Reaksi Hipersensitivitas
Autoimun
Defisiensi imun
Hipersensitivitas Tipe IV
•Disebut juga hipersensitivitas tipe lambat
•Fungsi limfosit T tersensitisasi scr spesifik, bukan mrpk
fungsi Ab
•Respon dimulai beberapa jam (atau beberapa hari)
setelah kontak dgn Ag
•Contoh:
1. Hipersensitivitas Kontak
2. Hipersensitivitas Tipe Tuberkulin
Reaksi Hipersensitivitas
I,II,III,IV
Autoimun
Sistem kekebalan gagal
membedakan antara antigen self
(antigen diri) dan antigen non-self
(antigen asing), mengakibatkan
terjadinya pembentukan limfosit T
dab B yang auto reaktif dan
mengembangkan reaksi terhadap
antigen self
Beberapa Jenis Penyakit
Imun
Systematic Lupus Eritematous (SLE)
Gangguan autoimun kronis yang
mempengaruhi kulit, sendi dan organ lainnya
Multiple Sclerosis
Gangguan autoimun yang mempengaruhi otak
dan sistem saraf pusat tulang belakang
Mystenia Gravis
Gangguan neuromuskuler yang menyebabkan
gangguan otot dan saraf
DM Tipe 1
Ketidakmampuan tubuh membentuk insulin
Penyakit Addison
Kelenjar adrenal tidak mampu memproduksi
cukup hormon
Defisiensi Sistem
Imun=Imunodefisiensi
Kondisi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal
Primer : kelainan genetik yang diturunkan
Sekunder : infeksi, radiasi, sitostatika,
imunosupresan
Imunidefisiensi dapat dibedakan berdasarkan
komponen sistem imun yang terjangkit:
a. Defisiensi imunitas humoral (sel B)
b. Defisiensi imunitas seluler (sel T)
c. Defisiensi imunitas humoral dan seluler (sel B
dan sel T)
d. Defisiensi komplemen
e. Defisiensi sistem fagositik
Reaksi Penolakan Jaringan
Transplantasi
AUTOGRAFT: transplantasi dari jaringan
diri sendiri
SYNGENEIC/ISOGRAFT: transplantasi dari
jaringan donor dengan genetik identik
ALLOGRAFT/ALLOGENIC/ HOMOGRAFT:
transplantasi jaringan dari spesies sama,
genetik tidak identik
XENOGRAFT/XENOGENIC/
HETEROGRAFT: transplantasi jaringan
dari spesies yang berbeda
Adanya peran sistem imun dapat
disimpulkan dari fenomena first set
rejection dan second set rejection
First set rejection: penolakan yang timbul
pada transplantasi pertama dengan
jaringan allograft, dan terjadi beberapa
selang waktu setelah transplantasi
Second set rejection: penolakan pada
transplantasi ulangan dengan allograft
yang sama, dan terjadi lebih cepat
daripada first set rejection
Jenis Reaksi Penolakan
Menurut saat terjadinya dan mekanismenya,
reaksi penolakan terbagi atas:
1. HIPERAKUT: terjadi segera setelah
transplantasi berlangsung atau pada saat
transplantasi sedang dilakukan
2. AKUT: terjadi setelah beberapa hari
transplantasi dilakukan
3. KRONIK: timbul setelah organ
transplantasi berfungsi normal selama
beberapa bulan dan saat pengobatan
imunosupresi dihentikan
DASAR PEMERIKSAAN
LABORATORIUM IMUNOLOGI
►Seluler
• Kuantitatif pe atau pe jumlah leukosit,
monositosis, eosinofilia
• Kualitatif uji hambatan migrasi leukosit, uji
gangguan fagositosis, uji fungsi membunuh
mikroba
►Humoral
• Kadar CRP me > 100 x pd infeksi atau
kerusakan jaringan
• Kadar komplemen C3, C4, faktor B, properdin
2. Uji respon imunologik spesifik
► Seluler
1. Kualitatif : uji transformasi limfosit (dg PHA & con
A), uji sitotoksisitas, uji produksi limfokin
2. Kuantitatif tes rosette (Sebuah tes penapisan
kualitatif untuk mendeteksi signifikan-10-
foetomaternal perdarahan ml, dimana sel-sel indikator
bentuk yang mudah)
► Humoral
Elektroforesis protein : Elektoforesis merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan molekul-molekul
yang bermuatan berdasarkan kecepatan migrasinya
dalam suatu medan listrik. Elektroforesis memiliki
beberapa kegunaan yaitu untuk mengetahui ukuran
fragmen DNA, pemurnian DNA, dan memisahkan
fragmen DNA yang berbeda ukuran
Imuno elektroforesis : suatu metode untuk menganalisis
campuran antigen (protein) dan antibodinya. Protein
digerakkan pada bidang listrik (elektroforesis) untuk
dipisahkan dan kemudian dibiarkan berdifusi dalam jeli
agar tempat setiap protein membentuk garis presipitin
dengan antibodinya.
Elektrpforesis protein Imuno elektroforesis
3. Uji interaksi antigen-antibodi
1. Reaksi presipitasi
Untuk antibodi/antigen terlarut terbentuk presipitat
(gumpalan)
Jumlah antigen & antibodi harus seimbang
2. Reaksi aglutinasi
Untuk antibodi/antigen btk partikel terbentuk
aglutinasi
Jumlah antigen & antibodi hrs seimbang
Untuk pemeriksaan : Widal, gol darah, tes kehamilan