Anda di halaman 1dari 45

HIPERSENSITIVITAS

apt. Ni Putu Desy Ratna Wulan Dari, S.Farm., M.Farm


Definisi
• Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem
kekebalan yang terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami
cedera/terluka.
• Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap
antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya
• Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik biasanya menguntungkan
bagi tubuh, berfungsi protektif terhadap infeksi atau pertumbuhan kanker,
tetapi dapat pula menimbulkan hal yang tidak menguntungkan bagi tubuh
seperti reaksi hipersensitivitas tersebut.
Etiologi dan Faktor Risiko Reaksi
Hipersensitivitas
• Reaksi hipersensitivitas dapat bersifat idiopatik atau diakibatkan oleh
berbagai zat dan keadaan.
• Ada yang berupa antigen seperti protein (serum, hormon, enzim, bisa
binatang, makanan, dan sebagainya) atau polisakarida, juga ada yang
berupa hapten yang nanti bertindak sebagai antigen apabila berikatan
dengan protein (antibiotik, anastesi lokal, analgetik, zat kontras, dan
lain-lain).
• Antigen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral,
suntikan/sengatan, inhalasi, atau topikal
Etiologi dan Faktor Risiko Reaksi
Hipersensitivitas
• Adapun beberapa obat – obatan yang biasa menimbulkan reaksi
hipersensitivitas  antibiotik seperti golongan penisilin,
streptomisin, klorampenikol, sulfonamide, kanamisin, obat – obatan
kemoterapeutik dan vaksin.
• Makanan seperti ikan, udang, kacang – kacangan, telur dan lain –
lain. Bisa/cairan binatang, getah tumbuhan dan kosmetik juga dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas.
Etiologi dan Faktor Risiko Reaksi
Hipersensitivitas
Etiologi dan Faktor Risiko Reaksi
Hipersensitivitas
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya reaksi
hipersensitivitas :
1. Riwayat keluarga
2. Riwayat atopi
3. Sifat allergen
4. Alur pemberian obat
5. Kesinambungan (constancy) paparan allergen
6. Pemberian imunoterapi berupa injeksi ekstrak alergen pada penderita yang penyakit alerginya
sedang tidak terkendali
Gejala Hipersensitivitas
• Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat.
• Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair,mata terasa gatal dan kadang
bersin.
• Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi
jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok.
Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-orang yang
sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat-obatan
tertentu atau setelah disengat lebah, dengan segera menimbulkan gejala.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
Klasifikasi Menurut Waktu Timbulnya Reaksi Hipersensitifitas :
• Reaksi cepat, terjadi dalam hitungan detik, serta hilang dalam
waktu 2 jam. Antigen yang diikat IgE pada permukaan sel mast
menginduksi pelepasan mediator vasoaktif. Manifestasinya dapat
berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksis lokal seperti pilek,
bersin, asma, urtikaria, dan eksema.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Reaksi intermediet, terjadi setelah beberapa jam dan hilang dalam 24 jam.
Reakis ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan
jaringan melalui aktivasi komplemen. Reaksi intermediet diawali oleh IgG
yang disertai kerusakan jaringan pejamu oleh sel netrofil atau sel NK.
• Manifestasinya berupa reaksi transfusi darah, eritroblastosis fetalis dan
anemia hemolitik autoimun dan reaksi arthus lokal dan reaksi sistemik
seperti serum sickness, vaskulitis nekrotis, glomerulonefritis, artritis
reumatoid, dan LES.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Reaksi lambat, terlihat sampai sekitar 48 jam setelah pajanan
dengan antigen. Terjadi akibat aktivasi sel Th. Pada delayed
type of hypersensitivity yang berperan adalah sitokin yang
dilepas sel T yang mengaktifkan makrofag dan menimbulkan
kerusakan jaringan. Manifestasi klinisnya yaitu dermatitis
kontak, reaksi mikobakterium tuberkulosis dan reaksi
penolakan tandur.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas

Klasifikasi Menurut Gell dan Coombs :


1.Hipersensitivitas Tipe I
2.Hipersensitivitas Tipe 2
3.Hipersensitivitas Tipe 3
4.Hipersensitivitas Tipe 4
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
1. Hipersensitivitas Tipe I
 Disebut juga reaksi cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi.
 Reaksi ini timbul segera setelah tubuh terpajan dengan alergen.
 Mekanisme terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I mulanya antigen masuk ke tubuh dan merangsang sel B
untuk membentuk IgE dengan bantuan sel Th. IgE diikat oleh sel mast atau basofil melalui reseptor Fcɛ.
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang
sudah ada pada permukaan sel mast atau basofil. Akibat ikatan tersebut, sel mast atau basophil mengalami
degranulasi dan melepas mediator.
 Senyawa vasoaktif yang dilepaskan oleh sel mast atau basofil, yaitu histamin dan factor kemotaktik
eosinofilik.
 Senyawa lain yang juga dilepaskan yaitu substansi prostaglandin, leukotrin, tromboksan dan aktor pengaktif
trombosit.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Gambar 2 A : Alergen langsung melekat/terikat
pada Ig E yang berada di permukaan sel mast atau
basofil, dimana sebelumnya penderita telah terpapar
allergen sebelumnya, sehingga Ig E telah terbentuk.
Ikatan antara allergen dengan Ig E akan
menyebabkan keluarnya mediatormediator kimia
seperti histamine dan leukotrine.
• Gambar 2 B : Respons ini dapat terjadi jika tubuh
belum pernah terpapar dengan allergen penyebab
sebelumnya. Alergen yang masuk ke dalam tubuh
akan berikatan dengan sel B, sehingga menyebabkan
sel B berubah menjadi sel plasma dan memproduksi
Ig E.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas

Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh


reaksi alergi tipe I adalah :
1. Konjungtivitis
2. Asma
3. Rinitis
4. Anafilaktic shock
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
2. Hipersensitivitas Tipe II
• Disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG
atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.
• Antibodi tersebut dapat mengaktifkan sel yang memiliki reseptor Fcγ-R. Sel NK dapat
berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui Antibody Dependent
Cell (mediated) Cytotoxicity.
• Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh
karena antibody melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada
permukaan sel.
• Manifestasi yang sering dari reaksi hipersensitivitas reaksi ini melibatkan sel-sel darah,
sel jaringan lainnya dapat juga diikutsertakan. Misalnya saja pada anemia hemolitik
autoimun dan trombositopenia.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Tipe ini melibatkan K cell atau
makrofag. Alergen akan diikat
antibody yang berada di
permukaan sel makrofag/K cell
membentuk antigen antibody
kompleks. Kompleks ini
menyebabkan aktifnya
komplemen (C2 –C9) yang
berakibat kerusakan.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Alergen (makanan) akan
diikat antibody yang berada di
permukaan K cell, dan akan
melekat pada permukaan sel
darah merah. Kompleks ini
mengaktifkan komplemen,
yang berakibat hancurnya sel
darah merah.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe II
adalah :
1. Goodpasture (perdarahan paru, anemia)
2. Myasthenia gravis (MG)
3. Immune hemolytic (anemia Hemolitik)
4. Immune thrombocytopenia purpura
5. Thyrotoxicosis (Graves' disease)
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
3. Hipersensitivitas Tipe III
• Disebut juga reaksi kompleks imun.
• Terjadi bila kompleks antigen-antibodi ditemukan dalam sirkulasi atau
dinding pembuluh darah atau jaringan dan mengaktifkan komplemen.
Antibodi yang berperan biasanya jenis IgM atau IgG.
• Kompleks imun akan mengaktifkan sejumlah komponen sistem imun.
Komplemen yang diaktifkan melepas anafilaktosis yang memacu sel
mast dan basofil melepas histamin.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Adanya antigen antibody kompleks
di jaringan, menyebabkan aktifnya
komplemen. Kompleks ini
mengatifkan basofil sel mast aktif
dan merelease histamine,
leukotrines dan menyebabkan
inflamasi.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Alergen (makanan) yang terikat pada
antibody pada netrofil (yang berada
dalam darah) dan antibody yang berada
pada jaringan, mengaktifkan
komplemen. Kompleks tersebut
menyebabkan kerusakan pada jaringan.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe III
adalah :
1. The protozoans that cause malaria
2. The worms that cause schistosomiasis and filariasis
3. The virus that causes hepatitis B, demam berdarah.
4. Systemic lupus erythematosus (SLE)
5. "Farmer's Lung“ (batuk, sesak nafas)
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
4. Hipersensitivitas Tipe IV
• Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsik/internal
(“self”).
• Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T.
• Ekstrinsik : nikel, bhn kimia
• Intrinsik: Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM or Type I diabetes),
Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid arthritis, TBC.
Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
• Makrofag (APC) mengikat allergen
pada permukaan sel dan akan
mentransfer allergen pada sel T,
sehingga sel T merelease interleukin
(mediator kimia) yang akan
menyebabkan berbagai gejala.
Penyakit Autoimun
• Penyakit autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
membuat badan menyerang jaringannya sendiri.
• Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya
sebagai bahan asing atau berbahaya.
• Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel
kanker, dan pencangkokkan organ dan jaringan.
• Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen.
Penyakit Autoimun

Faktor-faktor perkembangan penyakit autoimun :


1. Genetik, yaitu haplotype HLA tertentu meningkat resiko penyakit imun
2. Kelamin, yaitu wanita lebih sering dari pada pria
3. Infeksi, contoh infeksi virus, mikroplasma, bakteri, malaria
4. Obat-obatan
5. Usia, sebagian besar penyakit autoimun terjadi pada usia dewasa
Penyakit Autoimun
Penyebab Terjadinya Autoimun
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
1. Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (disembunyikan dari sistem
kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat
cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
2. Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan
senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus
bisa menulari dan mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
Penyakit Autoimun
3. Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki
badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan
senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri
penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan
sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang
jantung orang sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman
rumatik).
4. Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah
putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang
beberapa sel badan.
Penyakit Autoimun
Gejala
• Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi, gejala bervariasi
bergantung pada gangguan dan bagian badan yang terkena.
• Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis tertentu jaringan di seluruh
badan misalnya, pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit.
• Gangguan autoimun lainnya mempengaruhi organ khusus. Sebenarnya organ
yang mana pun, termasuk ginjal, paru-paru, jantung, dan otak, bisa dipengaruhi.
Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan rasa sakit,
merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal, kesukaran pernafasan,
penumpukan cairan (edema), demam, bahkan kematian.
Macam – Macam Penyakit Autoimun

Penyakit
autoimun
Penyakit sistemik
autoimun Penyakit
autoimun khas
organ
Macam – Macam Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun sistemik


1. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
2. Rheumatoid Arthritis (RA)
3. Ankylosing spondylitis (AS)
4. SjOgren 'syndrome (SS)
5. Polymyositis/Dermatomyositis
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun khas organ
1. Autoimune Hemolytic Anemia (AHA)
2. Thyroiditis Hashimoto (TH)
3. Diabetes mellitus (DM)
4. Penyakit Auto-imun Susunan Saraf Pusat
5. Myasthenia Gravis (MG)
6. Penyakit Autoimun Saluran Pencernaan
7. Penyakit Autoimun pada Kulit
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Gangguan Autoimun
Gangguan Jaringan yang terkena Konsekwensi

Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah)


terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan
Anemia hemolitik autoimun Sel darah merah
sakit kepala ringan. Limpa mungkin membesar.
Anemia bisa hebat dan bahkan fatal.

Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang


Bullous pemphigoid Kulit merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan
pengobatan, prognosis baik.
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan,
bengkak, dan gatal, mungkin berkembang. Prognosis baik jika
Sindrom Goodpasture Paru-paru dan ginjal
pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal
hebat terjadi.
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar, menghasilkan
kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism). Gejala
Penyakit Graves Kelenjar tiroid mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas,
tremor, berat kehilangan, dan kecemasa. Dengan pengobatan,
prognosis baik.
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan kadar
hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala seperti berat
Tiroiditis Hashimoto Kelenjar tiroid badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan
mengantuk. Pengobatan seumur hidup dengan hormon thyroid
perlu dan biasanya mengurangi gejala secara sempurna.
Macam – Macam Penyakit Autoimun

Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel


tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya.
Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal,
Multiple sclerosis Otak dan spinal cord kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan
otot, dan sukar menahan hajat. Gejala berubah-ubah
tentang waktu dan mungkin datang dan pergi. Prognosis
berubah-ubah.

Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan


Koneksi antara saraf dan otot lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal
Myasthenia gravis
(neuromuscular junction) intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas. Obat
biasanya bisa mengontrol gejala.
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Lepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa mengancam
Pemphigus Kulit
hidup.

Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan


menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi
sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf). Anemia adalah,
sering akibatnya menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan
sakit kepala ringan. Syaraf bisa rusak, menghasilkan
Pernicious anemia Sel tertentu di sepanjang perut
kelemahan dan kehilangan sensasi. Tanpa pengobatan, tali
tulang belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan
kehilangan sensasi, kelemahan, dan sukar menahan hajat.
Risiko kanker perut bertambah. Juga, dengan pengobatan,
prognosis baik.
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam,
kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak
Sendi atau jaringan lain seperti jaringan
Rheumatoid arthritis bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi,
paru-paru, saraf, kulit dan jantung
kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di
bawah kulit. Progonosis bervariasi
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.
Gejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan
ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-
paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan,
Systemic lupus sendi, ginjal, kulit, paru-paru, jantung,
pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin
erythematosus (lupus) otak dan sel darah
terjadi. Bercak mungkin timbul. Ramalan berubah-
ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa
menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-
kadang kekacauan.
Macam – Macam Penyakit Autoimun
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air kecil, dan selera
makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan
Sel beta dari pankreas (yang
Diabetes mellitus tipe sel pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk
memproduksi insulin)
memproduks iinsulin yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung
menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu
yang lama.

Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu bagian badan (seperti syaraf,
kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa
macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal, kehilangan berat badan,
Vasculitis Pembuluh darah kesukaran pernafasan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan,
dan gejala kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan
mana yang dipengaruhi. Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak
jaringan rusak. Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai