PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antigen protein alamiah terbanyak adalah protein besar dengan berat molekul
40.000 dalton dan kompleks polisakarida mikrobial. Glikolipid dan lipopotrein dapat
juga bersifat imunogenik, tetapi tidak demikian halnya dengan lipid yang dimurnikan.
Asam nukleat dapat bertindak sebagai imunogenik dalam penyakit autoimun tertentu,
tetapi tidak dalam keadaan normal. Antibodi atau imunoglobulin (Ig) adalah golongan
protein yang dibentuk sel plasma (poliferasi sel B) setelah terjadi kontak dengan
antigen. Antibodi ditemukan dalam serum dan jaringan mengikat antigen secara
spesifik. Bila serum protein dipisahkan secara elektroforetik, Ig ditemukan terbanyak
dalam fraksi globulin g meskipun ada beberapa yang ditemukan juga dalam fraksi
globulin a dan b. Semua molekul Ig yang mempunyai 4 polipeptid dasar ysng terdiri
atas 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai ringan (light chain) yang identik,
dihubungkan satu dengan lainnya oleh ikatan disulfida.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
a. Untuk memberikan informasi pada mhasiswa tentang pengetahuan alergi.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mengetahui definisi dari alergi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan alergi.
c. Mahasiswa mengetahui sebab dan akibat dari alergi.
d. Mahasiswa mengetahui tipe-tipe alergi.
e. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik tentang alergi.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak dapat dan kerap kali
membahayakan terhadap substansi yang tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan
manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat inreaksi antigen dan antibody. Reaksi
alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi
secara agresif terhadap suatu substansi yang normalnya tidak berbahaya (misalnya
debu, tepung sari, bubuk). Produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat
menimbulkan gejala yang bekisar dari gejala yang ringan hingga gejala yang dapat
membawa kematian.
B. Etiologi
Penyebab dari alergi barasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga
timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam, perhiasan atau jam
tangan, dll.
Zat yang paling sering menyebabakan alergi adalah serbuk tanaman, jenis
rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, pinishilin,
seafood, telur, kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacang
lainnya, susu, jagung dan tepung jagun, sengatan insectan, bulu binatang, kecoa, debu
dan kutu
b. Sistemik
Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak
dalam system organ berikut ini: kardiovaskuler, respiratorius,
gastrointestinal dan integument.
2. Rinithis alergik
Adalah bentuk alergi respiratorius yang paling sering ditemukan dan
diperkiirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe 1).
Apabila tidak diobati dapat terjadi banyak komplikasi seperti asma alergi,
obstruksi nasal kronik, otitis kronik dengan gangguan pendengaran, amosnia
(gangguan kemampuan membau), dan pada anak-anak, deformitas dental
orofasial.
D. Tipe-tipe Alergi
Mediator kimia primer bertanggung jawab atas berbagai gejala pada reaksi
hipersensitifitas tipe I karna efeknya pada kulit,paru paru dan traktus
gastrointestinal.gejala klinis ditentukan oleh jumlah alergen mediator yang dilepas
sen sitifitas target organ dan jalur masuknya alrgen.
E. Manifestasi klinis
1. Hipersensitivitas tipe 1
Sistemik: angioedema; hipotensi; spasme bronkus, GI atau uterus; stridor,
local; urtikaria.
2. Hipersensitivitas tipe 2
Bervariasi menurut jenis penyakit; dapat mencakup dispnea, hemoptisis,
panas.
3. Hipersensitivitas tipe 3
Urtikaria; ruam multivormis, skarlatinivormis atau morbilivormis; adenopati;
nyeri sendi; panas; sindrom yang menyerupai serum sick ness.
4. Hipersensitivitas tipe 4
Bervariasi menurut jenis penyakit; dapat mencakup panas, eritema dan gatal-
gatal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Tes kulit
Diantara berbagai tes ini yang lebih disukai adalah cara prick test,
karena mudah melakukannya, murah, spesifik dan aman. Menurut laporan
yang ada di Indonesia tes ini tidak pernah menimbulkan efek samping.
Patch test biasanya dilakukan pada pasien dermatitis kontak.
3. Tes Provokasi
Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara
langsung kepada pasien sehingga timbul gejala. Tes ini haya dilakukan jika
terdapat kesulitan diagnosis dan ketidak cocokan antara gambaran klinis dengan
tes lainnya. Tes provokasi yang dapat dilakukan adalah tes provokasi nasal, tes
provokasi bronchial, tes provokasi koonjungtival, tes eliminasi dan provokasi
terhadap makanan.
4. Tes radioalergosorben.
Banyak cara untuk menimbulkan serangan asma, tetapi yang paling sering
dipakai adalah tes kesehatan jasmani (exercise induced-asthma), tes inhalasi
metakolin dan tes inhalasi histamin:
G. Terapi Medis
Terapi medis yang dapat dilakukan bagi penderita alergi antara lain
adalah imunoterapi atau desensitisasi atau allergy injection therapy.
Ini adalah suatu terapi yang memerlukan proses panjang dari suatu
suntikan yang berulang dari ekstrak alergen yang disuntikkan pada pasien dengan
penyakit alergi, yang jelas faktor alergen pencetusnya, dengan tujuan untuk
mengurangi gejala penyakitnya. Pengobatan ini efektif pada penyakit alergi
derajat ringan dan yang tidak responsif terhadap terapi standar. Imunoterapi
merubah pejalanan penyakit, dan menghambat terjadinya asma pada anak dengan
rinitis alergika. Imunoterapi spesifik masih merupakan pengobatan pilihan untuk
reaksi sistemik pada sengatan tawon dan lebah. Mekanisme yang jelas pada
kegunaan imunoterapi masih belum jelas. Diduga efek pada Sel T regulator,
berkaitan dengan pergeseran sel B dalam produksi IgG4. Efek imunoterapi
memerlukan waktu lama, tetapi begitu tercapai, memberikan perbaikan klinis
yang berlangsung lama, sedangkan farmakoterapi, bermanfaat selagi pemberian
berlangsung. Teknik baru imunoterapi saat ini sedang dikembangkan meliputi
alergen rekombinan, alergen hipoalergenik, vaksin peptida Sel T, stimulan Th1,
dan anti-IgE, yang hasilnya cukup menjanjikan untuk digunakan pada penyakit
alergi. Terapi ini direkomendasikan pada penyakit alergi saluran pernafasan,
terutama asma dan rinitis bersama dengan penghindaran alergen dan penggunaan
obat-obatan.
H. Pathofisiologi
1. Hipersensitivitas tipe 1
Antibodi IgE terikat dengan sel-sel tertentu; pengikatan antigen menyebabkan
pelepasan amina vaso aktif dan mediator lainnya yang mengakibatkan vasodilatasi
peningkatan permeabilitas, kontraksi otot polos serta eosinofil.
2. Hipersensitivitas tipe 2
Antibodi IgG atau IgM terikat dengan antigen eksogenus. Keadaaan ini dapat
menyebabkan mengaktifkan komponen komplemen lewat C3 dengan fagositosis
atau opsonosasi sel atau pengaktifan sistim komplemen yang penuh dengan
sitolisis atau kerusakan jaringan.
3. Hipersensitivitas tipe 3
Kompleks antigen-antibodi IgG atau IgM bertumpu dalam jaringan tempat
kompleks tersebut mengaktifkan komplemen. Reaksi ini ditandai oleh infiltrasi
leukosit polimorfo nuclear dan pelepasan enzim-enzim proteolik, lisosom serta
permeabilitas dalam jaringan yang menimbulkan reaksi inflamasi yang akut.
4. Hipersensitivitas tipe 4
Sel penyampai-antigen akn menyampaikan antigen kepada sel-sel T
dengan adanya MHC. Sel-sel T yang sudah tersensitisasi melepaskan limfokin
yang mengstimulasi makrofag; lisozim dilepaskan; dan jaringan disekitarnya
dirusak.
I. Pathways
J. Pengkajian
Anamnesis :
a. Biodata klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan,
pekerjaan, satus perkawinan, komunikasi yang dipakai, biodata penanggung
jawab, dan factor lingkingan ekonomi serta lingkungannya.
f. Personal Hygiene.
Kebersihan diri di lingkingan rumahnya.
2. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik yang lengkap harus dibuat dengan perhatian
ditunjukkan terhadap penyakit alergi bermanifestasi kulit, konjungtiva, nasofaring
dan paru. Kalau seorang datang dengan keluhan hidung, maka perhatian lebih
lanjut ditunjukkan lagi terhadap pemeriksaan hidung dan kerongkongan, baik dari
luar maupun dari dalam rongga hidung.
a. Kulit
Seluruh kulit harus diperhatiakan apakah ada peradangan kronik
seperti ekskoriasi, bekas daerah garukan terutama pipi atau lipatan-lipatan
kulit daerah fleksor. Kelainan ini mungkin tidak dikeluhkan pasien, karena
tidak dianggap mengganggu ataupun tidak ada hubungannya dengan
penyakitnya. Lihat pula apakah terdapat lesi, urtikaria, angiodema, dermatitis
dan likenefikasi.
b. Mata
3. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Tes Diagnostik
Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup
pemeriksaan darah, sediaan apus sekresi tubuh, tes kulit dan RAST
(radioallergosorbent test). Hasil pemeriksaan darah laboratorium akan
memberikan data-data suportif untuk berbagai kemungkinan diagnosis;
kendati demikian, hasil laboratorium bukan kriteria utama bagi penegakan
diagnosis gangguan alergik. Pemeriksaan awal dapat mencakup pemeriksaan
berikut ini:
L. Intervensi
RASIONAL
TINDAKAN/INTERVENSI
Tutup luka sesegera mungkin kecuali Suhu berubah dan gerakan udara dapat
perawatan luka bakar metode pemajanan menyebabkann nyeri hebat pada pemajanan ujung
pada udara terbuka. saraf.
Tinggikan ekstremitas luka bakar secara Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk
periodik. menurunkan pembentukan edema, setelah
perubahan posisi dan peninggian menurunkan
ketidaknyamanan serta resiko kontraktur sendi.
Berikan tempat tidur ayunan sesuai indikasi. Peninggian linen dari luka membantu
menurunkan nyeri.
Ubah posisi dengan sering dan rentang Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi
gerak pasif dan aktif sesuai indikasi. dan kelelahan otot tetapi tipe latihan tergantung
pada lokasi dan luas cedera.
Pertahankan suhu lingkungan nyaman, Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar
berikan lampu penghangat, penutup tubuh mayor. Sumber panas eksternal peru untuk
hangat. mencegah menggigil.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat
lokasi/karakter dan intensitas (skala 0-10). beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi
biasanya paling berat selama penggantian balutan
dan debridemen. Perubahan
lokasi/karakter/intensitas nyeri dapat
mengindikasikan tterjadinya komplikasi (contoh
iskemis tungkai) atau perbaikan/kembalinya
fungsi saraf/sensasi.
Lakukan penggantian balutan dan Menurunkan terjadinya distress fisik dan emosi
debridemen setelah pasien diberi obat sehubungan dengan penggantian balutan dan
dan/atau pada hidroterapi. debridemen.
Libatkan pasien dalam penentuan jadwal Meningkatkan rasa control pasien dan kekuatan
aktivitas, pengobatan, pemberian obat. mekanisme koping.
Berikaan aktivitas terapeutik tepat untuk Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang
usia/kondisi. dialami dan memfokuskan kembali perhatian.
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepsi
nyeri/kemampuan koping menurun.
Kolaborasi
Berikan analgesik (narkotik/non narkotik) Metode IV sering digunakan pada awal untuk
sesuai indikasi. memaksimalkan efek obat. Masalah pasien adiksi
atau keraguan tentang derajat nyeri yang dialami
tidak abash selama fase perawatn darurat/akut,
tetapi narkotik harus diturunkan sesegera
mungkin sesuai adanya dan perubahan metode
untuk penghilangan nyeri.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Buat tujuan berat badan minimum dan Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat
kebutuhan nutrisi harian. yang menyebabakan depress, agitasi dan
memepengaruhi kognitif pengambilan
keputusan. Perbaikan status nutrisi
menigkatkan kemampuan berpikir dan kerja
psikologis.
Berikan makan sedikit dan makanan kecil Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian
tambahan , yang tepat. makan terlalu cepat setelah periode puasa.
Buat pilihan menu yang ada izinkan pasien Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya
untuk mengontrol pilihan sebanyak dan mampu mengontrol lingkungan lebih
mungkin. suka menyediakan makanan untuk makan.
Hindari pemeriksaan ruangan dan alat Menguatkan perasaan tak berdaya dan
kontrol lain kapanpun mungkin. biasanya tak menolong.
Berikan pengawasan 1-1 dan biarkan pasien Mencegah muntah selama/setelah makan.
dengan bulimia tetap tinggal diruangan Pasien dapat menginginkan makanan dan
tanpa kamar mandi selama beberapa menggunakan sindrom pembersihan pesta
periode (mis, 2 jam) setelah makan, bila untuk mempertahankan berat badan. Catatan:
peerjanjian tak berhasil. pembersihan dapat terjadi pertama kali pada
pasien sebagai respon terhadap pengadaan
program peningkatan berat badan.
Awasi program latihan dan susun batasan Latihan sedang memebantu dalam
aktifitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja memepertahankan tonus otot berat badan dan
(jalan-jalan dsb). melawan depresi. Namun pasien dapat
latihan terlalu berlebihan untuk memebakar
kalori.
Pertahankan pernyataan, perilaku tak Persepsi hukuman berakibat buruk pada
menilai bila memberikan makanan kepercayaan diri pasien dan meyakini
perselang, hiperalimentasi, dsb. kemampuan sendiri untuk menontrol tujuan.
Kolaborasi
Berikan terapi nutrisi dalam program Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa
pengobatan rumah sakit sesuai indikasi. perbaikan status nutrisi. Perawatan di RS
memberikan kontrol lingkungan dimana
masukan makanan, muntah eliminasi, obat,
dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga
memisahkan pasien dari orang terdekat
(yang dapat sebagai fektor peberat dan
memberikan pemajanan pada orang lain
dengan masalah yang sama, suasana
lingkungan untuk saling berbagi.
Berikan diet dan makanan ringan dengan Memungkinkan variasi sediaan makanan
tambahan makanan yang disulai bila ada. akan memapukan pasien untuk mempunyai
pilihan terhadap maknaan yang dapat
dinikmati.
Berikan diet cair dan/ makanan Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi
selang/hiperalimentasi bila diperlukan. kebutuhan metabolik, dukungan nutrisi
dapat digunakan untuk mencegah
malnutrisi/kematian sementara terapi
lanjutan. Makanan cair tinggi kalori dapat
diberikan sebai obat, pada susunan waktu
terpisah dari makan, sebagai alternatif
peningkatan masukan kalori.
Hancurkan dan beri makan melalui selang Mungkin digunakan bagian program
apapun yang tertinggal pada nampan perubahan perilaku untuk memberikan
setelah perode waktu pemberian sesuai masukan total kalori yang dibutuhkan.
indikasi.
Tranquilizer utama, contoh: klorpromazin Meningkatkan berat badan dan kerja sama
(Thorazine). pada program psikoterapi. Tranquilizer
utama digunakan hanya bila benar-banar
perlu, karena efek samping ektrapiramidal.
Siapkan untuk/bantu ECT bila Pada kasus jarang dan sulit dimana
diindikasikan. Bantu pasien memahami ini malnutrisi berat/mengancam hidup, seri ECT
bukan sebagai hukuman. jangka pendek dapat memampukan pasien
untuk mulai makan dan memungkinkan
dapat mengikuti psikoterapi.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi Penurunan bunyi napas dapat menimblkan
napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan atelektasis. Ronkhi, mengi menunjukkan
penggunaan otot acsesori. akumulasi secret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang dapat
menimbulkan penggunaan otot acsesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan Pengeluaran sulit bila secret sangat tebal
mukosa/batuk efektif; catat karakter, (misal; efek infeksi dan/ tidak adekuat
jumlah sputum, adanya hemompitisis. hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah
cerah diakibatkan oleh kerusakan(kavitasi)
paru/luka bronchial dan dapat memrlukan
evaluasi/intervensi lanjut.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat frekuensi defekasi, karakteristik, dan Diare sering terjadi setelah memulai
jumlah. diet.
Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, Meningkatkan konsistensi feses.
dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang Meskipun cairan perlu untuk fungsi
dibuat. tubuh optimal, kelebihan jumlah
mempengaruhi diare.
Inservasi tanda sindrom dumping, misal: di area Pengosongan cepat makanan dari
cepat, mual, keringat, dan kelemahan setelah lambung dapat mengakibatkan distress
makan. gaster dan mengganggu fungsi usus.
Beri perawatan paringeal sering, gunakan salep Iritasi anal, ekskoriasi dan pruritus
sesuai indikasi. Berikan rendam pada pusaran terjadi karena diare. Pasien sering tak
air. dapat mencapai area yang tepat untuk
mmembersihkan dan dapat membuat
malu meminta bantuan.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi, misal: difenoksilat Mungkin perlu untuk mengontrol
dengan Lomotil. frekuensi defekasi sampai tubuh
mengatsi perubahan akibat bedah.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji kulit setiap hari. cacat warna, turgor , Menetukan garis dasar dimana perubahan
sirkulasi, dan sensasi. gambarkan lesi dan amati pada status dapat dibandingkan dan
perubahan. melakukan intervensi yang tepat.
Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai Mengurangi stres pada titik tekanan,
kebutuhan. dorong pemindahan berat badan meningkatkan aliran darah ke jaringan dan
secara periodik. lindungi penonjolan tulang meningkatkan proses kesembuhan.
dengan bantal, bantalan tumit/siku.
Pertahankan seprei bersih, kering dan tidak Friksi kulit disebabkan oleh kain yang
berkerut. berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi
dan potensial terhadap infeksi.
Dorong untuk ambulasi/turun dari tempat tidur Menurunkan tekanan pada kulit dari istirahat
jika memungkinkan. lama ditempat tidur.
Bersihkan area perinial dengan membersihkan Mencegah maserasi yang disebabkan oleh
feses dengan menggunakan air dan air mineral. diare dan menjaga lesi perinial tetap kering.
hindari penggunaan kertas toilet jika timbul
vesikel. berikan krim pelindung, mis., zink
oksida, salep A & D.
Tutup lukayang terbuka dengan pembalut yang Dapat mengurangi kontaminasi bakteri,
steril atau barier protektif, mis., DuoDerm, sesuai meningkatkan proses penyembuhan.
petunjuk.
Kolaborasi
Berikan natras atau tempat tidur busa/flotasi. Menurunkan iskemia jaringan, mengurangi
tekanan pada kulit, jaringan dan lesi.
Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka. Mengidentifikasi bakteri patogendan pilihan
perawatan yang sesuai.
Lindungi lesi atau ulkus dengan balutan basah Melindungi area ulserasi dari kontaminasi
atau salep antibiotik dan balutan nonstick (mis., dan meningkatkan penyembuhan.
Telfa) sesuai petunjuk.
M. Evaluasi
DAFTAR ISI
Pendahuluan
Latar belakang…………………………………………………………………………1
Tujuan penulisan………………………………………………………………………1
Konsep Dasar
Definisi………………………………………………………………………………...2
Etiologi………………………………………………………………………………...2
Tipe-tipe alergi………………………………………………………………………...3
Manifestasi klinis……………………………………………………………………...5
Pemeriksaan penunjang………………………………………………………………..6
Terapi medis………………………………………………………………………….11
Pathofisiologi………………………………………………………………………...12
Pathways……………………………………………………………………………...14
Pengkajian……………………………………………………………………………16
Analisa data……………………………………………………………………….
Intervensi………………………………………………………………………….
Evaluasi…………………………………………………………………………….
Penutup………………………………………………………………………………………
BAB III
Penutup
Alergi merupakan respon sistem imun yang tidak dapat dan kerap kali membahayakan
terhadap substansi yang tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi cedera
jaringan yang terjadi akibat inreaksi antigen dan antibody.
Penyebab dari alergi barasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul
akibat adanya kontak dengan kulit seperti kosmetik, logam, perhiasan atau jam tangan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo W.,Aru.dkk2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.