Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

OKSIGENASI

Disusun oleh :
Naeli Faula Khofifah
010118A090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Anatomi Fisiologi
Pernapasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen dari atmosfer
menuju ke sel dan keluarnya karbon dioksida dari sel ke udara bebas.
Pemakaian oksigen dan pengeluaran karbondioksida diperlukan untuk
menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh, tetapi sebagian besar sel-sel
tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan
udara, karena sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran
gas tersebut.
Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah dan terdapat peranan
yang sangat penting dari system pernapasan, system saraf pusat, serta
system kardiovaskuler. Pada dasarnya, system pernapasan terdiri dari suatu
rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan
dengan membrane kapiler alveoli, yaitu pemisah antara system pernapasan
dan system kardiovaskuler. Pergerakan udara masuk dan keluar dari saluran
udara disebut ventilasi atau bernapas. System saraf pusat memberikan
dorongan ritmik dari dalam untuk bernapas, dan secara refleks merangsang
thoraks dan otot-otot diafragma, yang akan memberikan tenaga pendorong
gerakan udara.
Fungsi yang cukup baik dari semua system ini penting respirasi sel.
Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran dan
pengankutan gas, dan dapat sangat membahayakan proses-proses kehidupan.
Perlu pemahaman proses pernapsan untuk memeriksa dan mengobati
penderita gangguan pernapasan. Saluran penghantar udara yang membawa
udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membrane mukosa bersilia.
Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan
dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.
Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang diskresi oleh sel goblet
dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut
yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan
terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke
posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior didalam system
pernapasan bagian bawah menuju ke faring. Lapisan mucus memberikan air
untuk kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya
akan menyuplai panas ke udara inspirasi. Jadi udara inspirasi telah
disesuaikan sedemikian rupa sehingga udara yang mencapai faring hamper
bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh, dan kelembabannya mencapai
100%.
Proses fisiologi pernapasan yaitu proses oksigen dipindahkan dari udara
ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara
ekspirasi, dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah
ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru.
Stadium kedua transportasi, yang harus ditinjau dari beberapa aspek. (1)
Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi ekterna) dan antara
darah sistemik dan sel-sel jaringan. (2) distribusi darah dalam sirkulasi
pulmonary dan penyesuaiannya dengan distribusi udara kedalam alveolus-
alveolus, dan (3) reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbonsioksida
dengan darah. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir
respirasi, yaitu zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energy, dan
karbondioksida tebentuk sebagai sampah proses metabolism sel dan
dikeluarkan oleh paru.

B. Definisi
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dari aktifitas
organ atau sel (Aziz Alimul, 2013)
Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan, perawat seringkali menemukan
klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi system
pernapasan dan jantung adalah untuk menyuplai kebutuhan oksigen tubuh.
Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari
sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang
tidak mengandung oksigen ke system pulmoral. Fisiologi pernapasan
meliputi oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, difusi, perfusi, dan
transport gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol
fluktuasi dan frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi
perubahan kebutuhan oksigen jaringan (Potter & Perry, 2006)

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi


1. Faktor Fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara
langsung akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum gangguan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan
hipoksia.
Proses fisiologis lain yang mempengaruhi proses oksigenasipada
klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah untuk
membawa oksigen, seperti anemia, peningkatan kebutuhan metabolisme,
seperti kehamilan atau demam dan infeksi, dan perubahan yang
mempengaruhi gerakan dinding dada atau system saraf pusat klien.
2. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenasi jaringan.
1. Bayi dan toodler
Bayi dan toodler berisiko mengalami infeksi saluran napas atas
sebagai hasil pernapasan yang sering pada anak-anak lain dan
pemaparan asap dari rokok yang diisap orang lain (Huebner, 1994,
Whatling 1994). Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi,
beberapa bayi berkembang keongesti nasal, yang memungkinkan
pertumbuhna bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya infeski
saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan atas biasanya tidak
berbahaya dan bayi atau toodler sembuh dengan kesulitan yang
sedikit.
2. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan
faktor-faktor risiko pernapasan, misalnya mengisap asap rokok dan
merokok. Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan
akibat infeksi pernapasan. Namun, individu yang mulai merokok
pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa
pertangahan mengalami peningkatan risiko penyakit kardiopulmonar
dan kanker paru.
3. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu usia dewasa pertengahan dan dewasa muda terpapar pada
banyak factor risiko kardiopulmonar, seperti: diet yang tidak sehat,
kurang latihan fisik, obat-obatan, dan merokok. Dengan mengurangi
faktor-faktor yang dapat dimodifikasi ini, akan menurunkan risiko
menderita penyakit jantung dan pulmonar.
4. Lansia
System pernapasan dan system jantung mengalami perubahan
sepanjang proses penuaan. Pada system arterial, terjadi plak
aterosklerosis sehingga tekanan darah sistemik meningkat.
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang
berhubungan dengan osteoporosis dan klasifikasi tulang rawan kosta.
Otot-otot pernapasan melemah dan sirkulasi pembuluh darah
pulmonary menjadi kurang dapat berdistensi. Penurunan kerja silia
dan mekanisme batuk efektif menyebabkan individu lansia berisiko
mengalami infeksi pernapasan (Lueckenotte, 1996).
Ventilasi dan transfer gas menurun seiring peningkatan usia.
Perubahan osteoporosis pada rangka thoraks dan kifosis pada
vertebra biasanya terjadi seiring penuaan. Perubahan ini membuat
paru-paru tidak mampu mengembang sepenuhnya, sehingga
menyebabkan kadar oksigenasi lebih rendah.
3. Faktor Perilaku
Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam
memenuhi kebutuhan oksigenasi. Factor-faktor gaya hidup yang
mempengaruhi fungsi pernapasan meliputi:
a. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara.
Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru, dan
peningkatan berat badan meningkatkan kebutuhan oksigen untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh. Klien yang mengalami
kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernapasan. Kondisi ini
menyebabkan kekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan
kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
memampukan individu untuk menghirup lebih banyak oksigen dan
mengeluarkan kelebihan karbondioksida.
c. Merokok
Merokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit, termasuk penyakit
jantung, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker paru. Merokok
dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
perifer.nikotin yang diinhalasi menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan
darah dan menurunkan aliran drah ke pembuluh darah perifer.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alkohol dan obat-obatan lain secara berlebihan akan
mengganggu oksigenasi jaringan dengan dua cara. Pertama, individu
yang kronis menyalahgunakan substansi. Kondisi ini seringkali
memiliki asupan nutrisi yang buruk. Kondisi menyebabkan
penurunan asupan makanan-kaya besi yang kemudian menyebabkan
penurunan produksi hemoglobin. Kedua, penggunaan alkohol dan
obat-obatan tertentu secara berlebihan. Kondisi ini mendepresi pusat
pernapasan, menurunkan frekuensi dan kedalaman pernapasan dan
jumlah oksigen yang diinhalasi. Penyalahgunaan substansi, baik
dengan cara merokok (menghisap) atau dengan cara inhalasi
(menghirup), misalnya substansi berupa bongkahan koakin atau uap
yang berasal dari cat atau kaleng lem, mengakibatkan cedera
langsung pada jaringan sehingga menyebabkan kerusakan paru
maupun kerusakan oksigenasi yang permanen.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga mempengaruhi oksigenasi. Insiden penyakit paru lebih
tinggi didaerah yang berkabut dan didaerah perkotaan daripada di daerah
pedesaan. Selain itu, tempat kerja klien dapat meningkatkan risiko klien
untuk terkena penyakit paru. Polutan ditempat kerja mencakup asbestos,
bedak talk, debu, dan serabut yang dibawa oleh udara. Misalnya, pekerja
sawah didaerah bagian barat daya Amerika Serikat yang kering berisiko
terjangkit kokidioidomikosis, suatu penyakit jamur yang disebabkan
inhalasi spora bakteri kokidioides immitis yang dibawa oleh udara.
D. Masalah yang muncul dan kriteria
1. Hipervenhiasi
Merpakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah oksigen dalam paru-
paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam hipervenhiasi dapat
disebabkan oleh : kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan.
Tanda dan gejala:
Takikardi, napas pendek, nyeri dada, penurunan konsentrasi,
disorientasi, tinifus.
2. Hipovenhiasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh atau mengeliminasi karbondioksida secara adekuat. Tanda
dan gejala :
a. Pusing.
b. Nyeri kepala dirasakan di ekspital hanya saat terjaga.
c. Letargi.
d. Disorientasi.
e. Penurunan kemampuan mengkuti instruksi.
f. Disritmia jantung.
g. Ketidakseimbangan.
h. Konvulsi.
i. Koma.
j. Henti jantung.
3. Hipoksia
Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat
jaringan. Tanda dan gejala :
a. Gelisah.
b. Rasa takut/ ansietas.
c. Disorientasi.
d. Penurunan kemampuan konsentrasi.
e. Penurunan tingkat kesadaran.
f. Peningkatan keletihan.
g. Pusing.
h. Perubahan perilaku.
i. Peningkatan frekuensi nadi.
j. Peningkatan frekuensi dan kedalam pernapasan.
k. Peningkatan tekanan darah.
l. Disritmia jantung.
m. Pucat.
n. Sianosis.
o. Dipsnea.
(Potter & Perry, 2006)

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Dipsnea
Terapi oksigen
Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung.
Indikasi terapi oksigen diberikan pada:
1. Perubahan frekuensi atau pola napas.
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan.
3. Hipoksemia.
4. Menurunnya kerja napas.
5. Menurunnya kerja miokard.
6. Trauma berat.
Metode pemberian oksigen/terapi oksigen:
a. System aliran rendah
sistem ini ditunjukkan pada pasien yang membutuhkan oksigen
tetapi masih mampu bernapas normal.
Contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah:
1. Nasal kanul, diberikan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan
konsentrasi 22-44%.
2. Sungkup muka sederhana (Simple mask), diberikan kontinu
atau selang 5-10 liter/menit konsentrasi 40-60 kali.
3. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini
memiliki kantong yang terus mengembang baik pada saat
inpirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen
masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang
masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong aliran oksigen
8-12 liter/menit, dengan konsentrasi 60-80%.
4. Sungkup muka dengan kantong non reabeting, sungkup ini
mempunyai 2 katub, 1 katub terbuka pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi pemberian oksigen
dengan aliran 10-12 liter/menit konsentrasi 80-100%.
b. Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan F₁O₂ lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapsat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
ventupy mask dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit. Prinsip
pemberiannya adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan
alat yang disesuaikan warnanya missal : warna biru 24% , putih
28%, jingga (orange) 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
Agens farmakologi: Brankodilator, Steroid, Mukoutik
2. Vaksin influenza dan pnemomukokus : direkomendasikan untuk
klien lansia dan yang mengalami penyakit kronik (Potter & Perry,
2006).
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi
a. Pemeriksaan fungsi paru : menggunakan spirometri.
b. Kecepatan ekspansi puncak.
c. Pemeriksaan gas darah arteri konsentrasi ion hydrogen tekanan
parsial O₂ dan CO₂, saturasi oksihemoglobin.
d. Oksimetri.
e. Hitung darah lengkap.
2. Pemeriksaan untuk menyesuaikan struktur sistem pernapasan
a. Pemeriksaan sinar-x dada.
b. Broncospi.
c. Pemindaian paru : CT-Scan
3. Pemeriksaan untuk menentukan sel-sel abnormal inspeksi dalam
saluran napas.
a. Kultur tengkoran.
b. Specimen sputum.
c. Pemeriksaan kulit.
4. Pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi
jantung.
a. EKG.
b. Pemeriksaan stress latihan.
c. Pemeriksaan elektrofisiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Patofisiologi volume 2. 2006. Konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 Jakarta :


EGC
Alimul Hidayat, Aziz A. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika.
Cahyati. Nurul wahid iqbal.2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori dan
aplikasi dalam praktik. Jakarta EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4 Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan
edisi 4 Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai