Anda di halaman 1dari 33

SUPOSITORIA

PENDAHULUAN
• Bentuk sediaan padat
• Dimasukan ke dalam lubang tubuh
• Terjadi proses pelelehan/pelarutan
• Tujuan : lokal / sistemik
• Berbentuk torpedo
• Bobot umumnya mendekati 2 g, dengan panjang sekitar 1-1.5 inchi
• Untuk anak , bobot umumnya 1 g

Pertimbangan pemberian supositoria


Tidak dapat menggunakan rute oral
• Gangguan saluran cerna, mual
• Pembedahan (tidak sadar)
Kategori penderita
• Bayi, anak-anak
• Lanjut usia
• Penderita gangguan mental
Zat aktif
• Efek samping pada saluran cerna
• Mengalami FPE
• Dosis besar berkisar 1.5 – 2 kali dari dosis oral,
• Rasa dan bau
• Dapat berdifusi pasif
• Mempunyai koefisien partisi yang tepat
• Kelarutan dalam basis sebaiknya mendekati jenuh

Kekurangan : Absorpsi lambat


Beberapa zat aktif yang dapat diformulasikan ke sediaan
supo
 Analgesik (non-narkotik)
 Anti piretk
 Antibiotik, anti jamur
 Anti kanker (kanker rektal)
 Anti ulcer (rebamipid)
 Anti konvulsan
 Non-steroid anti inflamasi
 Hipnotik-sedatif
 Teofilin dan turunannya
 Kortikosteroid
 Hormon (progesteron)
ANATOMI DAN FISIOLOGI REKTUM

• 15-20 CM (panjang)
• 2 bagian : saluran anal dan ampula
• permukaan dinding : datar
• tidak mempunyai fili
• ketebalan dinding rektal : 1 lapisan sel
(sel silindrikal dan sel goblet)

sekresi mukus

• volume total mukus : ± 3 ml


• luas permukaan rektum : 300 cm2
• pH cairan mukus : ± 7,5
• kapasitas dapar rendah
• 3 saluran pembuluh darah • vena hemorroid atas
• vena hemorroid tengah
• vena hemoroid bawah
ALIRAN DARAH DARI REKTUM
PENGGUNAAN TERAPEUTIK

Tujuan lokal

• Tidak diabsorpsi
• Untuk penghilang rasa sakit, konstipasi, iritasi, gatal-gatal,
inflamasi = hemorroid

Komponen : anestetik lokal, vasokonstriktor,


adstringent, analgesik

Tujuan sistemik

• Terjadi proses absorpsi


• Kelompok zat aktif : analgesik, antispasmodik, sedatif,
tranquilizer, antibakteri
PELEPASAN ZAT AKTIF

Penghancuran sediaan

Transfer zat aktif

Pelarutan zat aktif

Tidak ada difusi zat aktif ke


membran yang dituju (Efek lokal) Difusi zat aktif melalui
membran(Efek sistemik)
Proses biofarmasetik obat dari
sediaan supositoria
Penghancuran sediaan

Basis lemak : faktor penentu : suhu lebur

• Suhu lebur tinggi maka efek farmakologi lambat


• Suhu lebur 42 – 43°C maka efek tidak ada
• Suhu lebur sediaan : 32,6 – 37,6°C
• Optimum : 36,5°C

Basis larut air


Laju penghancuran sebanding dengan kelarutan dan laju
pelarutan basis

Faktor yang mempengaruhi

• Konsistensi : konsistensi turun maka pelepasan cepat


• Viskositas : η tinggi maka pelepasan lambat
Transfer zat aktif

Faktor yang mempengaruhi


1. Sifat zat aktif
•Larut dalam basis maka afinitas tinggi
•Tersuspensi dalam basis maka afinitas rendah
2. Kelarutan zat aktif
3. Koefisien partisi
Kecepatan pelepasan obat dan aksi obat bergantung
pada:
 Kondisi basis supo dalam cairan tubuh (cairan rektum)
 Disolusi zat aktif
 Difusi zat aktif melalui lapisan mukosa.

Contoh:

Zat aktif basis pelepasan


Larut lemak larut lemak lambat, sulit berdifusi
Larut lemak larut air cukup
Larut air larut air cepat, cepat berdifusi
ABSORPSI ZAT AKTIF

Dosis : = / > dosis oral, umumnya 1,5 – 2X

Faktor yang mempengaruhi


i. Faktor fisiologi

• Absorpsi terjadi pada kondisi rektum kosong


• Kondisi rektum penuh : absorpsi turun (zat aktif tidak berkontak
dengan permukaan absorpsi)
• Patologi : diare, obstruksi kolon, dehidrasi jaringan
• Rute sirkulasi, Absorpsi terjadi melalui Vena hemorroid tengah dan
bawah untuk Menghindari FPE
• pH dan kapasitas dapar
• Kedudukan supositoria setelah pemakaian
• vena hemorroid atas (ampula recti atas) dimana zat aktif ke hati
(vena porta hepatica) sehingga metabolisme di hati dan sirkulasi
umum
• Waktu tinggal supo
ii. Faktor fisikokimia zat aktif
• kelarutan zat aktif pada lemak – air
• ukuran partikel, ukuran partikel menurun maka pelarutan dan
absorpsi meningkat

iii. Faktor fisikokimia basis

• Interaksi zat aktif – basis maka pelepasan zat aktif dihambat dan
absorpsi tidak terjadi
• Iritasi membran mukosa memberikan respon klinik berupa buang
air besar dan proses pelepasan dan absorpsi zat aktif tidak terjadi
BASIS SUPOSITORIA
Basis lemak
• Oleum cacao
• Asam minyak kelapa sawit, minyak biji kapas
• Senyawa gliserin dengan BM asam lemak tinggi
• (gliseril monosterat / monopalmitat)

Oleum cacao

• Temperatur kamar, fisik : padat, bau/rasa coklat


• Kimiawi : trigliserida (oleopalmitostearat dan oleodistarin)
• Suhu leleh : 30 – 36°C
• Nilai iodin : 34 – 38
• Nilai asam : max 4
• Bentuk kristal : α, β’, β, γ (bentuk beta yang paling stabil
dengan suhu 34-35° C
• Senyawa penurun titik leleh : fenol, kloralhidrat
Lemak sintetik

• kimiawi : trigliseride dengan asam C12 – C18


• nilai iodine < 0,5
• nilai asam < 0,5
Basis dengan titik leleh tinggi diperlukan untuk
memformulasi zat aktif yang mempunyai titik leleh
lebih rendah dari TL basis, misalnya kampora, kloral
hidrat, menthol, fenol, timol, dan minyak atsiri.

Basis dengan titik leleh rendah dapat digunakan


pada formulasi zat aktif yang mempunyai titik leleh
tinggi atau jika sejumlah banyak padatan
ditambahkan dalam formula
Basis lemak tumbuhan terhidrogenasi

Fattibase

 Disusun oleh senyawa trigliserida dari minyak


sawit, dan minyak kelapa.
 Stabilitas bagus
 Tidak bersifat mengiritasi
 Tidak memerlukan kondisi penyimpanan khusus
 Memberikan kemudahan saat dikeluarkan dari
cetakan sehingga tidak memerlukan pelumasan
cetakan
 TL leleh antara 35oC dan 37oC, dengan bobot jenis
0,89 (37oC)
Basis witepsol
 Basis supositoria berwarna agak putih dan hampir
tidak berasa
 Witepsol H 15 mempunyai rentang TL dan
karakteristik pelepasan yang sama dengan
ol.cacao.
 Memadat dengan cepat dalam cetakan tidak
memerlukan lubrikasi karena supositoria dapat
mengkerut (contract) dengan baik.
 Witepsol dengan TL tinggi dapat dikombinasikan
dengan witepsol TL rendah, menghasilkan TL
antara 34 – 44oC.
Basis larut air
Basis gliserin – gelatine

Supositoria berbasis gelatin tergliserinasi


merupakan campuran 70% gliserin, 20% gelatin,
dan 10% air.
Dikemas dalam wadah tertutup rapat karena basis
ini bersifat higroskopis.
Basis ini tidak direkomendasikan untuk
supositoria rektal karena dapat memberikan efek
osmotik, reflek defekasi, efek dehidrasi dan
mengiritasi jaringan pada saat dimasukkan
Menunjang pertumbuhan bakteri maka
ditambahkan senyawa antimikroba
Basis larut air

Penggunaan basis larut air dapat menimbulkan


masalah iritasi karena basis ini mengabsorpsi air
untuk proses pelarutannya, sehingga dapat
berakibat dehidrasi dari mukosa rektal.

Akan tetapi basis larut air ini banyak digunakan


karena dapat melepaskan obat melalui pelarutan dan
penyatuan dengan cairan tubuh.
PEG

Merupakan basis larut air yang paling banyak


digunakan

Mempunyai keuntungan karena variasi bobot


molekulnya sehingga dapat dilakukan kombinasi
PEG BM tinggi dan BM rendah untuk
menghasilkan supo dengan TL tertentu, mengatasi
karakteristik merugikan terlalu banyak padatan
atau cairan yang harus diformulasikan ke sediaan
supo.
Beberapa keterbatasan penggunaan PEG sebagai basis
supo

Zat aktif seperti garam2 perak, asam tanat,


aminopirin, quinin, ihtamol, aspirin, benzokain,
iodoklorhidroksiquin, dan sulfonamid tidak tersatukan
dengan PEG.

Senyawa seperti Na barbiturat, asam salisilat, dan


kampor akan merekristal dari basis PEG. Konsentrasi
tinggi asam salisilat akan melunakkan PEG. Aspirin
akan membentuk kompleks dengan PEG.
PEG dapat mengakibatkan iritasi pada sebagian
pasien
Supo yang dibuat dengan basis PEG sebaiknya
tidak disimpan dalam wadah politsiren karena PEG
akan memberikan reaksi yang merugikan dengan
bahan ini.
Sediaan supo berbasis PEG sebaiknya disimpan
dalam wadah gelas

Polybase
Basis supositoria berwarna putih, terdiri dari
campuran homogen PEG dan tween 80
Merupakan basis larut air yang stabil pada suhu
kamar, dengan bj 1.177 (25oC) dengan BM rata-
rata 3440
Tidak memerlukan lubrikasi saat dicetak
Basis supositoria ideal

• Dapat meleleh pada suhu 36°C


• Bersifat nontoksik dan tidak mengiritasi jaringan
• Tersatukan dengan banyak zat aktif
• Tidak mempunyai bentuk kristal metastabil
• Mudah dikeluarkan dari cetakan
• Stabil pada penyimpanan
• Mempunyai nilai asam < 0,2 (basis lemak), jika asam bebas >>
terjadi autooksidasi basis tengik, juga jumlah >> dapat mengiritasi
rektum
• Nilai saponifikasi : 200 – 245 (basis lemak)
• Nilai iodin < 7 (basis lemak)
• Nilai iodin >> basis tengik
• Rentang titik leleh dan titik pemadatan kecil
PEMBUATAN SUPOSITORIA

Pembuatan dengan cetakan


• Pelelehan basis supo
• Inkorporasi zat aktif
• Pengisian lelehan ke dalam cetakan
• Pemindahan supo dari cetakan
• Lubrikasi

Minyak mineral
Natrium lauril sulfat, silikon, alkohol, tinctur sabun hijau

Pembuatan dengan kompresi

Pembuatan dengan tangan


MASALAH KHUSUS

Kandungan air dalam supo

Adanya air berlebih


• Mempercepat terjadi oksidasi basis lemak
• Terjadi reaksi zat tambahan dalam supo
• Menginduksi pertumbuhan bakteri/jamur

Higroskopisitas

• Supositoria basis gliserin –gelatin maka absorpsi uap air


• Supositoria basis PEG BM kecil

Ketidaktercampuran
• PEG, OTT dengan gram perak, asam tanat, amidopirin, kuinin,
ichtamol, aspirin, benzokain, sulfonamid
• PEG membentuk kristal dengan Na-barbital, asam salisilat,
camphora
• Asam salisilat konsentrasi tinggi maka konsistensi PEG salep
Viskositas (Zat aktif tersuspensi dan η rendah maka sendimentasi)
• Pengadukan konstan
• Ditambah Al monostearat 2% (meningkatkan,
menghomogenasikan suspensi zat aktif)
• Ditambah setil alkohol, stearil alkohol, miristil alkohol,
asam stearat.

Kerapuhan

• Supo basis ol cacao : elastik, tidak retak


• Sebab keretakan : pendinginan yang cepat dari lelehan basis
Pemecahan :
• Perbedaan suhu lelehan dan cetakan : rendah
• Meningkatkan plastisitas basis : tween 80, Tween 85, asam
lemak monogliserida, minyak jarak, gliserin, PG
Kontraksi volume
Manisfestasi :
• Pelepasan masa supo dari cetakan
• Pembentukan lubang kontraksi maka penampilan buruk
Pemecahan :
• Pengisian berlebih pada saat pendinginan

Kendali berat dan volume

• Variasi berat yang diperbolehkan 5%


• Variasi volume max 2%

Ketengikan dan antioksidan


• Penyebab tengik : reaksi autooksidasi asam lemak jenuh
• Parameter : pengukuran H2O2 (sebanding diukur dengan IO yang
dibebaskan dari larutan kalium iodin)
• Antioksidan : meta/parafenol, α naftol, kuinon, tokoferol, asam
galat, tanin, BHA, BHT
Pengemasan supositoria
• Supositoria gliserin-gelatin bersifat higroskopis maka harus dikemas
dalam wadah gelas
• Supositoria oleum cacao, Dikemas individu, Untuk mencegah kontak
dipisahkan dalam boks
• Keumuman : dikemas individu dalam kertas timah atau Bahan plastik

Peyimpanan supositoria

• Supositoria ol cacao : dalam pendingin


• Supositoria basis PEG : suhu kamar
Mekanisme pelepasan zat aktif dari basis suppo/ovula

 Difusi melalui lelehan basis, untuk basis lemak


(suhu leleh supo merupakan faktor penentu)

 Difusi melalui pelarutan basis, untuk basis larut


air (viskositas merupakan faktor penetu
kecepatan pelepasan zat aktif dari basis)

Cairan rektum adalah polar


Tahap pelepasan zat aktif dari supo basis larut
lemak (zat aktif tersuspensi dalam basis)

 pelelehan supo
 spreading/penyebaran masa lelehan
 sedimentasi partikel-partikel obat
 perlintasan partikel padat melalui antar muka lemak-
air
 dissolusi partikel obat dalam cairan rektum
Kecepatan pelepasan obat dan aksi obat bergantung
pada:
 Kondisi basis supo dalam cairan tubuh (cairan
rektum)
 Disolusi zat aktif
 Difusi zat aktif melalui lapisan mukosa.

Contoh:

Zat aktif basis pelepasan


Larut lemak larut lemak lambat, sulit berdifusi
Larut lemak larut air cukup
Larut air larut air cepat, cepat berdifusi

Anda mungkin juga menyukai