Anda di halaman 1dari 49

Soegianto Ali

Tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa memahami jenis-jenis reaksi


hipersensitivitas
2. Mahasiswa memahami mekanisme
timbulnya reaksi hipersensitivitas
3. Mahasiswa memahami dasar penyakit
autoimun
4. Mahasiswa memahami prinsip superantigen
dan pengaruhnya dalam respon imun
Hipersensitivitas

Adalah suatu keadaan imun abnormal yang


dapat merusak tubuh inang (host)
Keadaan hipersensitivitas segera yang
diperantarai oleh antibodi disebut juga
sebagai alergi.
Reaksi yang diperantarai oleh sel juga dapat
menimbulkan penyakit yang disebabkan
reaksi hipersensitivitas tertunda.
Penyakit autoimun adalah timbulnya reaksi
yang diarahkan kepada antigen diri sendiri.
Hipersensitivitas

Berdasarkan sifat efektornya reaksi


hipersensitivitas dapat digolongkan menjadi
4 jenis
Hipersensitivitas tipe 1

Disebut juga immediate hypersensitivity


Timbul dalam hitungan menit sejak terpapar Ag
Diperantarai oleh Ab
Disebut juga alergi secara umum oleh awam

Tergantung individu, dapat ringanberat dan


mengancam jiwaanafilaksis
Ag nya disebut alergen
Hipersensitivitas tipe 1

20% mempunyai alergen spesifik (tepung sari,


tungau debu, bulu binatang, dsb)
Pada reaksi tipikalproduksi IgEterikat ke
reseptor sel Mast/mastosit
Paparan berikut: Ag terikat kepada IgE di sel Mast
memicu pelepasan mediator terlarut sel Mast
(zat vasoaktif seperti histamin dan
serotoninreaksi tipikal anafilaktik
Reaksi bersifat sementara, sekali
tersensitisasireaksi berulang.
Hipersensitivitas tipe 1

Pada keadaan beratsyok anafilaktik


Pada manusia: gangguan pernapasan, dilatasi
kapiler, kemerahan dan gatal-gatal, dapat
sampai syok.
Atasi dengan adrenalin: neurotransmitter yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah
perifer, memperkuat kontraksi otot jantung dan
melebarkan jalan napas (relaksasi otot polos
bronkus)
Hipersensitivitas tipe 1

Alergen hampir semuanya protein terlarut tapi


fungsinya berbeda-beda, ukuran 10-40 kDa
Ekstrak alergen dapat dipakai untuk tes kulit.
Reaksi hipersensitivitas tipe 1 dapat ditransfer.
Th 1921. Küstner yang alergi ikan mentransfer
serum ke kulit Prauznitz yang alergi tepung
sari rumputPrauznitz alergi ikan juga (PK-
test)
Th 1967: zat yang ditransfer Ig jenis baru : IgE
Hipersensitivitas tipe 1

IgE dalam serum kadar sangat rendah. Banyak


terikat di permukaan basofil/sel Mast.
IgE pada serum T½ 2 hari tapi yang terikat sel
Mast 10 hari (dalam serum penghancurannya
cepat)
IgE hampir tidak pernah ditransfer melalui
plasenta
Hipersensitivitas tipe 1

Sel T dapat menekan produksi IgE melalui IFNγ


Produksi IgE tergantung Th2 dan semua hal
yang mentargetkan Th1 akan menekan
produksi IgE
Pada manusia IgE hanya diproduksi sebagai
respon terhadap sejumlah kecil Ag. Pada
respon imun kebanyakan tidak melibatkan
IgE
Hipersensitivitas tipe 1

Karakteristik primer alergen berhubungan dengan rute


paparannya; dihirup, dimakan, disuntikan, tumbuh
pada kulit dll.
Rute pemberian penting karena menentukan cara
antigen dipresentasikan kepada sistem imun
Alergen yang dihirup: hay fever, rhinitis kronik dan
asma juga menyebabkan dermatitis atopik
Alergen yang dihirup biasanya hadir dalam konsentrasi
tinggi (10 mg/ml), partikel besar (3-30 µm) dan
segera terlarut di mukosa hidung: tinja tungau,
tepung sari dll
Hipersensitivitas tipe 1

Protein makanan dapat menimbulkan respon


IgE tapi hanya sebagian kecil berupa alergen.
Alergen makanan masuk dalam jumlah besar,
tapi hanya sejumlah kecil diserap utuh atau
sebagai polipeptidadikenali oleh sel T
sebagai alergen
Sebagian besar alergen makanan karena
adanya penyerapan protein secara utuh
Hipersensitivitas tipe 1

Terdapat perbedaan sel efektor vasoaktif pada


hipersensitivitas tipe 1 antara manusia dan
hewan.
Pada manusia yang banyak: sel mast dan basofil
Pada kelinci kandungan histamin banyak di
platelet
Pada tikus degranulasi sel mast terjadi satu
persatu
Pada manusia degranulasi sel mast dapat terjadi
secara serentak
Hipersensitivitas tipe 1

Sel mast pertama kali diidentifikasi oleh Ehrlich


Sel mast jaringan berbeda dikenali melalui
proteasenya
Sel mast mukosa mempunyai tryptase tanpa chymase
Pada jar penyambung ada keduanya.
Basofil hampir tidak mempunyai keduanya.
Basofil pada jaringan perlu pewarnaan khusus, karena
granulnya tidak terwarnai dan tampak sebagai
netrofil.
Hipersensitivitas tipe 1

Proses degranulasi sel mast dan basofil terjadi


melalui fusi membran granul ke membran
selmembran granul menjadi bag membran
sel isi granul dilepas.
Proses dimulai reaksi silang 2 molekul IgE pada
permukaan sel oleh Ag terkaitsinyal
transduksiinfluks Cadegranulasi dan sintesa
mediator baru.
Pelepasan juga terjadi akibat agen lain, seperti C3a
dan C5a
Hipersensitivitas tipe 1

Zat lain: zat kontras, gol morfin, AB vancomycin,


dapat bereaksi langsung dengan reseptor tanpa
peran IgEzat anafilaktoid.
Banyak reaksi hipersensitivitas tipe 1 terkait
herediter: Hay fever, asma dll.
Anak yang salah satu orang tuanya alergi
kemungkinan 30%, kalau keduanya
kemungkinan 50%
Terdapat hubungan antara atopik pada umumnya
dengan HLA tipe tertentu
Hipersensitivitas tipe 1

Untuk menentukan adanya hipersensitivitas al


tes kulit wheal and flare
Biduran disebabkan adanya ekstravasasi serum
ke jaringan kulit sebagai efek histamin, gatal
efek perangsangan histamin ke ujung saraf
bebas, eritematosa sebagai refleks akson.
Reaksi dapat timbul 5-15 menit, berakhir
setelah 30 menit. Metode prick test atau
injeksi intradermal.
Hipersensitivitas tipe 1

Selain respon cepat, kadang timbul respon lambat,


hanya mengikuti respon cepat yang hebat, dimulai 2-
3 jam dan berakhir sampai 24 jammodel
peradangan kronik paru, hidung dan kulit.
Kejadian respon lambat:
- Efek prostaglandin, leukotrien, sitokin yang dilepas
sel mast mengikuti pelepasan histamin
- Infiltrasi netrofil, eosinofil, basofil dan limfosit ke
tempat kejadian diperantarai oleh sitokin
- Pelepasan produk dari sel yang menginfiltrasi
Hipersensitivitas tipe II

Diperantarai oleh IgG atau IgM yang terikat ke


sel khusus atau jaringan khusus
Kerusakan terbatas pada sel atau jaringan tadi.
Perbedaan dengan tipe III: Ag-Ab terlarut
kompleks imundeposit secara non spesifik
ke jaringan.
Hipersensitivitas tipe II melibatkan
komplemenkerusakan sel target
Hipersensitivitas tipe II

 C3a dan C5a akan menarik makrofag dan PMN ke


tempatnya, merangsang sel mast dan
basofilkemokin menarik dan mengaktivasi sel
efektor lainnya
 Jalur klasik komplemen menyebabkan deposisi C3b,
C3bi dan C3d pada membran sel target.
 Jalur klasik dan jalur alternatif menyebabkan
produksi C5b-9 yang merupakan membrane attack
complex dan insersi dari kompleks ke membran sel
target.
Hipersensitivitas tipe II

Sel efektor berupa makrofag, netrofil, eosinofil, NK


terikat ke kompleks Ab melalui Fc atau terikat ke
membran yang mengikat C3b, C3bi dan C3d melalui
reseptor C3 mereka.
Perusakan sel target pada hipersensitivitas tipe II oleh
netrofil dan makrofag ~normal.
Patogen masuk dalam selmikrobisidal seperti
defensin, oksigen reaktif, metabolit nitrogen, enzim,
pH dan lainnya melalui metabolisme. Bila terlalu
besar untuk difagositosis, isi granul akan dilepas
melalui eksositosis ke tempat terdekat target.
Hipersensitivitas tipe II

Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan


hipersensitivitas tipe II: Hashimoto disease, juvenile
diabetes
Reaksi terhadap eritrosit contoh terbaik
hipersensitivitas tipe II:
- Transfusi dengan golongan darah yang tidak sesuai
- Penyakit hemolisis pada neonatus
- Anemia hemolitik autoimun
- Trombositopenia akibat reaksi hipersensitivitas
Hipersensitivitas tipe II

Gol darah manusia ada >200 macam. Tiap gol


ada beberapa fenotip. Ab hanya dibentuk
terhadap Ag alogenik.
Beberapa Ab dibentuk setelah kontak dengan
alogenik, beberapa dibentuk secara alamiah
ABO dibentuk tanpa sensitisasididuga
sensitisasi oleh epitop identik produk
beberapa mikroorganisme.
Hipersensitivitas tipe II

Rh penyebab anemia hemolitik neonatus


Ditentukan oleh 2 lokus: D dan CcEe
Antibodi Rh tidak dibentuk secara alamiah.
Pada transfusi penting diperhatikan ABO dan Rh
Ab ABO adalah IgM lainnya IgG dan reaksinya
biasa lebih lemah.
Sel darah yang disensitisasi IgG akan diambil oleh
fagosit dalam hati dan limpa. Reaksi hebat dapat
muncul juga akibat aktivasi komplemen
Hipersensitivitas tipe II

Reaksi penolakan transplantasi terjadi bila


resipient membentuk Ab terhadap jar.
Transplant pada jar yang segera
direvaskularisasi setelah transplantpenting
untuk cek ABO
Ag lain seperti MHC tidak terlalu penting
reaksi yang terjadi lebih lemah. MHC/HLA
penting untuk transplantasi sumsum tulang.
Hipersensitivitas tipe III

Kompleks imun akan dibuang oleh sistem


fagosit mononuklear.
Kalau ditumpuk di jar, akan timbul kerusakan
yang diperantarai oleh komplemen dan sel
efektor reaksi hipersensitivitas tipe III
(penyakit kompleks imun)
Hipersensitivitas tipe III

Penyakit kompleks imun dapat dikelompokkan:


1. Infeksi persisten dan respon Ab lemah:
Lepra, malaria, DHF, hepatitis virus,
endokarditis stafilokok
2. Penyakit autoimun: Rheumatoid arthritis,
Systemic Lupus Erythematosus, polymyositis
3. Menghirup materi antigenik terus menerus:
Pigeon’s fancier ‘s lung, Farmer’s lung
Hipersensitivitas tipe III

Reaksi radang yang dipicu oleh kompleks imun:


1. Interaksi dengan basofil dan platelet
pelepasan zat vasoaktif
2. Makrofag distimulasi melepas sitokin
tertentu
3. Interaksi dengan sistem komplemen
pelepasan vasoaktif amin, kemotaktik sel
mast dan basofil
Hipersensitivitas tipe III
Kompleks imun biasanya akan dihilangkan oleh fagosit
mononuklear.
Kompleks imun diopsonisasi oleh C3b, dan diperantarai
reseptor CR1, dibuang oleh sistem mononuklear
terutama di hati dan limpa
CR1 banyak dijumpai di eritrosit (pada primata kl 700/sel).
Komplemen menunda presipitasi kompleks imun(jalur
klasik)mengurangi jumlah epitop Ag yang dapat diikat
Ab dan melarutkan kembali kompleks yang dipresipitasi
(jalur alternatif)
Kompleks yang tidak terikat eritrosit  diambil hatike jar
ginjal dllreaksi radang
Hipersensitivitas tipe III

Kompleks imun akan ditumpuk dalam


pembuluh darah, tempat dengan tekanan
darah yang tinggi (mis glomerulus), tempat
turbulensi (percabangan arteri), filter vaskuler
(pleksus koroid, badan silier mata)
Penumpukan juga dapat terjadi di organ
spesifik tergantung Ag.
Tempat penumpukan tergantung juga ukuran
komplekskelas Ig mempengaruhi
Hipersensitivitas tipe III

Kompleks imun di jaringan dapat dikenali


dengan pewarnaan fluoresensi terhadap Ig
atau komplemen.
Kompleks imun bersirkulasi: Terikat dengan
eritrosit atau bebas dalam plasma.
Yang terikat eritrosit kurang merusak dibanding
yang bebas
Hipersensitivitas tipe IV

Disebut juga tipe lambat


Diperantarai oleh sel dan melibatkan Th1
Gejala mulai beberapa jam setelah paparan
kedua Ag pemicu. Respon maksimal 24-48
jam
Ag tipikal adalah mikroorganisme, Ag diri
sendiri, kelompok kimia yang terikat pada
kulit dan membentuk Ag baru.
Hipersensitivitas tipe IV

Hipersensitivitas akibat Ag baru ini disebut


dermatitis kontak, penting untuk reaksi alergi
terhadap perhiasan, poison ivy, kosmetik dan
beberapa zat kimia tertentu.
Paparan kulit gatal dalam beberapa jam
jadi merah dan bengkak. Kadang timbul bula
sebagai akibat aktivitas sel imun.
Hipersensitivitas tipe IV

Contoh klasik:
Terhadap Mycobacterium tuberculosa (Robert
Koch).
Ag bakteri disuntikkan SCreaksi kulit khas
timbul setelah 24-48 jam.
Tempat penyuntikan: Th1 distimulasi Ag 
melepas sitokin  menarik dan aktivasi
makrofag  destruksi Ag dan peradangan lokal.
Reaksi kulit: Pengerasan, pembengkakan,
kemerahan, nyeri, panas.
Hipersensitivitas tipe IV

Infeksi mikroba yang menunjukkan reaksi tipe


IV:
Lepra, brucellosis, histoplasmosis,
blastomycosis
Tipe IV tidak dipindahkan melalui serum tapi
melalui sel T dapat terjadi pada individu
yang kekurangan Ab atau yang CD4 rendah
pada penderita HIV/AIDS
Hipersensitivitas tipe IV

Dapat dibagi menjadi 3 kelompok:


1. Kontak
2. Tuberkulin
3. Granulomatosa berlangsung 21-28 hari.
Superantigen

Salah satu bentuk eksotoksin


Tidak bereaksi langsung ke sel pejamu
mekanisme khusus sehingga timbul
kerusakan ekstensif lewat aktivasi sistem
imun
Aktivasi berlebihan sel T karena mekanisme
pengikatan dengan TCR berbeda
Kebanyakan diproduksi oleh virus atau bakteri
tertentu: streptokokus dan stafilokokus
Superantigen

Bekerja dengan mengaktivasi sejumlah besar sel T


 produksi sitokinmerangsang sel lain
(makrofag)reaksi radang sistemik (demam,
diare, muntah-muntah, produksi mukus, syok
sistemik). Bila berat dapat timbul kematian.
Superantigen berikatan dengan domain Vβ dari
TCR di luar tempat pengikatan normal serta
berikatan dengan semua sel T yang struktur TCR
serupa (normal hanya 0.01%). Respon
superantigen akan melibatkan 5-25% sel T
Superantigen

Superantigen juga akan berikatan dengan MHC


kelas II pada APC di luar tempat normal
Akibatnyaaktivasi sel T jumlah besar dan
radang sistemik
Beberapa penyakit: Keracunan makanan oleh
Staphylococcus aureus.
Streptococcus pyogenes memproduksi
erythrogenic toxin yang berperan pada
scarlett fever.

Anda mungkin juga menyukai