Definisi
Penyebab Hipersensitivitas
Reaksi alergi digunakan untuk menunjukkan adanya reaksi yang melibatkan antibodi
IgE (immunoglobulin E). Ig E terikat pada sel khusus, termasuk basofil yang berada di dalam
sirkulasi darah dan juga sel mast yang ditemukan di dalam jaringan. Jika antibodi IgE yang
terikat dengan sel-sel tersebut berhadapan dengan antigen (dalam hal ini disebut alergen),
maka sel-sel tersebut didorong untuk melepaskan zat-zat atau mediator kimia yang dapat
merusak atau melukai jaringan di sekitarnya. ( Nuzulul Hikmah, 2010 )
Hikmah, Nuzulul dan I Dewa Ayu Ratna Dewanti . 2010. Seputar reaksi hipersensitivitas
(alergi). Jember. Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 7 No. 2 2010: 108-12
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=376335&val=7719&title=SEPU
TAR%20REAKSI%20HIPERSENSITIVITAS%20(ALERGI)
4. Makanan
Banyak jenis makanan yang dapat menimbulkan reaksi alergi, namun, yang paling
umum adalah susu sapi, kedelai, telur, gandum, kacang tanah, ikan, dan udang. Makanan-
makanan tersebut adalah penyebab alergi sebesar 90 %.
5. Bahan Kimia
Bahan-bahankimia seperti latex dapat menyebabkan reaksi alergi. Biasanya, zat-zat
kimia ini menyebabkan reaksi alerg ijika bersinggungan atau terkena kulit. Keadaan ini
dalam bahasa medis dikenal dengan sebutan eksim atau dermatitis kontak alergica.
Gejala-gejala yang ditimbulkan dapat berupa pembengkakan, merah, gatal, dan panas
pada kulit.
6. Keturunan
Alergi dapat menurun dari orang tua atau keluarga yang lainnya. Pada anak kembar
identik, persentase untuk alergi dengan zat yang sama adalah 70 %, sedangkan yang
kembar tidak identic, hanya 40 % saja.
Alergi yang diturunkan oleh orang tuanya dengan tingkat resiko adalah sebagai berikut :
Kedua orang tua tidak mengidap alergi, maka anak-anaknya tetap memiliki
kemungkinan alergi sebesar 15 %
Jika salah satu orang tua mengidap alergi, maka kemungkinan anak-anak mengidap
alergi naik menjadi 20-40 %
Jika kedua orang tua mengidap alergi, maka kemungkinan anaknya mengidap alergi
adalah 60-80 %.
http://www.ilmudasar.com/2016/10/Pengertian-Tipe-Penyebab-Pencegahan-Jenis-
Tanda-Reaksi-Alergi-adalah.html
Jenis dan Tipe Reksi Hipersensitivitas
Berdasaran reaksi imunologik yang terjadi reaksi hipersensitivitas dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Hipersensitivitas tipe I
Reaksi hipersensitivitas tipe I yaitu reaksi anafilaksis atau disebut reaksi cepat.
Rekasi hipersensitivitas tipe 1 terjadi ketika alergen berikatan dengan IgE. Reaksi
anafilaksis timbul ketika sel mast mengeluarkan amina vasoaktif dan mediator
kimiawinya yaitu histamin. Sel mast teraktivasi ketika IgE mengikat anafilatoksin
sehingga membebaskan berbagai mediator peradangan yang menimbukan gejala alergi.
Reaksi hipersesnsitivitas tipe I terdiri dari dua jenis yaitu reaksi hipersensitivitas tipe Ia
dan Ib. Terjadinya reaksi selular berangkai pada tipe Ia memerlukan reaksi antara IgE
spesifik dan reseptor IgE pada sel mast dengan alergen yang bersangkutan. Eosinofil akan
mempengaruhi hipersensitivitas sebagai mediator pada granula sel mast dan membentuk
metabolit asam arakidonat dikarenakan degranulasi sel mast.
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/3593)
Mikroba yang berperan dalam proses hipersensitivitas tipe I ialah
Schistosomiasis (Wahab, 2002).
2. Hipersensitivitas tipe II
Reaksi ini biasanya disebut reaksi kompleks imun. Terjadi apabila terdapat
pengendapan antigen dan antibodi. Kemudian terjadi aktivasi komplemen, sehingga
leukosit polimorfonuklear mengalami penimbunan.
(http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/3593)
Hipersensitivitas tipe III terjadi infeksi mikroba persisten yang terbentuk
banyak kompleks dan sistem retikuloendotelial tidak bisa membersihkannya.
Pengendapan terjadi pada jaringan seperti glomerulus, sinovium, dinding pembuluh
darah, dan hancurnya jaringan tersebut (Wahab, 2002).
4. Hipersensitivitas tipe IV
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, A. Samik dan M. Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, Dan Penyakit Imun. Jakarta :
Widya Medika.
Riwayati. 2015. Reaksi Hipersensitivitas Atau Alergi. Jurnal Kesehatan Sehat Sejahtera.
13(26) : 22-27.
Wiradharma, Danny., Pusparini., Dkk. 2015. Konsep Dasar Imunologi. Jakarta : Sagung
Seto.
Reaksi ripe 1 diperantarai oleh IgE, yang berkaitan dengan high- affinity Ig-E
specific Fc reseptor yang diekspresikan dipermukaan sel mast. Apabila terjadi cross-
linked oleh alergen, maka terjadi degranulasi sel mast. (Danny, 2015) Proses itu terdiri
dari 3 fase :
1.1 Fase sensitilasi
Fase sensilitasi ialah fase yang berlangsung sejak diproduksinya IgE akibat
pajangan alergen, yang kemudian berkaitan dengan reseptor spesifiknya di
permukaan sel mast.
1.2 Fase aktivasi
Fase aktivasi ialah fase yang berlangsung saat terjadi pajanan ke dua oleh
alergen yang sama dan mencetuskan proses degranulasi sel mast.
1.3 Fase efektor
Fase efektor ialah fase yang terjadi sebagai suatu respons yang kompleks
akibat berbagai mediator inflamasi yang dikeluarkan sel mast.
2. Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe II
Antibodi bersatu dengan antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu,
kemudian mengaktivasi komplemen dan menimbulkan lisis atau fagositosis sel
target dan menyebabkan kerusakan jaringan atau sel target.
3. Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe III
https://books.google.co.id/books?id=KdJfk2qazVIC&pg=PA61&dq=mekanisme+hipersensiti
vitas&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiFs7PX06LaAhXFQI8KHYuqDyoQ6wEIKTAA
Wahab, Samik., Madarina, Julia. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, & Penyakit Imun.
Jakarta : Widya Medika.
LINK GAMBAR
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/view/2063
Contoh Hipersensitivitas
1. Tipe I
Tipe I reaksi (yaitu, reaksi hipersensitif) melibatkan imunoglobulin E (IgE)
rilis -dimediasi histamin dan mediator lainnya dari sel mast dan basofil.
Contoh termasuk
a. anafilaksis reaksi alergi yang berdampak pada seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan kematian. Reaksi anafilaksis bisa meliputi kesulitan
bernapas, tekanan darah menurun drastis (syok), dan tenggorokan serta
wajah membengkak sehingga dapat berakibat fatal. Jika terjadi, penderita
perlu segera mendapat pertolongan medis.
b. rhinoconjunctivitis alergi.
c. Urtikaria atau biduran, yaitu ruam gatal pada kulit
d. Rhinitis atau reaksi alergi pada saluran pernapasan yang menyebabkan
bersin, hidung tersumbat atau berair, dan gatal.
e. Asma, di mana terjadi penyempitan saluran napas, produksi lendir, dan
peradangan saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan sesak napas.
2. Tipe II
Reaksi tipe II (yaitu, reaksi hipersensitivitas sitotoksik) melibatkan
imunoglobulin G atau antibodi imunoglobulin M terikat untuk antigen permukaan
sel, dengan fiksasi komplemen berikutnya.
Contohnya adalah
a. Obat-induced anemia hemolitik.
b. Anemia hemolitik autoimun
c. Penolakan transplantasi organ
d. Penyakit Hashimoto .
e. Goodpasture (perdarahan paru,
anemia)
f. Myasthenia gravis (MG)
g. Immune thrombocytopenia purpura
h. Thyrotoxicosis (Graves' disease
Menurut Samik 2002, Reaksi tipe 2 yaitu :
Imun.Jakarta:Widya Medika
3. Type III
Reaksi (yaitu, reaksi kompleks imun) melibatkan kompleks imun beredar
antigen-antibodi yang tersimpan dalam venula postcapillary, dengan fiksasi
komplemen berikutnya.
Contohnya adalah
4. Tipe IV
Reaksi (yaitu, reaksi hipersensitivitas tertunda, imunitas diperantarai sel) yang
dimediasi oleh sel T bukan oleh antibodi.
Contohnya adalah dermatitis kontak dari poison ivy atau alergi nikel.
Daftar Pustaka