Single-beam instrument
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada
panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu
sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata.
Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra violet
dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi
adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
Double-beam instrument
Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-
beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang
berbentuk V yang disebut pemecah sinar.
Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel,
mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara
elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).
Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut hanya pada pemberian cahaya, di mana
pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai
absorbansi dari larutan yang dimasukan.[3] Berbeda dengan single-beam, pada
spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan
yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan
adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, di mana salah satu melewati blanko
(disebut juga reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam).
Dari kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki keunggulan
lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah mengalami pengurangan
terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-beam, ditemukan juga beberapa
kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase.
2.
Terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna dan akan diukur dengan spektrofotometer
Visibel dilakukan derivatisasi. Waktu operasional (operating time) untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ max) Pembuatan kurva
baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam
rentang 0,2 – 0,8.
ATURAN 1, Panjang gelombang maksimum a). Jika spektrum senyawa yang diberikan memperlihatkan
satu pita serapan dengan intensitas sangat rendah ( = 10 – 100) di daerah 280-350 nm dan tidak ada
pita serapan lain diatas 200 nm, maka senyawa itu dapat diharapkan mengandung kromofor tak
terkonyugasi sederhana yang mempunyai elektron-elektron- n. pita lemah terjadi oleh transisi n *. b).
Jika spektrum memperliahatkan beberapa pita serapan, diantaranya terdapat di daerah tampak, maka
senyawa itu diharapakan mengandung rantai panjang terkonyugasi atau kromofor aromatik polisiklis.
Jika senyawa itu berwarna, kemungkinan mempunyai paling kurang, empat sampai lima kromofor
terkonyugasi dan gugus-gugus auksokhrom (Pengecualian : beberapa senyawa yang mengandung
nitrogen, seperti nitro, azo, senyawa nitroso, – diketon, glioksal dan iodoform).
Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adalah
yang paling besar
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada
kondisi tersebut hukum Lambert-Berr akan terpenuhi
3.
Panjang gelombang dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan maksimum (disebut panjang
gelombang serapan maksimum) merupakan ciri khas dari zat uji tersebut dalam metode
spektrofotometri. Panjang gelombang serapan maksimum dapat ditentukan dengan cara
membuat spectrum penyerapan dari larutan zat uji. Dari spectrum yang penyerapan yang
diperoleh, panjang gelombang serapan maksimum larutan zat uji dibandingkan dengan panjang
gelombang serapan maksimum larutan baku pembanding (larutan standar yang terkandung
senyawa uji yang konsentrasinya sudah diketahui). Bila sama, maka zat uji sama dengan baku
pembanding. Tinggi rendahnya konsentrasi larutan, akan mempengaruhi intensitas serapan,
namun tidak mempengaruhi panjang gelombang. Oleh karena itu, jika terdapat dua larutan
terkandung senyawa yang sama akan menghasilkan panjang gelombang maksimum yang
sama.
4.
Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C) apabila nilai
absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut sebagai daerah
berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar maka
hubungan absorbansi tidak linear lagi. Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi
versus konsentrasi dapat dilihat pada Gambar.
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko,
yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat
pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun
kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.