Anda di halaman 1dari 3

Faktor Risiko Divertikulitis

Beberapa faktor risiko divertikulitis, antara lain:

 Mengonsumsi makanan rendah serat.


 Memiliki riwayat keluarga dengan divertikulitis.
 Menggunakan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau aspirin dalam
jangka panjang.

Umur, keturunan, minum alkohol secara berlebihan dan kelebihan berat badan dapat
meningkatkan kemungkinan terkena penyakit diverticular.

Serat ( kacang – kacangan dan biji bijian), aktivitas fisik (pada tingkat yang cukup),
menghindari kelebihan berat badan dan nikotin dapat menurunkan risiko penyakit
divertikular.

Faktor resiko

1. Umur
2. Keturunan
3. Daging Merah, lemak
4. Merokok
5. Alkohol
6. Kelebihan berat badan

Menurunkan risiko

1. Serat
2. Kacang , gandum, jagung
3. Aktivitas fisik

Risk factors

Several factors may increase your risk of developing diverticulitis:

 Aging. The incidence of diverticulitis increases with age.


 Obesity. Being seriously overweight increases your odds of developing diverticulitis.
 Smoking. People who smoke cigarettes are more likely than nonsmokers to
experience diverticulitis.
 Lack of exercise. Vigorous exercise appears to lower your risk of diverticulitis.
 Diet high in animal fat and low in fiber. A low-fiber diet in combination with a high
intake of animal fat seems to increase risk, although the role of low fiber alone isn't
clear.
 Certain medications Several drugs are associated with an increased risk of
diverticulitis, including steroids, opioids and nonsteroidal anti-inflammatory drugs,
such as ibuprofen (Advil, Motrin IB, others) and naproxen sodium (Aleve).

Divertikula yang terbentuk tersebut juga belum diketahui penyebabnya. Pola makan yang
rendah serat, konstipasi, dan obesitas diduga berhubungan dengan terbentuknya divertikula
dalam usus besar.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko peradangan pada
divertikula, antara lain:

 Usia. Risiko terkena divertikulitis akan semakin tinggi seiring pertambahan usia.
 Faktor genetik. Genetik dipercaya berhubungan dengan terjadinya divertikulitis,
dibuktikan dengan divertikulitis yang terjadi di Asia lebih dominan terjadi di sisi
kanan, sedangkan di Amerika Serikat lebih sering terjadi di sisi kiri perut.
 Penggunaan obat-obatan tertentu. Penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid secara rutin dapat meningkatkan risiko divertikulitis.
 Obesitas. Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko divertikulitis dan
perdarahan.
 Diet rendah serat. Selain berisiko terbentuk divertikula, terlalu sedikit makan
makanan yang banyak mengandung serat berisiko menimbulkan peradangan pada
divertikula yang terbentuk.
 Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko dan komplikasi divertikulitis.
 Kurang olahraga. Olahraga dapat menurunkan risiko seseorang menderita
divertikulitis.
 • Beberapa faktor meningkatkan risiko perkembangan dari divertikulosis menjadi penyakit
divertikular (Peery 2013; von Rahden 2012):
• Diet rendah serat. Dalam sebuah penelitian terhadap 47.033 orang dewasa yang sehat
diikuti selama rata-rata 11,6 tahun, mereka dengan asupan serat makanan tertinggi (> 25 g
setiap hari) adalah 41% lebih kecil kemungkinan dirawat di rumah sakit untuk penyakit
divertikular dibandingkan dengan mereka dengan asupan terendah (<14 g setiap hari)
(Crowe 2011). Sebuah studi empat tahun di lebih dari 43.000 peserta menemukan bahwa
mereka dengan asupan serat tidak larut tertinggi memiliki risiko penyakit divertikular sekitar
40% lebih rendah (Aldoori 1998).
• Gaya hidup menetap. Beberapa studi telah menemukan bahwa peningkatan aktivitas fisik
tampaknya melindungi terhadap penyakit divertikular (Aldoori, Giovannucci, Rimm, Ascherio
1995; Williams 2009).
• Obesitas. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh yang lebih
tinggi, obesitas, dan obesitas perut meningkatkan risiko penyakit divertikular dan
komplikasinya (Spiller 2015; Bose 2013; Dobbins 2006; Strate, Liu, Aldoori, Syngal 2009;
Sorser 2009).

• Merokok. Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa perokok berisiko lebih tinggi terhadap
komplikasi penyakit divertikular, terutama perforasi, tetapi juga abses dan rawat inap (Turunen
2010; Papagrigoriadis 1999; Collins 2015; Hjern 2011; Aldoori, Giovannucci, Rimm, Wing 1995).
• Alkohol. Penelitian konsumsi alkohol dan risiko penyakit divertikular tidak dapat disimpulkan
(Aldoori 2002; Strate 2012), meskipun sebuah penelitian yang melibatkan 23 orang di bawah usia 50
tahun menemukan bahwa pada kelompok usia itu, konsumsi alkohol kronis dikaitkan dengan
peluang lebih besar dari tiga kali lipat lebih tinggi. mengalami episode divertikulitis akut (Pisanu
2013).
• Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID), penghilang rasa sakit, dan steroid. Penggunaan aspirin dan
NSAID lainnya seperti ibuprofen; penghilang rasa sakit opioid seperti kodein; dan kortikosteroid,
terutama steroid inhalasi yang digunakan untuk mengobati asma, tampaknya meningkatkan risiko
divertikulitis dan komplikasinya (Hjern 2015; Kvasnovsky 2014; Strate 2011).

Anda mungkin juga menyukai