan apabila terjadi
kekosongan stok yang diakibatkan kekosongan stok nasional atau untuk obat di luar formularium
tetapi dibutuhkan untuk indikasi tertentu.
Hal yang perlu diperhatikan untuk pembelian ke rumah sakit atau apotik sekitar:
1. Bila stok obat kosong, konfirmasi terlebih dahulu kepada dokter penulis resep apakah obat
dapat disubstitusi atau tidak. Bila tidak dapat disubstitusi, obat dapat dibeli ke rumah sakit
atau apotek sekitar.
2. Pengajuan pembelian obat ke pengadaan dengan menggunakan Surat Permintaan
Pembelian Tunai yang telah ditandatangani oleh Supervisor farmasi. Bila Supervisor farmasi
tidak berada di tempat maka dilakukan pendelegasian kepada apoteker yang bertugas. Bila
kepala instalasi farmasi dan apoteker tidak berada di tempat maka konfirmasi boleh
dilakukan dengan melalui telepon dan meminta tanda tangan keesokan harinya.
15
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
3. Daftar obat di luar stok RS Atma Jaya dapat dibeli ke apotik yang telah kerja sama.
Pembelian obat di luar formularium dapat dilakukan bila memang diperlukan untuk indikasi
medis tertentu. Dokter menulis permohonan pembelian obat di formulir Permintaan Khusus
obat Non Formularium dan dapat dibeli setelah mendapat persetujuan dari Komite Farmasi
dan Terapi (KFT).
4. Pembelian obat ke apotik atau rumah sakit sekitar dilakukan oleh unit pengadaan (bila
pada jam kerja: 07.00-15.30 WIB). Di luar jam kerja dilakukan oleh staf farmasi yang
bertugas bila obat tidak dapat disubstitusi.
3. Konsinyasi
4. Donasi dari pemerintah untuk obat program pemerintah
Berikut penjelasan dari jenis-jenis pengadaan
1. Pembelian
Pembelian dapat dilakukan secara langsung dari Pedagang Besar Farmasi, rumah sakit atau
apotik di luar RS Atma Jaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelian adalah:
1. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang meliputi
kriteria umum dan kriteria mutu obat;
2. Persyaratan pemasok
3. Pengadaan rutin dilakukan setiap 1 minggu sekali. Waktu jatuh tempo barang yang
dipesan adalah 4 hari dari tanggal pemesanan. Jika lebih dari empat hari barang tidak
datang, maka akan dilakukan pengalihan pemesanan ke distributor lainnya.
4. Rencana pengadaaan sesuai dengan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang telah
mencapai stok minimum.
5. Pembelian dilakukan ke supplier yang telah MOU dengan RS Atma Jaya.
6. Unit Pengadaan melakukan pembelian langsung ke supplier sesuai dengan Surat
Permintaan Pembelian dari farmasi.
16
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Pemasok adalah suatu organisasi atau lembaga yang menyediakan atau memasok produk
atau pelayanan kepada konsumen. Pemasok obat untuk rumah sakit pada umumnya adalah
industri farmasi atau pedagang besar farmasi. Untuk memperoleh perbekalan farmasi yang
bermutu baik perlu dilakukan pemilihan pemasok obat yang baik dan produk obat yang memenuhi
semua persyaratan dan spesiflkasi mutu.
Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi dan
penjualan (telah terdaftar)
Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000
Mempunyai reputasi yang baik, artinya tidak pernah:
1. Melakukan hal-hal yang melanggar hukum yang berlaku
2. Menghasilkan atau menjual produk yang tidak memenuhi syarat
3. Mempunyai sediaan obat yang ditarik dari peredaran karena mutu yang buruk
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajiban sebagai pemasok produk obat yang
selalu tersedia dan dengan mutu yang baik serta harga yang kompetitif
b. Kewajiban Pemasok
1. Ketentuan Teknis
17
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
- Pemasok harus memberikan informasi bila terjadi kekosongan obat dan
memberikan surat edaran pemberitahuan kekosongan stok
2. Produksi
Produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Formulasi obat yang
diproduksi dapat dilihat di Buku Produksi RS Atma Jaya.
Sediaan farmasi yang pengadaannya melalui produksi adalah sediaan farmasi yang memenuhi
kriteria antara lain:
b. Lotion
Acne Lotion
c. Pengenceran
Alkohol 70%
Betadine 3%
Hidrogen Peroksida 2%
Hidrogen Peroksida 3%
d. Sediaan yang tidak stabil dalam Penyimpanan
Kapsul NaCI 500 mg
Kapsul Natrium Bicarbonat 500 mg
Kapsul Calcium Carbonate (CaC03) 500 mg
e. Handsrub
18
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
3. Konsinyasi
Konsinyasi adalah hubungan kerja sama antara Farmasi RS Atma Jaya dengan pemasok
(industri farmasi atau PBF), dimana pemasok sebagai pemilik barang akan memasukkan atau
menitipkan barang ke farmasi RS Atma Jaya dan farmasi RS Atma Jaya akan membayar sejumlah
nilai nominal dari barang yang terjual dengan ketentuan yang telah disepakati.
Berikut proses pelaksanaan transaksi konsinyasi:
a. Sebelum pemasok menitipkan atau memasukkan barang, awalnya akan dilakukan terlebih
dahulu kesepakatan konsinyasi (MOU) yang mengatur tentang sistem konsinyasi, jenis
barang, harga, diskon barang dan ketentuan lain sesuai dengan kesepakatan dan
kebutuhan masing-masing pihak.
b. Setelah terjadi kesepakatan, maka pemasok akan memasukkan atau menitipkan sejumlah
barang untuk disimpan di farmasi RS Atma Jaya. Jenis barang sesuai dengan kesepakatan.
Dilakukan pencatatan di farmasi yang memuat jumlah dan jenis barang yang dititipkan oleh
pemasok dan dilakukan serah terima yang ditanda tangani oleh pihak farmasi RS Atma
Jaya dan pemasok.
c. Barang yang dititipkan diinput ke dalam sistem informasi rumah sakit.
d. Setiap bulan pihak pemasok akan melakukan pengecekan bersama dengan petugas
farmasi. Jumlah barang yang terjual akan di masukkan ke Surat Permintaan Pembelian dan
diajukan ke unit pengadaan untuk dibuat Surat Pesanan dan dilakukan pembayaran ke
pemasok tersebut.
e. Pemasok akan menambah jumlah barang yang telah mencapai stok minimum. Setiap
penambahan akan dilakukan serah terima dan pencatatan.
f. Konsinyasi diutamakan untuk perbekalan farmasi yang memiliki spesiflkasi ukuran yang
beragam dan harga yang mahal sehingga bila dilakukan dengan pembelian langsung
beresiko rugi karena kadaluarsa atau beresiko pengendapan modal, misalnya: produk
implan.
4. Donasi
Obat donasi yang tersedia di Instalasi Farmasi RS Atma Jaya adalah obat donasi dari
pemerintah. Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sumbangan/dropping/ hibah.
19
RUMAH SAKIT
ATiTiA JAVA
Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan cara sumbangan/dropping/hlbah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan
jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk
mengembalikan/menolaksumbangan/^rc^/^/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi rumah sakit.
- Kriteria kesalahan faktur: adanya ketidakcocokan jenis obat, jumlah obat dalam satu item
atau jenis obat dalam faktur terhadap surat pesanan
- Penyebab:
s Tidak ada stok atau barang habis di PBF
/ Stok barang yang tidak sesuai
/ Reorder atau frekuensi pemesanan terlalu banyak
3. Frekuensi Ketepatan waktu Pengiriman Perbekalan Farmasi
Penerimaan Perbekalan Farmasi adalah kegiatan menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Penerimaan Perbekalan Farmasi dilakukan di Logistik
Farmasi. Tujuannya yaitu untuk menjamin kesesuaian jenis, spesiflkasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam pesanan.
Setelah barang yang di order tersebut datang, barang tersebut diterima bersama dengan
faktur dan surat pesanan dan diterima oleh petugas logistik farmasi. Bila barang yang diterima
tidak sesuai dengan faktur maka petugas logistik farmasi berhak menolak dan meretur kembali ke
distributor tersebut dan melakukan konfirmasi ke unit pengadaan. Bila barang yang datang, tidak
sesuai dengan Surat Pesanan maka logistik farmasi melakukan konfirmasi kepada Unit Pengadaan
agar ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
20
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Bila barang yang diterima telah sesuai dengan faktur maka kemudian faktur tersebut ditanda
tangani oleh petugas yang menerima di bagian logistik farmasi dan mengambil Copy faktur sebagai
dokumentasi dan kemudian akan dicetak RFA.
21
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
3. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
4. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung
5. Jangan menyimpan obat dengan kekuatan yang sama pada wadah yang sama
6. Berilah stiker LASA pada wadah obat yang masuk dalam daftar obat LASA. Jangan menyimpan
obat yang saling LASA secara berdampingan.
7. Pada setiap penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok obat
8. Jangan meletakkan obat langsung di atas lantai.
9. Jangan menumpuk obat melewati tumpukan maksimal obat
10. Dilengkapi dengan kartu stok obat
11. Menerapkan system FIFO dan FEFO
22
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Petunjuk Pelaksanaan:
1. Simpanlah B3 di lemari tertutup. Lemari tidak terbuat dari kaca.
2. Kelompokkanlah B3 menurut jenisnya :
- Mudah meledak, sangat mudah sekali menyala, mengoksidasi, sangat mudah menyala,
mudah menyala
- Amat sangat beracun, sangat beracun, beracun
- Berbahaya, korosif, bersifat iritasi, berbahaya bagi lingkungan, karsinogenik,
teratogenik, mutagenik
- B3 pengoksidasi jangan disimpan berdekatan dengan B3 mudah menyala. Contoh H202
dan Alkohol.
Penyimpanan dan pengelolaan B3(Bahan Beracun dan Berbahaya) akan diatur lebih lanjut
pada Panduan Pengelolaan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
3. Penyimpanan Perbekalan Emergensi
Ketentuan perbekalan emergensi:
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah ditetapkan;
b. Disimpan di troli emergensi. Tidak boleh bercampur dengan persediaan
Obat untuk kebutuhan lain;
23
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Apabila lemari memiliki ukuran kurang dari 40 cm x 80 cm x 100 cm, maka dibuat pada
tembok/lantai
- Tidak boleh menyimpan atau meletakkan barang-barang selain narkotika
c. Setiap pemasukan dan pengeluaran dicatat pada kartu stok. Pengeluaran selain dicatat
pada kartu stok harus dicatat juga di Buku Pengeluaran Psikotropika dan Buku
Pengeluaran Narkotika
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya
b. gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan
Pencatatan Stok Obat
24
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber) dan diletakkan bersama obat pada lokasi
penyimpanan. Bagian judul pada kartu stok diisi dengan nama obat dan kekuatan obat.
4. Jumlah keluar
5. Sisa stok
Adapun tanda-tanda perubahan mutu obat sesuai dengan standar obat yang ditetapkan yaitu:
1. Tablet
a. Pecah-pecah, terjadi perubahan warna dan lengket satu dengan yang lainnya.
b. Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
4. Cairan
25
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
b. Konsistensi berubah
d. Bau berubah
6. Injeksi
a. Kebocoran wadah (vial, ampul)
b. Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
c. Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan
d. Warna larutan berubah
26
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian adalah dengan mengembalikan
beberapa obat kepada PBF atau menginformasikan kepada dokter obat yang termasuk stok mati
agar diresepkan kembali oleh dokter sesuai dengan indikasi.
3. Persentase nilai stok kosong
Stok kosong adalah jumlah stok akhir obat sama dengan nol; stok obat di gudang mengalami
kekosongan dalam persediaannya sehingga bila ada permintaan tidak bisa terpenuhi.
Faktor-faktor penyebab terjadinya stok kosong:
a. Tidak terdeteksinya obat yang hampir habis
b. Hanya ada persediaan yang kecil untuk obat-obat tertentu (slow moving)
c. Barang yang dipesan belum dating
d. PBF mengalami kekosongan
e. Pemesananya ditunda oleh PBF
b. Pendistribusian
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan:
- Efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada
- Metode sentralisasi atau desentralisasi
- Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
27
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
perbekalan farmasi yang dibutuhkan dengan cepat pada saat keadaan mendesak. Perbekalan
farmasi yang disimpan di ruang rawat adalah perbekalan farmasi yang sering dibutuhkan
pasien. Jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang disimpan di ruang rawat berdasarkan daftar
stok masing-masing unit rawat.
Distribusi obat/alkes kepada pasien rawat inap sesuai dengan waktu pendistribusian yaitu:
a. Resep yang masuk pukul 07.00 WIB s/d 09.00 WIB didistribusikan pada pukul 11.00 WIB
b. Resep yang masuk pukul 09.01 WIB s/d 11.00 WIB didistribusikan pada pukul 13.00 WIB
c. Resep yang masuk pukul 11.01 WIB s/d 13.00 WIB didistribusikan pada pukul 15.00 WIB
d. Resep yang masuk pukul 13.01 WIB s/d 17.00 WIB didistribusikan pada pukul 19.00 WIB
Sistem distribusi unit dose kombinasi dengan resep perseorangan telah dilakukan di unit
Djaya Saputra. Sistem unit dose dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Obat disiapkan dalam bentuk dosis tunggal untuk satu hari pemakaian.
b. Untuk hari minggu atau hari libur, maka obat disiapkan satu hari sebelumnya untuk
konsumsi hari tersebut (misalnya: untuk hari minggu, maka obat disiapkan pada hari sabtu
sampai dengan hari minggu
c. Pencatatan obat yang diresepkan dilakukan di formulir Profil Pencatatan Pasien sebagai
bahan dokumentasi di instalasi farmasi.
d. Profil Pencatatan Pasien akan dibandingkan dengan Catatan Pemberian Obat di rekam
medis dan bila ditemukan adanya perbedaan maka dilakukan konfirmasi kepada perawat
yang bertugas
3. tepat Dosis
4. tepat Waktu dan frekuensi pemberian,
28
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
b. Permintaan perbekalan farmasi dengan menggunakan Buku Permintaan Obat (BPO) untuk
obat dan Buku Permintaan Barang (BPB) untuk alkes.
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
29
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk
pasien rawat inap.
4. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi 1 + 2 atau 2 + 3 atau 1 + 3.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kesalahan pemberian obat yang terjadi di instalasi farmasi
Adalah suatu pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat (antara
lain: kemasan rusak atau pecah, isisnya rusak(berubah warna,bau atau bentuk)) dan sudah
kadaluarsa
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai bila:
30
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan;
2. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
3. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
oleh BPOM atau pabrikan asal. Obat yang ditarik dari peredaran harus segera ditarik dari
seluruh tempat penyimpanan (apotek dan unit pelayanan) maksimal 2 hari setelah mendapat
surat perintah penarikan dari BPOM atau pabrikan Asal. Obat ini kemudian dikembalikan ke
logistik farmasi untuk kemudian di retur ke distributor/PBF.
31
RUMAH SAKIT
AimA JAVA
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk:
1. Penggunaan Obat sesuai dengan Formuiarium Rumah Sakit;
2. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian
pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Seleksi obat merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untk mengendalikan pembiayaan
obat terhadap pengadaan dan stok obat. Sistem formuiarium adalah salah satu metode yang
digunakan staf medik dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui KFT, mengevaluasi, menilai dan
memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia yang dianggap paling berguna
dalam perawatan penderita. Sistem formuiarium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing
dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik. Hasil utama dari
pelaksanaan sistem formuiarium adalah formuiarium rumah sakit.
Formuiarium adalah daftar obat yang disetujui dan ditetapkan oleh manajemen rumah sakit
dan digunakan dalam pelayanan di RS Atma Jaya. Formuiarium Rumah Sakit disusun mengacu
kepada Formuiarium Nasional.
Formuiarium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat,
dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formuiarium Rumah Sakit harus
secara rutin dan dilakukan revisi setiap tahun namun penerbitan buku formuiarium dilakukan
setiap tiga tahun sekali dan bila ada perubahan dalam amsa itu maka akan diterbitkan sebagai
addendum
Tujuan utama dari formuiarium adalah menyediakan bagi staf rumah sakit yaitu:
1. Informasi tentang produk obat yang telah disetujui oleh TFT digunakan di rumah sakit
32
RUMAH SAKIT
ATffiA JAVA
1. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF)
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi;
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
4. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT), dikembalikan
ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik;
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formuiarium Rumah Sakit;
7. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
8. Melakukan edukasi mengenai Formuiarium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan
monitoring
33
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Obat baru yang disepakati masuk ke dalam formuiarium diberikan perhatian khusus dalam
keamanaan penggunaannya. Obat baru dilakukan monitoring dan dilakukan evaluasi dalam
waktu tertentu. Prosedur monitoring obat baru dapat dilihat pada Standar Prosedur
Operasional Monitoring Obat Baru.
1. Bagian pertama: informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat
2. Bagian kedua: monografi obat yang masuk formuiarium
3. Bagian ketiga: informasi khusus
Komposisi formuiarium: Halaman Judul, Daftar nama anggota Komite Farmasi Terapi,
Daftar Isi, Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat, produk obat yang
diterima dan digunakan, dan lampiran.
Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara
para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter, apoteker wakil
dari farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Susunan KFT :
34
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
d. Menetapkan dan menerapkan agenda dan program untuk memastikan efektivitas dan
keamanan terapi dengan mengutamakan biaya yang rendah.
e. Membuat perencanaan dan edukasi serta informasi kepada staf medis tentang pemilihan
obat, permintaannya dan penggunaannya.
f. Monitoring dan evaluasi efek samping penggunaan obat.
g. Mengupayakan review penggunaan obat dan memberikan umpan balik kepada seiuruh staf
mdis untuk penggunaan terapi yang rasional.
f. Pemusnahan resep
Dilakukan selama 3 tahun sekali, setelah dimusnahkan dibuat berita acara pemusnahan. Dilaporkan
ke kantor dinas kesehatan dan kepala balai besar pemeriksaan obat dan makanan serta kepada
kepala dinas kesehatan provinsi.
Berdasarkan Kepmenkes RI No.280/Menkes/V/1981 tentang tata cara pemusnahan:
1. Resep narkotika dihitung lembarannya
2. Resep lainnya ditimbang
3. Resep dihancurkan dengan mesin penghancur, dikubur atau dibakar
g. Administrasi
35
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
dokumentasi farmasi.
2. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak,
mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
36
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
PASIEN
Z3E
Resep masuk Farmasi
Penomoran Resep
Skrinine Reseo
Farmasetis Klinis
Administrasi
Diberi Harga
Beli
I " 1
Tidak Beli 1/2 Ya
Hitung Harga
Penyiapan Obat
t
37
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Penyerahan Obat
Pasien dengan obat yang memiliki indeks terapi sempit dan polifarmasi
Geriatri
Pediatri
Persyaratan farmasetik
Nama obat
bentuk sediaan
Dosis
jumlah obat
aturan pakai
rute pemberian
38
RUMAH SAKIT
ATfTVAJAVA
Persyaratan klinis
duplikasi pengobatan
alergi
Interaksi
kontra indikasi
c. Pengkajian persyaratan administrasi resep dibedakan juga berdasarkan golongan pasien, antara
lain pasien umum, karyawan, BPJS dan perusahaan.
d. Penelaahan resep tidak perlu dilakukan pada keadaan darurat atau bila dokter pemesan hadir
untuk pemesanan, pemberian dan monitoring pasien (misal di kamar bedah atau IGD) atau dalam
tindakan radiologi intervensional atau diagnostic imajing dimana obat merupakan bagian dari
prosedur.
e. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan.
2. Penyiapan Obat
Hal yang harus diperhatikan dalam penyiapan obat:
a. Kegiatan penyiapan obat harus dilakukan di area yang bersih dan aman dengan sarana yang
sesuai oleh petugas yang terlatih.
b. Setelah disiapkan, obat dikeluarkan dari wadah asli lalu diberi etiket/ label secara tepat. Pada
etiket tertulis nama pasien, tanggal berobat, nama obat, jumlah obat, kekuatan, frekuensi
pemakaian, cara pemakaian, expired date, dan keterangan lain. Semua tulisan yang tertera
pada etiket / label harus dapat terbaca dengan jelas.
39
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Hal yang harus diperhatikan:
a. Dalam kegiatan pemberian sediaan farmasi kepada pasien rawat jalan, kepala instalasi
sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan atau tenaga
teknis kefarmasian yang kompeten. Untuk pasien rawat inap pemberian obat didelegasikan
kepada perawat yang kompeten.
b. Sebelum pemberian sedian farmasi kepada pasien dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian
pesanan obat/ resep dan identitas pasien berdasarkan 7 tepat (tepat pasien, tepat obat,
tepat dosis, tepat waktu dan frekuensi pemberian, tepat rute pemberian, tepat Informasi,
tepat dokumentasi. Verifikasi Obat didokumentasikan pada resep.
c. Identifikasi informasi spesifik minimal pasien pada saat pemberian obat adalah nama dan
tanggal lahir pasien
d. Obat yang tergolong obat High Alert harus diperiksa kembali oleh perawat kedua sebelum
diberikan kepada pasien.
e. Saat penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi berupa nama obat dan indikasi,
dosis, cara minum obat, waktu minum obat, kemungkinan efek samping obat dan
informasi tambahan lain.
1. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang
telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat
(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah Sakit ke layanan kesehatan
primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
40
RUMAH SAKIT
fiTffiAJAYA
alergi pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
samping obat, dicatat tanggal kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek
samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar obat pasien,
obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan
tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua Obat yang digunakan olehpasien baik Resep
maupun Obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obatyang pernah, sedang dan akan digunakan.
Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara
data-data tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan pada rekam medik pasien.
Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan. Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat
menuliskan Resep
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat mengenai
perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang
diberikan.
41
RUMAH SAKIT
AimA JAVA
Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih
secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan
kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan:
a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan
perorangan.
MESO bertujuan:
1. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal, frekuensinya jarang;
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja
ditemukan
42
RUMAH SAKIT
ATfflAJAVA
a. Kerjasama dengan Komite farmasi dan terapi dan ruang rawat dan seluruh tenaga medis
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di tempat pelayanan pasien.
43
RUMAH SAKIT
fiTfflfiJAVfi
6. Melakukan penelitian.
5. Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat
jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.
44
RUMAH SAKIT
1. Kriteria Pasien:
a. ruangan atau tempat konseling yang dilengkapi dengan bangku untuk pasien dan konselor serta
meja
b. alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling) dan buku-buku panduan yang
dibutuhkan
6. Ronde/Visite Pasien
Ronde/Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat, memantau kemungkinan
munculnya efek samping obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat
yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien, serta profesional kesehatan
lainnya untuk memastikan bahwa pengobatan berlangsung sesuai dengan perencanaan terapi dan
menjamin keselamatan pasien.
Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis
atau sumber lain.
45
RUMAH SAKIT
ATffiAJAVA
46
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
1. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
2. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan pemantauan efektivitas
dan efek samping terapi Obat.
Tahapan PTO:
1. Pengumpulan data pasien;
2. Identifikasi masalah terkait Obat;
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
4. Pemantauan; dan
5. Tindak lanjut.
47
RUMAH SAKIT
ATffiAJAVA
BABV
LOGISTIK
Logistik Farmasi bagian yang bertugas untuk menyediakan sediaan farmasi, Bahan Medis
Habis Pakai, reagensia dan gas medis sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang direkomendasikan
oleh Kepala Instalasi Farmasi. Semua pembelian sediaan farmasi, Bahan Medis Habis Pakai,
reagensia dan gas medis harus meialui Logistik farmasi sehingga memudahkan pendataan,
penghitungan pembiayaan dan pelaporan keuangan.
- Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk gudang penyimpanan
dan pelayanan khususnya di logistik farmasi dan sebaiknya ada lemari terkunci untuk obat
narkotika dan psikotropika.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan dan pencarian dan
pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Factor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam merancang Gudang adalah sebagai berikut:
1. Kemudahan Bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut:
48
RUMAH SAKIT
ATffiA JAVA
a. Gudang menggunakan system satu lantai, jangan menggunakan sekat-sekat karena akan
membatasi pengaturan ruangan. Jika menggunakan sekat perhatikan posisi dinding dan pintu
untuk mempermudah gerakan.
b. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat ditata
berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U dan arus L.
2. Sirkulasi Udara yang baik
Salah satu factor yang penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang
cukup di dalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari obat
sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya di dalam
gudang ada AC
3. Kondisi penyimpanan Khusus
a. Vaksin memerlukan "cold chain" khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya
aliran listrik.
b. Narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
c. Obat high alert disimpan terpisah dari obat-obat lainnya dan diberi penanda obat high alert.
d. Lemari pendingin untuk menyimpan obat yang tidak stabil pada suhu ruang.
49
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien adalah sebagai suatu upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada
pasien. Walaupun mempunyai defmisi yang sangat sederhana, tetapi upaya untuk menjamin
keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks dan banyak hambatan. Konsep
keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh dan terpadu.
Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan disepakati
bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
- Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
- Kejadian Nyaris Ce6era/KNC(Near miss)
- Kejadan Sentinel
- Adverse Drug Event
- Adverse Drug Reaction
- Medication Error
50
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
Terjadi cedera
Kejadian yang Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit karena
tidak diharapkan selama proses penggunaan perban.
(Adverse Event) terapi/penatalaksanaan medis. Jatuh dari tempat tidur
Penatalaksanaan medis
dapat dicegah
atau tidak dapat dicegah.
51
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
hipersensitivitas).
Efek obat yang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis pada
tidak diharapkan ( terhadap terapi obat dan penggunaan antbiotik
Adverse drug mengganggu atau menimbulkan golongan penisilin.
effect) cedera pada penggunaan obat Mengantuk pada
dosis lazim penggunaan CTM
Sama dengan ROTD tapi dilihat
dari sudut pandang obat. ROTD
dilihat dari sudut pandang
pasien.
52
RUMAH SAKIT
film A JAVA
ada kaitannya.
B Terjadi kesalahan
sebelum obat mencapai pasien
C Terjadi kesalahan
53
RUMAH SAKIT
ATOM) JAVA
Errors Keterangan
Wrong dose preparation Penyiapan/ formulasi atau pencampuran obat yang tidak
method sesuai
Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara pemberian
yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan di dalam
resep
Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang keliru
yang tidak sesuai dengan yang tertera di resep
Omission error Gagal dalam memberikan dosis sesuai permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan klinik
yang mengisyaratkan untuk
tidak diberikan obat yang
bersangkutan
54
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Berbagai metode pendekatan organisasi sebagai upaya menurunkan medication error yang
jika dipaparkan menurut urutan dampak efektifitas terbesar adalah :
1. Mendorong fungsi dan pembatasan (forcing functionSc constraints):
suatu upaya mendesain sistem yang mendorong seseorang melakukan hal yang baik, contoh :
sediaan potasium klorida siap pakai dalam konsentrasi 10% Nad 0.9%, karena sediaan di
pasar dalam konsentrasi 20% (>10%) yang mengakibatkan fatal (henti jantung dan nekrosis
pada tempat injeksi)
2. Otomasi dan komputer (Computerized Prescribing Order Entry) :
55
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
membuat statis /robotisasi pekerjaan berulang yang sudah pasti dengan dukungan teknologi,
contoh : komputerisasi proses penulisan resep oleh dokter diikuti dengan "/tanda peringatan"
jika di luar standar (ada penanda otomatis ketika digoxin ditulis 0.5g)
3. Standard dan protokol standarisasi prosedur:
Menetapkan standar berdasarkan bukti ilmiah dan standarisasi prosedur (menetapkan standar
pelaporan insiden dengan prosedur baku). Kontribusi apoteker dalam Komite Farmasi dan
Terapi serta pemenuhan sertifikasi/akreditasi pelayanan memegang peranan penting.
4. Sistem daftar tilik dan cek ulang :
Alat kontrol berupa daftar tilik dan penetapan cek ulang setiap langkah kritis dalam pelayanan.
Untuk mendukung efektifitas sistem ini diperlukan pemetaan analisis titik kritis dalam sistem.
5. Peraturan dan Kebijakan : untuk mendukung keamanan proses manajemen obat pasien.
contoh : semua resep rawat inap harus melalui supervisi apoteker
6. Pendidikan dan Informasi :
penyediaan informasi setiap saat tentang obat, pengobatan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan tentang prosedur untuk meningkatkan kompetensi dan mendukung kesulitan
pengambilan keputusan saat memerlukan informasi
7. Lebih hati-hati dan waspada : membangun lingkungan kondusif untuk mencegah kesalahan,
contoh : baca sekali lagi nama pasien sebelum menyerahkan.
Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam mewujudkan
pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang perlu di perhatikan.
a. Mengelola laporan medication error
Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
Mencari akar permasalahan dari erroryang terjadi
b. Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety
Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error
Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang sering terjadi
atau berulangnya insiden sejenis
c. Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan yang aman
56
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan
pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat - obat sesuai formularium.
2. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai peraturan
yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi.
3. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan
pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
a. Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip {look-alike, sound-alike
medication names) secara terpisah.
b. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat menimbulkan
cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus.
c. Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
4. Skrining Resep
57
RUMAH SAKIT
ATffiA JAVA
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error melalui
kolaborasi dengan dokter dan pasien.
a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, yaitu nama dan tanggal lahir
b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep dokter.
Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan, hubungi
dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan
keputusan pemberian obat, seperti :
oData demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi dan
berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk
keperluan perhitungan dosis.
oHasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital dan
parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium
yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis
(seperti pada penurunan fungsi ginjal).
oStrategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat diiakukan dengan penggunaan
otomatisasi {automatic stop order), sistem komputerisasi {e-prescribing) dan
pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
oPermintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus diiakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta
benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat
yang penting harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi
lisan setelah mendapat konfirmasi.
5. Dispensing
a. Peracikan obat diiakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
b. Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat
pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
c. Diiakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
58
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
59
RUMAH SAKIT
fiimAJAVfi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan
kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan pasien khususnya medication
safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi masalah dan
mengimplementasikan strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien.
60
RUMAH SAKIT
ATfflAJAVA
Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dapat menerapkan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan Kefarmasian yang mengacu pada buku
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit {PatientSafety) (diterbitkan oleh Depkes tahun
2006):
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
a. Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya tentang
Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cedera (KNC), Kejadian Sentinel, dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker
dan tenaga farmasi, pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
b. Buat, sosialisasikan dan penerapan SOP sebagai tindak lanjut setiap kebijakan
c. Buat buku catatan tentang KTD, KNC dan Kejadian Sentinel kemudian laporkan ke atasan
langsung
2. Pimpin dan Dukung Staf Anda
Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di tempat
pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
a. Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung jawab terhadap
keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
b. Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak dan mampu
mensosialisasikan program {leader)
c. Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh staf dan
tempatkan staf sesuai kompetensi
b. Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SOP yang berkaitan dengan
proses dispensing yang akurat, mengenai nama dan bentuk obat-obat yang
membingungkan, obat-obat formularium/non formularium, obat-obat baru dan obat-obat
yang memerlukan perhatian khusus. Disamping itu petugas farmasi harus mewaspadai dan
mencegah medication erroryang dapat terjadi.
c. Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan {no blaming culture) agar staf berani melaporkan
setiap insiden yang terjadi
3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan asesmen hal
yang potensial bermasalah
61
RUMAH SAKIT
ATfrtAJAVA
a. Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
b. Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan mengevaluasi SOP yang
sudah ada atau mengembangkan SOP bila diperlukan
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
a. Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat melaporkan insiden
kepada atasan langsung tanpa rasa takut
b. Beri penghargaan pada staf yang melaporkan
5. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
a. Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang jelas dan tepat
b. Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan apoteker tentang obat
yang diterima
c. Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan solusi
tentang insiden yang dilaporkan
6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah. Lakukan kajian insiden dan
sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari berulangnya insiden
7. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :
a. Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen
risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk menentukan solusi
b. Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design system), penyesuaian SOP
yang menjamin keselamatan pasien
c. Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi/Apotek
Setiap kegiatan pelayanan kefarmasian baik di rumah sakit maupun di komunitas diharapkan
melakukan pencatatan dan pelaporan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien meliputi
KTD, KNC, dan Kejadian Sentinel. Kejadian terkait dengan keselamatan pasien dalam pelayanan
farmasi komunitas di Indonesia belum mempunyai panduan pelaporan, sehingga kegiatan yang
dilakukan adalah pencatatan untuk monitoring dan evaluasi.
Tujuan dilakukan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien adalah untuk menurunkan Insiden
Keselamatan Pasien yang terkait dengan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel serta meningkatkan
62
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Sistem pelaporan mengharuskan semua orang dalam
organisasi untuk peduli terhadap bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi pada pasien. Pelaporan
juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan sehingga
diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi lebih lanjut. Pelaporan akan menjadi awal
proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Setiap kejadian dilaporkan kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menggunakan
formulir yang sudah disediakan di rumah sakit untuk diinvestigasi.
B. Alur Pelaporan Insiden Ke Tim Keselamatan Pasien (KP) Di Rumah Sakit (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/Kejadian Sentinel) terkait dengan pelayanan
kefarmasian, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/
akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir Laporan
Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Apoteker penanggung jawab dan jangan
menunda laporan (paling lambat 2 x 24 jam).
3. Laporan segera diserahkan kepada Apoteker penanggung jawab
4. Apoteker penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan :
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu maksimal
1 minggu
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu maksimal
2 minggu
Grade kuning : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis {RCA) oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
63
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
Grade merah : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis {RCA) oleh Tim KP di RS,
waktu maksimal 45 hari
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
7. Tim KP di RS akan menganalis kembali hasil investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan Root Cause Analysis {RCA) dengan
melakukan Regrading Untuk Grade kuning/merah, Tim KP di RS akan melakukan Root
Cause Analysis (RCA)
8. Setelah melakukan Root Cause Analysis (RCA), Tim KP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta "pembelajaran" berupa : Petunjuk/ Safety alert untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali
9. Hasil Root Cause Analysis (RCA), rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
10. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada instalasi
farmasi.
11. Apoteker penanggung jawab akan membuat analisis dan tren kejadian di satuan kerjanya
12. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
srgnifikan
->
Minor ^ Cedera ringan mis. Luka lecet
> Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
64
RUMAH SAKIT
ATmA JAVA
1. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi, seperti tabel
berikut.
"5
6. Jarang / Unlikely (2-5 thn/kali)
Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna brands risiko.
2. Skor Risiko
65
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Untuk menentukan skor risiko, digunakan matriks grading risiko seperti tabel berikut.
1. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
2. Tetapkan dampak pada baris ke arah kanan
3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan dampak
minggu/bulan)
5
(beberapa
kali/thn)
4
(1-2 thn/kali)
3
(2-5 thn/kali)
2
terjadi (>5
thn/kali) . .
66
RUMAH SAKIT
ATfnAJAVA
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada penilaian risiko ditemukan dua insiden
dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka untuk memilih prioritasnya, dapat menggunakan
warna bands risiko.
3. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah, dimana warna akan menentukan investigasi yang akan dilakukan.
> Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
> Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif / RCA
Ekstrim (sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
Membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji
dengan detil & perlu tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top manajemen
67
RUMAH SAKIT
ATiYiAJAVA
Idealnya setiap KTD/KNC/Kejadian Sentinel yang terkait dengan penggunaan obat harus
dikaji terlebih dahulu oleh apoteker yang berpengalaman sebelum diserahkan kepada Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Tujuan pengkajian untuk memastikan bahwa laporan tersebut
sudah sesuai, nama obat yang dilaporkan benar, dan memasukkan dalam kategori insiden
yang benar. Kategori kesalahan dalam pemberian obat adalah :
> Pasien mengalami reaksi alergi
> Kontraindikasi
68
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
69
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Dari hasil monitoring dan evaluasi dilakukan intervensi berupa rekomendasi dan tindak
lanjut terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki seperti perbaikan kebijakan, prosedur, peningkatan
kinerja SDM, sarana dan prasarana ataupun organisasi. Hasil dari rekomendasi dan tindak lanjut ini
harus diumpan balikkan ke semua pihak yang terkait dengan program keselamatan pasien rumah
sakit. Untuk mengukur keberhasilan program kegiatan yang telah ditetapkan diperlukan indikator,
suatu alat/tolok ukur yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap prosedur yang telah
ditetapkan. Indikator keberhasilan program dapat dilihat dari :
1. Menurunnya angka kejadian tidak diinginkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian
sentinel.
70
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Kegiatan operasional Pelayanan Rumah Sakit selain mengutakan keselamatan pasien juga
mengutamakan keselamatan kerja petugas.
2. Bagian Keselamatan Kerja dan Keamanan Rumah Sakit menetapkan kegiatan-kegiatan yang
beresiko atau berpotensi terjadi kecalakaan kerja
3. Bagian-Unit dan Instalasi sebagai satuan kerja, wajib melaksanakan prosedur dan standar kerja
yang memastikan tidak kerjadi kecelakaan kerja
1. Rumah Sakit menetapkan jalur evakusi bila terjadi bencana banjir, kebakaran atau bencana
gempa bumi
2. Seluruh petugas Rumah Sakit wajib paham mengenai prosedur evakuasi, dalam rangka
melindungi dan menjaga keselamatan pasien
3. Pada sesi pertemuan atau berkumpul pasien, petugas K#, wajib memberikan "pejelasan
tentang keselamatan dan evakuasi bencana"
1. Alat Pelindung Diri ( APD ) adalah alat yang digunakan oleh petugas pada saat mengoperasikan
suatu alat atau mengerjakan suatu tugas, agar terhindar dari kejadian kecelakaan kerja.
2. Setiap petugas diwajibkan menggunakan APD sesuai dengan prosedur dan standar yang telah
ditetapkan.
3. Dalam penggunaan Alat pelindung diri dalam rangka melayani pasien, tetap mempertimbangkan
keselamatan pasie
71
RUMAH SAKIT
ATfflAJAVA
BAB VIII
Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan
yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk
peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu
diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian yang berkesinambungan.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap
kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan Kefarmasian yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian
mutu Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara
capaian dengan rencana kerja)
2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan;
2. Mningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu alat/tolok
ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
72
RUMAH SAKIT
ATmAJAVA
Dalam pelaksanaan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian dilakukan melalui kegiatan monitoring
dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit
internal. Monitoring dan evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara terencana, sistematis
dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh proses tata kelola Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi 3 (tiga) jenis program evaluasi:
a. Prospektif adalah program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan, contoh: standar prosedur
operasional, dan pedoman.
b. Konkuren adalah program dijalankan bersamaan dengan pelayanan dilaksanakan,contoh:
memantau kegiatan konseling Apoteker, peracikan Resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif adalah program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan, contoh:
survei konsumen, laporan mutasi barang, audit internal.
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
d. Observasi
73