1/28
IMUNOPATOLOGI
Patologi = gangguan
Imunopatologi = gangguan yang terjadi pada sistem
imun
2
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
• Definisi Reaksi Hipersensitivtas = Respon imun
yang berlebihan sehingga menyebabkan
kerusakan jaringan tubuh karena paparan antigen
dalam jangka waktu lama
• Definisi Lain reaksi hipersensitivitas = respon
individu karena paparan antigen sehingga sistem
imun menjadi ‘sensitiv’ terhadap antigen
tersebut.
3
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Penyebab reaksi hipersensitivitas:
• Otoimun
Terjadi kesalahan mekanisme ‘self-tolerance’ sehingga
sistem imun menyerang diri sendiri (sel dan jaringan)
Gangguan yang dikarenakan otoimun disebut penyakit
otoimun.
• Sensitiv terhadap antigen lingkungan
• Sensitiv terhadap mikroba
4
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Klasifikasi:
Tipe Sinonim Gangguan Dimediasi oleh Mekanisme
I Atopi, Reaksi alergi, antibodi IgE, Ikatan silang FcRa pada IgE (yang mengikat antigen)
hipersensi- anafilaksis, asma komplemen dengan sel mast sehingga terjadi degranulasi dan
tivitas tidak terlibat pelepasan amina vasoaktif (misal histamin) sehingga
anafilaktik, terjadi kontraksi otot polos, vasokontriksi, dan
alergi vasodilatasi endotelum kapiler
II Sitotoksik Erythroblastosis IgM or IgG ± IgM atau IgG berikatan dengan epitop sel atau jaringan
fetalis, complement lain sehingga mempromosi terjadinya fagositosis,
Goodpasture's sitotoksisitas diperantarai antibodi (yang tergantung sel),
synprodrome, gangguan fungsi diperantarai antibodi (](receptor
autoimmune blocking), atau lisis diperantarai komplemen
hemolytic
anemia
III Sistem imun Serum IgG ± Serum mengaktifkan komplemen dan menarik netrofil
kompleks sickness, complement untuk melepaskan molekul yang bersifat litik
Arthus reaction,
systemic lupus
erythematosus
IV Reaksi Contact Cell- Pelepasan mediator dengan mensensitisasi sel T CD4+
hipersensitivit dermatitis, mediated, sehingga terjadi perusakan jaringan oleh sel
as tipe lambat tuberculosis, antibody- mononuclear.
(DTH) chronic graft independent Sel T CD8+ dikenal sebagai sel T sitotoksik, dapat
rejection membunuh sel inang dan sel yang mengeluarkan MHC. 5
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Sifat reaksi hipersensitivitas dapat lokal ataupun
sistemik.
Contoh keadaan lokal karena reaksi
hipersensitivtas tipe I adalah asma dan
anafilaktif/syok
6
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Asma Anafilaktik - Syok
7
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
Antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity (ADCC)
8
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Sistem imun kompleks
Reaksi hipersensitivitas tipe III yang terlokalisasi disebut reaksi Arthus,
menyebabkan nekrosis jaringan.
Reaksi ini terjadi 4-6 jam setelan
pemberian intradermal antigen dalam
jumlah besar, menyebabkan terjadinya
inflamasi lokal
9
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Reaksi Hipersensitivitas Tipe III
Sistem imun kompleks
Reaksi hipersensitivitas tipe III sistemik
disebut 'serum sickness'.
Reaksi kompleks imun terjadi di seluruh
tubuh dan kompleks imun yang berukuran
besar dapat dihilangkan oleh sel fagosit
sehingga tidak berbahaya, tetapi kompleks
imun yang berukuran kecil dapat tidak
dilihat oleh fagosit dan tetap dalam
sirkulasi sehingga berpotensi
menyebabkan penyakit.
11
OTOIMUN
Adalah reaktivitas imun yang didapat terhadap auto-antigen yang
menimbulkan kerusakan jaringan / respon imun terhadap antigen
jaringan sendiri yg disebabkan oleh hilangnya toleransi
13
OTOIMUN
Anergi
Terjadi ketika sel T melakukan
pengenalan terhadap antigen,
tetapi tidak dilanjutkan dengan
kostimulasi, sehingga terjadi
penghambatan signal .
Blokade signal dapat
dikarenakan proses fosfatase
pada kompleks TCR atau
aktivasi dari ubiquitin ligase
yang mendegradasi signal.
14
OTOIMUN
Supresi
Sel T regulatori merupakan sel T yang berfungsi untuk pengenalan
antigen. Dalam perkembangan sel T regulatori membutuhkan IL2
dan faktor transkripsi FoxP3.
Di jaringan perifer, sel T
regulatori dapat
mensupresi aktivasi dan
fungsi sel T lain, bersifat
self reaktif dan berpotensi
patogenik untuk limfosit.
15
OTOIMUN
Delesi
Delesi sel T melalui mekanisme Apoptotic Cell Death
Selain mekanisme di atas, otoimun juga dapat
diinduksi secara molecular mimicri, dimana
epitop dari antigen luar mirip dengan epitop
pada sel inang sehingga terjadi kesalahan
pembacaan epitop dan
antibodi menganggap
eitop inang adalah
epitop antigen.
21
TRANSPLANTASI ORGAN
Penolakan
1. Penolakan pertama dan kedua
penyebab : antigen transplantasi merupakan
produk gen yg polimorfik mis gol darah dan
molekul MHC yg berbeda
Reaksi penolakan dapat dikurangi dng :
a. menggunakan famili sebagai donor
b. tissue typing
c. pemberian obat imunosupresi
22
TRANSPLANTASI ORGAN
23
TRANSPLANTASI ORGAN
• Penolakan kronik
adalah hilangnya fungsi organ yang
dicangkokkan , terjadi secara perlahan bisa
bertahun tahun sesudah organ berfungsi
normal
Penyebab : sensitivitas terhadap antigen
transplan atau timbul toleransi pada sel T
timbul karena imunosupresan dihentikan
24/28
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Defisiensi imun non spesifik
a. Difisiensi komplemen
biasanya mengakibatkan infeksi berulang, atau
penyakit kompleks imun spt LES dan
glomerulonefritis
b. Defisiensi interferon dan lisozim
ditemukan pada malnutrisi protein/kalori
c. Difisiensi sel NK
ditemukan pada penderita osteoporosis
dapat terjadi pada penderita yang diradiasi atau
akibat pemberian imunosupresi
25
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Difisiensi imun spesifik
a. Defisiensi sel B
Bayi yang kekurangan sel B : otitis media, bronkitis,
pneumonia, meningitis
Kekurangan sel B menyebabkan kadar Ig rendah terutama igG
b. Defisiensi sel T
Penderita sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur dan
protozoa.
Karena sel T berpengruh pada sel B , maka defisiensi sel T
disertai pula gangguan produksi Ig , co/ tidak ada respon
terhadap vaksinasi dan sering terjadi infeksi
26
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Defisiensi spesifik fisiologik
1. Kehamilan
difisiensi imun seluler, diperlukan untuk
kelangsungan hidup fetus
2. Usia lanjut
jaringan timus atropi, penurunan jumlah sel T,
penurunan fungsi sel T, menurunnya respon
imun, mudah terjadi penyakit autoimun,
kepekaan terhadap infeksi mis tuberkulosis,
herpes zoster
27
DEFISIENSI SISTEM IMUN
Defisiensi imun didapat/ sekunder
Faktor faktor penyebab
1.Malnutrisi
2.Infeksi
3. Obat, trauma, tindakan katererisasi dan
bedah
4.Penyinaran/ radiasi
5. Penyakit berat
6. Kehilangan imunoglobulin/ leukosit
28