Anda di halaman 1dari 90

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2019

Penerapan Standar pelayanan


Kefarmasian Dalam Bidang
Pengelolaan Sedian Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di Apotek di Kota Medan

Hasibuan, Reski Rumonda


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13930
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM BIDANG PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI,
ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI
APOTEK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH:
RESKI RUMONDA HASIBUAN
NIM 141501022

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM BIDANG PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI,
ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI
APOTEK DI KOTA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas FarmasiUniversitas Sumatera Utara

OLEH:
RESKI RUMONDA HASIBUAN
NIM 141501022

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan berkah rahmat, dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul "Penerapan Standar pelayanan Kefarmasian Dalam Bidang Pengelolaan

Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek di Kota

Medan". Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimaksih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku

Dekan Fakultas Farmasi dan ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, M.Si., Apt., selaku

Wakil Dekan I yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama

perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada

Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., yang telah membimbing penulis

dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk dan saran-

saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terimakasih juga

penulis sampaikan kepada Ibu Khairunnisa, M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku ketua

penguji sekaligus penasehat akademik yang telah banyak membimbing penulis

selama masa perkuliahan hingga selesai, kepada Bapak Dadang Irfan Husori,

iv
Universitas Sumatera Utara
S.Si., M.Sc., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tiada terhingga

kepada Ayahanda Alm. H. Dharman Gontina Hasibuan dan Ibunda Hj. Nurhayati

Dalimunthe, SE atas do’a, dorongan dan pengorbanan yang telah memberikan

cinta dan kasih sayang yang tiada ternilai dengan apapun, baik materi maupun

motivasi beserta doa yang tulus yang tiada henti. Kepada Adik Reski Nurilda

Hasibuan, dan Rizky Aulia Nurman Hasibuan serta seluruh keluarga yang selalu

mendo’akan dan memberi semangat.

Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk sahabat Ketty, Ainil, Azlya,

Tya, teman seperjuangan, teman seperdopingan, teman-teman stambuk 2014 serta

semua pihak yang memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Medan, 23 Januari 2019


Penulis,

Reski Rumonda Hasibuan


NIM 141501022

v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM
BIDANG PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN,
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI DI APOTEK DI KOTA MEDAN
ABSTRAK
Latar Belakang: Apotek adalah sarana kefarmasian dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kefarmasian di apotek ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No.73 Tahun 2016 sebagai pedoman
bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat implementasi dan
menganalisa pengaruh karakteristik apoteker terhadap standar pelayanan
kefarmasiaan dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai di apotek di Kota Medan.
Metode: Jenis penelitian adalah non-eksperimental dan deskiptif dengan metode
survei cross sectional. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah 617 apotek di
Kota Medan dan sampel sebanyak 99 apotek yang besedia ikut dan memenuhi
kriteria inklusi. Data diperoleh dari hasil kuesioner, lalu dianalisis dengan statistik
chi-square dengan tingkat signifikansi 0,1.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 99 apotek tingkat implementasi
standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek Kota Medan sebanyak 71
apotek (71,7%) kategori baik, 27 apotek (27,3%) kategori cukup, dan 1 apotek
(1,0%) kategori kurang. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara karakteristik pengalaman apoteker penanggungjawab
apotek, tidak ada pengaruh yang signifikan antara umur, jenis kelamin, tahun
lulus, dan penghasilan.
Kesimpulan: Tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan PMK No 73 Tahun 2016 termasuk kategori baik. Karakteristik tenaga
kefarmasian, yaitu pengalaman apoteker penanggungjawab apotek, berpengaruh
terhadap implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek di Kota
Medan.

Kata kunci: Penerapan, Standar Pelayanan Kefarmasian, Apotek, Kota Medan.

vii
Universitas Sumatera Utara
IMPLEMENTATION OF PHARMACEUTICAL SERVICE STANDARDS
IN THE FIELD OF MANAGEMENT PHARMACEUTICAL
PREPARATIONS, MEDICAL-INSTRUMENTS, AND MEDICAL
CONSUMABLES AT PHARMACIES IN MEDAN
ABSTRACT
Background: Pharmacy is a means of pharmaceutical in improving quality of
health services. Pharmaceutical services at pharmacies are stipulated by the
Minister of Health Regulation (PMK) Number 73 of 2016, as a guidance for
pharmacy personnel in organizing pharmaceutical services.
Objective: This research aimed to determine the level of implementation and
analyze the influence of pharmacist characteristics on pharmaceutical service
standards in the field of management pharmaceutical preparations, medical-
instruments, and medical consumables at pharmacies in Medan.
Method: This type of research is non-experimental and descriptive with a cross-
sectional survey method. The population in this study was 617 pharmacies in
Medan and sample of 99 pharmacies participated and met the inclusion criteria.
Data obtained from the results of the questionnaire, then were analyzed by chi-
square statistics with sighnificance level of 0.1.
Results: The results showed that 99 pharmacies level of implementation of
pharmaceutical service standards in the field of management pharmaceutical
preparations, medical-instrument, and medical consumables at pharmacies in
Medan, there were of 71 pharmacies (71.7%) good categories, 27 pharmacies
(27.3 %) sufficient category, and 1 pharmacies (1.0%) less category. The results
of the Chi-Square test showed that there was a significant influence between
characteristics of the experience of pharmacist responsible in pharmacies, there
was no significant influence between characteristics of age, gender, year of
graduation, and income.
Conclusion: The level implementation of pharmaceutical service standards in the
field of management pharmaceutical preparations, medical-instrument, and
medical consumables at pharmacies in Medan in accordance with PMK Number
73 of 2016 were included good categories. The characteristics of pharmacist, that
were the experience of pharmacist responsible in pharmacies influence, the
implementation of pharmaceutical service standards in the field of managing
pharmaceutical preparations, medical-instrument, and medical consumables at
pharmacies in Medan.

Keywords: Implementation, Pharmaceutical Service Standards, Pharmacy,


Medan.

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Hipotesis Penelitian............................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Apotek ................................................................................................................7
2.2 Apoteker .............................................................................................................9
2.2.1 Peran Apoteker dalam Pelayanan Klinik di Apotek .......................................9
2.2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian ..........................................................................11
2.3 Pelayanan Kefarmasian ....................................................................................12
2.3.1 Sediaan Farmasi ............................................................................................18
2.3.2 Alat Kesehatan ..............................................................................................18
2.3.3 Bahan Medis Habis Pakai .............................................................................18
2.4 Karakteristik .....................................................................................................19
2.4.1 Umur .............................................................................................................20
2.4.2 Jenis Kelamin ................................................................................................20
2.4.3 Masa Kerja ....................................................................................................20
2.4.4 Pendidikan/Pelatihan ....................................................................................20
2.4.5 Penghasilan ...................................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................22
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................22
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...........................................................................22
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................22
3.3.1 Populasi .........................................................................................................22
3.3.2 Sampel ...........................................................................................................23
3.3.3Teknik Pengambilan Sampel..........................................................................23
3.3.4 Perhitungan Jumlah Sampel ..........................................................................23
3.4 Langkah Penelitian ...........................................................................................24
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................25
3.6 Pengumpulan Data ...........................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................27
4.1 Gambaran Umum Apotek di kota Medan .......................................................27
4.2 Gambaran Umum Apotek di Kota Medan .......................................................27
4.3 Karakteristik Apoteker .....................................................................................27

ix
Universitas Sumatera Utara
4.4 Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ..................28
4.4.1 Perencanaan ..................................................................................................29
4.4.2 Pengadaan .....................................................................................................30
4.4.3 Penerimaan ....................................................................................................32
4.4.4 Penyimpanan .................................................................................................33
4.4.5 Pemusnahan dan Penarikan ...........................................................................36
4.4.6 Pengendalian .................................................................................................38
4.4.7 Pencatatan dan Pelaporan ..............................................................................40
4.5 Pengaruh Karakteristik Apoteker terhadap Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
Dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek Kota Medan ..................................46
4.5.1 Pengaruh Umur terhadap Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian ....47
4.5.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian .................................................................................................47
4.5.3 Pengaruh Tahun Lulus terhadap Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian .................................................................................................48
4.5.4 Pengaruh Penghasilan terhadap Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian..................................................................................................48
4.5.5 Pengaruh Pengalaman Apoteker Penanggungjawab Apotek terhadap
Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian .............................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................50
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................50
5.2 Saran .................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................51
LAMPIRAN ...........................................................................................................53

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

4.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik ...............................................28


4.2 Distribusi responden berdasarkan perencanaan ...............................................29
4.3 Distribusi responden berdasarkan pengadaan ..................................................30
4.4 Distribusi responden berdasarkan penerimaan ................................................32
4.5 Distribusi responden berdasarkan penyimpanan..............................................34
4.6 Distribusi responden berdasarkan pemusnahan dan penarikan ........................36
4.7 Distribusi responden berdasarkan pengendalian ..............................................39
4.8 Distribusi responden berdasarkan pencatatan dan pelaporan ..........................41
4.9 Distribusi responden berdasarkan tingkat implementasi standar pelayanan
kefarmasian .....................................................................................................43
4.10 Distribusi responden berdasarkan kategori implementasi standar pelayanan
kefarmasian .....................................................................................................45
4.11 Pengaruh karakteristik apoteker terhadap implementasi standar pelayanan
kefarmasian .....................................................................................................46

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pikir penelitian ...................................................................................6

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat judul penelitian .........................................................................................53


2. Surat izin survei penelitian ................................................................................54
3. Surat izin survei penelitian IAI cabang kota Medan ..........................................55
4. Surat izin telah menyelesaikan penelitian ..........................................................56
5. Kuesioner penelitian...........................................................................................57
6. Distribusi hasil score .........................................................................................60
7. Distribusi daftar apotek di kota Medan ..............................................................61
8. Distribusi daftar nama apotek ............................................................................62
9. Uji univariat .......................................................................................................65
10. Uji bivariat .......................................................................................................72

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memiliki

peranan penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, harus mampu

menjalankan fungsinya dalam memberikan pelayanan kefarmasian dengan baik,

yang berorientasi langsung dalam proses penggunaan obat pada pasien. Selain

menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan farmasi, apotek juga

merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau persediaan farmasi

secara baik dan tepat, sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan masyarakat

yang optimal dan mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan

(Kepmenkes, 2002).

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Menkes

RI, 2016).

Saat ini standar pelayanan kefarmasian di apotek ditetapkan dengan

Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, yang merupakan tolak ukur yang

dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian. Namun penetapan peraturan menteri ini tampaknya masih

sebatas keputusan tertulis yang pada pelaksanaannya di lapangan masih belum

tampak dan masih perlu dievaluasi secara kontinue.

Berdasarkan survei pendahuluan di 10 apotek di kota Medan telah

mengetahui PMK No 73 Tahun 2016, akan tetapi belum tahu apakah sudah

diterapkan dengan baik, dan diduga karakteristik apoteker umur dan pengalaman

1
Universitas Sumatera Utara
kerja mempengaruhi PMK No 73 Tahun 2016. Dari hasil penelitian di wilayah

Surabaya Selatan bahwa Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek jaringan di

wilayah Surabaya Selatan sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dengan perolehan persentase

rata-rata aspek pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai diperoleh persentase sebesar 86,79% masuk dalam kategori baik (Situ,

2017).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi

Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Demikian juga hasil penelitian di Apotek DKI Jakarta tahun 2003 bahwa

pelaksanaan standar pelayanan farmasi di apotek yang disurvei dalam bidang

pengelolaan obat 87,84 (baik) Terdapat 96% apotek yang disurvei mempunyai

kartu stok 91,2%, apotek melakukan verifikasi mutu dan jumlah secara berkala

95,6%, apotek yang disurvei mengatur tempat penyimpanan berdasarkan azas

FIFO. Terdapat 85,3% apotek dengan apoteker wanita dengan 14,7% apoteker

pria (Purwanti, 2004).

Semua aspek dalam pekerjaan kefarmasian tersebut dapat disebut juga

sebagai pelayanan kefarmasian. Dimana suatu sistem pelayanan kesehatan

dikatakan baik, bila struktur dan fungsi pelayanan kesehatan dapat menghasilkan

pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu : tersedia,

2
Universitas Sumatera Utara
adil dan merata, tercapai, terjangkau, dapat diterima, wajar, efektif, efisien,

menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, bermutu, dan berkesinambungan (Azwar,

1996).

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan

kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi

tubuh. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk

penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam

peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2016).

Hasil penelitian Somi tahun 2016 menyimpulkan bahwa implementasi

standar pelayanan kefarmasian di masing-masing apotek termasuk dalam kategori

baik di Kabupaten Flores Timur. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin

mengetahui penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di Apotek di kota

Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini yaitu:

a. Apakah tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

di apotek di kota Medan?

3
Universitas Sumatera Utara
b. Apakah Karakteristik Apoteker mempengaruhi penerapan standar

pelayanan kefarmasiaan dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek di kota Medan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah:

a. Tingkat implementasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai di apotek di kota Medan sudah diterapkan dengan

baik.

b. Karakteristik Apoteker mempengaruhi penerapan standar pelayanan

kefarmasian dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai di apotek di kota Medan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui tingkat implemntasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

di apotek di kota Medan.

b. Untuk mengetahui apakah karakteristik apoteker mempengaruhi penerapan

standar pelayanan kefarmasiaan dalam bidang pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek di kota

Medan.

4
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian

a. Bagi Apotek terkait:

Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam memperbaiki berbagai

masalah terkait standar pelayanan kefarmasian yang diterapkan pada

apotek agar dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dan optimalisasi.

b. Bagi Apoteker:

Dapat menjadi bahan evaluasi dan meningkatkan kinerja dalam pelayanan

farmasi di apotek agar terlaksanan dengan lebih baik.

c. Bagi Pengembangan ilmu pengetahuan:

Hasil penelitian diharapankan menjadi sarana pembelajaran dan

menambah pengetahuan baik teori maupun praktek dan dapat dijadikan

bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

d. Bagi pemerintah setempat:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan

pemetaan mutu pelayanan kafarmasian di apotek sehingga dapat menjadi

bahan acuan untuk melakukan perbaikan mutu pelayanan kefarmasian di

apotek.

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Untuk mengetahui tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai di apotek di kota Medan dapat dibagi atas variabel terikat dan variabel

bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

Variabel bebas untuk penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi

jenis kelamin, umur, tahun lulus apoteker, lama pengalaman sebagai Apoteker

5
Universitas Sumatera Utara
Penanggungjawab Apotek, dan Penghasilan. Variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat

implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek di Kota Medan.

Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel terikat

Karakteristik Apoteker: Tingkat implementasi


standar pelayanan
kefarmasian dalam bidang
a. Jenis kelamin pengelolaan sediaan
Apoteker farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai:
b. Umur Apoteker
a. Perencanaan
c. Tahun lulus b. Pengadaan
Apoteker c. Penerimaan
d. Penyimpanan
d. Penghasilan
e. Penarikan dan
Apoteker Pemusnahan
e. Pengalaman kerja f. Pengendalian
g. Pencatatan dan
Apoteker
Pelaporan

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

6
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Apotek

Pengertian Apotek berdasarkan Permenkes RI No. 9 Tahun 2017, adalah

sarana pelayanan kefarmasiaan tempat dilakukan praktek kefarmasiaan oleh

Apoteker. Apotek menyelenggarakan fungsi: (a) pengelolaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan (b) pelayanan farmasi klinik,

termasuk di komunitas.

Menurut Permenkes RI No. 73 Tahun 2016, ruang lingkup pelayanan

kefarmasian pada apotek meliputi 2 kegiatan utama, yaitu yang bersifat manajerial

seperti pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

dan pelayanan farmasi klinik. Dua kegiatan besar di apotek ini harus didukung

oleh sarana dan prasarana dan sumber daya manusia. Menurut Permenkes RI No.

9 Tahun 2017, apotek harus mudah diakses oleh masyarakat. Sarana dan

prasarana apotek harus dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai serta kelancaran praktik pelayanan kefarmasian.

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

kefarmasian di apotek meliputi:

a. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat

penerimaan resep, satu set meja dan kursi, serta satu set komputer. Ruang

penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh

pasien.

7
Universitas Sumatera Utara
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara

terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang

peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan obat,

air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat,

lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat.

Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat

dilengkapi dengan pendingin ruangan.

c. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi

konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu konseling,

buku catatan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.

e. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet,

pendingin ruangan, lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan

psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.

f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

8
Universitas Sumatera Utara
serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Pelayanan kefarmasian di

apotek harus dilakukan oleh seorang apoteker yang profesional. Apoteker harus

memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). Apoteker dapat mendirikan apotek

dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun

perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan apotek bekerja sama dengan

pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya

oleh apoteker yang bersangkutan (Kemenkes RI,2017).

2.2. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Permenkes RI No. 9 Tahun 2017).

Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasiaan yang bertugas sebagai

pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai kompetensi

pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajiban

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2013).

Berdasarkan RI No. 73 Tahun 2016 pasal 4, penyelenggaraan standar

pelayanan kefarmasian di Apotek harus didukung oleh ketersediaan sumber daya

kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Sebagai perubahan orientasi dari obat kepada pasien yang

mengacu kepada pharmaceutical care (Pelayanan Kefarmasian).

2.2.1 Peran Apoteker dalam Pelayanan Klinik di Apotek

Peran apoteker menurut WHO memiliki tujuh peran penting yang dikenal

sebagai nine star of pharmacist pada publikasi WHO tentang The Role of

9
Universitas Sumatera Utara
Pharmacist in The Health Care System di Kanada 27-29 Agustus 1997. Sembilan

peran tersebut adalah care giver (pemberi pelayanan), decision-maker (pemberi

keputusan yang tepat), communicator (kemampuan berkomunikasi antar profesi),

leader (mampu menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner),

manajer (mampu mengelola SDM secara efektif), life-long learner (selalu belajar

sepanjang karier), teacher (pemberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan),

Research (peneliti), serta Enterpreneur (pengusaha) (WHO, 1997).

Peran Apoteker menurut peraturan di Indonesia mengacu kepada

Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Apoteker harus menjalankan peran, yaitu;

a. Pemberi layanan

Apoteker sebagai pemberi pelayanan harus berinteraksi dengan pasien.

Apoteker harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan

secara berkesinambungan.

b. Pengambil keputusan

Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan

dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Komunikator

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.

d. Pemimpin

Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola hasil

keputusan.

10
Universitas Sumatera Utara
e. Pengelola

Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran

dan informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi

informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan obat

f. Pembelajar seumur hidup

Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan

profesi melalui pendidikan berkelanjutan atau CPD (Continuing Professional

Development)

g. Guru

Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam

mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian serta

memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan

kefarmasiaan.

h. Peneliti

Apoteker merupakan seorang peneliti terutama dalam penemuan dan

pengembangan obat-obatan yang lebih baik. Disamping itu farmasi juga dapat

meneliti aspek lainnya misal data konsumsi obat, kerasionalan obat,

pengembangan formula, penemuan sediaan baru (obat, alkes, dan kosmetik)

2.2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi

pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena

terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian.

Tenaga kefarmasian melaksanakan pekerjaan kefarmasian antara lain pada

11
Universitas Sumatera Utara
fasilitas pelayanan kefarmasian melalui praktik di apotek, instalasi farmasi rumah

sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (Presiden RI., 2009).

Tenaga Teknis Kefarmasian merupakan tenaga yang membantu apoteker

dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli

Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten

Apoteker. Tugas dari tenaga medis kefarmasian adalah membantu apoteker dalam

menjalani Pekerjaan Kefarmasian di apotek (Kemenkes RI, 2016).

Dalam PMK No 9 tahun 2017 Pasal 19 berisi bahwa Setiap Tenaga Teknis

Kefarmasian harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur

operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan

mengutamakan kepentingan pasien.

2.3. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien

(Kemenkes RI, 2016). Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan yang

semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang

menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi

klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. RI No. 73 Tahun

2016 telah mengatur tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. Standar

pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman

bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Tujuan

disusunnya standar pelayanan kefarmasian di apotek adalah untuk :

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

12
Universitas Sumatera Utara
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien

Permenkes RI No. 73 Tahun 2016, pelayanan Kefarmasian di apotek

meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa;

a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

b. Pelayanan farmasi klinik

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

meliputi :

1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,

budaya dan kemampuan masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Quick dkk. (1997) ada dua macam metode perencanan yang

paling umum untuk menyusun jumlah masing-masing item obat dalam

perencanaan, yaitu:

a. Metode Morbiditas

Metode Morbiditas didasarkan pada dua data yaitu: jumlah episode tiap

pola penyakit dan kebutuhan yang mudah diperkirakan, dengan rata-rata standar

terapi. Untuk mengetahui jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan Metode

Morbiditas yaitu dengan mengalikan antara jumlah obat yang dibutuhkan untuk

masing-masing penyakit dan jumlah episode penyakit dalam 1 tahun.

13
Universitas Sumatera Utara
b. Metode Konsumsi

Metode konsumsi (retrospektif) berdasarkan atas data konsumsi

perbekalan farmasi (obat) pada periode sebelumnya. Untuk memilih metode yang

akan dipakai, sangat tergantung kepada situasi dan kondisi dari unit pelayanan

kesehatan, meskipun demikian juga diperlukan pertimbangan untuk menggunakan

kombinasi keduanya.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia Tahun 2013, menyatakan bahwa

dalam pengadaan perlu dilakukan pemilihan barang yang didasarkan pada rasio

manfaat risiko, rasio manfaat biaya dan kriteria yang ditetapkan (Ikatan Apoteker

Indonesia, 2013).

2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan

farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Obat dan perbekalan farmasi di apotek harus bersumber dari pabrik farmasi,

Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau dari apotek lainnya. Surat pesanan obat dan

perbekalan kesehatan di bidang farmasi lainnya harus ditandatangani oleh

Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama dan nomor SIK (Anief,

2001).

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah pedagang yang mempunyai izin

menyimpan obat dalam jumlah besar untuk dijual. PBF tidak boleh melayani obat

enceran, tidak boleh melayani resep dokter, tidak boleh menjual secara langsung

ke dokter umum, dokter hewan dan dokter gigi. Pedagang enceran obat adalah

orang atau badan hukum Indonesia yang mempunyai izin menyimpan obat bebas

dan obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai ijin

yang ada (Kemenkes RI, 2014).

14
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan barang atau pembelian sangat penting dalam menjamin

kelancaran perputaran uang di apotek sehingga keberhasilan suatu usaha apotek

juga tergantung pada kebijaksanaan pengadaan barang. Menurut Seto tahun 2001

fungsi pengadaan merupakan usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi

perencanaan, penentuan kebutuhan (dengan peramalan yang baik), maupun

penganggaran. Pada tahap pengadaan, proses pelaksanaan rencana pengadaan

dilakukan untuk fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana

pembiayaan dari fungsi penganggaran.

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Kemenkes RI, 2016).

Barang yang datang diterima oleh tenaga kefarmasian dari PBF disertai

dengan faktur pembeliaan serta surat pesanan dari apotek, kemudiaan dilakukan

pengecekkan kesesuaian terhadap jumlah, jenis bentuk, tanggal kadaluarsa, no.

batch serta kondisi fisik barang dengan surat pesanan. Bila barang sesuai, maka

faktur pembelian ditandatangani oleh tenaga kefarmasian yang menerima barang

disertai nama lengkap, tanggal dan waktu penerimaan, serta stempel apotek

(Ghofur, 2011).

Penerimaan barang yang mengandung narkotika, psikotropika, dan

prekursor seperti yang tercantum dalam Permenkes RI No. 73 Tahun 2016 terkait

penyaluran obat tersebut dilakukan dengan surat pesanan yang ditandatangani

oleh apoteker yang ditunjuk.

15
Universitas Sumatera Utara
4. Penyimpanan

a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka

harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas

pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat, nomor

batch dan tanggal kadaluwarsa.

b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga

terjamin keamanan dan stabilitasnya.

c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

d. Pengeluaran obat memakai sistem First Expire First Out (FEFO) dan First

In First Out (FIFO) (Kemenkes RI, 2016).

5. Pemusnahan

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan

disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat

selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan

oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat

izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep

16
Universitas Sumatera Utara
dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(Kemenkes RI, 2016).

6. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau

pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,

kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan

menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok

sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,

jumlah pengeluaran dan sisa persediaan (Kemenkes RI, 2016).

7. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,

faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau receipt penjualan) dan

pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal

merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek,

meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan

pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan

pelaporan lainnya (Kemenkes RI, 2016).

Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran,

dan/ atau dokumen penyerahan termasuk surat pesanan obat yang mengandung

narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi wajib disimpan secara terpisah

paling singkat tiga tahun (Kemenkes RI, 2015).

17
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Sediaan Farmasi

Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Obat merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Kemenkes RI,

2016).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek harus menjamin

ketersediaan Sediaan Farmasi yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau

(Kemenkes RI, 2017).

2.3.2. Alat Kesehatan

Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang

tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan

kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi

tubuh (Kemenkes RI, 2016).

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek harus menjamin

ketersediaan Alat Kesehatan yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau

(Kemenkes RI, 2017).

2.3.3. Bahan Medis Habis Pakai

Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk

penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam

peraturan perund ang-undangan (Kemenkes RI, 2016).

Dalam Permenkes RI No. 9 Tahun 2017 Pasal 20, mengatakan bahwa

penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan

18
Universitas Sumatera Utara
bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.

2.4. Karakteristik

Karakteristik merupakan salah satu aspek penting dalam fungsi

manajemen sumber daya manusia, karakteristik individu ini merupakan salah satu

komponen dalam pengembangan karyawan. Hal ini didasarkan pada asumsi

bahwa karakteristik merupakan proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,

konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan pelatihan, sehingga akan

menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu dalam bekerja (Robbins,

2008).

Karakteristik individu adalah perbedaan individu dengan individu lainnya.

Karakteristik manusia sebagai individu yang utuh tidak dapat dibagi (undivided),

tidak dapat dipisahkan yang memiliki ciri-ciri yang khas. Karena adanya ciri-ciri

yang khas itulah yang menyebabkan manusia satu dengan yang lainnya dikatakan

individu yang berbeda (perbedaan individual). Karateristik dapat disimpulkan

adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.

Karakteristik yang dibahas adalah pada karakteristik individu (Individual

Difference) (Robbins, 2008).

Menurut Robbins (2008) karakteristik individu terdiri dari karakteristik

biografis (usia, jenis kelamin, status kawin, banyaknya tanggungan, masa kerja),

Kemampuan terdiri dari (kemampuan intelektual, kemampan fisik), kepribadian

dan belajar. Sedangkan menurut Prihadi (2004) karakteristik individu ditunjukkan

dalam kemampuan yang dimilikinya berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang ada dalam dirinya. Individu akan berperilaku berdasarkan karakteristik yang

sudah melekat dalam dirinya.

19
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan.

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas karyawan.

Kedewasaan adalah tingkat kedewasaan teknis dalam melaksanakan tugas-tugas

maupun kedewasaan psikologis. Pada umumnya, kinerja personil meningkat

sejalan dengan peningkatan usia pekerja. Robbins (2008) menyatakan bahwa

semakin tua usia pegawai, makin tinggi komitmennya terhadap organisasi, hal ini

disebabkan karena kesempatan individu untuk mendapatkan pekerjaan lain

menjadi lebih terbatas sejalan dengan meningkatnya usia.

2.4.2 Jenis Kelamin

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut

jenis kelamin, yaitu pria dan wanita. Robbins (2008) menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan

masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas atau

kemampuan belajar.

2.4.3 Masa Kerja

Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan

menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Masa kerja menunjukkan

berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan.

(Kreitner dan Kinicki, 2014).

2.4.4 Pendidikan/Pelatihan

Pendidikan/pelatihan adalah proses belajar untuk meningkatkan

keterampilan, pengetahuan, atau merubah sikap pekerja sesuai kebutuhan.

Menurut Arikunto (2000).

20
Universitas Sumatera Utara
Menurut Chen dan Silverthorne (2008), karyawan dengan pendidikan

Strata 2 memiliki kepuasan pekerjaan yang lebih tinggi sehingga dapat

memberikan kinerja yang lebih baik.

2.4.5 Penghasilan

Menurut Lee dan Sabharwal (2016), penghasilan tidak memberikan

pengaruh signifikan pada personel yang bekerja di fasilitas publik karena personel

yang bekerja pada fasilitas publik memiliki kesesuaian dengan latar belakang

pendidikannya sehingga memberikan kepuasan dan rasa nyaman yang lebih

tinggi. Hal ini merupakan hal yang baik karena seluruh karyawan memberikan

kontribusi yang sama baiknya bagi organisasi, meskipun memiliki faktor yang

berbeda-beda.

21
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei cross sectional,

dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel-variabelnya dilakukan satu

kali pada waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini juga

menggunakan metode penelitian non eksperimental dan deskriptif untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan

untuk membuat kesimpulan yang luas (Sugiyono, 2008). Deskriptif dimaksudkan

untuk menggambarkan penerapan standar pelayanan kefarmasian dalam bidang

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terhadap

Peraturan Menteri Kesehatan No 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus dan 21

Agustus 2018 bertempat di wilayah Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dan

bekerjasama dengan IAI cabang Kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti

(Nonoatmodjo, 2010). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

apotek di Kota Medan.

22
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).

Sampel yang digunakan harus memenuhi kriteria inklusi.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Apotek memenuhi persyaratan izin praktek apotek

b. Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker

c. Apoteker Penanggungjawab Apotek yang bersedia ikut serta dalam

penelitian.

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat

diikutserta-kan dalam penelitian.

Adapun kriteria Eksklusi yang dimaksud adalah :

a. Apoteker yang tidak bersedia menjawab kuesioner

b. Apoteker yang tidak menjawab kuesioner secara lengkap.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di Kota Medan yang telah bekerjasama dengan IAI

Cabang Kota Medan Secara Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Alasan pemilihan sampel dengan

menggunakan Purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki

kriteria sesuai dengan yang telah penulis tentukan. Oleh karena itu, Sampel yang

dipilih ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan untuk

mendapatkan sampel yang presentatif

3.3.4 Perhitungan Jumlah Sampel

Perhitungan jumlah sampel minimum dihitung dengan menggunakan

rumus Slovin dapat dilihat dari perhitungan di bawah :

23
Universitas Sumatera Utara
Dimana: n = besar sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

(Sevilla et. al., 1993).

= 86 apotek

Dari penggunaan rumus diatas dapat dilihat bahwa jumlah populasi apotek

yang ada di Kota Medan sebanyak 617 apotek. Dengan batas toleransi 0,1 maka

jumlah sampel minimum yang diambil dari keseluruhan jumlah populasi adalah

86 apotek. Sampel yang digunakan dan memenuhi kriteria inklusi dalam

penelitian ini sebanyak 99 apotek yang terdiri dari 99 Apoteker.

3.4 Langkah Penelitian

Langkah penelitian yang dilaksanakan:

a. Menyiapkan kuesioner yang akan diisi oleh responden

b. Meminta izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk melakukan penelitian di

beberapa apotek di kota Medan

c. Mengumpulkan data tentang karakteristik Apoteker

d. Mengumpulkan data tentang penilaian standar pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam implementasi

praktik kefarmasian di apotek di wilayah kota Medan

24
Universitas Sumatera Utara
e. Mengolah data kuisioner dengan menggunakan program Microsoft excel

dan SPSS versi 24.

3.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional dari penelitian ini adalah:

a. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan

sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan

pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2016).

b. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

(Kemenkes RI, 2016).

c. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang

tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,

memulihkan kesehatan pada manusia (Kemenkes RI, 2016).

d. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk

penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam

peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2016).

3.6 Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada

apoteker penanggung jawab apotek di apotek di kota Medan. Dalam hal ini,

peneliti dibantu oleh anggota IAI cabang kota Medan. Kuesioner terdiri dari 2

bagian yaitu:

a. Data demografi berupa biodata apoteker yang terdiri dari 5 poin, yaitu

jenis kelamin, umur, tahun lulus, penghasilan, dan lama pengalaman

sebagai APA.

25
Universitas Sumatera Utara
b. Data penilaian standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai menggunakan kuesioner yang mengadopsi

langsung isi dari daftar tilik pelayanan kefarmasian yang terdiri dari 7 poin

elemen dengan jumlah pertanyaan ada 17 butir yang meliputi tentang

Perencanaan terdiri dari 1 pertanyaan, Pengadaan terdiri dari 1 pertanyaan,

Penerimaan terdiri dari 1 pertanyaan, Penyimpanan terdiri dari 5

pertanyaan, Pemusnahan dan Penarikan terdiri dari 4 pertanyaan,

Pengendalian terdiri dari 2 pertanyaan, Pencatatan, dan Pelaporan terdiri

dari 3 pertanyaan.

Penilaian untuk pertanyaan kuesioner Penilaian Standar Pelayanan

Kefarmasian Dalam Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai di Apotek di Kota Medan untuk setiap pertanyaan

dengan memberikan bobot pada masing-masing pertanyaan :

a. Jika jawaban dilakukan dan terdokumentasikan dengan baik, maka diberi

bobot 2

b. Jika jawaban dilakukan namun tidak terdokumentasikan, maka diberi

bobot 1

c. Jika tidak dilakukan, maka diberi bobot 0.

Hasil pengukuran tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah bobot nilai, yaitu:

a. Bobot nilai 0-11 dikategorikan kurang

b. Bobot nilai 12-23 dikategorikan cukup

c. Bobot nilai 24-34 dikategorikan baik.

26
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Kota ini

merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi

Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut.

Kota Medan memiliki wilayah seluas 265,10 Km2 terdiri dari 21 kecamatan dan

151 kelurahan. Secara geografis, Kota Medan terletak pada 3,30°-3,43° LU dan

98,35°-98,44° BT dengan topografi cenderung miring ke Utara.

4.2 Gambaran Umum Apotek di Kota Medan

Menurut Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2018, jumlah seluruh Apotek

di kota Medan ada 617 apotek yang tersebar pada 21 kecamatan.

4.3 Karakteristik Apoteker

Karakteristik Apoteker meliputi; umur, jenis kelamin, tahun lulus,

penghasilan, dan pengalaman APA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden berumur terendah adalah 23 tahun dan tertinggi 65 tahun dengan umur

terbanyak 23-37 tahun, yaitu sebanyak 61 orang (61,6%). Berdasarkan jenis

kelamin lebih banyak perempuan, yaitu sebanyak 92 orang (92,9%) selebihnya

laki-laki, yaitu sebanyak 7 orang (7,1%). Berdasarkan tahun kelulusan lebih

banyak kelulusan tahun 2007-2017, yaitu sebanyak 68 orang (68,7%).

Berdasarkan penghasilan responden lebih banyak pada kelompok

penghasilan ≤ Rp. 2.000.000, yaitu sebanyak 60 orang (60,6%) selebihnya pada

kelompok penghasilan Rp. 2.000.000-Rp.4.000.000, yaitu sebanyak 31 responden

27
Universitas Sumatera Utara
(31,3%) dan pada kelompok penghasilan >Rp.4.000.000, yaitu sebanyak 8 orang

(8,1%). Berdasarkan pengalaman APA lebih banyak >5 tahun, yaitu sebanyak 62

orang (62,6%) selebihnya pada kelompok ≤5 tahun, yaitu sebanyak 37 orang

(37,4%). Distribusi responden berdasarkan karakteristik apoteker dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Apoteker


No Karakteristik Jumlah (%)
1 Umur
23-37 tahun 61 (61,6%)
38-52 tahun 31 (31,3%)
53-65 tahun 7 (7,1%)
2 Jenis kelamin
Laki-laki 7 (7,1%)
Perempuan 92 (92,9%)
3 Tahun Lulus
1983-1994 4 (4,0%)
1995-2006 27 (27,3%)
2007-2017 68 (68,7%)
4 Penghasilan
≤ Rp. 2.000.000 60 (60,6%)
Rp. 2.000.000-Rp.4.000.000 31 (31,3%)
> Rp.4.000.000 8 (8,1%)
5 Pengalaman APA
≤ 5 Tahun 37 (37,4%)
> 5 Tahun 62 (62,6%)
Jumlah 99 (100%)

4.4 Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang


Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai

Implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai diukur mengacu

kepada Permenkes 73 Tahun 2016 meliputi; perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, serta pencatatan dan

pelaporan. Distribusi responden berdasarkan Tingkat Implementasi Standar

28
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara rinci sebagai berikut.

4.4.1 Perencanaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 47 orang (47,5%)

responden menyatakan melakukan perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan memperhatikan pola penyakit,

pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat namun tidak terdokumentasi

dengan baik. Distribusi responden berdasarkan perencanaan dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perencanaan


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Perencanaan tasi dengan terdokumen dilakukan
Baik Tasi
n (%) n (%) n(%)
1 Membuat perencanaan
pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dengan
43 (43,3%) 47 (47,5%) 9 (9,1%)
memperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan
masyarakat

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas secara umum dapat dilihat bahwa

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam

aspek perencanaan sebagian besar sudah melakukan perencanaan, namun lebih

banyak tidak terdokumentasi dengan baik, yaitu sebanyak 47,5%. Hal ini

menunjukkan bahwa apotek belum sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun

2016 tentang standar pelayanan kefarmasian tahap perencanaan.

Menurut Quick, dkk. (1997) ada dua macam metode perencanan yang

paling umum untuk menyusun jumlah masing-masing item obat dalam

29
Universitas Sumatera Utara
perencanaan, yaitu Metode Morbiditas dan Metode Konsumsi. Metode Morbiditas

didasarkan pada dua data yaitu: jumlah episode tiap pola penyakit dan kebutuhan

yang mudah diperkirakan, dengan rata-rata standar terapi. Untuk mengetahui

jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan Metode Morbiditas yaitu dengan

mengalikan antara jumlah obat yang dibutuhkan untuk masing-masing penyakit

dan jumlah episode penyakit dalam 1 tahun. Metode konsumsi (retrospektif)

berdasarkan atas data konsumsi perbekalan farmasi (obat) pada periode

sebelumnya. Untuk memilih metode yang akan dipakai, sangat tergantung kepada

situasi dan kondisi dari unit pelayanan kesehatan, meskipun demikian juga

diperlukan pertimbangan untuk menggunakan kombinasi keduanya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Somi (2016) di

Kabupaten Flores Timur menyimpulkan bahwa rerata tingkat pengelolaan obat

pada tahap perencanaan sudah baik.

4.4.2 Pengadaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84 orang (84,8%) responden

menyatakan melakukan pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi dengan baik.

Distribusi responden berdasarkan pengadaan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengadaan


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Pengadaan tasi dengan Baik terdokumen dilakukan
Tasi
n (%) n (%) n (%)
1 Pengadaan sediaan farmasi
melalui jalur resmi sesuai
84(84,8%) 14 (14,2%) 1 (1,0%)
ketentuan peraturan
perundang-undangan

30
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas secara umum dapat dilihat bahwa pengadaan

sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan lebih banyak sudah dilakukan dan terdokumentasi dengan baik, yaitu

sebanyak 84,8%. Hal ini menunjukkan bahwa apotek telah menerapkan

Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian tahap

pengadaan dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang menyimpulkan bahwa seluruh apotek melakukan pengadaan

sediaan farmasi melalui PBF. Seluruh apotek selalu menyertakan bukti/faktur

pembelian untuk setiap obat yang mereka beli dan selalu dicatat dalam buku

penerimaan.

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah pedagang yang mempunyai izin

menyimpan obat dalam jumlah besar untuk dijual. PBF tidak boleh melayani obat

eceran, tidak boleh melayani resep dokter, tidak boleh menjual secara langsung ke

dokter umum, dokter hewan dan dokter gigi. (Kemenkes RI, 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian Wiryanto (2004), pengadaan merupakan

fungsi pengelolaan obat yang penting yang terdiri dari perhitungan kebutuhan dan

perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian,

pemantauan status pesanan, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan

jaminan mutu. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus melalui jalur

resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.4.3 Penerimaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang (79,8%)

responden menyatakan melakukan penerimaan menjamin kesesuaian jenis

31
Universitas Sumatera Utara
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat

pesanan dengan kondisi fisik yang diterima dan terdokumentasi dengan baik.

Distribusi responden berdasarkan penerimaan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penerimaan


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Penerimaan tasi dengan terdokumen dilakukan
Baik Tasi
n (%) n (%) n (%)
1 Penerimaan menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang 79 (79,8%) 18 (18,2%) 2 (2,0%)
tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang
diterima

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas secara umum dapat dilihat bahwa

penerimaan menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang

diterima lebih banyak sudah melakukan dan terdokumentasi dengan baik, yaitu

sebanyak 79,8%. Hal ini menunjukkan bahwa apotek telah menerapkan

Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian tahap

penerimaan dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang menyimpulkan bahwa seluruh sediaan farmasi yang diterima di

apotek terlebih dulu selalu dilakukan pengecekan kesesuaian tersebut, sehingga

seluruh sediaan farmasi yang diterima memiliki kualitas yang terjamin.

Hal ini sesuai dengan Kemenkes RI (2016) penerimaan merupakan

kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu

penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang

diterima. Demikian juga dengan pendapat Ghofur (2011), barang yang datang

32
Universitas Sumatera Utara
diterima oleh tenaga kefarmasian dari PBF disertai dengan faktur pembeliaan

serta surat pesanan dari apotek, kemudiaan dilakukan pengecekkan kesesuaian

terhadap jumlah, jenis bentuk, tanggal kadaluarsa, no. batch serta kondisi fisik

barang dengan surat pesanan. Bila barang sesuai, maka faktur pembeliaan

ditandatangani oleh tenaga kefarmasian yang menerima barang disertai nama

lengkap, tanggal dan waktu penerimaan, serta stempel apotek.

4.4.4 Penyimpanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 orang (73,8%)

responden menyatakan melakukan penyimpanan obat/bahan obat dalam wadah

asli dari pabrik terdokumentasi dengan baik. Sebanyak 71 orang (71,7%)

responden menyatakan melakukan kondisi penyimpanan sesuai sehingga terjamin

keamanan dan stabilitas obat/bahan obat dan terdokumentasi dengan baik dan

sebanyak 55 orang (55,6%) responden menyatakan melakukan tempat

penyimpanan tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lain yang

menyebabkan kontaminasi dan terdokumentasi dengan baik.

Sebanyak 69 orang (69,7%) responden menyatakan memperhatikan bentuk

sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis dan terdokumentasi

dengan baik dan sebanyak 66 orang (66,7%) responden menyatakan melakukan

pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First

In First Out) dan terdokumentasi dengan baik. Distribusi responden berdasarkan

penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

33
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penyimpanan
Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Penyimpanan tasi dengan Baik terdokumen dilakukan
Tasi
n (%) n (%) n (%)
1 Penyimpanan obat/bahan
obat dalam wadah asli 73 (73,8%) 23 (23,2%) 3 (3,0%)
dari pabrik
2 Kondisi penyimpanan
sesuai sehingga terjamin
71 (71,7%) 25 (25,3%) 3 (3,0%)
keamanan dan stabilitas
obat/bahan obat
3 Tempat penyimpanan
tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lain 55 (55,6%) 40 (40,4%) 4 (4,0%)
yang menyebabkan
kontaminasi
4 Memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi
69 (69,7%) 25 (25,3%) 5 (5,0%)
Obat serta disusun secara
alfabetis
5 Pengeluaran Obat
memakai sistem FEFO
(First Expire First Out) 66 (66,7%) 31 (31,3%) 2 (2,0%)
dan FIFO (First In First
Out)

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas secara umum dapat dilihat bahwa pada tahap

penyimpanan paling banyak dilakukan adalah penyimpanan obat/bahan obat

dalam wadah asli dari pabrik sebesar 73,8%, disusul kondisi penyimpanan sesuai,

sehingga terjamin keamanan dan stabilitas obat/bahan obat sebesar 71,7%,

kemudian memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun

secara alfabetis obat sebesar 69,7%, dan pengeluaran obat memakai sistem FEFO

(First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) sebesar 66,7% serta paling

sedikit dilakukan adalah tempat penyimpanan tidak dipergunakan untuk

penyimpanan barang lain yang menyebabkan kontaminasi, yaitu sebesar 55,6%,

seluruh kegiatan ini terdokumentasi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa

34
Universitas Sumatera Utara
belum sepenuhnya apotek menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar

pelayanan kefarmasian tahap penyimpanan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang menyimpulkan bahwa penyimpanan dilakukan dengan

memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis

dan sistem pengeluaran obat memakai sistem FEFO.

Hal ini sesuai dengan Kemenkes RI (2016) tentang penyimpanan bahwa;

(a) obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat, isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah

terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru.

Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, no. batch dan tanggal

kadaluwarsa, (b) semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai

sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya, (c) sistem penyimpanan dilakukan

dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara

alfabetis, (d) pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan

FIFO (First In First Out ).

Hal ini juga senada dengan pendapat Wiryanto (2004), penyimpanan

merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam rangkaian tahap distribusi

selain pengendaliaan, transportasi serta penyelesaian kapabeanan. Tujuan dari

distribusi ini adalah menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat,

menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan

persediaan, memperpendek waktu tunggu serta memudahkan pencarian dan

pengawasan.

35
Universitas Sumatera Utara
4.4.5 Pemusnahan dan Penarikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50 orang (50,5%)

responden menyatakan obat kadaluwarsa atau rusak dimusnahkan sesuai dengan

jenis dan bentuk sediaan. Sebanyak 48 orang (48,5%) responden menyatakan

resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan, dan sebanyak 56 orang (56,6%) responden menyatakan melakukan

tempat penyimpanan tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lain yang

menyebabkan kontaminasi, semua kegiatan ini terdokumentasi dengan baik.

Sebanyak 54 orang (54,5%) responden menyatakan melakukan penarikan

sediaan farmasi, Alkes dan BMHP yang tidak memenuhi standard/ketentuan

perundang-undangan dan terdokumentasi dengan baik. Distribusi responden

berdasarkan pemusnahan dan penarikan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pemusnahan dan Penarikan


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
tasi dengan Baik terdokumen dilakukan
No Pemusnahan dan Penarikan
Tasi

N (%) n (%) n (%)


1 Obat kadaluwarsa atau
rusak dimusnahkan sesuai
50 (50,5%) 42 (42,4%) 7 (7,1%)
dengan jenis dan bentuk
sediaan
2 Resep yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5
48 (48,5%) 38 (38,4%) 13 (13,1%)
(lima) tahun dapat
dimusnahkan
3 Tempat penyimpanan tidak
dipergunakan untuk
penyimpanan barang lain 56 (56,6%) 39 (39,4%) 4 (4,0%)
yang menyebabkan
kontaminasi
4 Penarikan sediaan farmasi,
Alkes dan BMHP yang
tidak memenuhi 54 (54,5%) 36 (36,4%) 9 (9,1%)
standard/ketentuan
perundang-undangan

36
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas secara umum dapat dilihat bahwa pada tahap

pemusnahan dan penarikan paling banyak dilakukan adalah tempat penyimpanan

tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lain yang menyebabkan

kontaminasi sebesar 56,6%, disusul penarikan sediaan farmasi, Alkes dan BMHP

yang tidak memenuhi standard/ketentuan perundang-undangan sebesar 54,5%,

kemudian obat kadaluwarsa atau rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan sebesar 50,5%, dan paling sedikit dilakukan adalah resep yang

telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan sebesar

48,5%, seluruh kegiatan ini terdokumentasi dengan baik. Hal ini menunjukkan

bahwa apotek belum sepenuhnya menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang

standar pelayanan kefarmasian tahap pemusnahan dan penarikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang menyimpulkan bahwa dari 6 apotek yang diteliti, hanya 1 apotek

yang pernah melakukan pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak dan hanya 1

apotek yang pernah melakukan pemusnahan resep dan itu merupakan pemusnahan

yang pertama kalinya. Resep-resep yang tidak dimusnahkan di arsipkan di ruang

arsip meskipun resep tersebut melebihi jangka waktu 5 tahun. Namun hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Somi (2016) menyimpulkan bahwa

sebanyak (97,62%) apotek telah melaksanakan tahap pemusnahan di Kabupaten

Flores Timur.

Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sesuai dengan Kemenkes RI (2016),

tahap pemusnahan dan penarikan;

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung

37
Universitas Sumatera Utara
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga

kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.

Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan,

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara

pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep

dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota,

c. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan,

d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar

berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau

berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)

dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

e. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

4.4.6 Pengendalian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 66 orang (66,7%)

responden menyatakan melakukan pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,

penyimpanan dan pengeluaran dan sebanyak 55 orang (53,5%) responden

menyatakan pengendalian persediaan dilakukan menggunakan 2 kartu stok

38
Universitas Sumatera Utara
dengan cara manual atau elektronik, dan kegiatan ini terdokumentasi dengan baik.

Distribusi responden dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengendalian


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Pengendalian tasi dengan terdokumen dilakukan
Baik Tasi
n (%) n (%) n (%)
1 Pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan,
66 (66,7%) 28 (28,3%) 5 (5,0%)
penyimpanan dan
pengeluaran
2 Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan 2
53 (53,5%) 31 (31,3%) 15 (15,2%)
kartu stok dengan cara
manual atau elektronik

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas secara umum dapat dilihat bahwa pada tahap

pengendalian paling tinggi dilakukan adalah pengaturan sistem pesanan atau

pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran sebesar 66,7%, kemudaian penarikan

pengendalian persediaan dilakukan menggunakan 2 kartu stok, yaitu dengan cara

manual atau elektronik sebesar 53,5%, seluruh kegiatan ini terdokumentasi

dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa belum sepenuhnya apotek menerapkan

Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian tahap

pengendalian.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang menyimpulkan bahwa dari 6 apotek yang diteliti, hanya 1 apotek

yang memiliki kartu stok secara elektronik, yaitu secara terkomputerisasi, dan 5

apotek lainnya memiliki kartu stok secara manual. Namun hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Somi (2016) menyimpulkan bahwa sebanyak

(91,33%) apotek telah melaksanakan tahap pengendalian dengan baik di

Kabupaten Flores Timur.

39
Universitas Sumatera Utara
Kemenkes RI (2016) menyatakan pengendalian dilakukan untuk

mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,

melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan

pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,

kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian

pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik

dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat

nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa

persediaan.

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Seto (2001) menyatakan

pengendaliaan persediaan dilakukan agar menjamin kelancaran pelayanan

pasiennya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kebijakan-

kebijakan seperti : (a) untuk pemesanan, perlu ditentukan bagaimana cara

pemesanannya, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis,

dan (b) untuk penyimpanan, perlu ditentukan berapa besar persediaan pengaman

yang merupakan persediaan minimum, besarnya persediaan pada waktu

pemesanan kembali dilakukan dan besarnya persediaan maksimum.

4.4.7 Pencatatan dan Pelaporan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 70 orang (70,7%)

responden menyatakan pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP meliputi pengadaan (surat pesanan,

faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan

pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan terdokumentasi dengan baik,

dan sebanyak 75 orang (75,8%) responden menyatakan pelaporan terdiri dari

pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan yang

40
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan

laporan lainnya terdokumentasi dengan baik.

Sebanyak 79 orang (79,8%) responden menyatakan pelaporan yang dibuat

untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya

terdokumentasi dengan baik. Distribusi responden berdasarkan pencatatan dan

pelaporan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan


Dilakukan dan Dilakukan
Terdokumen namun Tidak Tidak
No Pencatatan dan Pelaporan tasi dengan terdokumen dilakukan
Baik Tasi
n (%) n (%) n (%)
1 Pencatatan dilakukan pada
setiap proses pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat 70 (70,7%) 25 (25,3%) 4 (4,0%)
Kesehatan, dan BMHP
meliputi pengadaan
2 Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan
75 (75,8%) 20 (20,2%) 4 (4,0%)
manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang
dan laporan lainnya.
3 Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi
79 (79,8%) 11 (11,1%) 9 (9,1%)
kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan secara umum dapat dilihat

bahwa pada tahap pencatatan dan pelaporan paling tinggi dilakukan adalah

pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan

narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya sebesar 79,8%, kemudian

pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

41
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan, dan BMHP meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan

(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya

disesuaikan dengan kebutuhan sebesar 75,8%, dan paling rendah dilakukan, yaitu

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan BMHP meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan

(kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya

disesuaikan dengan kebutuhan.sebesar 70,7%, seluruh kegiatan ini terdokumentasi

dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Somi (2016)

menyimpulkan bahwa sebanyak (98,21%) apotek telah melaksanakan tahap

pencatatan dan pelaporan dengan baik di Kabupaten Flores Timur. Kemenkes RI

(2016) menyatakan pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat

pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk

penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan

terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan

pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi

keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan

yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan

lainnya.

Hasil pengukuran tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai yang dilakukan dan terdokumentasi dengan baik sebesr 64,8%, dilakukan

namun tidak terdokumentasi sebesar 29,3%, dan yang tidak dilakukan sebesar

42
Universitas Sumatera Utara
5,9%. Distribusi responden berdasarkan tingkat Implementasi Standar Pelayanan

Kefarmasian dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian
Penilaian Standar Pelayanan Dilakukan dan Dilakukan
Kefarmasian Dalam Bidang Terdokumen namun Tidak Tidak
Pengelolaan Sediaan Farmasi, tasi dengan terdokumen dilakukan
No
Alat Kesehatan, dan Bahan Baik Tasi
Medis Habis Pakai di Apotek
di Kota Medan n (%) n (%) n (%)
1 Perencanaan 43 (43,4%) 47 (47,5%) 9 (9,1%)
2 Pengadaan 84 (84,8%) 14 (14,2%) 1 (1,0%)
3 Penerimaan 79 (79,8%) 18 (18,2%) 2 (2,0%)
4 Penyimpanan
a. Obat/bahan obat dalam 73 (73,8%) 23 (23,2%) 3 (3,0%)
wadah asli asli dari pabrik
b. Kondisi penyimpanan
obat/bahan obat 71 (71,7%) 25 (25,3%) 3 (3,0%)

c. Tempat penyimpanan 55 (55,6%) 40 (40,4%) 4 (4,0%)


d. Memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi 69 (69,7%) 25 (25,3%) 5 (5,0%)
obat disusun secara alfabetis
e. Pengeluaran obat memakai
66 (66,7%) 31 (31,3%) 2 (2,0%)
sistem FEFO dan FIFO
5 Pemusnahan dan Penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau
rusak dimusnahkan sesuai 50 (50,5%) 42 (42,4%) 7 (7,1%)
dengan jenis dan bentuk
sediaan
b. Resep melebihi jangka
waktu 5 (lima) tahun 48 (48,5%) 38 (38,4%) 13 (13,1%)
dapat dimusnahkan
c. Tempat penyimpanan
barang lain yang 56 (56,6%) 39 (39,4%) 4 (4,0%)
menyebabkan kontaminasi
d. Penarikan sediaan farmasi,
Alkes dan BMHP yang
tidak memenuhi 54 (54,5%) 36 (36,4%) 9 (9,1%)
standar/ketentuan
perundang-undangan

43
Universitas Sumatera Utara
Penilaian Standar Pelayanan Dilakukan dan Dilakukan
Kefarmasian Dalam Bidang Terdokumen namun Tidak Tidak
Pengelolaan Sediaan Farmasi, tasi dengan terdokumen dilakukan
No
Alat Kesehatan, dan Bahan Baik Tasi
Medis Habis Pakai di Apotek
di Kota Medan
n (%) n (%) n (%)
Pengendalian
a. Pengaturan sistem pesanan
6 atau pengadaan, 66 (66,7%) 28 (28,3%) 5 (5,0%)
penyimpanan dan
pengeluaran
b. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan
53 (53,5%) 31 (31,3%) 15 (15,2%)
kartu stok 2 dengan cara
manual atau elektronik
7 Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan dilakukan setiap 70 (70,7%) 25 (25,3%) 4 (4,0%)
proses meliputi pengadaan
b. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang
digunakan untuk kebutuhan
75 (75,8%) 20 (20,2%) 4 (4,0%)
manajemen apotek meliputi
keuangan, barang dan
laporan lainnya
c. Pelaporan eksternal
merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi 79 (79,8%) 11 (11,1%) 9 (9,1%)
kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan

Rata Rata (64,8%) (29,3%) (5,9%)

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas hasil pengukuran tingkat implementasi

standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang yang dilakukan dan terdokumentasi

dengan baik sebesar 64,8%, Dilakukan namun tidak terdokumentasi sebesar

29,3%, dan yang tidak dilakukan sebesar 5,9%. Dari data perolehan skor terlihat

bahwa perolehan skor yang paling tinggi yang tidak melakukan adalah dalam

pengendalian, yaitu pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok 2

dengan cara manual atau elektronik yang tidak melakukan terdapat 15 responden

44
Universitas Sumatera Utara
(15,02%). Dikarenakan masih cukup banyak yang hanya melakukan pengendalian

dilakukan menggunakan kartu stok manual. Adapun faktor yang menghambat

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian diantaranya program pendidikan,

seminar atau bentuk lain yang sangat jarang dilakukan sehingga peluang

mengembangkan diri sangat terbatas serta kurangnya kegiatan sosialisasi dan

lemahnya fungsi kontrol oleh instansi yang berwenang, sehingga perlu dilakukan

monitoring dan evaluasi secara berkala oleh pihak-pihak yang terkait.

Hasil pengukuran tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai dengan nilai 0-11 sebanyak 1 apotek (1,0%), 12-23 sebanyak 27 apotek

(27,3%), dan nilai 24-34 sebanyak 71 apotek (71,7%) maka didapat nilai rata rata

27 ± 5,51.

Hasil pengukuran kemudian dikategorikan. Tingkat Implementasi Standar

Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai pada kategori baik (24-34) sebanyak 71

apotek (71,7%), Kategori Cukup (12-23) sebanyak 27 Apotek, kategori kurang (0-

11) sebanyak 1 apotek. Distribusi responden berdasarkan kategori dapat dilihat

pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Implementasi


Standar Pelayanan Kefarmasian
No Kategori Jumlah (%)
1 Baik 71 (71,7%)
2 Cukup 27 (27,3%)
3 Kurang 1 ( 1,0%)
Jumlah 99 (100%)

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas secara umum dapat dilihat bahwa Tingkat

Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebesar 71,7%,

45
Universitas Sumatera Utara
selebihnya cukup dan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa apotek telah

menerapkan Permenkes 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian

dengan baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anditasari (2016) di

Kota Ketapang yang menyimpulkan bahwa tingkat implementasi standar

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai oleh

seluruh apoteker di apotek tergolong baik. Demikian juga hasil penelitian Somi

(2016) menyimpulkan bahwa implementasi standar pelayanan kefarmasian di

masing-masing apotek termasuk dalam kategori baik di Kabupaten Flores Timur.

4.5 Pengaruh Karakteristik Apoteker terhadap Penerapan Standar


Pelayanan Kefarmasiaan dalam Bidang Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai di Apotek Kota Medan

Pengaruh variabel bebas, karakteristik tenaga kefarmasian meliputi; umur,

jenis kelamin, tahun lulus, penghasilan, dan pengalaman APA terhadap tingkat

implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek Kota Medan

menggunakan uji statistik chi-square. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Pengaruh Karakteristik Apoteker terhadap Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian
Karakteristik Instrumen Uji Angka Kesimpulan
Responden Signifikasi
Umur Chi-Square 0,700 Tidak terdapat
hubungan, p>0,10
Jenis kelamin Chi-Square 0,616 Tidak terdapat
hubungan, p>0,10
Tahun Kelulusan Chi-Square 0,400 Tidak terdapat
hubungan, p>0,10
Penghasilan Chi-Square 0,749 Tidak terdapat
hubungan, p>0,10
Pengalaman APA Chi-Square 0,026 Terdapat
hubungan, p>0,10

46
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas karakteristik apoteker yaitu pengalaman

sebagai Apoteker Penanggungjawab Apoteker dengan nilai p-value <0,1, hal ini

menunjukkan ada pengaruh pengalaman apoteker penanggungjawab apotek

terhadap tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian. Artinya semakin

lama pengalaman apoteker penanggungjawab apotek maka semakin baik dalam

melakukan implementasi standar pelayanan kefarmasian. Hasil uji masing-masing

variabel sebagai berikut:

4.5.1 Pengaruh Umur terhadap Tingkat Implementasi Standar Pelayanan


Kefarmasian

Berdasarkan umur diketahui bahwa dari 61 orang responden yang

memiliki umur 23-37 tahun ada sebanyak 41 orang (67,2%) melakukan

implementasi standar pelayanan kefarmasian dengan baik dan sebanyak 19 orang

(31,0%) cukup serta sebanyak 1 orang (1,6%) kurang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh umur terhadap tingkat implementasi standar

pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Satibi

dkk. (2017) yang menyimpulkan bahwa faktor usia tidak mempengaruhi kinerja

apoteker di Puskesmas.

4.5.2 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Tingkat Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa dari 92 orang responden yang

memiliki jenis kelamin perempuan ada sebanyak 67 orang (72,8%) melakukan

implementasi standar pelayanan kefarmasian dengan baik dan sebanyak 24 orang

(29,1%) cukup serta sebanyak 1 orang (1,1%) kurang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap tingkat implementasi

47
Universitas Sumatera Utara
standar pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian

Satibi dkk. (2017) yang menyimpulkan bahwa faktor jenis kelamin mempengaruhi

kinerja apoteker di Puskesmas.

4.5.3 Pengaruh Tahun Lulus terhadap Tingkat Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan tahun lulus diketahui bahwa dari 68 orang responden yang

memiliki tahun kelulusan 2007-2017 ada sebanyak 45 orang (66,2%) melakukan

implementasi standar pelayanan kefarmasian dengan baik dan sebanyak 22 orang

(32,4%) cukup serta sebanyak 1 orang (1,4%) kurang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh tahun kelulusan terhadap tingkat implementasi

standar pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian

Satibi, dkk. (2017) menyimpulkan bahwa faktor pendidikan terakhir tidak

mempengaruhi kinerja apoteker di Puskesmas.

4.5.4 Pengaruh Penghasilan terhadap Tingkat Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan penghasilan diketahui bahwa dari 60 orang responden yang

memiliki penghasilan ≤ Rp. 2.000.000 ada sebanyak 43 orang (71,7%) melakukan

implementasi standar pelayanan kefarmasian dengan baik dan sebanyak 16 orang

(26,7%) cukup serta sebanyak 1 orang (1,6%) kurang.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value >0,1, hal ini

menunjukkan tidak ada pengaruh penghasilan terhadap tingkat implementasi

standar pelayanan kefarmasian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Satibi dkk. (2017) yang menyimpulkan bahwa faktor penghasilan tidak

mempengaruhi kinerja apoteker di Puskesmas.

48
Universitas Sumatera Utara
4.5.5 Pengaruh Pengalaman Apoteker Penanggungjawab Apotek terhadap
Tingkat Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian

Berdasarkan pengalaman apoteker penanggungjawab apotek diketahui

bahwa dari 62 orang responden yang memiliki pengalaman ≥ 5 tahun ada

sebanyak 50 orang (80,6%) melakukan implementasi standar pelayanan

kefarmasian dengan baik dan sebanyak 12 orang (19,4%) cukup. Berdasarkan

hasil uji chi square diperoleh nilai p-value <0,1, hal ini menunjukkan ada

pengaruh pengalaman apoteker penanggungjawab apotek terhadap tingkat

implementasi standar pelayanan kefarmasian. Artinya semakin lama pengalaman

apoteker penanggungjawab apotek maka semakin baik dalam melakukan

implementasi standar pelayanan kefarmasian.

49
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan penelitian sebagai berkut:

a. Tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di apotek Kota

Medan seuai dengan Permenkes 73 Tahun 2016 pelaksanaan standar pelayanan

kefarmasian secara keseluruhan sebesar 71,7% termasuk dalam kategori baik,

sebesar 27,3 % termasuk dalam kategori cukup, dan sebesar 1,0 % dalam

kategori kurang.

b. Karakteristik apoteker yaitu pengalaman Apoteker Penanggungjawab Apotek

berpengaruh terhadap tingkat implementasi standar pelayanan kefarmasian

dalam bidang pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai di apotek kota Medan. Sementara jenis kelamin, umur, tahun lulus

dan penghasilan apoteker tidak berpengaruh terhadap tingkat implementasi

standar pelayanan kefarmasian.

5.2 Saran

a. Disarankan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk mengupayakan

peningkatan implementasi terhadap standar pelayanan kefarmasian sesuai

dengan Permenkes 73 Tahun 2016.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait implementasi standar pelayanan

kefarmasian di apotek terhadap aspek pelayanan farmasi klinik.

50
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anditasari, W. 2016. Penilaian Terhadap Penerapan Standar Pelayanan


Kefarmasian Di Apotek-Apotek Di Kota Ketapang Tahun 2016. Skripsi.
Pontianak: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura. Halaman 96.
Anief, M. 2001. Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Halaman 24.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Halaman 203.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.
Halaman 5.
Chen, J., Silverthorne, C. 2008. The Impact of locus of Control on Job Stress, Job
Performance and Job Satisfaction in Taiwan. Leader Organization
Development Journal. 29(7):572-582.
Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/Menkes/Per /X/1993 tentang Ketentuan dan Pemberian Ijin Apotek.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Ghofur, D.F.A. 2011. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rawa
Pule Jl. KH. M. Usman No. 46- Depok. Laporan Penelitian. Depok:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Halaman 110.
Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 2013.
Bali: Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1148/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi,
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
tahun 2017 Tentang Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kreitner, R dan Kinicki, A. 2014. Perilaku Organisasi. Buku 1. Jakarta : Salemba
Empat. Halaman 148.
Lee, Y., Sabharwal, M. 2016. Education–Job Match, Salary, and Job Satisfaction
Across the Public,, Non-Profit, and For-Profit Sectors: Survey of recent
college graduates. Public Management Review. 18(1):40-64.

51
Universitas Sumatera Utara
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta. Halaman 164-165, 124-125.
Notoatmodjo, S. 2012. Pengantar Pendidikan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan,
Edisi Revisi 2012. Jakarta : Rineka Cipta. Halaman 35 dan 164.
PP RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.
Purwanti, A., Harianto, dan Supardi, S. 2004. Gambaran Pelaksanaan Standar
Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta tahun 2003. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 1(2): 102-115.
Quick, J. D., Hume, M. L., Rankin, J. R., O’Connor, R. W. 1997. Managing Drug
Supply. Second Edition. Revised Expended. West Hartford: Kumarin
Press. Halaman 270.
Robbins, S.P. 2008. Perilaku Organisasi. Jilid I. Edisi ke-12 terjemahan. Jakarta:
Salemba Empat. Halaman 50, 65-67.
Satibi, E. H. D., Gusti, A. O., Karina, E., Achmad, F., Dyah A. P. 2017. Analisis
Kinerja Apoteker dan Faktor Yang Mempengaruhi Pada Era Jaminan
Kesehatan Nasional di Puskesmas. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi. 8(1), 2018.
Seto, S. 2001. Manajemen Apoteker untuk Pengelola Apotek, Farmasi Rumah
Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi. Surabaya: Airlangga
University Press. Halaman 93, 122-123.
Sevilla. 1993. Pengantar metode penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Halaman 70.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. cetakan
keempat. Bandung: Penerbit Alfabeta. Halaman 96.
Situ, I. P. 2017. Studi Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Menurut
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Di
Apotek Jaringan Surabaya Selatan. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Halaman 116.
Somi, Y. E. I. 2016. Gambaran Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Aspek
Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai Di Apotek Kabupaten
Flores Timur. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada. Halaman 86.
WHO. 1997. The role of pharmacist in the health care system. Report of a third
WHO consultative group on the role of the pharmacist Vancouver.
Canada: World Health Organization.
Wiryanto, D. 2004. Evaluasi Sistem Pengelolaan Obat di Apotek Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada. Halaman 95.

52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat Judul Penelitian

53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Survei

54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Surat Izin Survei Penelitian IAI cabang Kota Medan

55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Surat Izin Telah Menyelesaikan Penelitian IAI Kota Medan

56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

PENILAIAN STANDAR PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALAT


KESEHATAN, DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI

Nama Apotek :
Alamat :

Karakteristik Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Penghasilan :
Pendidikan terakhir :
Lama pengalaman kerja :

dilakukan dilakukan
PENGELOLAAN SEDIAAN
dan namun Tidak
FARMASI, ALAT
No. terdokumenta tidak dilakuk
KESEHATAN, DAN BAHAN
sikan dengan terdokume an
MEDIS HABIS PAKAI
baik ntasi
1 Perencanaan:
Membuat perencanaan pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan memperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat
2 Pengadaan:
Pengadaan Sediaan Farmasi
melalui jalur resmi sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan
3 Penerimaan:
Penerimaan menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima
4 Penyimpanan:
a. Penyimpanan Obat/bahan Obat
dalam wadah asli dari pabrik
b. kondisi penyimpanan sesuai
sehingga terjamin keamanan
dan stabilitas obat/bahan obat

57
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)

dilakukan dilakukan
PENGELOLAAN SEDIAAN
dan namun Tidak
FARMASI, ALAT
No. terdokumenta tidak dilakuk
KESEHATAN, DAN BAHAN
sikan dengan terdokume an
MEDIS HABIS PAKAI
baik ntasi
c. tempat penyimpanan tidak
dipergunakan untuk
penyimpanan barang lain yang
menyebabkan kontaminasi
d. memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi Obat serta
disusun secara alfabetis
e. Pengeluaran Obat memakai
sistem FEFO (First Expire
First Out) dan FIFO (First In
First Out)
5 Pemusnahan Dan Penarikan:
a. Obat kadaluwarsa atau rusak
dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan
b. Resep yang telah disimpan
melebihi jangka waktu 5
(lima) tahun dapat
dimusnahkan
c. tempat penyimpanan tidak
dipergunakan untuk
penyimpanan barang lain yang
menyebabkan kontaminasi
d. penarikan sediaan farmasi,
Alkes dan BMHP yang tidak
memenuhi standard/ketentuan
perundang-undangan
6 Pengendalian:
a. Pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran
b. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu
stok 2 dengan cara manual atau
elektronik
7 Pencatatan dan Pelaporan:
a. Pencatatan dilakukan pada
setiap proses pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis

58
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. (Lanjutan)

dilakukan dilakukan
PENGELOLAAN SEDIAAN
dan namun Tidak
FARMASI, ALAT
No. terdokumenta tidak dilakuk
KESEHATAN, DAN BAHAN
sikan dengan terdokume an
MEDIS HABIS PAKAI
baik ntasi
Habis Pakai meliputi pengadaan
(surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Pelaporan terdiri dari pelaporan
internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk
kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan
laporan lainnya.
c. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan
lainnya.

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Distribusi Hasil Score

Total Kategori AP Total Kategori AP Total Kategori


AP Nilai Nilai Nilai
1 6 Kurang 41 32 Baik 81 19 Cukup
2 32 Baik 42 30 Baik 82 34 Baik
3 31 Baik 43 30 Baik 83 34 Baik
4 31 Baik 44 30 Baik 84 32 Baik
5 26 Baik 45 34 Baik 85 17 Cukup
6 32 Baik 46 28 Baik 86 21 Cukup
7 28 Baik 47 29 Baik 87 32 Baik
8 31 Baik 48 22 Cukup 88 23 Cukup
9 29 Baik 49 19 Cukup 89 26 Baik
10 32 Baik 50 19 Cukup 90 21 Cukup
11 17 Cukup 51 27 Baik 91 32 Baik
12 34 Baik 52 29 Baik 92 31 Baik
13 22 Cukup 53 17 Cukup 93 34 Baik
14 22 Cukup 54 28 Baik 94 28 Baik
15 33 Baik 55 32 Baik 95 26 Baik
16 20 Cukup 56 25 Baik 96 34 Baik
17 28 Baik 57 33 Baik 97 24 Baik
18 22 Cukup 58 20 Baik 98 25 Baik
19 30 Baik 59 34 Baik 99 18 Cukup
20 34 Baik 60 29 Baik Rata-rata 27.0404±5.513838
21 31 Baik 61 26 Baik Kategori baik
22 34 Baik 62 28 Baik
23 28 Baik 63 21 Cukup
24 27 Baik 64 32 Baik
25 23 Cukup 65 31 Baik
26 26 Baik 66 25 Baik
27 23 Cukup 67 32 Baik
28 30 Baik 68 26 Baik
29 33 Baik 69 28 Baik
30 17 Cukup 70 29 Baik
31 33 Baik 71 31 Baik
32 17 Cukup 72 33 Baik
33 23 Cukup 73 33 Baik
34 31 Baik 74 27 Baik
35 23 Cukup 75 28 Baik
36 25 Baik 76 27 Baik
37 29 Baik 77 21 Cukup
38 24 Baik 78 25 Baik
39 34 Baik 79 19 Cukup
40 29 Baik 80 17 Cukup

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Distribusi Daftar Apotek di Kota Medan

No Nama Kecamatan Populasi Sampel


1 Medan Tembung 33 5
2 Medan Denai 23 4
3 Medan Amplas 25 4
4 Medan Johor 31 5
5 Medan Tuntungan 20 3
6 Medan Selayang 19 4
8 Medan Sunggal 43 8
6 Medan Helvetia 34 5
9 Medan Marelan 16 4
10 Medan Belawan 5 1
11 Medan Labuhan 5 1
12 Medan Deli 20 3
13 Medan Timur 55 8
14 Medan Perjuangan 33 7
15 Medan Area 45 8
16 Medan Kota 48 7
17 Medan Maimun 16 2
18 Medan Polonia 9 1
19 Medan Baru 55 8
20 Medan Petisah 40 5
21 Medan Barat 42 6
Jumlah 617 99

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Distribusi Daftar Nama Apotek

No Nama Apotek Alamat


1 Pelita Jl. Garuda No. 94 Medan
2 Khalisha Jl. Bajak 2 Ruko Graha Mas No. 7 Medan
3 Raden Sehat Jl. Karya Wisata Komplek Graha Johor
4 Jemadi Natural Jl. Jemadi No.8, Pulo Brayan Darat, Medan
Guardian Centre Point Jl. Raya Jawa No.01 Kel. Gg Buntu Kec. Medan
5 Medan Timur
6 Saudara Jaya Jl. Selamat No. 1 Simpang Limun, Medan
7 Marthen-1 Jl. Karet Raya No. 18 P. Simalingkar
8 Keluarga Anda Jl. Brigjend Katamso No. 233/53 C Medan
9 Health Jl. Ngumban Surbakti No. 18 Medan
10 Medan JL. Prof. H. M. Yamin No. 198 A
11 Assa'adah Jl. Gatot Subroto No. 90 Medan
Jl. Letjen Jamin Ginting No. 147 Simpang
12 Joy Pinta Farma Simalingkar
13 Delima Jl. KL. Yos Sudarso KM. 13,5 No. 19, Medan
Jl. Saudara No. 64A Kel. Sudirejo 2 Kec. Medan
14 Wido Farma Kota
15 Juno Jl. Lahat No. 7 Medan
16 Bahagia Jl. Bahagia No. 85 Medan
Jl. Setia Budi No. 157 A Kel. Tanjung Rejo Kec.
17 Gamma Medan Sunggal
18 MM JL. Denai No. 211 B
19 Varia JL. Gatot Subroto No.184 C Medan
20 Adenin Adenan JL. SM. Raja No. 4 Medan
21 Bersama Sehat Baru Jl. SM. Raja Simp. Marendal No. 20 Medan
Jl. Jamin Ginting No. 849 Medan Selayang,
22 Nasional Medan
23 Ulina JL. Jamin Ginting No 567
24 Tri Farma JL. Masjid Taufik No. 120 B Tegal Rejo Medan
25 Gaharu JL. Gaharu No. 76 A Medan
26 Virya Farma JL. Aksara No. 39 Medan
27 Meliana JL. KL. Yos Sudarso No 87
28 Wulandari JL. Bunga Raya No. 12 Medan
29 Cahaya Baru JL. Letda Sujono No. 108 Medan
30 Mandiri Jl. Platina Raya No. No. 32 B Titipapan, Medan
31 Tiara Jaya Jl. Platina Titi Papan No. 66 Medan
32 Bangka Farma Jl. Bangka No. 58/52 Medan
33 Adistia Ebenty JL. Selamat No. 1
Jl. Medan Tenggara VII Kel. Medan Tenggara
34 Generik Menteng VII Kec. Medan Denai

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)

No Nama Apotek Alamat


35 Bersinar JL. Pintu air IV
36 Rahmat Setia Dua JL. Panglima Denai No. 1 A
37 Terang Farma JL. Besar Tembung
38 Suka Farma Jl. B. Zein Hamid No. 28-B Titi Kuning Medan
39 Bintang Mulia JL. Rengas Pulau
40 Vola Jl. P. Denai No. 12 Ruko Amplas Medan
41 Albe Farma JL. Sei Ular Baru
42 Timoti JL. SM. Raja No. 53 B
43 Kurnia Farma JL. Karya Wisata No. 31 A Medan
44 Ridos JL. Menteng Vii No. 65
45 Fortuna JL. Amal No. 32 C Medan
46 Keshia Farma JL. AR. Hakim No. 300 Medan
47 Mito Berkah JL. Ringroad Medan
48 Mitra Usaha Jl Gurame no. 19 E
49 Indah Jl. Bahagia By Pass No. 29 B Medan
50 Imelda JL. Sudirman dsn III Percut Sei Tuan
51 Bidara Jl karya no.120 medan
52 Central Jl H.M Yamin Medan
53 Kaleb Papa Jl Marelan Raya Kel. Tanah 600. Medan marelan
54 Tri Jaya Jl karya kasih, kompleks johor wisata no 5
55 Rs USU Jl Dr Mansyur No.66 Medan
56 Natasha Skin Care Jl Gajah Madano.7A Medan
Jl A.H. Nasution komplek metrolink no A5
57 Johor Medan
58 Kokarlin Jl K.L Yos sudarson no 115 Glugur Medan
59 Ibnu Saleh Jl. H.M. Joni No. 164 Medan
60 Nusantara Jl. Aluminium No.179, Medan
61 Sumber Rezeki JL. Marelan Raya No. 185 Medan
62 Rajawali Jl. Gatot Subroto No. 137 D Medan
63 RSI Malahayati Medan JL. Diponegoro
64 Vita Bintang Jl H. Zainul Harifin no.85 Medan
65 Tiara III Jl Gaperta no. 63
66 Sumatera Jaya JL. Luku I
67 K24 Ismud JL. Iskandar Muda No. 150 C Medan
68 Puma Medica Jl Karya Wisata Ruko Johor Indah
69 Mitra Sehat Jl Marendal Dalam no 44
70 Sabar Jl setia budi
71 Global 88 JL. Sekip

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. (Lanjutan)

No Nama Apotek Alamat


72 Bintang Timur Jl Rakyat no. 100 B
73 Prima Deo Jl Tembakau Raya no.1
74 Sion 21 Ruko Taman Riviera No.10 Jl. SM. Raja Km 11
75 Bina Afma Jl cokroaminoto no.122 Medan
76 Muthe Jl Sibiru -Biru Medan
77 Sahya Jl Mangaaan IV pasar ll No.2D Mabar
78 Adel Jl Patimura no.22 E
Jl. Kapten Rahmad Buddin Kel. Rengas Pulau
79 Ersin Farma Medan Marelan
80 Nurhayati Jl. H.M. Yamin No. 410 Medan
81 Terry Farma Jl Iskandar Muda no 29 c
82 Sinar Natural Jl jendral Gatot subroto no.29 Medan
83 Surya Jl Gatot Subroto KM 6,5 Medan
84 Putra Farma Jl SM Raja no.440A Medan
85 Sinar Farma JL. Jamin Ginting
86 Mini Medical Psr 3 Jl. Rakyat No.155 Medan
Jl. Rumah Potong Hewan No. 113 Mabar,
87 Raya IV Medan Deli
88 Apotek Inti Jl. S. Parman No. 190 B Medan
89 Fadil Farma Jl Beringin no.32 C pasar VII Tembung
Jl. Ayahanda No. 64 B Kel. Sei Putih Tengah
90 Marthen Kec. Medan Petisah
91 Ganda Farma Jl Mandala Bypas
92 Bayu Farma Jl Klambir V no.56 B
93 Asia Farma Jl Asia no. 70
94 Mitra Usaha Jl Gurame no. 19 E
95 Hayati Jl Tanjung Raya no.15 Helvitia Tengah
96 Kardiotensi Jl bambu ll no.20/55 medan
97 Safira Jl bilal Ujung
98 Melinda Jl pelajat no.106 Medan
Jl. Tuasan No. 3 D Kel. Sidorejo Hilir, Medan
99 Elroy Tembung

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Uji Univariat

Umur

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 23-37 tahun 61 61,6 61,6 61,6
38-52 tahun 31 31,3 31,3 92,9
53-65 tahun 7 7,1 7,1 100,0
Total 99 100,0 100,0

Jenis Kelami n

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 7 7,1 7,1 7,1
Perempuan 92 92,9 92,9 100,0
Total 99 100,0 100,0

Tahun kelul usan

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1983-1994 4 4,0 4,0 4,0
1995-2006 27 27,3 27,3 31,3
2007-2017 68 68,7 68,7 100,0
Total 99 100,0 100,0

Penghasilan Perbulan

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rp.<=2000.000 60 60,6 60,6 60,6
Rp.2000.000-Rp.4.000.000 31 31,3 31,3 91,9
Rp.> 4.000.000 8 8,1 8,1 100,0
Total 99 100,0 100,0

Pengalaman Sebagai APA

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 Tahun 37 37,4 37,4 37,4
>= 5 Tahun 62 62,6 62,6 100,0
Total 99 100,0 100,0

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Bidang Pengelolaan


Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

Membuat perencanaan pengadaan Sedi aan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan memperhati kan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan
kemampuan masyarakat

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 9 9,1 9,1 9,1
Dilakukan namun
47 47,5 47,5 56,6
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 43 43,4 43,4 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Pengadaan Sediaan Farmasi melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 1 1,0 1,0 1,0
Dilakukan namun
14 14,1 14,1 15,2
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 84 84,8 84,8 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Penerimaan menjamin kesesuaian j enis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan


dan harga yang tertera dal am surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 2 2,0 2,0 2,0
Dilakukan namun
18 18,2 18,2 20,2
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 79 79,8 79,8 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Penyimpanan Obat/bahan Obat dalam wadah asli dari pabrik

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 3 3,0 3,0 3,0
Dilakukan namun
23 23,2 23,2 26,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 73 73,7 73,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Kondisi penyimpanan sesuai sehingga terj amin keamanan dan stabilitas obat/ bahan
obat

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 3 3,0 3,0 3,0
Dilakukan namun
25 25,3 25,3 28,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 71 71,7 71,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Ttempat penyimpanan tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang l ai n yang


menyebabkan kontaminasi

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 4 4,0 4,0 4,0
Dilakukan namun
40 40,4 40,4 44,4
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 55 55,6 55,6 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 5 5,1 5,1 5,1
Dilakukan namun
25 25,3 25,3 30,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 69 69,7 69,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out)

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 2 2,0 2,0 2,0
Dilakukan namun
31 31,3 31,3 33,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 66 66,7 66,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Obat kadal uwarsa atau rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 7 7,1 7,1 7,1
Dilakukan namun
42 42,4 42,4 49,5
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 50 50,5 50,5 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 13 13,1 13,1 13,1
Dilakukan namun
38 38,4 38,4 51,5
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 48 48,5 48,5 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Tempat penyimpanan tidak di pergunakan untuk penyi mpanan barang lain yang
menyebabkan kontaminasi

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 4 4,0 4,0 4,0
Dilakukan namun
39 39,4 39,4 43,4
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 56 56,6 56,6 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Penarikan sediaan farmasi, Al kes dan BMHP yang tidak memenuhi standard/ketentuan
perundang-undangan

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 9 9,1 9,1 9,1
Dilakukan namun
36 36,4 36,4 45,5
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 54 54,5 54,5 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengel uaran

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 5 5,1 5,1 5,1
Dilakukan namun
28 28,3 28,3 33,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 66 66,7 66,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Pengendal ian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok 2 dengan cara manual
atau el ektronik

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 15 15,2 15,2 15,2
Dilakukan namun
31 31,3 31,3 46,5
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 53 53,5 53,5 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Pencatatan di lakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan
lainnya disesuaika

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 4 4,0 4,0 4,0
Dilakukan namun
25 25,3 25,3 29,3
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 70 70,7 70,7 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. (Lanjutan)

Pelaporan terdiri dari pel aporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, mel iputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 4 4,0 4,0 4,0
Dilakukan namun
20 20,2 20,2 24,2
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 75 75,8 75,8 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Pelaporan terdiri dari pel aporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, mel iputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dilakukan 9 9,1 9,1 9,1
Dilakukan namun
11 11,1 11,1 20,2
tidak terdokumentasi
Dilakukan dan
terdokumentasi 79 79,8 79,8 100,0
dengan baik
Total 99 100,0 100,0

Standart pelayanan kefarmasian

Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 1 1,0 1,0 1,0
Cukup 27 27,3 27,3 28,3
Baik 71 71,7 71,7 100,0
Total 99 100,0 100,0

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Uji Bivariat

Umur * Standart pelayanan kefarmasian

Crosstab

Standart pelay anan kef armasian


Kurang Cukup Baik Total
Umur 23-37 tahun Count 1 19 41 61
Expected Count ,6 16,6 43,7 61,0
% wit hin Umur 1,6% 31,1% 67,2% 100,0%
% of Total 1,0% 19,2% 41,4% 61,6%
38-52 tahun Count 0 6 25 31
Expected Count ,3 8,5 22,2 31,0
% wit hin Umur ,0% 19,4% 80,6% 100,0%
% of Total ,0% 6,1% 25,3% 31,3%
53-65 tahun Count 0 2 5 7
Expected Count ,1 1,9 5,0 7,0
% wit hin Umur ,0% 28,6% 71,4% 100,0%
% of Total ,0% 2,0% 5,1% 7,1%
Total Count 1 27 71 99
Expected Count 1,0 27,0 71,0 99,0
% wit hin Umur 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%
% of Total 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,193a 4 ,700
Likelihood Ratio 2,595 4 ,628
Linear-by -Linear
1,144 1 ,285
Association
N of Valid Cases 99
a. 4 cells (44,4%) hav e expect ed count less t han 5. The
minimum expected count is ,07.

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)

Jenis Kelamin * Standart pelayanan kefarmasian

Crosstab

Standart pelay anan kefarmasian


Kurang Cukup Baik Total
Jenis Kelamin Laki-laki Count 0 3 4 7
Expected Count ,1 1,9 5,0 7,0
% within Jenis Kelamin ,0% 42,9% 57,1% 100,0%
% of Total ,0% 3,0% 4,0% 7,1%
Perempuan Count 1 24 67 92
Expected Count ,9 25,1 66,0 92,0
% within Jenis Kelamin 1,1% 26,1% 72,8% 100,0%
% of Total 1,0% 24,2% 67,7% 92,9%
Total Count 1 27 71 99
Expected Count 1,0 27,0 71,0 99,0
% within Jenis Kelamin 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%
% of Total 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,970a 2 ,616
Likelihood Ratio ,964 2 ,618
Linear-by -Linear
,604 1 ,437
Association
N of Valid Cases 99
a. 3 cells (50,0%) hav e expected count less t han 5. The
minimum expected count is ,07.

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)

Tahun kelulusan * Standart pelayanan kefarmasian

Crosstab

Standart pelay anan kefarmasian


Kurang Cukup Baik Total
Tahun 1983-1994 Count 0 0 4 4
kelulusan Expected Count ,0 1,1 2,9 4,0
% within Tahun kelulusan ,0% ,0% 100,0% 100,0%
% of Total ,0% ,0% 4,0% 4,0%
1995-2006 Count 0 5 22 27
Expected Count ,3 7,4 19,4 27,0
% within Tahun kelulusan ,0% 18,5% 81,5% 100,0%
% of Total ,0% 5,1% 22,2% 27,3%
2007-2017 Count 1 22 45 68
Expected Count ,7 18,5 48,8 68,0
% within Tahun kelulusan 1,5% 32,4% 66,2% 100,0%
% of Total 1,0% 22,2% 45,5% 68,7%
Total Count 1 27 71 99
Expected Count 1,0 27,0 71,0 99,0
% within Tahun kelulusan 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%
% of Total 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,045a 4 ,400
Likelihood Ratio 5,435 4 ,245
Linear-by -Linear
3,923 1 ,048
Association
N of Valid Cases 99
a. 5 cells (55,6%) hav e expected count less t han 5. The
minimum expected count is ,04.

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)

Penghasilan Perbulan * Standart pelayanan kefarmasian

Crosstab

Standart pelay anan kef armasian


Kurang Cukup Baik Total
Penghasilan Rp.<=2000.000 Count 1 16 43 60
Perbulan Expected Count ,6 16,4 43,0 60,0
% within Penghasilan
1,7% 26,7% 71,7% 100,0%
Perbulan
% of Total 1,0% 16,2% 43,4% 60,6%
Rp.2000.000-Rp. Count 0 10 21 31
4.000.000 Expected Count ,3 8,5 22,2 31,0
% within Penghasilan
,0% 32,3% 67,7% 100,0%
Perbulan
% of Total ,0% 10,1% 21,2% 31,3%
Rp.> 4.000.000 Count 0 1 7 8
Expected Count ,1 2,2 5,7 8,0
% within Penghasilan
,0% 12,5% 87,5% 100,0%
Perbulan
% of Total ,0% 1,0% 7,1% 8,1%
Total Count 1 27 71 99
Expected Count 1,0 27,0 71,0 99,0
% within Penghasilan
1,0% 27,3% 71,7% 100,0%
Perbulan
% of Total 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,927a 4 ,749
Likelihood Ratio 2,409 4 ,661
Linear-by -Linear
,334 1 ,563
Association
N of Valid Cases 99
a. 4 cells (44,4%) hav e expect ed count less t han 5. The
minimum expected count is ,08.

75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)

Pengalaman Sebagai APA * Standart pelayanan


kefarmasian

Crosstab

Standart pelay anan kefarmasian


Kurang Cukup Baik Total
Pengalaman < 5 Tahun Count 1 15 21 37
Sebagai APA Expected Count ,4 10,1 26,5 37,0
% within Pengalaman
2,7% 40,5% 56,8% 100,0%
Sebagai APA
% of Total 1,0% 15,2% 21,2% 37,4%
>= 5 Tahun Count 0 12 50 62
Expected Count ,6 16,9 44,5 62,0
% within Pengalaman
,0% 19,4% 80,6% 100,0%
Sebagai APA
% of Total ,0% 12,1% 50,5% 62,6%
Total Count 1 27 71 99
Expected Count 1,0 27,0 71,0 99,0
% within Pengalaman
1,0% 27,3% 71,7% 100,0%
Sebagai APA
% of Total 1,0% 27,3% 71,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig.


Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,333a 2 ,026
Likelihood Ratio 7,537 2 ,023
Linear-by -Linear
7,135 1 ,008
Association
N of Valid Cases 99
a. 2 cells (33,3%) hav e expect ed count less t han 5. The
minimum expected count is ,37.

76
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai