Anda di halaman 1dari 109

TESIS

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN


KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

OLEH :
NOVI ERVIANA HARAHAP
NIM 177014047

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister


dalam Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
NOVI ERVIANA HARAHAP
NIM 177014047

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN TESIS

Nama Mahasiswa : Novi Erviana Harahap

Nomor Induk Mahasiswa 177014047

Program Studi : Magister Ilmu Farmasi

Judul Tesis : Evaluasi Implementasi Standar


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Kota Medan

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Komisi Penguji Tesis pada hari

Selasa tanggal dua puluh delapan bulan Januari tahun dua ribu dua puluh.

Menyetujui:

Komisi Penguji Tesis

Ketua : Prof. Dr. Wiryanto, M. S., Apt.

Sekretaris : Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.

Anggota : Khairunnisa, M. Pharm., Ph. D., Apt.

: Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt

iv
Universitas Sumatera
v
Universitas Sumatera
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“Evaluasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota
Medan”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented). Untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di Puskesmas, maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Atas dasar
inilah dilakukan penelitian untuk mengevaluasi implementasi Peraturan Menteri
Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Kota Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Wiryanto, M. S., Apt. dan Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. atas
waktu, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama penyelesaian Tesis ini. Pada
kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr.
Masfria, M. S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
dan Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
bantuan dan fasilitas selama menjalani pendidikan di Program Magister Ilmu
Farmasi. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Ahmad Efendi Harahap dan Ibunda
Rusiani tercinta, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya atas semua pengorbanan, doa, dan dorongannya, sehingga Tesis
ini dapat diselesaikan.
Medan, Januari 2020
Penulis,

Novi Erviana Harahap


NIM 177014047

vi
Universitas Sumatera
EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pelayanan kefarmasian adalah sebuah pelayanan langsung serta


bertanggung jawab Apoteker terhadap pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di Puskesmas, maka ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi Peraturan
Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas Kota Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif yang bersifat cross
sectional. Data diperoleh dari pengisian lembar kuesioner dan lembar daftar tilik
berdasarkan pengamatan langsung di ruang farmasi Puskesmas yang memiliki
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Data yang diperoleh dibandingkan
dengan standar yang ada pada kepustakaan dan dianalisis menggunakan uji Chi-
Square dan Spearman’s.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas Kota Medan memiliki jumlah skor 73-82. Tingkat
kepuasan pasien paling banyak adalah kategori Puas, sebanyak 77,9-100%.
Korelasi perbedaan demografi pasien dalam hal umur, jenis kelamin dan
pekerjaan terhadap kepuasan pasien dianalisis menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan nilai sig. p<0,05. Korelasi Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian terhadap kepuasan pasien dianalisis menggunakan uji Spearman’s
ditunjukkan dengan nilai rhitung=0,419 (rhitung<rtabel).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi PMK
No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota
Medan termasuk dalam kategori Sedang. Tingkat kepuasan pasien termasuk
dalam kategori Puas. Perbedaan demografi pasien dalam hal umur, jenis kelamin
dan pekerjaan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien. Implementasi Standar
Pelayanan Kefarmasian tidak mempengaruhi kepuasan pasien.

Kata Kunci: implementasi standar, pelayanan kefarmasian, Puskesmas, kota


Medan

vi
Universitas Sumatera
EVALUATION OF PHARMACEUTICAL CARE STANDARD
IMPLEMENTATION IN MEDAN CITY HEALTH CENTER

ABSTRACT

Pharmaceutical care is a direct and responsible service for pharmacists for


patients related to pharmaceutical preparations with the aim of achieving
definitive results with the aim of improving the quality of life of patients. To
improve the quality of pharmaceutical care at the Health Center, Minister of
Health Regulation No. 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Care Standards in
Health Center.
This study aims to evaluate the implementation of Minister of Health
Regulation No. 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Care Standards in Medan
City Health Center.
This research is a cross sectional descriptive survey research. Data
obtained from filling out questionnaire sheets and checklist sheets based on direct
observation in the pharmacy room that has Pharmacists and pharmacy technical
personnel. The data obtained were compared with the standards in the literature
and analyzed using Chi-Square and Spearman's tests.
Based on research it is known that the implementation of Pharmaceutical
Care Standards in Medan City Health Center has a score of 73-82. The highest
level of patient satisfaction is the Satisfaction category, as much as 77.9-100%.
Correlation of patient demographic differences in terms of age, sex and
occupation to patient satisfaction was analyzed using the Chi-Square test showing
sig values. p<0.05. Correlation of Implementation of Pharmaceutical Care
Standards to patient satisfaction was analyzed using the Spearman test shown by
rcount=0.419 (rcount<rtable).
Based on the results of the study it can be concluded that the
implementation of PMK No. 74 of 2016 concerning Pharmaceutical Care
Standards in Medan City Health Center included in the Medium category. The
level of patient satisfaction is included in the Satisfaction category. Differences in
patient demographics in terms of age, sex and occupation affect the level of
patient satisfaction. Implementation of Pharmaceutical Care Standards does not
affect patient satisfaction.

Keywords: standard implementation, pharmaceutical care, Health Center, Medan


city

vi
Universitas Sumatera
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN TESIS .............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ............................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Hipotesis ................................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
2.1 Puskesmas ............................................................................................. 8
2.2 Kedudukan Puskesmas ........................................................................... 9
2.3 Fungsi Puskesmas ................................................................................... 10
2.4 Upaya Kesehatan Puskesmas .................................................................. 11
2.5 Jaringan Pelayanan Kesehatan Puskesmas …........................................ 12
2.6 Pelayanan Kefarmasian ........................................................................... 13
2.6.1 Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai .................................. 14
2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik ....................................................................... 18
2.6.3 Sumber Daya Manusia ............................................................................ 21
2.6.4 Sarana dan Prasarana............................................................................... 22
2.6.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian........................................... 24
2.7 Kepuasan Pasien...................................................................................... 25
2.8 Gambaran Umum Puskesmas Kota Medan ............................................ 27
2.9 Kerangka Teori Penelitian....................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 29
3.3 Populasi, Sampel dan Subjek Penelitian ................................................. 29
3.3.1 Populasi ................................................................................................. 29
3.3.2 Sampel ................................................................................................... 29
3.3.3 Subjek .................................................................................................... 30
3.4 Pengumpulan Data .................................................................................. 30
3.4.1 Data Primer ............................................................................................ 30
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................................... 31

ix
Universitas Sumatera
3.5 Langkah Kerja Penelitian ........................................................................ 31
3.6 Analisis Data ........................................................................................... 32
3.7 Analisis Parameter .................................................................................. 32
3.8 Definisi Operasional................................................................................ 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 37
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................... 37
4.2 Gambaran Unit Observasi dan Karakteristik Responden ....................... 38
4.3 Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian ....................................... 39
4.3.1 Sumber Daya Manusia ............................................................................ 40
4.3.2 Sarana dan Prasarana............................................................................... 43
4.3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai ................ 44
4.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik ....................................................................... 48
4.3.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian........................................... 53
4.3.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ......... 56
4.4 Kepuasan Pasien...................................................................................... 56
4.4.1 Karakteristik Responden Penelitian ........................................................ 57
4.4.2 Distribusi Penilaian Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Tingkat
Kepuasan Pasien ..................................................................................... 59
4.4.3 Tingkat Kepuasan Pasien ........................................................................ 59
4.5 Korelasi Demografi Pasien terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas
Kota Medan ............................................................................................ 61
4.6 Korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap
Kepuasan Pasien di Puskesmas Kota Medan ......................................... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 66
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2 Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN ..................................................................................................... 70

x
Universitas Sumatera
DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional Penelitian............................................................... 35


4.1 Karakteristik Unit Observasi Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Kota Medan Tahun 2019 ........................................................................ 38
4.2 Karakteristik Informan ........................................................................... 39
4.3 Data Sumber Daya Manusia.................................................................... 41
4.4 Data Sarana dan Prasarana ...................................................................... 43
4.5 Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai ........ 45
4.6 Data Pelayanan Farmasi Klinik............................................................... 49
4.7 Data Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian .................................. 54
4.8 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian ................................ 56
4.9 Data Karakteristik Responden................................................................. 58
4.10 Data Tingkat Kepuasan Pasien................................................................ 60
4.11 Korelasi Demografi terhadap Kepuasan Pasien ..................................... 61
4.12 Korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap
Kepuasan Pasien ..................................................................................... 64

xi
Universitas Sumatera
DAFTAR GAMBAR

1.1.a Kerangka Pikir Penelitian Tingkat Implementasi .................................. 6


1.1.b Kerangka Pikir Penelitian Tingkat Kepuasan Pasien ............................. 6
1.1.c Kerangka Pikir Penelitian Korelasi ........................................................ 7
2.1 Kerangka Teori Penelitian....................................................................... 27
4.1 Peta Kota Medan ..................................................................................... 37
4.2 Grafik Kepuasan Pasien vs Jumlah Pasien.............................................. 60

xi
Universitas Sumatera
DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Tilik Standar Pelayanan Kefarmasian.............................................. 70


2. Kuesioner Kepuasan Pasien ........................................................................ 73
3. Informasi Persetujuan menjadi Responden ................................................. 75
4. Pernyataan Persetujuan menjadi Responden............................................... 76
5. Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai ............ 77
6. Data Pelayanan Farmasi Klinik................................................................... 78
7. Data Penilaian pada Sub Variabel yang Mempengaruhi Tingkat
Kepuasan Pasien ......................................................................................... 79
8. Persentase Penilaian pada Sub Variabel yang Mempengaruhi Tingkat
Kepuasan Pasien ......................................................................................... 80
9. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Umur) terhadap
Kepuasan Pasien ......................................................................................... 81
10. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Jenis Kelamin)
terhadap Kepuasan Pasien.......................................................................... 83
11. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Pendidikan) terhadap
Kepuasan Pasien......................................................................................... 84
12 Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Pekerjaan) terhadap
Kepuasan Pasien ......................................................................................... 86
13 Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Kunjungan) terhadap
Kepuasan Pasien......................................................................................... 88
14 Hasil Uji Statistik Korelasi Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian terhadap Kepuasan Pasien .................................................... 90
15 Hasil Uji Statistik Korelasi Puskesmas terhadap Kepuasan Pasien ........... 91
16. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 93
17. Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance) ............................. 94

xi
Universitas Sumatera
DAFTAR SINGKATAN

Apt : Apoteker
BMHP : Bahan Medis Habis
Pakai D : Darussalam
KB : Kampung
Baru KM : Kota
Matsum M :
Mandala
MESO : Monitoring Efek Samping
Obat PB : Padang Bulan
PBS : Padang Bulan Selayang
PIO : Pelayanan Informasi
Obat
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
PTO : Pemantauan Terapi Obat
SB : Sentosa Baru
SDM : Sumber Daya Manusia
SOP : Standar Operasional Prosedur
TS : Tegal Sari
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian

xi
Universitas Sumatera
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial

dan ekonomis (Menkes, 2015a). Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana kesehatan

tingkat pertama (primary health care) yang merupakan pelayanan yang bersifat

pokok (basic health services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar

masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Menkes,

2006).

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tuntutan pasien dan

masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan

adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug

oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented)

dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care) (Menkes, 2016).

Sebagai tolok ukur serta pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas maka Menteri Kesehatan

mengeluarkan peraturan yaitu PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar

1
Universitas Sumatera
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Standar ini berisikan pengelolaan sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik, sumber daya

kefarmasian dan pengendalian mutu Pelayananan Kefarmasian. Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi

pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka

penjaminan keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, 2016).

Kota Medan memiliki 41 sarana Puskesmas Induk (11 Puskesmas Rawat

Inap dan 30 Puskesmas Rawat Jalan) yang tersebar di 21 Kecamatan se-Kota

Medan. Distribusi tenaga Apoteker di Kota Medan ini tidak merata di setiap

Puskesmas. Tenaga Apoteker yang dimiliki untuk Puskesmas di Kota Medan

berjumlah 35 orang Apoteker.

Sejak diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, masih banyak Puskesmas yang belum sepenuhnya

melakukan pelayanan kefarmasian secara optimal karena terbatasnya tenaga

kefarmasian. Di daerah atau kabupaten yang tenaga kefarmasian terutama tenaga

Apotekernya sedikit sangat sulit untuk menerapkan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas yang sesuai dengan standar. Permasalahan yang terkait dengan

Apoteker di Puskesmas adalah ketersediaan dan jumlah yang tidak sesuai dengan

beban kerjanya, sehingga pelayanan kefarmasian belum berjalan dengan baik

(Supardi, dkk., 2012).

Selama ini penerapan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan

dasar Puskesmas yang sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan

2
Universitas Sumatera
daerah lainnya, namun secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal

(Menkes, 2016).

Penyampaian informasi mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian yang

tidak maksimal dan menyeluruh menyebabkan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas masih terfokus pada pekerjaan administratif dan pengelolaan obat saja.

Sementara untuk pelayanan farmasi klinik yang berorientasi pada pasien masih

belum dilaksanakan sepenuhnya, sehingga pelayanan kefarmasian di Puskesmas

tidak menunjukkan perubahan ke arah perbaikan (Yuniarti, 2017). Sebagai tindak

lanjut terhadap pelayanan kefarmasian perlu dilakukan monitoring dan evaluasi

kegiatan secara berkala. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat

keberhasilan pelayanan kefarmasian salah satunya dengan melihat tingkat

kepuasaan pasien. Pengguna jasa pelayanan Puskesmas dalam hal ini pasien

menuntut pelayanan yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari

penyakit secara fisik atau meningkatkan derajat kesehatannya, tetapi juga

menyangkut kepuasan terhadap sikap, selalu tersedianya sarana dan prasarana

yang memadai dan lingkungan fisik yang dapat memberikan kenyamanan.

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan yang diberikan (Supriyanto

dan Ernawaty, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

yaitu bagaimana gambaran Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas Kota Medan, yang meliputi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Pelayanan Farmasi Klinik. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian

terkait Evaluasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota

Medan.

3
Universitas Sumatera
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian adalah:

a. apakah Kategori implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas Kota Medan, sudah Baik?

b. bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas Kota Medan?

c. apakah ada korelasi antara Data Demografi dan Kepuasan Pasien?

d. apakah ada korelasi antara Implementasi dan Kepuasan Pasien?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis penelitian adalah:

a. kategori implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota

Medan, belum Baik.

b. tingkat kepuasan pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Kota Medan adalah Tidak Puas.

c. ada korelasi antara Data Demografi dan Kepuasan Pasien.

d. ada korelasi antara Implementasi dan Kepuasan Pasien.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian, maka tujuan penelitian adalah:

a. menilai implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota

Medan.

b. menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di

Puskesmas Kota Medan.

c. mengetahui korelasi antara Data Demografi dan Kepuasan Pasien.

d. mengetahui korelasi antara Implementasi dan Kepuasan Pasien.

4
Universitas Sumatera
1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian adalah:

a. dapat dijadikan sebagai masukan bagi Puskesmas untuk mengoptimalkan

kinerja tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian

guna meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

b. bagi program studi Magister Farmasi Universitas Sumatera Utara dapat

menambah referensi tentang evaluasi implementasi Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

c. bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani program studi

Magister Farmasi Universitas Sumatera Utara.

d. bagi masyarakat mendapatkan pelayanan farmasi yang bermutu yang

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, merupakan pedoman serta tolok ukur bagi

tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian di Puskesmas. Penelitian ini terbagi atas tiga bagian. Bagian pertama

untuk menilai Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; yang

menjadi variabel bebas adalah SDM, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan

bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu

pelayanan kefarmasian dengan variabel terikat adalah penilaian Kategori Tingkat

Implementasi (Gambar 1.1.a). Bagian kedua untuk melihat tingkat kepuasan

pasien dengan variabel bebas adalah SDM, sarana dan prasarana, pengelolaan

5
Universitas Sumatera
obat dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik dengan variabel

terikat adalah Tingkat Kepuasan Pasien (Gambar 1.1.b). Bagian ketiga untuk

melihat korelasi antara Data Demografi dengan Kepuasan Pasien, dan korelasi

antara Tingkat Implementasi dengan Kepuasan Pasien (Gambar 1.1.c).

Variabel Bebas Variabel Parameter


Terikat
SDM Kategori I total nilai
Sarana & prasarana
>85 = Baik
Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai
Pelayanan farmasi klinik
Kategori II total nilai 65-85 = Sedang
Kategori Tingkat Implementasi
Implementasi
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian Kategori III total nilai <65 = Kurang

Gambar 1.1.a Kerangka pikir penelitian Tingkat Implementasi

Gambar 1.1.b Kerangka pikir penelitian Tingkat Kepuasan Pasien


a. SDM
 Keramahan Apoteker
 Kecepatan Pelayanan Obat
b. Sarana & prasarana
 Kenyamanan
Ruang Tunggu
 Kebersihan Ruang Tunggu Skala Likert:
 Ketersediaan Brosur,
Tingkat  66,8-100% = Sangat
Leaflet, Poster sebagai
Kepuas Puas
informasi
Obat/Kesehatan an  33,4-66,7% =
c. Pengelolaan obat dan BMHP Puas
 Kelengkapan Obat
dan Alat Kesehatan
d. Pelayanan farmasi klinik
 Ketanggapan Apoteker
 Kejelasan Apoteker
memberikan
Informasi Obat

6
Universitas Sumatera
Variabel Bebas Variabel Parameter
Terikat

Data Demografi: Sig. <0,05 = Ada Korelasi


a. Umur Sig. >0,05 = Tidak ada Korelasi
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
Tingkat Kepuasan Pasien
e. Kunjungan

Tingkat Implementasi:
a. SDM
 rhitung>rtabel = Ada Korelasi
b. Sarana & prasarana
rhitung<rtabel = Tidak ada Korelasi
c. Pengelolaan obat dan 
bahan medis habis
pakai
d. Pelayanan farmasi
klinik
e. Pengendalian mutu
Gambar 1.1.c Kerangka pikir penelitian Korelasi

7
Universitas Sumatera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas

merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya

kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan (Menkes, 2016). Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi

pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas yang

merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama (primary health care).

Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic

health services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk

didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Menkes, 2006).

Mutu dalam layanan kesehatan di Puskesmas adalah sebuah konsep

manajemen berfokus konsumen yang inovatif dan partisipatif yang memengaruhi

setiap individu dalam organisasi. Tujuannya adalah terwujudnya pelaksanaan

proses perbaikan yang akan berdampak positif outcome layanan kesehatan (Al-

Assaf, 2009).

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yang

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

8
Universitas Sumatera
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat

(Menkes, 2004).

2.2 Kedudukan Puskesmas

Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem

Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota, Sistem Pemerintah

Daerah, dan antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

a. Sistem Kesehatan Nasional. Kedudukan Puskesmas dalam sistem Kesehatan

Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. Kedudukan Puskesmas dalam sistem

pemerintahan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten bidang kesehatan di

tingkat kecamatan.

c. Sistem Pemerintah Daerah. Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah

Daerah adalah sebagai unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

d. Antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Diwilayah kerja

Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan tingkat pertama

yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter,

praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.

9
Universitas Sumatera
Kedudukan Puskesmas diantara berbagai sarana pelayanan kesehatan tingkat

pertama ini adalah sebagai mitra (Syafrudin, dkk., 2009).

2.3 Fungsi Puskesmas

Tiga fungsi pokok utama yang diemban Puskesmas dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan dasar (PKD) kepada seluruh target dan sasaran masyarakat di

wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

i. berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya

agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.

ii. aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan untuk masyarakat dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

b. Pusat pemberdaya masyarakat

Pusat pemberdaya masyarakat berupaya agar perorangan, terutama

pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat memiliki perilaku:

i. sadar, mau dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk hidup

sehat.

ii. berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan.

iii. ikut menetapkan menyelenggarakan, memantau, dan mengevaluasi

pelaksanaan program kesehatan.

iv. membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

v. merangsang masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

1
Universitas Sumatera
vi. memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan

menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (kontiniu) mencakup pelayanan kesehatan perorangan dan

pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, 2011).

2.4 Upaya Kesehatan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat

pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, yang dilaksanakan

secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan

masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya

kesehatan masyarakat esensial meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan;

b. Pelayanan kesehatan lingkungan;

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

d. Pelayanan gizi; dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya bersifat inovatif dan/atau disesuaikan dengan

prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya

yang tersedia di Puskesmas.

1
Universitas Sumatera
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:

a. rawat jalan, baik kunjungan sehat maupun kunjungan sakit;

b. pelayanan gawat darurat;

c. pelayanan persalinan normal;

d. perawatan di rumah (home care); dan/atau

e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan

(Menkes, 2019).

2.5 Jaringan Pelayanan Kesehatan Puskesmas

Dalam rangka mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat,

Puskesmas didukung oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring Puskesmas.

Jejaring Puskesmas terdiri atas upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, usaha

kesehatan sekolah, klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, tempat praktik

mandiri Tenaga Kesehatan, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Jaringan

pelayanan Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan

praktik bidan desa.

a. Puskesmas pembantu memberikan pelayanan kesehatan secara permanen

di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.

b. Puskesmas keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya

bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan

bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh

pelayanan dalam gedung Puskesmas.

c. Praktik Bidan desa merupakan praktik bidan yang bertempat tinggal serta

mendapatkan penugasan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Menkes, 2019).

1
Universitas Sumatera
2.6 Pelayanan Kefarmasian

Menurut PMK No.74 Tahun 2016, Standar Pelayanan Kefarmasian adalah

tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Menkes, 2016).

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan

untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan masalah

yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan masyarakat akan

peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari

paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi

paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi

Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care). Sebagai konsekuensi perubahan

orientasi tersebut, maka semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan

meningkatkan kompetensinya (Menkes, 2016).

Sesuai dengan ketentuan PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan

kefarmasian, pada pasal 2 ayat 2 yang menyatakan: Pekerjaan Kefarmasian harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

untuk itu (Pemerintah, 2009). Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas dilaksanakan pada unit pelayanan berupa ruang farmasi. Ruang

farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung jawab (Menkes,

2016).

1
Universitas Sumatera
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu

kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan

Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus

didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Menkes, 2016).

2.6.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan

salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan

dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

meliputi:

a. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi

dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.

b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah

memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di

Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan

diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu

kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari

1
Universitas Sumatera
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri

sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.

d. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan

suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman

(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap

terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

i. bentuk dan jenis sediaan;

ii. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan

Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;

iii. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;

iv. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

v. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk

penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan

kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit

farmasi Puskesmas dan jaringannya.

1
Universitas Sumatera
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

i. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

ii. Puskesmas Pembantu;

iii. Puskesmas Keliling;

iv. Posyandu; dan

v. Polindes.

f. Pemusnahan dan penarikan

Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan

perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi

sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan

laporan kepada Kepala BPOM.

Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin

edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai bila:

i. produk tidak memenuhi persyaratan mutu;

ii. telah kadaluwarsa;

iii. tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau

iv. dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

terdiri dari:

i. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan

dimusnahkan;

1
Universitas Sumatera
ii. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;

iii. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak

terkait;

iv. menyiapkan tempat pemusnahan; dan

v. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta

peraturan yang berlaku.

g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu

kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan

strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit

pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

i. Pengendalian persediaan;

ii. Pengendalian penggunaan; dan

iii. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

h. Administrasi

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh

rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis

Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,

disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan

lainnya.

1
Universitas Sumatera
i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

i. mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga

kualitas maupun pemerataan pelayanan;

ii. memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan

Bahan Medis Habis Pakai; dan

iii. memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Menkes,

2016).

2.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian

yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik

1
Universitas Sumatera
Obat, memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi

yang memadai disertai pendokumentasian (Menkes, 2016).

b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan:

i. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di

lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.

ii. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan

mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang

memadai).

iii. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

c. Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah

pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,

serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan

pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain

tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek

samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan

mendapat risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,

lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas

penggunaan Obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan

1
Universitas Sumatera
tentang bagaimana menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan

pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan

tercapainya keberhasilan terapi Obat.

d. Ronde/Visite Pasien

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan

secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,

perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan

terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk

itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)

agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan

Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang

merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan

pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi

fungsi fisiologis. Tujuan:

i. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak

dikenal dan frekuensinya jarang.

ii. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat

dikenal atau yang baru saja ditemukan.

2
Universitas Sumatera
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan

terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

meminimalkan efek samping.

Kriteria pasien:

i. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

ii. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

iii. Adanya multidiagnosis.

iv. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

v. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

vi. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang

merugikan.

g. Evaluasi Penggunaan Obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara

terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) (Menkes, 2016).

2.6.3 Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas minimal harus

dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,

yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan.

Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio

kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan. Rasio untuk menentukan

jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh)

pasien perhari.

2
Universitas Sumatera
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat

izin praktik untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan

kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan

kompetensinya. Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya

peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang

yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk

mengembangkan potensi dan produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal

(Menkes, 2016).

2.6.4 Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di

Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:

a. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set

meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang

penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh

pasien.

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara

terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang

peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air

mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin,

2
Universitas Sumatera
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat, buku catatan

pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis

secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang

cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai

kebutuhan.

c. Ruang penyerahan Obat

Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku

pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat

digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,

buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku

catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat, formulir catatan pengobatan

pasien dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika

memungkinkan.

e. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang

penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,

pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika

dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu

suhu.

2
Universitas Sumatera
f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan

Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan

khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen

dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan,

dan teknik manajemen yang baik.

Istilah „ruang‟ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud „ruangan‟

secara fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan,

setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat

digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang

jelas antar fungsi (Menkes, 2016).

2.6.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk

mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang

bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).

Kegiatan pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi

untuk peningkatan mutu sesuai standar.

b. Pelaksanaan, yaitu:

i. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja

(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja); dan

ii. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

2
Universitas Sumatera
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:

i. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar; dan

ii. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan

(Menkes, 2016).

2.7 Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan

yang diberikan. Tapi walaupun subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya

walaupun penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi

psikis waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari

oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada (Sabarguna, 2008). Kepuasan

pasien sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dari penyedia jasa, apabila

kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien baik maka akan memberikan

pengaruh terhadap kepuasan pasien, namun sebaliknya apabila kualitas pelayanan

yang diberikan tidak baik maka akan menimbulkan ketidakpuasan atau keluhan

pasien.

Menurut Tjiptono dan Chandra (2012), kualitas layanan dibangun atas

dasar perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang

nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya

diharapkan/diinginkan (expected service). Sedangkan menurut Bustami (2011),

terdapat lima determinan atau penentuan mutu pelayanan yang akhirnya menjadi

penentu tingkat kepuasan yang dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,

tepat (akurat), dan memuaskan. Dalam hal ini adalah melayani secara

benar.

2
Universitas Sumatera
b. Ketanggapan, yaitu keinginan para karyawan/staf membantu semua

pelanggan serta berkeinginan dan melaksanankan pemberian pelayanan

dengan tanggap. Dalam hal ini adalah sikap dari penyedia jasa yang penuh

perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan.

c. Keyakinan, yaitu karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan

dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan

keraguraguan. Dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan jasa.

d. Empati, yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada

pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan

komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta

dapat memahami kebutuhan dari pelanggan. Dalam hal ini adalah

perhatian yang diberikan kepada pelanggan.

e. Fasilitas berwujud, dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana

termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan/staf yang

menyenangkan.

Untuk keberhasilan pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua pemangku

kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan

masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas dan

kepuasan pasien atau masyarakat (Menkes, 2016).

2
Universitas Sumatera
2.8 Gambaran Umum Puskesmas Kota Medan

Kota Medan memiliki 41 sarana Puskesmas Induk (11 Puskesmas Rawat

Inap dan 30 Puskesmas Rawat Jalan) dan 40 Puskesmas pembantu (Pustu) yang

tersebar di 21 Kecamatan di Kota Medan. Tenaga Apoteker yang dimiliki untuk

Puskesmas di Kota Medan berjumlah 35 orang Apoteker.

2.9 Kerangka Teori Penelitian

Puskesmas merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama (primary

health care) yang merupakan pelayanan yang bersifat pokok (basic health

services) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk

didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas, merupakan pedoman serta tolok ukur bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan dan meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yang dapat menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yaitu

faktor SDM, Sarana dan Prasarana, Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis

Pakai, dan Pelayanan Farmasi Klinik (Gambar 2.1).


Pengelolaan obat & BMHP

SDM
Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Sarana &
Prasarana

Pelayanan Farmasi Klinik

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

2
Universitas Sumatera
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif, yang bersifat cross

sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan atau

pengumpulan data dilakukan pada suatu titik waktu tertentu (Hermawan dan

Yusran, 2017).

Pada penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan: Instrumen pertama

digunakan untuk mengumpulkan data implementasi Standar Pelayanan

Kefarmasian, dan hasil penilaian implementasi disesuaikan dengan Kategori, yaitu

implementasi Kategori Baik, Sedang atau Kurang. Instrumen pertama berupa

daftar tilik dibuat berdasarkan PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, termasuk didalamnya sumber daya

manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai,

pelayanan farmasi klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian. Daftar

tilik Standar Pelayanan Kefarmasian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Instrumen kedua digunakan untuk mengumpulkan data kepuasan pasien

terhadap pelayanan kefarmasian di Puskesmas. Dalam hal ini yang menjadi

responden adalah pasien. Instrumen kedua berupa Formulir Kuesioner Kepuasan

Pasien, yang diambil dari PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas. Formulir Kuesioner Kepuasan Pasien dapat dilihat

pada Lampiran 2.

2
Universitas Sumatera
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas yang berada di Kota Medan.

Pengambilan data selama 3 bulan periode Juli-Oktober 2019.

3.3 Populasi, Sampel dan Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi berkaitan dengan seluruh kelompok orang yang menjadi pusat

perhatian peneliti untuk diteliti. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh

pasien yang mendapat pelayanan obat melalui resep di Puskesmas.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan suatu bagian dari populasi, yang mencakup sejumlah

anggota dari populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan perhitungan Rumus Slovin, dengan margin kesalahan 10%

(Gunawan, 2018).

Rumus Slovin :

n= N
1 + N. e2

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Kriteria inklusi sampel:

a. Pasien yang mendapat pelayanan obat melalui resep di Puskesmas.

b. Bersedia menjadi responden penelitian.

2
Universitas Sumatera
3.3.3 Subjek

Pengambilan subjek dilakukan secara purposive sampling yaitu

pengambilan sumber data dengan tujuan tertentu dimana penulis memperoleh

informasi yang diinginkan dari sumber tertentu (Sekaran, 2006). Subjek penelitian

terdiri dari Kepala Seksi Farmasi Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, petugas

pelaksana farmasi Puskesmas (Apoteker).

Pemilihan Puskesmas dilakukan berdasarkan kriteria inklusi sebagai

berikut :

a. Jenis Puskesmas (Rawat Jalan)

b. Status Puskesmas (Puskesmas induk)

c. Ketersediaan tenaga kefarmasian: Apoteker dan Asisten Apoteker yang

sudah bekerja minimal 1 tahun.

d. Memiliki data yang dapat diakses

e. Puskesmas bersedia sebagai lokasi penelitian

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

a. Wawancara

Penelitian melakukan wawancara mendalam dengan subjek yang dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan topik penelitian. Alat yang digunakan

adalah tulis dan tape recorder.

b. Pengamatan

Penelitian melakukan pengamatan langsung, pencatatan serta mengisi

daftar tilik pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

3
Universitas Sumatera
c. Kuesioner

Penelitian memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup kepada

pasien atau keluarga pasien untuk memperoleh informasi kepuasan terhadap

pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kota Medan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapat dengan telaah dokumen yang ada di ruang farmasi

Puskesmas, yang berhubungan dengan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan

medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik, dan pengendalian mutu pelayanan

kefarmasian di Puskesmas Kota Medan.

3.5 Langkah Kerja Penelitian

Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengurus surat permohonan izin dari Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kota Medan.

b. Mengurus surat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan

untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data,

dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas.

c. Mengurus surat persetujuan dari komisi etik penelitian bidang kesehatan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

d. Pengumpulan dan pencatatan data yang termaksud dalam data yang akan

diambil di instalasi farmasi Puskesmas Kota Medan.

e. Melakukan analisis data yang diperoleh dan membuat laporan penelitian.

3
Universitas Sumatera
3.6 Analisis Data

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah:

a. Mengambil data primer dan sekunder berupa dokumen-dokumen

pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, pelayanan

farmasi klinik, pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dari Puskesmas

Kota Medan dan melakukan wawancara dengan pihak yang terkait di

instalasi farmasi Puskesmas, serta membagikan kuisioner kepada pasien di

Puskesmas Kota Medan.

b. Data primer yang diperoleh dari wawancara dikelompokkan sesuai dengan

jenisnya disajikan dalam bentuk narasi.

c. Data sekunder yang diperoleh dari telaah dokumen direkap.

d. Dihitung nilai masing-masing parameternya dan dikelompokkan

berdasarkan dengan standar kepustakaan.

e. Analisis univariat, untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi dari

masing-masing variabel.

f. Analisis bivariat, untuk menganalisis korelasi antara masing-masing

variabel, digunakan uji Chi-square dan uji Spearman’s rho menggunakan

Statistical Program Service Solution (SPSS).

3.7 Analisis Parameter

a) Nilai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas diukur sesuai dengan

Modul Training of Trainer (TOT) pelayanan kefarmasian di Puskesmas.

Setiap pertanyaan pada masing-masing variabel diberi nilai sebagai berikut:

a. Sumber daya manusia

i. Jika terdapat Apoteker diberi nilai 2

3
Universitas Sumatera
ii. Jika terdapat tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 1

iii. Jika terdapat Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 3

iv. Jika petugas apotek pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 2

v. Jika petugas apotek tidak pernah mengikuti pelatihan diberi nilai 0

b. Sarana dan prasarana

i. Jika tersedia diberi nilai 2

ii. Jika tidak tersedia diberi nilai 0

c. Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

i. Jawaban dilakukan diberi nilai 2

ii. Jawaban tidak dilakukan diberi nilai 0

d. Pelayanan farmasi klinik

i. Jika dilakukan oleh Apoteker diberi nilai 3

ii. Jika dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian diberi nilai 2

iii. Jika dilakukan oleh tenaga kesehatan lain diberi nilai 1

iv. Jika tidak dilakukan diberi nilai 0

e. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian

i. Jawaban iya diberi nilai 2

ii. Jawaban tidak diberi nilai 0

Kemudian nilai tersebut dijumlahkan dan hasil yang diperoleh dibagi atas

tiga kategori dengan range yang sesuai.

a. Kategori I dengan total nilai > 85 dikatakan Baik

b. Kategori II dengan total nilai 65-85 dikatakan Sedang

c. Kategori III dengan total nilai < 65 dikatakan

Kurang (Menkes, 2008).

3
Universitas Sumatera
b) Nilai Kepuasan Pasien di ukur dengan Skala Likert. Hasil yang diperoleh

dibagi atas tiga kategori dengan range yang sesuai.

a. 66,8-100% = Sangat Puas

b. 33,4-66,7% = Puas

c. 0-33,3% = Tidak Puas

c) Dasar pengambilan keputusan korelasi:

a. Membandingkan Nilai Signifikansi (Sig.) dengan Nilai Alpha 0,05:

i. Jika nilai signifikansi <0,05, maka artinya Ada Korelasi antar variabel

yang dihubungkan

ii. Jika nilai signifikansi >0,05, maka artinya Tidak Ada Korelasi antar

variabel yang dihubungkan

b. Membandingkan Nilai rhitung dengan Nilai rtabel:

i. Jika nilai rhitung>rtabel, maka artinya Ada Korelasi antar variabel yang

dihubungkan

ii. Jika nilai rhitung<rtabel, maka artinya Tidak Ada Korelasi antar variabel

yang dihubungkan

Catatan: Kedua teori dasar pengambilan keputusan di atas akan

menghasilkan kesimpulan yang sama.

3
Universitas Sumatera
3.8 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
No. Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Skala
Ukur Ukur Ukur
1. Implementasi Proses dan penerapan pelaksanaan kegiatan standar Daftar Observasi, Skor/ Nominal
pelayanan kefarmasian di Puskesmas. tilik wawancara, Nilai
dan telaah
dokumen
2. Pengelolaan Salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai Daftar Observasi, Skor/ Nominal
Sediaan Farmasi dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, tilik wawancara, Nilai
dan Bahan Medis pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan dan telaah
Habis Pakai serta pemantauan dan evaluasi. dokumen
3. Pelayanan farmasi Bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan Daftar Observasi, Skor/ Nominal
klinik bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat tilik wawancara, Nilai
dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai dan telaah
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. dokumen
4. Sumber Daya Individu produktif yang bekerja sebagai pelaksana Daftar Observasi, Skor/ Nominal
Manusia kebijakan. tilik wawancara, Nilai
dan telaah
dokumen
5. Sarana dan Kelengkapan peralatan atau fasilitas yang mendukung Daftar Observasi, Skor/ Nominal
prasarana pelayanan kesehatan. tilik wawancara, Nilai
dan telaah
dokumen

3
Universitas Sumatera
Tabel 3.1 (Sambungan)
6. Pengendalian Kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat Daftar Observasi, Skor/ Nominal
mutu pelayanan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan tilik wawancara, Nilai
kefarmasian (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan dan telaah
pasien. dokumen
7. Kepuasan Pasien Suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat Kuesioner Penilaian Skor/ Ordinal
dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya. pada Nilai
kuesioner
8. Umur Jumlah tahun kelahiran responden pada saat mengisi Kuesioner Pengisian Nilai Rasio
kuesioner, berdasarkan ulang tahunnya yang terakhir. pada
kuesioner
9. Jenis kelamin Jenis yang dapat menyatakan manusia dikelompokkan Kuesioner Pengisian Nilai Nominal
menjadi laki-laki atau perempuan. pada
kuesioner
10. Pendidikan Pendidikan formal yang pernah diikuti responden Kuesioner Pengisian Nilai Nominal
berdasarkan ijazah yang dimiliki. pada
kuesioner
11. Pekerjaan Sumber mata pencaharian responden. Kuesioner Pengisian Nilai Nominal
pada
kuesioner
12. Kunjungan Jumlah berkunjung responden yang sama untuk Kuesioner Pengisian Nilai Rasio
medapatkan pelayanan kesehatan. pada
kuesioner

3
Universitas Sumatera
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan merupakan ibukota Propinsi Sumatera Utara memiliki luas

daerah 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatra Utara. Secara

geografis kota Medan terletak pada 3°.27'–3°.47' Lintang Utara dan 98°.35'–

98°.44' Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Gambar 4.1 Peta Kota Medan (BPS Kota Medan, 2018).

Sebelah Selatan, Barat dan Timur Kota Medan berbatasan dengan

Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak

yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang

kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional

(Dinkes, 2016).

3
Universitas Sumatera
Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan, dengan jumlah

penduduk sekitar 2.247.425 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 8.478

jiwa/km². Jumlah penduduk Kota Medan Tahun 2017 dilihat dari komposisi

berdasarkan jenis kelamin memperlihatkan bahwa jumlah penduduk perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, yaitu penduduk laki-laki

1.110.000 orang dan perempuan 1.137.425 orang (BPS Kota Medan, 2018).

4.2 Gambaran Unit Observasi dan Karakteristik Responden

Karakteristik dalam unit observasi meliputi faktor-faktor yang

berhubungan dengan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kota Medan.

Karakteristik unit observasi tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Unit Observasi Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


Kota Medan Tahun 2019
Jumlah Rata-
SDM pengelola
No. Puskesmas Akreditasi Rata Pelayanan
Obat
Resep Perbulan
1. Tegal Sari Madya 1627 Apt & TTK
2. Kotamatsum Madya 1092 Apt & TTK
3. Kampung Baru Madya 1263 Apt & TTK
4. PB Selayang Madya 1874 Apt & TTK
5. Darussalam Madya 2373 Apt & TTK
6. Sentosa Baru Madya 2185 Apt & TTK
7. Mandala Madya 2022 Apt & TTK
8. Padang Bulan Madya 2538 Apt & TTK
Keterangan: Apt (Apoteker), TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien

tertinggi pada Puskesmas Padang Bulan dan kunjungan terendah pada Puskesmas

Kotamatsum.

3
Universitas Sumatera
Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi dan

wawancara mendalam terhadap Kepala Seksi Farmasi Dinas Kesehatan Kota

Medan, Kepala Puskesmas dan Pengelola obat Puskesmas. Seluruh informan telah

menandatangani lembar pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian setelah

mendapat penjelasan maksud dan tujuan penelitian. Lembar Informasi Persetujuan

menjadi Responden dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Surat Persetujuan menjadi

Responden dapat dilihat pada Lampiran 4. Karakteristik informan wawancara

mendalam disajikan pada Tabel 4.2.

Table 4.2 Karakteristik Informan


Jenis Lama
Informan Instansi Jabatan
Kelamin Bekerja
1 Perempuan Dinkes 10 Tahun Kepala Seksi Farmasi
2 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Kepala Puskesmas
3 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Kepala Puskesmas
4 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Kepala Puskesmas
5 Perempuan Puskesmas 1 Tahun Kepala Puskesmas
6 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Kepala Puskesmas
7 Perempuan Puskesmas 3 Tahun Pengelola Obat
8 Perempuan Puskesmas 3 Tahun Pengelola Obat
9 Perempuan Puskesmas 7 Tahun Pengelola Obat
10 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Pengelola Obat
11 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Pengelola Obat
12 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Pengelola Obat
13 Perempuan Puskesmas 5 Tahun Pengelola Obat
14 Perempuan Puskesmas 6 Tahun Pengelola Obat

4.3 Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian

Kebijakan mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dibuat

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Adanya pengaturan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas, sesuai standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan

3
Universitas Sumatera
mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional

dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 merupakan salah satu

bentuk kebijakan, yang mana kebijakan tersebut tersentralisasi dari aktor tingkat

pusat dalam hal ini Kementrian Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selanjutnya diteruskan di level bawahnya yaitu

Puskesmas, dimana sebagai pelaksana kebijakan adalah pengelola obat

Puskesmas.

Implementasi kebijakan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

dapat dilihat dari sejauh mana kesesuaian sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi

klinik dan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian. Berdasarkan hasil

penelitian yang diperoleh melalui observasi disertai wawancara mendalam dengan

seluruh informan mengenai implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74

Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas diperoleh data

sebagai berikut:

4.3.1 Sumber Daya Manusia

Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus

dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,

yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan (Menkes,

2016).

Semua tenaga kefarmasian harus selalu meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan

4
Universitas Sumatera
kompetensinya untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu kepada

pasien (Menkes, 2016). Data sumber daya manusia yang diperoleh di Puskesmas

Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Sumber Daya Manusia


N Jumlah Skor
Sumber Daya Manusia
o TS KM KB PBS D SB M PB
1 Ketenagaan 3 3 3 3 3 3 3 3
2 Tenaga kefarmasian
pernah mengikuti pelatihan
2 2 2 2 2 2 2 2
yang berkaitan dengan
pelayanan kefarmasian
Total Skor 5 5 5 5 5 5 5 5
Keterangan: TS : Tegas Sari D : Darussalam
KM : Kota Matsum SB : Sentosa Baru
KB : Kampung Baru M : Mandala
PBS : Padang Bulan Selayang PB : Padang Bulan

Sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di

Puskesmas Kota Medan sudah dilakukan oleh tenaga yang berkompeten.

Berdasarkan hasil penelitian dari 8 Puskesmas yang menjadi tempat penelitian, ke

8 Puskesmas sudah memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sesuai

standar PMK No. 74 Tahun 2016.

Keberadaan Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian sangat berpengaruh

pada implementasi kebijakan dan pelayanan kefarmasian yang diberikan, sesuai

dengan penelitian Yuniarti (2017) menyebutkan bahwa implementasi kebijakan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas di kabupaten Bengkulu Utara

belum bisa terlaksana dengan baik, dikarenakan pelayanan kefarmasian di

Puskesmas dilaksanakan oleh tenaga bukan kefarmasian, meski telah diberi

wewenang namun tanpa adanya tenaga yang memiliki kompetensi dan

keterampilan maka kebijakan tidak dapat terlaksana dengan baik.

4
Universitas Sumatera
Upaya penyediaan pelayanan yang berkulitas tidak akan terwujud apabila

tidak didukung oleh tenaga yang memiliki kemampuan yang handal dan

professional. Untuk itu, pemilihan dan penempatan pegawai sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki merupakan salah satu penentu keberhasilan penerapan

standar pelayanan (LAN, 2009).

Menurut Edwards III dalam Agustino (2014), kegagalan yang sering

terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai

yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam

bidangnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi (2016) bahwa kompetensi

pegawai memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai dan

kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pelayanan

kesehatan.

Pelatihan adalah salah satu proses atau upaya peningkatan pengetahuan

dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan

kefarmasian secara berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan

produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal (Menkes, 2016).

Upaya peningkatan pengetahuan yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian

Puskesmas Kota Medan yaitu melalui seminar dan workshop, selain itu juga

melalui rapat rutin bulanan yang dilakukan di Dinas Kesehatan, yang membahas

tentang informasi-informasi terbaru serta membahas dan mencari solusi terhadap

kendala-kendala pelayanan kefarmasian yang dihadapi di Puskesmas. Seperti yang

disampaikan oleh informan berikut ini:

“Kita mengadakan rapat rutin setiap bulan yang mengevaluasi pelayanan


kefarmasian di Puskesmas. Jadi dirapat itu kita mengevaluasi pelayanan
mereka sekaligus pembekalan tentang pelayanan kefarmasian, karena kita
mengadakan rapat rutin setiap bulannya” (Informan 1).

4
Universitas Sumatera
4.3.2 Sarana dan Prasarana

Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di

Puskesmas. Istilah „ruang‟ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud „ruangan‟

secara fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan,

setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat

digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang

jelas antar fungsi (Menkes, 2016). Data sarana dan prasarana yang diperoleh di

Puskesmas Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Table 4.4 Data Sarana dan Prasarana


N Jumlah Skor
Ruangan
o TS KM KB PBS D SB M PB
1 Ruang penerimaan resep 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ruang pelayanan resep dan
2 2 2 2 2 2 2 2
peracikan
3 Ruang penyerahan obat 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Ruang konseling 0 0 0 0 0 0 0 2
5 Ruang penyimpanan obat
2 2 2 2 2 2 2 2
dan bahan medis habis pakai
6 Ruang arsip 2 2 2 2 2 2 2 2
Total Skor 10 10 10 10 10 10 10 12

Sarana dan prasarana yang mendukung implementasi PMK No. 74 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota Medan masih

belum terpenuhi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa

hanya 1 Puskesmas yang sudah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap,

sedangkan untuk 7 Puskesmas lainnya sarana dan prasarana yang ada sudah baik

untuk menunjang pelayanan kefarmasian, namun belum tersedianya ruang

konseling bagi pasien karena keterbatasan ruangan dan anggaran. Seperti yang

disampaikan informan berikut ini:

“Memang kalau di Puskesmas ini kita tau Puskesmasnya tidak besar dan
ruangan sangat terbatas, jadi kalau untuk pemenuhan ruangan khusus (ruang
konseling) saya rasa belum memungkinkan” (Informan 2).

4
Universitas Sumatera
“Karena memang ruangannya tidak memadai untuk dibuat ruang konseling
gak cukup, makanya diruang penyerahan resep itulah kalaupun mau ada
konseling” (Informan 10).
“Kalau untuk ruang konseling itukan diupayakan, juga terkait dengan
anggaran, juga tergantung dengan efektifitas efisiensi macam mana supaya
disitu. Kalau untuk penyediaannya pasti membutuhkan anggaran karena itu
bukan anggaran yang sedikit, satu lagi kalau untuk merombak itukan juga
harus butuh usulan apa dasarnya, terus urgenitasnya apa, kalau itu hanya
tunggal itu bagaimana, kalau khusus farmasi efektifkah dia atau dibikin ruang
konseling dengan seperti Puskesmas yang sudah ada, satu ruang konseling
tapi bisa dipakai oleh berbagai program” (Informan 1).
Ruang konseling merupakan hal yang sebenarnya harus ada di dalam

sebuah Puskesmas, karena konseling yang efektif harus mempertimbangkan

lingkungan dan tempat dilakukannya konseling, lingkungan yang dimaksud

haruslah kondusif, aman serta mampu menjaga kerahasiaan untuk dapat membuat

pasien menerima dengan baik informasi yang diberikan.

Sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang proses manajemen

pengelolaan obat dan pelayanan kefamasian serta dapat meningkatkan pelayanan

kefarmasian secara keseluruhan, sehingga menjadi faktor utama tercapainya

sasaran peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Yuniarti, 2017).

Menurut Edwards III dalam Agustino (2014), fasilitas fisik merupakan

faktor penting dalam implementasi. Implementor mungkin memiliki staf yang

mencukupi dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa

adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan

tersebut tidak akan berhasil.

4.3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan

salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan,

permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan

4
Universitas Sumatera
dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin

kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis

Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional (Menkes, 2016). Data Pengelolaan

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diperoleh di Puskesmas Kota

Medan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Data lengkap Pengelolaan Sediaan Farmasi

dan Bahan Medis Habis Pakai yang diperoleh di Puskesmas Kota Medan dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4.5 Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
N Jumlah Skor
Kegiatan
o TS KM KB PBS D SB M PB
1 Perencanaan kebutuhan
2 2 2 2 2 2 2 2
sediaan farmasi dan BMHP
2 Permintaan sediaan farmasi
2 2 2 2 2 2 2 2
dan BMHP
3 Penerimaan sediaan farmasi
2 2 2 2 2 2 2 2
dan BMHP
4 Penyimpanan sediaan
8 8 6 8 8 8 8 8
farmasi dan BMHP
5 Pendistribusian sediaan
2 2 2 2 2 2 2 2
farmasi dan BMHP
6 Pemusnahan dan Penarikan
sediaan farmasi sesuai 2 2 2 2 2 2 2 2
ketentuan
7 Pengendalian sediaan
10 10 10 10 10 10 10 10
farmasi dan BMHP
8 Administrasi: Pencatatan
2 2 2 2 2 2 2 2
dan pelaporan
9 Pemantauan dan evaluasi
2 2 2 2 2 2 2 2
pengelolaan obat dan BMHP
Total Skor 32 32 30 32 32 32 32 32

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengelolaan

sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai secara umum sudah sesuai PMK No.

74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

4
Universitas Sumatera
Proses seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di Puskesmas

Kota Medan dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi

sediaan farmasi periode sebelumnya, data mutasi sediaan farmasi, dan rencana

pengembangan. Proses seleksi sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga

mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium

Nasional. Puskesmas menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

Proses penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di

Puskesmas Kota Medan dilakukan dengan pengecekan terhadap sediaan farmasi

dan bahan medis habis yang diserahkan, mencakup bentuk, jenis dan jumlah

sediaan farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, kemudian ditandatangani

oleh tenaga kefarmasian.

Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan

suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman

(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap

terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (Menkes, 2016).

Penyimpanan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas

Kota Medan berdasarkan: bentuk dan jenis sediaan; stabilitas (suhu penyimpanan,

cahaya, dan kelembaban); mudah atau tidaknya meledak/terbakar; narkotika dan

psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa salah satu Puskesmas

penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai belum memenuhi

standar, karena penyimpanan narkotika dan psikotropika yang tidak sesuai

peraturan perundang-undangan, hal tersebut dikarenakan adanya kesalahan

4
Universitas Sumatera
komunikasi antara pihak pemesan dengan pihak penempah lemari khusus

narkotika dan psikotropika. Pernyataan tersebut disampaikan oleh informan

berikut ini:

“Sebenarnya kemarin sudah kami pesan lemari narkotika dan psikotropika,


cuman ada kesalahan komunikasi antara pihak kami dengan pihak penempah
sendiri, kami mengatakan dua kunci itu sudah dijelaskan sedemikian rupa tapi
yang ditangkapnya berbeda, jadi dia membuat dua pintu itu seperti pintu
rumah kesamping, bukan dua kunci, jadi ada terjadi kesalahan, karena terjadi
kesalahan itu kami complain dan dibawanya kembali dengan alasan akan
diperbaiki sesuai dengan keinginan kami, tapi sampai saat ini belum
dikembalikan lagi kepada kami lemari tersebut” (Informan 9).
Penyimpanan golongan narkotika yang tidak ditempatkan pada tempat

yang khusus tentu mempunyai resiko kehilangan serta penyalahgunaan obat.

Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika sangat membutuhkan pengamanan

yang ketat agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di

fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan kefarmasian harus

mampu menjaga keamanan, khasiat, dan mutu Narkotika, Psikotropika, dan

Prekursor Farmasi. Lemari khusus penyimpanan harus memenuhi syarat, seperti

terbuat dari bahan yang kuat, serta tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2

(dua) buah kunci yang berbeda (Menkes, 2015b).

Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di

Puskesmas Kota Medan, didistribusikan ke sub unit (UGD, poli gigi, poli anak

dan lain-lain), ke jaringan Puskesmas (Puskesmas Pembantu, Posyandu)

dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock).

Penarikan sediaan farmasi di Puskesmas Kota Medan dilakukan untuk

sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-

undangan yang dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan

4
Universitas Sumatera
oleh BPOM. Pemusnahan dilakukan untuk sediaan farmasi dan bahan medis habis

pakai untuk produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu; telah kadaluwarsa;

tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan; dan

dicabut izin edarnya. Produk yang sesuai kriteria tersebut dibuat daftar, kemudian

produk diasingkan atau disimpan ditempat terpisah sampai produk diambil oleh

pihak Dinas Kesehatan untuk di musnahkan.

Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di

Puskesmas terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam pengelolaan sediaan

farmasi dan BMHP yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di

Puskesmas. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Puskesmas Kota Medan

berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), Rencana

Kebutuhan Obat (RKO), Surat Bukti Barang Keluar (SBBK), pelaporan

penggunaan Narkotika dan Psikotropika, kartu stok, stok opname, dan rekap

pemakaian obat harian.

4.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan farmasi

klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis

Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu

kehidupan pasien (Menkes, 2016). Data pelayanan farmasi klinik yang diperoleh

di Puskesmas Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Data lengkap pelayanan

4
Universitas Sumatera
farmasi klinik yang diperoleh di Puskesmas Kota Medan dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Table 4.6 Data Pelayanan Farmasi Klinik

Jumlah Skor
NO KEGIATAN
TS KM KB PBS D SB M PB
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 1 0 2 1 0 2 2 1
c. Konseling 2 3 2 3 4 3 3 3
d. Monitoring efek samping obat 0 3 3 3 0 3 3 3
e. Pemantauan terapi obat pasien 0 0 0 0 0 0 0 0
f. Evaluasi penggunaan obat pasien 0 3 3 3 0 3 3 3
Total Skor 20,5 26,5 27,5 27,5 21,5 28,5 28,5 27,5

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum

pelayanan farmasi klinik belum dilakukan secara maksimal. Kegiatan pengkajian

resep sudah dilakukan namun belum terdokumentasi. Berdasarkan PMK No. 74

Tahun 2016 menyatakan kegiatan pelayanan resep dimulai dari tahap

menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, menyerahkan sediaan farmasi

dengan informasi yang memadai, namun hasil data yang diperoleh belum semua

Puskesmas di Kota Medan memberikan label/etiket.

Pelayanan Informasi Obat (PIO) masih secara pasif dan terbatas.

Berdasarkan PMK No. 74 Tahun 2016 disebutkan bahwa Pelayanan Informasi

Obat (PIO) merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk

memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,

perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Pelayanan informasi obat yang

meliputi membuat buletin/leafleat/poster dan melakukan penyuluhan bagi pasien

serta masyarakat, dengan tujuan menyediakan informasi mengenai obat kepada

tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat, serta

4
Universitas Sumatera
dapat menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan ini belum dilakukan

oleh pengelola obat di beberapa Puskesmas di Kota Medan dikarenakan

keterbatasan waktu dan biaya. Seperti di sampaikan informan dari hasil

wawancara berikut:

“Tidak dilakukan karena tidak fokus untuk membuat leafleat, hanya fokus
melayani pasien, karena pasien banyak” (Informan 12).
“Satu karena keterbatasan waktu, kedua karena keterbatasan tenaga, ketiga
karena keterbatasan dana, maka tidak ada membuat leafleat, tetapi ada
diberikan dari dinas” (Informan 7).
“Disini kunjungan pasiennya rata-rata 70 sampai 80 pasien perhari, bahkan
bisa lebih, jadi belum bisa melakukan penyuluhan bagi pasien di ruang
tunggu, masih fokus pada pelayanan obat” (Informan 14).
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan

penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien

rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling

adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada

pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan

lama pengobatan, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan

penggunaaan obat (Menkes, 2016).

Hasil perolehan data menunjukkan bahwa konseling sudah dilakukan oleh

pengelola obat, dan untuk program-program penyakit tertentu konseling dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang memegang program tersebut, seperti program TB dan

HIV. Konseling yang dilakukan oleh pengelola obat dilakukan terbatas mengingat

ketersediaan waktu, SDM dan belum ada ruangan untuk konseling, maka

konseling dilakukan secara tidak efektif pada saat penyerahan obat kepada pasien.

Seperti di sampaikan informan dari hasil wawancara berikut:

“Saya tidak melakukan konseling karena tidak ada sarana yang sesuai
dengan standar untuk melakukan konseling, tapi saya melakukan konseling

5
Universitas Sumatera
secara sederhana yaitu pada saat penyerahan obat kepada pasien” (Informan
11).
“Memang kalau di Puskesmas ini kita tau Puskesmasnya tidak besar dan
ruangan sangat terbatas, jadi kalau untuk pemenuhan ruangan khusus (ruang
konseling) saya rasa belum memungkinkan, tapi kalau untuk pelaksanaan
konseling kita laksanakan pada saat si petugas memberikan obat, itu kita
lakukan konseling, konseling secukupnya” (Informan 2).
Hampir seluruh Puskesmas belum melaksanakan konseling secara efektif,

konseling yang dilakukan secara pasif dan tidak efektif pada saat penyerahan obat

kepada pasien dapat menyebabkan pasien/keluarga pasien tidak mendapatkan

pemahaman yang benar mengenai obat ataupun tujuan pengobatannya, sehingga

sulit untuk tercapainya keberhasilan terapi obat. Seperti yang disampaikan Rapoff

(2010) bahwa pasien yang kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan

mereka cenderung kurang patuh terhadap rejimen terapi.

Hasil penelitian Yuniarti (2017) menyebutkan hampir seluruh Puskesmas

belum melaksanakan konseling obat terhadap pasien degenerative, karena

keterbatasan tenaga dan tidak tersedianya ruangan khusus konseling obat untuk

pasien. Melalui konseling yang efektif akan membantu pasien mengerti tentang

penyakit dan pengobatan yang sedang dijalani sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan kepatuhan minum obat. Sesuai dengan hasil penelitian Dewanti,

dkk., (2015) bahwa konseling farmasi memberikan perbedaan signifikan antara

tingkat kepatuhan pasien sebelum dan setelah mendapat konseling.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi

pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,

diagnosis dan terapi (Menkes, 2016). Kegiatan yang dilakukan meliputi

menganalisis laporan efek samping Obat; mengidentifikasi Obat dan pasien

5
Universitas Sumatera
yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping Obat; mengisi formulir

Monitoring Efek Samping Obat (MESO); dan melaporkan ke Pusat Monitoring

Efek Samping Obat Nasional. Hasil perolehan data menunjukkan belum semua

Puskesmas di Kota Medan melakukan kegiatan tersebut.

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang memastikan

bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Kriteria pasien untuk

pemantauan terapi obat yaitu anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui;

menerima obat lebih dari 5 jenis; adanya multidiagnosis; pasien dengan gangguan

fungsi ginjal atau hati; menerima obat dengan indeks terapi sempit (Menkes,

2016). Hasil perolehan data menunjukkan bahwa hal tersebut belum dilakukan

karena mengingat keterbatasan waktu dan SDM. Seperti di sampaikan informan

dari hasil wawancara berikut:

“Kalau pencatatan khusus di farmasi kami tidak melakukan, cuma untuk


data-data mereka kalau kami membutuhkan kami akan melihat di rekam medis
masing-masing pasien disana uda tertulis adanya efek samping yang
disampaikan oleh pasien biasanya uda ada catatannya” (Informan 8).
“Belum dilakukan sampai situ, hanya konseling dengan pasien aja, dan
pemberian informasi obat, belum sempat sampai situ” (Informan 7).
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami

masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons

pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal

tersebut menyebabkan pentingnya dilakukan PTO. Pemantauan terapi obat harus

dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode

tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui (Menkes,

2009).

5
Universitas Sumatera
Evaluasi penggunaan obat merupakan kegiatan untuk mengevaluasi

penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat

yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Evaluasi

penggunaan obat di Puskesmas Kota Medan berupa laporan Penggunaan Obat

Rasional (POR) yang dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan pertiga bulan

sekali. Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua Puskesmas yang belum

melakukan pelaporan Penggunaan Obat Rasional (POR) dikarenakan keterbatasan

waktu dan SDM. Seperti di sampaikan informan dari hasil wawancara berikut:

“Belum sempat melaporkan, memang sudah di minta tp belum pernah di


laporkan” (Informan 11).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan farmasi

klinik yaitu sumber daya manusia, meskipun SDM pengelola obat sudah sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yakni penyelenggara pelayanan

kefarmasian dilaksanakan oleh Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, namun

masih belum bisa terpenuhi untuk melaksanakan manajemen obat dan pelayanan

kefarmasian yang sesuai dengan PMK tersebut, karena terkait rasio antara jumlah

pasien dengan pengelola obat yang terdapat di Puskesmas tidak rasional. Sesuai

dengan PMK No. 74 Tahun 2016 menyatakan bahwa satu Apoteker untuk 50

pasien perhari, sedangkan kunjungan pasien lebih dari 50 pasien perhari.

4.3.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk

mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang

bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, 2016). Data

5
Universitas Sumatera
Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian yang diperoleh di Puskesmas Kota

Medan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Table 4.7 Data Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

NO KEGIATAN Jumlah Skor


TS KM KB PBS D SB M ML
Tersedianya standar 2 2 2 2 2 2 2 2
1.
prosedur operasional
Melakukan monitoring
2. dan evaluasi capaian 2 2 2 2 2 2 2 2
pelaksanaan rencana kerja
Melakukan perbaikan dan
3. peningkatan pelayanan 2 2 2 2 2 2 2 2
sesuai standar
Total Skor 6 6 6 6 6 6 6 6

Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukan bahwa secara

keseluruhan Puskesmas sudah memiliki acuan SOP untuk melaksanakan

pekerjaan kefarmasian, serta melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan

sesuai standar. Seperti di sampaikan informan dari hasil wawancara berikut:

“Ya pasti, jadi kalau misalnya pada saat lintas program itu ada beberapa
program Puskesmas yang belum mencapai target, itu akan kita cari apa
permasalahannya, kemudian kita cari solusinya, kira-kira untuk berikutnya
bagaimana supaya target tersebut bisa tercapai, jadi setiap masalah yang ada
dijumpai pada bulan sebelumnya itu nanti kita bicarakan sekalian dengan
solusi nya bagaimana” (Informan 4).
“Ada, yang tadi dulunya penulisan etiket diobat kami hanya membuat
dikertas yang digunting untuk membuat aturan pakai, nah sekarang ini kami
uda membuat etiket obat sesuai dengan standar kefarmasian, ada etiket biru,
ada etiket putih, ada yang untuk tablet, ada yang untuk sirup” (Informan 11).
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas penting untuk

dilakukan sesuai dengan PMK No. 74 tahun 2016 pasal 5, untuk menjamin mutu

pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilakukan monitoring dan evaluasi

mutu pelayananan kefarmasian.

5
Universitas Sumatera
Dalam menerapkan upaya peningkatan mutu pelayanan kefarmasian yang

sesuai dengan standar, implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian

dilaksanakan secara bertahap. Hal ini untuk menjaga konsistensi terhadap

pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian. Evaluasi yang berkelanjutan untuk

perbaikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas oleh Dinas Kesehatan dilakukan

satu tahun sekali, dan untuk program khusus pelayanan dilaksanakan setiap bulan

hingga tiga bulan sekali. Seperti yang disampaikan oleh informan dari Dinas

Kesehatan berikut ini:

”Ada dilakukan monitoring, biasanya kita sekali setahun, capaian


keseluruhan ya, tapi kita kan ada program-program khusus untuk pelayanan
yang kita monitoring per tiga bulan, seperti laporan peresepan obat rasional,
rapat rutin setiap bulan juga uda sekalian mengevaluasi pelayanan
kefarmasian di Puskesmas”(Informan 1).
Hal yang terpenting di dalam pengendalian mutu pelayanan kefarmasian

adalah komitmen yang dimulai dari Kepala Dinas Kesehatan, Seksi Kefarmasian

Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas untuk melaksanakan monitoring disaat

awal dan evaluasi dampak implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas.

Setelah proses monitoring dan evaluasi dilakukan, maka hasilnya

diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang berbagai hal

yang sudah berjalan dengan baik dan berbagai hal yang masih perlu mendapatkan

perbaikan. Tentunya hal-hal yang telah berjalan baik akan terus dipertahankan

sementara hal-hal yang kurang baik harus mengalami perbaikan-perbaikan yang

memadai sehingga proses peningkatan kualitas pelayanan melalui penerapan

standar pelayanan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan mencapai hasil yang

maksimal (LAN, 2009).

5
Universitas Sumatera
4.3.6 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas dihitung berdasarkan

kesesuaian sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pengelolaan sediaan

farmasi dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan pengendalian

mutu pelayanan kefarmasian. Hitung total skor yang diperoleh. Hasil total skor

untuk Puskesmas Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Table 4.8 Hasil Perhitungan Standar Pelayanan Kefarmasian

No. Puskesmas Total Skor Kategori Skor


1. Puskesmas Tegal Sari 73,5 Kategori II/ Sedang
2. Puskesmas Kotamatsum 79,5 Kategori II/ Sedang
3. Puskesmas Kampung Baru 78,5 Kategori II/ Sedang
4. Puskesmas PB Selayang 80,5 Kategori II/ Sedang
5. Puskesmas Darussalam 74,5 Kategori II/ Sedang
6. Puskesmas Sentosa Baru 81,5 Kategori II/ Sedang
7. Puskesmas Mandala 81,5 Kategori II/ Sedang
8. Puskesmas Padang Bulan 82,5 Kategori II/ Sedang

Standar pelayanan kefarmasian di 8 Puskesmas di Kota Medan

berdasarkan kategori skor termasuk dalam Kategori Sedang.

4.4 Kepuasan Pasien

Menurut Sabarguna (2008), kepuasan pasien merupakan nilai subyektif

terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Kepuasan pasien sangat dipengaruhi

oleh kualitas pelayanan dari penyedia jasa, apabila kualitas pelayanan yang

diberikan kepada pasien baik maka akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan

pasien, namun sebaliknya apabila kualitas pelayanan yang diberikan tidak baik

maka akan menimbulkan ketidakpuasan atau keluhan pasien.

5
Universitas Sumatera
4.4.1 Karakteristik Responden Penelitian

Karakteristik responden yang diteliti meliputi umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan terakhir, pekerjaan dan berapa kali berkunjung ke Puskesmas.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh diketahui bahwa distribusi umur responden

merupakan proporsi identitas responden yang menggambarkan tingkat

pengalaman dan kedewasaan pola pikir responden, ditribusi umur yang paling

banyak adalah umur 21-50 tahun, dimana usia tersebut masih termasuk dalam usia

produktif.

Distribusi responden jenis kelamin perempuan lebih dominan

dibandingkan dengan responden laki-laki. Menurut survei nasional di Amerika

Serikat menunjukkan sebuah kesimpulan bahwa wanita memiliki peran yang

penting sebagai penentu keputusan dalam pelayanan kesehatan, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarganya (Kotler et al., 2008).

Distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tingkat

pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi

memudahkan seseorang untuk mengolah informasi yang diterima menjadi suatu

sikap tertentu, termasuk pula dalam pemeliharaan kesehatannya (Notoatmodjo,

2010).

Distribusi tingkat pekerjaan responden yang terbanyak adalah Ibu Rumah

Tangga. Distribusi kunjungan responden ke Puskesmas yang paling banyak adalah

kunjungan lebih dari 5 kali. Data distribusi karateristik responden dapat dilihat

pada Tabel 4.9.

5
Universitas Sumatera
Tabel 4.9 Data Karakteristik Responden
N
Pertanyaan TS % KM % KB % PBS % D % SB % M % PB %
o
1. Umur
17-20 tahun 7 7,45 6 6,52 4 4,30 3 3,16 11 11,46 7 7,29 6 6,32 12 12,50
21-50 tahun 51 54,25 53 57,61 53 56,99 58 61,05 56 58,33 50 52,08 46 48,42 53 55,21
51 tahun keatas 36 38,30 33 35,87 36 38,71 34 35,79 29 30,21 39 40,62 43 45,26 31 32,29
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 28 29,79 38 41,30 29 31,18 37 38,95 39 40,63 40 41,67 32 33,68 35 36,46
Perempuan 66 70,21 54 58,70 64 68,82 58 61,05 57 59,37 56 58,33 63 66,32 61 63,54
3. Penidikan Terakhir
Tidak tamat SD 1 1,06 2 2,17 2 2,15 0 0 4 4,17 0 0 5 5,26 0 0
SD 16 17,02 9 9,78 5 5,38 9 9,47 9 9,38 13 13,54 11 11,58 0 0
SMP 12 12,77 5 5,44 8 8,60 11 11,58 2 2,08 12 12,5 8 8,42 7 7,29
SMA 47 50 44 47,83 47 50,54 47 49,48 44 45,83 40 41,67 42 44,21 58 60,42
Perguruan Tinggi 18 19,15 32 34,78 31 33,33 28 29,47 37 38,54 31 32,29 29 30,53 31 32,29
4. Pekerjaan
Mahasiswa/ Mahasiswi 8 8,51 18 19,56 11 11,83 5 5,26 16 16,67 7 7,29 13 13,68 8 8,33
Ibu Rumah Tangga 37 39,36 17 18,48 33 35,48 31 32,29 26 27,08 39 40,62 26 27,37 41 42,71
Pegawai Swasta 16 17,02 27 29,35 23 24,73 26 27,08 20 20,83 12 12,5 25 26,32 17 17,71
Pegawai Negri Sipil 3 3,19 7 7,61 14 15,05 8 8,42 15 15,63 17 17,71 13 13,68 8 8,33
Pedagang 12 12,77 11 11,96 8 8,60 16 16,67 13 13,54 11 11,46 11 11,58 15 15,63
Lain-lain 18 19,15 12 13,04 4 4,30 9 9,38 6 6,25 10 10,42 7 7,37 7 7,29
5. Berapa kali berkunjung
ke Puskesmas
Baru pertama kali 9 9,57 9 9,78 6 6,45 5 5,26 9 9,38 7 7,29 11 11,46 11 11,46
2-5 kali 43 45,75 31 33,70 42 45,16 43 45,26 37 38,54 28 29,17 34 35,42 34 35,42
Lebih 5 kali 42 44,68 52 56,52 45 48,39 47 49,48 50 52,08 61 63,54 51 53,13 51 53,12

5
Universitas Sumatera
4.4.2 Distribusi Penilaian Variabel-variabel yang Mempengaruhi Tingkat
Kepuasan Pasien
Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali

datang, sampai pasien meninggalkan Puskesmas. Kepuasan pasien tidak cukup

dengan meningkatkan fasilitas lingkungan fisik, tetapi dalam upaya memberikan

kepuasan kepada pelangan/pasien adalah terutama dalam proses interaksi antara

petugas dengan pasien dalam pelayanan kesehatan. Proses interaksi ini di

pengaruhi oleh perilaku petugas dalam melaksanakan pelayanan yaitu keramah

tamaan, kecakapan, ketanggapan perhatian, komunikasi kecepatan melayani dan

lain-lain (LAN, 2009). Selain itu, aspek penampilan fisik adalah suatu bukti

langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan kebersihan juga menjadi

variabel penilaian terhadap kepuasan pasien. Perolehan data penilaian sub variabel

yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Lampiran 7, dan

persentase penilaian sub variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

dapat dilihat pada Lampiran 8.

4.4.3 Tingkat Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan. Pelayanan adalah

semua upaya yang dilakukan karyawan untuk memenuhi keinginan pelanggannya

dengan jasa yang akan diberikan. Suatu pelayanan dikatakan baik oleh pasien,

ditentukan oleh kenyataan apakah jasa yang diberikan bisa memenuhi kebutuhan

pasien, dengan menggunakan persepsi pasien tentang pelayanan yang diterima

(memuaskan atau mengecewakan) (Supriyanto dan Ernawaty, 2010). Selanjutnya

LAN (2009) meyatakan bahwa kepuasan dapat dicapai apabila SDM yang terlibat

langsung dalam pelayanan dapat mengerti dan menghayati serta berkeinginan

untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Untuk dapat memberikan

5
Universitas Sumatera
pelayanan yang berkualitas, unsur SDM pelayanan seyogyanya mengerti dan

memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparat pelayan masyarakat.

Distribusi tingkat kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Table 4.10 Data Tingkat Kepuasan Pasien


TS KM KB PB S D SB M PB
Kepuasan
Pasien n= n= n= n= n= n= n= n=
% % % % % % % %
94 92 93 95 96 96 95 96
Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
puas

Puas 94 100 77 83,7 84 90,3 90 94,7 89 92,7 86 89,6 74 77,9 89 92,7

Sangat 0 0 15 16,3 9 9,7 5 5,3 7 7,3 10 10,4 21 22,1 7 7,3


puas

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa responden menilai kepuasan

terhadap pelayanan kefarmasian dengan penilaian terbanyak yaitu Kategori Puas

dengan persentasi tertinggi 100% Puskesmas Tegal Sari, sedangkan responden

yang menilai kepuasan dengan Kategori yang Sangat Puas yaitu dengan persentasi

tertinggi 22,1% Puskesmas Mandala.

Berikut ini tampilan tingkat kepuasan pasien dalam bentuk grafik batang

yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

120

100 Tegal Sari


Kotamatsum
80
Kampung Baru
60 PB Selayang
Jumlah

Darussalam
40
Sentosa Baru
20 Mandala
Padang Bulan
0
Tidak Puas Puas Sangat Puas
Kepuasan Pasien

Gambar 4.2 Grafik Kepuasan Pasien vs Jumlah Pasien

6
Universitas Sumatera
4.5 Korelasi Demografi Pasien terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Kota
Medan
Analisis korelasi demografi pasien terhadap kepuasan pasien dilakukan

untuk membuktikan ada tidaknya korelasi antara demografi pasien terhadap

kepuasan pasien di Puskesmas Kota Medan. Data dianalisis menggunakan uji Chi-

Square dengan batas nilai signifikansi p<0,05. Data analisis korelasi demografi

pasien terhadap kepuasan pasien yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Korelasi Demografi Pasien terhadap Kepuasan Pasien


Kepuasan Pasien
Penggolongan Sangat Total p
Parameter Puas
Demografi Puas value
n % n % n %
17-20 tahun 50 89,3 6 10,7 56 100
21-50 tahun 366 87,1 54 12,9 420 100
Usia 51 tahun keatas 267 95,0 14 5,0 281 100 0,003
Total 683 90,2 74 9,8 757 100
Laki-laki 262 94,6 15 5,4 277 100
Jenis Kelamin Perempuan 421 87,7 59 12,3 480 100 0,002
Total 683 90,2 74 9,8 757 100
Tidak Tamat SD 11 84,6 2 15,4 13 100
SD 67 94,4 4 5,6 71 100
SMP 59 90,8 6 9,2 65 100
Pendidikan 328 88,6 42 11,4 370 100 0,491
SMA
Perguruan Tinggi 218 91,6 20 8,4 238 100
Total 683 90,2 74 9,8 757 100
Mahasiswa/Mahasiswi 69 80,2 17 19,8 86 100
Ibu Rumah Tangga 228 91,2 22 8,8 250 100
Pegawai Swasta 156 94,5 9 5,5 165 100
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 76 89,4 9 10,6 85 100 0,011
Pedagang 86 87,8 12 12,2 98 100
Lain-lain 68 93,2 5 6,8 73 100
Total 683 90,2 74 9,8 757 100
Baru Pertama Kali 57 83,8 11 16,2 68 100
2-5 kali 275 91,7 25 8,3 300 100
Kunjungan 0,145
Lebih dari 5 kali 351 90,2 38 9,8 389 100
Total 683 90,2 74 9,8 757 100

Pada analisis korelasi perbedaan usia dengan kepuasan pasien diperoleh

bahwa terdapat korelasi perbedaan usia terhadap kepuasan pasien yang

ditunjukkan dengan nilai p=0,003 (p<0,05). Hal ini berarti adanya pengaruh

6
Universitas Sumatera
perbedaan usia terhadap kepuasan pasien, dimana usia 17-20 tahun dan usia 21-50

tahun lebih mudah merasa sangat puas dibandingkan dengan usia 51 tahun ke atas,

hal ini karena responden yang berusia 51 tahun ke atas memiliki persepsi tentang

pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dari pada responden

yang berusia 17-50 tahun. Responden yang berusia 51 tahun ke atas karena

kondisi fisik yang sudah menurun cenderung lebih banyak menuntut dan berharap

lebih banyak terhadap kemampuan pelayanan dasar dan cenderung mengkritik.

Pada analisis korelasi perbedaan jenis kelamin dengan kepuasan pasien

diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi perbedaan jenis kelamin terhadap

kepuasan pasien yang ditunjukkan dengan nilai p=0,002 (p<0,05). Berdasarkan

pendapat Lumenta (1989) dalam Budiman dkk (2010) yang menyatakan bahwa

jenis kelamin mempengaruhi kepuasan, dimana laki-laki mempunyai tuntutan

lebih besar sehingga cenderung untuk tidak puas dibandingkan wanita. Menurut

Barata (2006) jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasan karena masyarakat

banyak beranggapan bahwa wanita dianggap lemah, tidak rasional, dan kurang

berpengalaman. Sedangkan laki-laki dianggap lebih kuat, rasional dan

berpengalaman, sehingga laki-laki cenderung membutuhkan pelayanan yang lebih

untuk mencapai kepuasan.

Pada analisis korelasi perbedaan pendidikan dengan kepuasan pasien

diperoleh bahwa tidak terdapat korelasi perbedaan pendidikan terhadap kepuasan

pasien yang ditunjukkan dengan nilai p=0,491 (p>0,05). Faktor yang

menyebabkan pendidikan tidak ada korelasi dengan kepuasan pasien dalam

pelayanan kefarmasian yaitu meskipun pasien berpendidikan tinggi ataupun

rendah tapi jika dihadapkan dengan antrian yang lama dalam mendapatkan

6
Universitas Sumatera
pelayanan kefarmasian maka tingkat kepuasan juga akan berpengaruh.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, tanggapan tentang kepuasan, keluhan, dan

saran muncul dari pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi maupun pendidikan

lebih rendah, sehingga hal tersebut tidak berpengaruh signifikan, karena pada

semua kategori pendidikan responden cenderung menyatakan bahwa mereka puas

dengan pelayanan kefarmasian yang diterima.

Pada analisis korelasi perbedaan pekerjaan dengan kepuasan pasien

diperoleh bahwa terdapat korelasi perbedaan pekerjaan terhadap kepuasan pasien

yang ditunjukkan dengan nilai p=0,011 (p<0,05). Hal ini berarti adanya pengaruh

perbedaan pendidikan terhadap kepuasan pasien, dimana berdasarkan hasil yang

diperoleh bahwa Mahasiswa/Mahasiswi memiliki tingkat kepuasan sangat puas

yang paling tinggi diantara yang lainya, hal ini dikarenakan Mahasiswa/

Mahasiswi lebih memahami terhadap apa yang mereka nilai.

Pada analisis korelasi perbedaan kunjungan dengan kepuasan pasien

diperoleh bahwa tidak terdapat korelasi perbedaan kunjungan terhadap kepuasan

pasien yang ditunjukkan dengan nilai p=0,145 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada

pengaruh perbedaan kunjungan terhadap kepuasan pasien, responden baik dengan

kunjungan baru pertama kali, 2-5 kali maupun kunjungan lebih dari 5 kali secara

umum memiliki tingkat kepuasan yang cenderung menyatakan bahwa mereka

puas dengan pelayanan kefarmasian yang diterima, dan responden memberikan

tanggapan, keluhan, dan saran pada saat mengisi kuesioner meskipun kunjungan

baru pertama kali atau lebih dari 5 kali.

6
Universitas Sumatera
4.6 Korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap
Kepuasan Pasien di Puskesmas Kota Medan
Analisis korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap

kepuasan pasien dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya korelasi antara

implementasi terhadap kepuasan pasien di Puskesmas Kota Medan. Data

dianalisis menggunakan uji Spearman’s rho dengan nilai rhitung>rtabel. Data analisis

korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap kepuasan pasien

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Korelasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian terhadap


Kepuasan Pasien
Variabel Uji Metode Hasil Uji
Implementasi Standar
Pelayanan vs Spearman’s rho 0,419
Kepuasan Pasien

Berdasarkan Tabel 4.12 analisis korelasi Implementasi Standar Pelayanan

Kefarmasian dengan kepuasan pasien ditunjukkan dengan nilai rhitung = 0,419.

Nilai rtabel untuk N=8 pada signifikansi 5% adalah 0,707. Berdasarkan hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa rhitung<rtabel. Maka dapat disimpulkan bahwa

Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian tidak ada korelasi terhadap

kepuasan pasien. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara Implementasi Standar

Pelayanan Kefarmasian terhadap kepuasan pasien. Faktor yang menyebabkan

tidak adanya hubungan antara kedua variabel adalah karena 8 Puskesmas

termasuk pada kategori yang sama yaitu implementasi masuk pada kategori

Sedang dan kepuasan pasien masuk pada kategori Puas, sehingga tidak

memberikan hasil yang berbeda dalam melihat hubungan kedua variabel. Faktor

lain yaitu perbedaan instrument yang digunakan untuk menilai Implementasi

Standar Pelayanan Kefarmasian dan kepuasan pasien, sehingga pasien tidak

6
Universitas Sumatera
memahami apa yang menjadi penilaian di dalam Standar Pelayanan Kefarmasian.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Laksanawati dalam Resmisari (2008) bahwa

bagi sebagian besar masyarakat, standar pelayanan kesehatan yang benar,

sebenarnya tidak pernah mereka mengerti. Persepsi pasien terhadap pelayanan

kefarmasian yang diterima, utamanya dikemukakan dalam kaitan dengan sikap

dan prilaku petugas dan kecepatan pelayanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Supriyanto dan Ernawaty (2010) bahwa kontak pertama antara petugas dengan

pasien menjadi catatan yang sangat penting bagi pasien dalam memberikan

penilaian kepuasan pasien terhadap pelayanan yang didapatkannya.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan

pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Untuk keberhasilan

pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ini diperlukan

komitmen, kemauan dan kerja sama semua pemangku kepentingan terkait. Hal

tersebut akan menjadikan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas semakin optimal

dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat yang pada akhirnya

dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau masyarakat

(Menkes, 2016).

6
Universitas Sumatera
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian diperoleh kesimpulan:

a. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota Medan termasuk

dalam Kategori II/Sedang.

b. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di ruang farmasi

Puskesmas Kota Medan termasuk dalam Kategori Puas.

c. Perbedaan demografi pasien dalam hal umur, jenis kelamin dan pekerjaan

memiliki korelasi yang signifikan terhadap kepuasan pasien.

d. Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian tidak memiliki korelasi

terhadap kepuasan pasien.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, disarankan peneliti selanjutnya untuk:

a. Melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Implementasi PMK No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas.

6
Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, L. 2014. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Halaman
24-26.
Al-Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran. Halaman
23.

Barata, A.A. 2006. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT Elex Media


Komputindo.

BPS Kota Medan. 2018. Kota Medan dalam Angka 2018. Medan: Badan Pusat
Statistik Kota Medan. Halaman 1-6, 53-59.
Budiman, Suhat, Herlina. 2010. Hubungan Status Demografi dengan Kepuasan
Masyarakat Tentang Pelayanan Jamkesmas di Wilayah Puskesmas
Tanjungsari Kabupaten Bogor Tahun 2010. Jurnal Ksehatan Kartika.
Halaman 10-11.
Bustami. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
Jakarta: Erlangga. Halaman 5-6.
Dewanti, S. W., Andrajati, R., & Supardi, S. 2015. Pengaruh Konseling dan
Leaflet terhadap Efikasi Diri, Kepatuhan Minum Obat, dan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi di Dua Puskesmas Kota Depok. Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 5 No. 1. Halaman 33-40.
Dewi, E. N. 2016. Pengaruh Iklim Organisasi dan Kompetensi Pegawai terhadap
Kinerja Pegawai dalam Mewujudkan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jurnal
Publik. Halaman 11, 89-100.
Dinkes. 2016. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kota
Medan. Halaman: 10-17.
Gunawan, F. 2018. Senarai Penelitian Pendidikan, Hukum, dan Ekonomi di
Sulawesi Tenggara. Yogyakarta. Deepublish. Halaman 12.
Hermawan, A dan Yusran, H. L. 2017. Penelitian Bisnis Pendekatan Kuantitatif.
Edisi Pertama. Kencana. Halaman: 6, 87, 97.
Kotler, P., Shalowitz, J., dan Stevens, R., 2008. Strategic Marketing for Health
Care Organizations : Building A CustomerDriven Health System. Jossey-
Bass, San Francisco. Halaman 77.
LAN. 2009. Standar Pelayanan Publik: Langkah-langkah Penyusunan. Edisi
Revisi. Jakarta. Pusat Kajian Manajemen Pelayanan Lembaga
Administrasi Negara. Halaman 43-44, 113.
Menkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. Halaman 3,8.

6
Universitas Sumatera
Menkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Halaman 18.
Menkes RI. 2008. Modul TOT Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Departemen
Kesehatan RI. Halaman 65-75.
Menkes RI. 2009. Pedoman Pemantauan Terapi Obat. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Halaman 1-10.
Menkes RI. 2015a. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tentang Rencana
Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. Halaman 1.
Menkes RI. 2015b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. Halaman 14-15.
Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas. Jakarta. Menteri
Kesehatan RI. Halaman 3-33.
Menkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Menteri Kesehatan RI.
Halaman 31-34.
Mubarak, W. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Salemba Medika.
Halaman 183-189.
Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Halaman
83.
Pemerintah RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden RI. Halaman 5.
Rapoff, M. A. 2010. Adherence to Pediatric Medical Regimen. 2th Ed. Springer
New York Dordrecht Heidelberg. London. Halaman 48-51.
Resmisari, R.. 2008. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan KepuasanPasien
Terhadap Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik. Jakarta : EGC.
Sabarguna. 2008. Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit. Edisi Revisi. Jawa
Tengah. Sagung Seto. Halaman 12.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business. Buku 2. Edisi 4. Salemba
Empat. Halaman: 136.

6
Universitas Sumatera
Supardi, S., Raharni, R., Susyanti, A. L. & Herman, M. J. 2012. Evaluasi Peran
Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Artikel. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 22. Nomor
4. Halaman 190–198.
Supriyanto & Ernawaty 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta.
Andi. Halaman 74-76.
Syafrudin, Theresia Evk & Jomima. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Trans Info Media. Halaman 107-109.
Tjiptono, F., Chandra, G. 2012. Pemasaran Strategi. Edisi 2. Yogyakarta. Andi.
Halaman 77.
Yuniarti, R. 2017. Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan No 30 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas di Kabupaten
Bengkulu Utara. Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Gajah Mada.
Halaman: 2-6, 40-68.

6
Universitas Sumatera
Lampiran 1. Daftar Tilik Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
DAFTAR TILIK STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI
PUSKESMAS

DATA DASAR

Nama Puskesmas :

Alamat dan Telp :

Kepala Puskesmas :

Kepala Ruang Farmasi :

A. SUMBER DAYA MANUSIA

1. Ketenagaan

Apoteker Ad Tidak ada


: a

Tenaga Teknis Kefarmasian : Ad Tidak ada


a

2. Tenaga Kefarmasian di ruang farmasi pernah mengikuti pelatihan yang

berkaitan dengan pelayanan kefarmasian di Puskesmas?

Ya

Tidak

B. SARANA DAN PRASARANA

TIDAK
NO RUANGAN TERSEDIA TERSEDIA
TERSEDIA
1. Ruang penerimaan resep
Ruang pelayanan resep dan
2.
peracikan
3. Ruang penyerahan obat

4. Ruang konseling
Ruang penyimpanan obat dan bahan
5.
medis habis pakai

7
Universitas Sumatera
6. Ruang arsip

7
Universitas Sumatera
Lampiran 1. (Lanjutan)
C. PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN BAHAN MEDIS HABIS
PAKAI

NO TIDAK
KEGIATAN DILAKUKAN
DILAKUKAN
1. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai
2. Permintaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
3. Penerimaan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai
4. Penyimpanan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Stabilitas (suhu, cahaya,
kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya meledak/
terbakar
d. Narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
6. Pemusnahan dan Penarikan sediaan
farmasi sesuai ketentuan
7. Pengendalian sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan sediaan farmasi hilang
d. Penanganan sediaan farmasi rusak
e. Penanganan sediaan farmasi
kadaluwarsa
8. Administrasi: Pencatatan dan pelaporan
9. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai

7
Universitas Sumatera
Lampiran 1. (Lanjutan)
D. PELAYANAN FARMASI KLINIK

OLEH OLEH Profesi Tidak


NO KEGIATAN APT TTK Kes. Lain Dilakukan

A. Pengkajian dan Pelayanan Resep


Pemeriksaan administrasi
1.
(kelengkapan resep)
Kesesuaian farmasetik (bentuk
2. sediaan, dosis, inkompatibilitas/
ketidakcampuran obat, dll)
Pertimbangan klinis (alergi,
3.
interaksi, efek samping obat, dll)
4. Kegiatan penyerahan (Dispensing)
a. Menyiapkan/meracik obat
b. Memberikan label/etiket
c. Menyerahkan sediaan farmasi
d. Pemberian informasi obat
B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
a. Membuat buletin, leafleat,
poster dan lain-lain
b. Melakukan kegiatan
penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan inap
C. Konseling
Pelayanan kefarmasian di rumah
(Home Pharmacy Care)
D. Visite pasien rawat inap
E. Monitoring efek samping obat
F. Pemantauan terapi obat pasien
G. Evaluasi penggunaan obat pasien

E. PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN

NO KEGIATAN YA TIDAK
Tersedianya standar prosedur
1.
operasional
Melakukan monitoring dan evaluasi
2.
capaian pelaksanaan rencana kerja
Melakukan perbaikan dan peningkatan
3.
pelayanan sesuai standar

7
Universitas Sumatera
Lampiran 2. Kuesioner Kepuasan Pasien

KUESIONER KEPUASAN PASIEN

Dalam kuesioner ini tidak ada jawaban atau penilaian yang benar atau

salah, semua data yang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan akan kami rahasiakan

dan hanya digunakan dalam rangka penulisan tesis ini. Saya sebagai peneliti akan

sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia menjawab atau

memberi penilaian dengan jawaban atau penilaian yang sebenarnya.

Beri tanda centang(√) pada pilihan yang sesuai

Karakteristik Responden:
a. Umur
Usia 17-20 tahun
Usia 21-50 tahun
Usia 51 tahun keatas
b. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
c. Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat SD SMA
SD Perguruan Tinggi
SMP
d. Pekerjaan

Mahasiswa/ Mahasiswi Pegawai Negri Sipil


Ibu Rumah Tangga Pedagang
Pegawai Swasta Lain-lain
e. Sudah berapa kali berkunjung ke Puskesmas
Baru pertama kali Lebih dari 5 kali
2-5 kali

7
Universitas Sumatera
Lampiran 2. (Lanjutan)
Berikan tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari.

Sangat Tidak
Puas
No Jenis Pelayanan Puas Puas
3 2 1
1. Ketanggapan Apoteker
terhadap Pasien
2. Keramahan Apoteker
Kejelasan Apoteker dalam
3.
Memberikan Informasi Obat
4. Kecepatan Pelayanan Obat
Kelengkapan Obat dan Alat
5.
Kesehatan
6. Kenyamanan Ruang Tunggu

7. Kebersihan Ruang Tunggu


Ketersediaan Brosur, Leaflet,
8. Poster, dan lain-lain sebagai
Informasi Obat/Kesehatan
SKOR TOTAL

Saran :

7
Universitas Sumatera
Lampiran 3. Informasi Persetujuan menjadi Responden

EVALUASI IMPLEMENTASI
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
KOTA MEDAN
INFORMASI PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Sehubungan dengan kegiatan penelitian “Evaluasi Implementasi Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota Medan”, maka kami sebagai peneliti
mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam kegiatan penelitian ini.
Identitas, informasi dan jawaban saudara akan dijaga kerahasiaannya oleh
peneliti. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saudara untuk menjawab
seluruh pertanyaan sesuai dengan keadaan dan pengetahuan saudara yang
sebenarnya. Apabila ada yang belum jelas, dapat saudara tanyakan kepada
peneliti.
Demikian informasi yang kami sampaikan, atas kesediaan saudara
diucapkan terimakasih.

Medan, 2019
Peneliti

Novi Erviana Harahap

7
Universitas Sumatera
Lampiran 4. Pernyataan Persetujuan menjadi Responden

SURAT PERSETUJUAN
EVALUASI IMPLEMENTASI
STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI PUSKESMAS
KOTA MEDAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian:


Evaluasi Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kota
Medan.
2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini
dengan kondisi:
a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan
alasan apapun.

Medan, 2019
Peneliti Responden Penelitian

Novi Erviana Harahap ( )

7
Universitas Sumatera
Lampiran 5. Data Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai

N Jumlah Skor
Kegiatan
o TS KM KB PB S D SB M PB
1 Perencanaan kebutuhan
2 2 2 2 2 2 2 2
sediaan farmasi dan BMHP
2 Permintaan sediaan farmasi
2 2 2 2 2 2 2 2
dan BMHP
3 Penerimaan sediaan farmasi
2 2 2 2 2 2 2 2
dan BMHP
4 Penyimpanan sediaan
farmasi dan BMHP
a. Bentuk dan jenis sediaan 2 2 2 2 2 2 2 2
b. Stabilitas (suhu, cahaya,
2 2 2 2 2 2 2 2
kelembaban)
c. Mudah atau tidaknya
2 2 2 2 2 2 2 2
meledak/ terbakar
d. Narkotika dan
psikotropika disimpan 2 2 0 2 2 2 2 2
dalam lemari khusus
5 Pendistribusian sediaan
2 2 2 2 2 2 2 2
farmasi dan BMHP
6 Pemusnahan dan Penarikan
sediaan farmasi sesuai 2 2 2 2 2 2 2 2
ketentuan
7 Pengendalian sediaan
farmasi dan BMHP
a. Pengendalian persediaan 2 2 2 2 2 2 2 2
b. Pengendalian penggunaan 2 2 2 2 2 2 2 2
c. Penanganan sediaan
2 2 2 2 2 2 2 2
farmasi hilang
d. Penanganan sediaan
2 2 2 2 2 2 2 2
farmasi rusak
e. Penanganan sediaan
2 2 2 2 2 2 2 2
farmasi kadaluwarsa
8 Administrasi: Pencatatan
2 2 2 2 2 2 2 2
dan pelaporan
9 Pemantauan dan evaluasi
2 2 2 2 2 2 2 2
pengelolaan obat dan BMHP
Total Skor 32 32 30 32 32 32 32 32

7
Universitas Sumatera
Lampiran 6. Data Pelayanan Farmasi Klinik

Jumlah Skor
NO KEGIATAN
TS KM KB PBS D SB M PB
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pemeriksaan administrasi A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
1.
(kelengkapan resep) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Kesesuaian farmasetik (bentuk


A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
2. sediaan, dosis, inkompatibilitas/ 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
ketidakcampuran obat, dll)
Pertimbangan klinis (alergi, A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
3.
interaksi, efek samping obat, dll) 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Kegiatan penyerahan
4.
(Dispensing)
A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
a. Menyiapkan/meracik obat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
b. Memberikan label/etiket 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

c. Menyerahkan sediaan A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
farmasi 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B A, B
d. Pemberian informasi obat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

B. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


a. Membuat buletin, leafleat, D D D D D D C C
poster dan lain-lain 0 0 0 0 0 0 1 1

b. Melakukan kegiatan
C D A, C C D A, C C D
penyuluhan bagi pasien 1 0 2 1 0 2 1 0
rawat jalan dan inap
A, C A, C A, C A, C A, C A, C A, C A, C
C. Konseling 2 2 2 2 2 2 2 2

Pelayanan kefarmasian di rumah D C D C A, C C C C


(Home Pharmacy Care) 0 1 0 1 2 1 1 1

D. Visite pasien rawat inap - - - - - - - -


D A A A D A A A
E. Monitoring efek samping obat 0 3 3 3 0 3 3 3
D D D D D D D D
F. Pemantauan terapi obat pasien 0 0 0 0 0 0 0 0

Evaluasi penggunaan obat D A A A D A A A


G.
pasien 0 3 3 3 0 3 3 3

Total Skor 20,5 26,5 27,5 27,5 21,5 28,5 28,5 27,5
Keterangan: A. dilakukan oleh Apoteker (3)
B. dilakukan oleh TTK (2)
C. dilakukan oleh tenaga kesehatan lain (1)
D. tidak dilakukan (0)
Dihitung skor rerata jika dilakukan oleh lebih dari satu tenaga
kesehatan

7
Universitas Sumatera
Lampiran 7. Data Penilaian pada Sub Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien

Jumlah Responden Puskesmas


No Variabel TS KM KB PB S D SB M PB
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Ketanggapan
1. Apoteker terhadap 0 88 6 2 90 0 6 87 0 0 95 0 3 87 6 0 92 4 8 87 0 2 91 3
Pasien
Keramahan
2. 4 78 12 8 80 4 6 86 1 5 83 7 2 84 10 3 86 7 11 82 2 6 76 14
Apoteker
Kejelasan
Apoteker dalam
3. 0 85 9 6 84 2 2 89 2 0 95 0 4 88 4 0 94 2 7 86 2 3 92 1
memberikan
Informasi obat
Kecepatan
4. 0 79 15 6 86 0 8 84 1 3 81 11 1 83 12 2 83 11 8 85 2 2 78 16
Pelayanan Obat
Kelengkapan Obat
5. dan Alat 0 91 3 2 90 0 0 93 0 0 94 1 0 94 2 1 95 0 0 95 0 0 96 0
Kesehatan
Kenyamanan
6. 0 79 15 4 86 2 0 89 4 0 95 0 0 84 12 4 89 3 13 82 0 4 89 3
Ruang Tunggu
Kebersihan Ruang
7. 0 81 13 4 87 1 0 89 4 0 95 0 0 84 12 2 92 2 5 89 1 4 89 3
Tunggu
Ketersediaan
Brosur, Leafleat
8. dan lain-lain 0 81 13 6 82 4 0 88 5 0 91 4 0 83 13 9 85 2 6 89 0 2 89 5
sebagai Informasi
Obat/Kesehatan

8
Universitas Sumatera
Lampiran 8. Persentase Penilaian pada Sub Variabel yang mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien

Jumlah Responden Puskesmas


N
Variabel TS KM KB PB S D SB M PB
o
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Ketanggapan
1. Apoteker 0 93,62 6,38 2,17 97,83 0 6,45 93,55 0 0 100 0 3,13 90,63 6,25 0 95,83 4,17 8,42 91,58 0 2,08 94,79 3,13
terhadap Pasien
Keramahan
2. 4,26 82,98 12,77 8,70 86,96 4,35 6,45 92,47 1,08 5,26 87,37 7,37 2,08 87,50 10,42 3,13 89,58 7,29 11,58 86,31 2,11 6,25 79,17 14,58
Apoteker
Kejelasan
Apoteker
3. dalam 0 90,43 9,57 6,52 91,30 2,17 2,15 95,70 2,15 0 100 0 4,17 91,67 4,17 0 97,92 2,08 7,37 90,53 2,11 3,13 95,83 1,04
memberikan
Informasi obat
Kecepatan
4. 0 84,04 15,96 6,52 93,48 0 8,60 90,32 1,08 3,16 85,26 11,58 1,04 86,46 12,50 2,08 86,46 11,46 8,42 89,47 2,11 2,08 81,25 16,67
Pelayanan Obat
Kelengkapan
5. Obat dan Alat 0 96,81 3,19 2,17 97,83 0 0 100 0 0 98,95 1,05 0 97,92 2,08 1,04 98,96 0 0 100 0 0 100 0
Kesehatan
Kenyamanan
6. 0 84,04 15,96 4,35 93,48 2,17 0 95,70 4,30 0 100 0 0 87,50 12,50 4,17 92,71 3,12 13,68 86,32 0 4,17 92,71 3,13
Ruang Tunggu
Kebersihan
7. 0 86,17 13,83 4,35 94,57 1,09 0 95,70 4,30 0 100 0 0 87,50 12,50 2,08 95,83 2,08 5,26 93,68 1,05 4,17 92,71 3,13
Ruang Tunggu
Ketersediaan
Brosur,
Leafleat dan
8. lain-lain 0 86,17 13,83 6,52 89,13 4,35 0 94,62 5,38 0 95,79 4,21 0 86,46 13,54 9,38 88,54 2,08 6,32 93,68 0 2,08 92,71 5,21
sebagai
Informasi
Obat/Kesehatan

8
Universitas Sumatera
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Umur) terhadap
Kepuasan Pasien
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur * Kepuasan Pasien 757 100.0% 0 .0% 757 100.0%

Umur * Kepuasan Pasien Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Umur Usia 17-20 Count 50 6 56

% within Umur 89.3% 10.7% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 7.3% 8.1% 7.4%

% of Total 6.6% .8% 7.4%

Usia 21-50 Count 366 54 420

% within Umur 87.1% 12.9% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 53.6% 73.0% 55.5%

% of Total 48.3% 7.1% 55.5%

Usia 51 tahun keatas Count 267 14 281

% within Umur 95.0% 5.0% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 39.1% 18.9% 37.1%

% of Total 35.3% 1.8% 37.1%

Total Count 683 74 757

% within Umur 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

8
Universitas Sumatera
Lampiran 9. (Lanjutan)

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 11.898a 2 .003


Likelihood Ratio 12.979 2 .002

Linear-by-Linear Association 8.210 1 .004

N of Valid Cases 757

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5.47.

8
Universitas Sumatera
Lampiran 10. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Jenis Kelamin)
terhadap Kepuasan Pasien
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis_Kelamin * Kepuasan 757 100.0% 0 .0% 757 100.0%


Pasien

Jenis_Kelamin * Kepuasan Pasien Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Jenis_Kelamin Laki-laki Count 262 15 277

% within Jenis_Kelamin 94.6% 5.4% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 38.4% 20.3% 36.6%

% of Total 34.6% 2.0% 36.6%

Perempuan Count 421 59 480

% within Jenis_Kelamin 87.7% 12.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 61.6% 79.7% 63.4%

% of Total 55.6% 7.8% 63.4%

Total Count 683 74 757

% within Jenis_Kelamin 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.417a 1 .002


Continuity Correction b
8.653 1 .003
Likelihood Ratio 10.222 1 .001
Fisher's Exact Test
.002 .001
Linear-by-Linear Association 9.404 1 .002
N of Valid Cases 757

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.08.

b. Computed only for a 2x2 table

8
Universitas Sumatera
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Pendidikan)
terhadap Kepuasan Pasien
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan * Kepuasan 757 100.0% 0 .0% 757 100.0%


Pasien

Pendidikan * Kepuasan Pasien Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Pendidikan Tidak tamat SD Count 11 2 13

% within Pendidikan 84.6% 15.4% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 1.6% 2.7% 1.7%

% of Total 1.5% .3% 1.7%

SD Count 67 4 71

% within Pendidikan 94.4% 5.6% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 9.8% 5.4% 9.4%

% of Total 8.9% .5% 9.4%

SMP Count 59 6 65

% within Pendidikan 90.8% 9.2% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 8.6% 8.1% 8.6%

% of Total 7.8% .8% 8.6%

SMA Count 328 42 370

% within Pendidikan 88.6% 11.4% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 48.0% 56.8% 48.9%

% of Total 43.3% 5.5% 48.9%

Perguruan tinggi Count 218 20 238

% within Pendidikan 91.6% 8.4% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 31.9% 27.0% 31.4%

% of Total 28.8% 2.6% 31.4%

8
Universitas Sumatera
Lampiran 11. (Lanjutan)

Total Count 683 74 757


% within Pendidikan 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 3.416a 4 .491


Likelihood Ratio 3.556 4 .469

Linear-by-Linear Association .010 1 .921

N of Valid Cases 757

a. 1 cells (10.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1.27.

8
Universitas Sumatera
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Pekerjaan)
terhadap Kepuasan Pasien
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pekerjaan * Kepuasan 757 100.0% 0 .0% 757 100.0%


Pasien

Pekerjaan * Kategori Kepuasan Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Pekerjaan Mahasiswa/ Mahasiswi Count 69 17 86

% within Pekerjaan 80.2% 19.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 10.1% 23.0% 11.4%

% of Total 9.1% 2.2% 11.4%

Ibu rumah tangga Count 228 22 250

% within Pekerjaan 91.2% 8.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 33.4% 29.7% 33.0%

% of Total 30.1% 2.9% 33.0%

Pegawai swasta Count 156 9 165

% within Pekerjaan 94.5% 5.5% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 22.8% 12.2% 21.8%

% of Total 20.6% 1.2% 21.8%

Pegawai Negri Sipil Count 76 9 85

% within Pekerjaan 89.4% 10.6% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 11.1% 12.2% 11.2%

% of Total 10.0% 1.2% 11.2%

Pedagang Count 86 12 98

% within Pekerjaan 87.8% 12.2% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 12.6% 16.2% 12.9%

% of Total 11.4% 1.6% 12.9%

8
Universitas Sumatera
Lampiran 12. (Lanjutan)

lain-lain Count 68 5 73

% within Pekerjaan 93.2% 6.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 10.0% 6.8% 9.6%

% of Total 9.0% .7% 9.6%

Total Count 683 74 757

% within Pekerjaan 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 14.948a 5 .011


Likelihood Ratio 13.594 5 .018
Linear-by-Linear Association 1.607 1 .205

N of Valid Cases 757

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 7.14.

8
Universitas Sumatera
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Korelasi Demografi Pasien (Kunjungan)
terhadap Kepuasan Pasien
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kunjungan * Kepuasan 757 100.0% 0 .0% 757 100.0%


Pasien

Kunjungan * Kepuasan Pasien Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Kunjungan Baru pertama kali Count 57 11 68

% within Kunjungan 83.8% 16.2% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 8.3% 14.9% 9.0%

% of Total 7.5% 1.5% 9.0%

2-5 kali Count 275 25 300

% within Kunjungan 91.7% 8.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 40.3% 33.8% 39.6%

% of Total 36.3% 3.3% 39.6%

Lebih dari 5 kali Count 351 38 389

% within Kunjungan 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 51.4% 51.4% 51.4%

% of Total 46.4% 5.0% 51.4%

Total Count 683 74 757

% within Kunjungan 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

8
Universitas Sumatera
Lampiran 13. (Lanjutan)

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 3.866a 2 .145


Likelihood Ratio 3.433 2 .180

Linear-by-Linear Association .677 1 .411

N of Valid Cases 757

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 6.65.

9
Universitas Sumatera
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Korelasi Implementasi Standar Pelayanan
Kefarmasian terhadap Kepuasan Pasien
Correlations

Skor_implement
asi kepuasan

Spearman's rho Skor_implementasi Correlation Coefficient 1.000 .419

Sig. (2-tailed) . .301

N 8 8

kepuasan Correlation Coefficient .419 1.000

Sig. (2-tailed) .301 .

N 8 8

9
Universitas Sumatera
Lampiran 15. Hasil Uji Statistik Korelasi Puskesmas terhadap Kepuasan
Pasien
Puskesmas * Kepuasan Pasien Crosstabulation

Kategori Kepuasan

Puas Sangat puas Total

Puskesmas Tegal Sari Count 94 0 94

% within Puskesmas 100.0% .0% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 13.8% .0% 12.4%

% of Total 12.4% .0% 12.4%

Kota matsum Count 77 15 92

% within Puskesmas 83.7% 16.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 11.3% 20.3% 12.2%

% of Total 10.2% 2.0% 12.2%

Kampung Baru Count 84 9 93

% within Puskesmas 90.3% 9.7% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 12.3% 12.2% 12.3%

% of Total 11.1% 1.2% 12.3%

Padang Bulan Selayang Count 90 5 95

% within Puskesmas 94.7% 5.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 13.2% 6.8% 12.5%

% of Total 11.9% .7% 12.5%

Darussalam Count 89 7 96

% within Puskesmas 92.7% 7.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 13.0% 9.5% 12.7%

% of Total 11.8% .9% 12.7%

Sentosa baru Count 86 10 96

% within Puskesmas 89.6% 10.4% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 12.6% 13.5% 12.7%

% of Total 11.4% 1.3% 12.7%

9
Universitas Sumatera
Lampiran 15. (Lanjutan)

Mandala Count 74 21 95

% within Puskesmas 77.9% 22.1% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 10.8% 28.4% 12.5%

% of Total 9.8% 2.8% 12.5%

padang Bulan Count 89 7 96

% within Puskesmas 92.7% 7.3% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 13.0% 9.5% 12.7%

% of Total 11.8% .9% 12.7%

Total Count 683 74 757

% within Puskesmas 90.2% 9.8% 100.0%

% within Kategori Kepuasan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 90.2% 9.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 34.588a 7 .000


Likelihood Ratio 39.738 7 .000

Linear-by-Linear Association 4.586 1 .032

N of Valid Cases 757

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 8.99.

9
Universitas Sumatera
Lampiran 16. Surat Izin Penelitian

9
Universitas Sumatera
Lampiran 17. Surat Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

9
Universitas Sumatera

Anda mungkin juga menyukai