Anda di halaman 1dari 99

Soegianto Ali

Tujuan

Agar mahasiswa mampu


1. Memahami definisi antigen dan antibodi
2. Memahami proses interaksi antigen dan
antibodi
3. Memahami prinsip-prinsip imunisasi
Respon tubuh terhadap patogen

Patogen masuk ke tubuh  respon pertama:


non adaptif makrofag !
Aktivasi makrofag oleh patogen melalui
beberapa reseptor
Aktivasi makrofag oleh patogen
Reseptor pada makrofag

1. Mannose receptor: reseptor yang mengikat


karbohidrat (lectin) diekspresikan oleh
makrofag dan akan terikat pada residu manosa
dan fukosa pada dinding sel mikroba serta
memediasi fagositosis organisme
2. TLR= Toll-like Receptor; pertama kali
ditemukan pada Drosophila (Toll); merupakan
molekul permukaan sel fagosit dan terlibat
dalam pengenalan struktur mikroba seperti
endotoksin dan memberikan sinyal untuk
mengaktivasi respon imun innate
Pengenalan TLR pada komponen
mikroba
Antigen

Definisi:
Suatu zat yang dapat bereaksi dengan antibodi
atau antigen-specific T-cell Receptors (TCR)
yang dijumpai secara khusus pada sel T.
Sifatnya disebut sebagai antigenik.
Imunogen adalah zat yang dapat menginduksi
respon imun
Beda antigen dan imunogen?
Antigen

Komponen penting dari imunogen dalam


merangsang respon imun adalah ukuran
molekul. BM imunogen biasanya > 10.000
Molekul kecilberikatan dengan
antiboditidak merangsang respon imun:
Hapten
Hapten: gula-gula sederhana, asam amino dan
senyawa organik kecil lainnya
Hapten+protein karier  respon imun
Hapten
Karakteristik antigen

Kompleksitas:
Semakin banyak jenis monomer imunogen
efektif
Contoh: Karbohidrat, protein
Monomer sedikit jenisnya: Lemak, asam
nukleat imunogen buruk
Karakteristik antigen

AA aromatik > AA alifatik


Makromolekul kompleks dan tidak terlarut
diambil oleh fagositimunogen baik
Sifat asing dari antigen
Karakteristik antigen

Faktor ekstrinsik:
1. Dosis
2. Rute pemberian
3. Sifat asing
Dosis

Harus optimal
Dosis << atau Dosis >> menekan respon imun
(Proses desensitisasi Besredska!)
Dosis optimal kebanyakan mamalia: 10 ug-1g
Rute pemberian

Pemberian parenteral (injeksi) lebih memicu


respon imun dibanding pemberian per oral
(per enteral) atau topikal
Sifat asing

Imunogen harus bersifat asing terhadap


inang/host
Suatu individu toleran terhadap protein diri
sendiritidak ada respon imun terhadap
protein yang sama
Ditentukan secara genetik: mis, polisakarida
merupakan imunogen untuk manusia dan
mencit tapi tidak untuk kelinci
Ajuvan

Respon imun dapat diperkuat dengan


pemberian ajuvan (Adjuvant)
Fungsi dari ajuvan:
1. Memperpanjang retensi imunogen
2. Meningkatkan ukuran imunogen
3. Merangsang datangnya makrofag/sel imun
lain ke tempat pemberian.
Ajuvan

Salah satu ajuvan paling poten: Complete


Freund’s adjuvant (CFA)
Merupakan emulsi air dalam minyak dari
Mycobacteria mati
Menimbulkan reaksi radang hebat pada
manusiatidak digunakan lagi
Saat ini banyak digunakan ajuvan lain, al: alum
presipitat
Determinan antigenik

Antigen tidak berikatan secara keseluruhan dengan


antibodi/TCR  bagian kecil yang disebut
determinan antigenik
Dapat berupa gula-gula, residu asam amino atau
molekul lainnya
Kebanyakan antibodi mengenali determinan
permukaansekuens 4-6 AA cukup sbg
determinan
Permukaan protein banyak determinan yang
bertindihan/bertumpuk
Determinan antigenik

Determinan antigenik protein bisa berasal dari


beberapa AA yang non-sekuensial, tapi karena
bentuk konformasi sekunder/tersier/kuartier jadi
berdekatandeterminan konformasional
Permukaan virus/bakteri sangat
kompleksdeterminan konformasional dapat
terdiri dari gabungan AA, polisakarida dll
AA/TCR sangat spesifik sehingga perbedaan kecil
galaktosa dan glukosa dapat dikenali (orientasi
hidroksil berbeda)
Determinan antigenik

Sel T mengenali determinan hanya setelah


imunogen diproses dalam APC.
Proses ini merusak determinan
konformasional TCR lebih mengenali
determinan linier
Pada sel Bdeterminan antigenik terikat Ig (B-
cell epitope) berbeda dengan TCR(T-cell
epitope)
Antibodi

Kadang disebut juga imunoglobulin


Adalah molekul protein yang dapat berikatan
dengan determinan antigenik
Ditemukan dalam serum, berbagai cairan tubuh
dan dapat terikat pada sel
Serum yang mengandung antibodi spesifik
disebut juga anti-serum
Antibodi

Ig dapat dibagi menjadi 5 kelas utama:


IgA, IgD, IgE, IgG dan IgM
Setiap Ig mempunyai bagian yang mengikat
determinan antigenik dan bagian yang
berfungsi sebagai perantara fungsi efektor
(pengikatan dengan beberapa jar. Inang, sel
pada sistem imun, sel fagosit, dan
komplemen pertama/C1q)
Antibodi
Antibodi
Kelas/ BM Kons dlm Ag Sifat utama Distribusi
Rantai Formula serum binding
H (mg/ml) sites
IgG 150.000 13.5 2 Terdpt 4 subklas: Cairan ES, darah,
γ 2 (H+L) IgG1, IgG2, IgG3, IgG4; IgG1 limfe dan
dan IgG3 mengaktivasi melewati plasenta
komplemen
IgM 970.000 1.5 10 Ab I muncul stlh imunisasi, Darah & limfe;
μ 5[2(H+L)]+J merupakan aktivator komplemen monomer=resepto
yang kuat r sel B
175.000
2(H+L) 0 2
IgA 150.000 3.5 2 Ab penting dalam sirkulasi Sekret (liur,
α 2 (H+L) kolostrum, cairan
385.000 tubuh); monomer
dlm darah &
2[2(H+L)] 0.05 4 Ab utama dalam sekret dimer pd sekret
+J+SC
Ig D 180.000 0.03 2 Ab minor yang bersirkulasi Darh dan limfe;
δ 2 (H+L) permukaan sel B

Ig E 190.000 0.00005 2 Peran dalam rx alergi Darah dan limfe


ε 2 (H+L) Terikat pd perm.
sel mast
IgG
Merupakan Ab terpenting yang beredar dan
paling banyak beredar dalam serum
BM 150.000, terdiri dari 2 rantai ringan (BM
25.000, 220 AA) dan 2 rantai berat (BM 50.000,
440 AA) terikat secara disulfida
Ada 2 tempat pengikatan Ag (bivalen), tiap unit
terdiri dari 1 rantai berat dan 1 rantai ringan
IgG
IgG

Rantai ringan:
Terminal amino: bagian variabel, urutan AA tiap Ab
berbeda berperan pengikatan Ag
Terminal karboksil: Domain konstan, urutan AA tetap
untuk tiap kelas Ab yang sama
Rantai berat:
1 domain variabel dan 3 domain konstan Domain
konstan tetap untuk kelas Ab yang sama, domain
variabel tergantung Ag yang diikat
Ig lainnya

Domain konstan dari rantai berat Ig


menentukan kelas Ig
Terdapat 5 jenis rantai berat berdasarkan
urutan AAnya: γ, α, μ, δ, dan ε.
Domain konstan meliputi ¾ rantai berat IgG,
IgA dan IgD
Domain konstan meliputi 4/5 rantai berat IgM
dan IgE
IgM

Pada tiap respon imun, timbul 2 Ig: IgG dan IgM


Keduanya mengikat epitop yang sama: domain
variabel rantai ringan dan berat sama, tapi
domain konstan berbeda kelas Ig berbeda
IgM biasanya ditemukan dalam bentuk
pentamer dengan sedikitnya 1 protein J.
IgM mempunyai afinitas rendah, tapi karena
merupakan pentamer  valensi banyak 
aviditas tinggi
IgM

IgM merupakan 10% dari total Ab yang beredar


Monomer IgM ditemukan pada permukaan sel
B yang akan mengikat Ag.
IgM tidak melewati plasenta, IgG melewati
plasenta
IgM
IgA

IgA yang berbentuk dimer terdapat pada sekret


tubuh: liur, air mata, susu, kolostrum, sekret
gastrointestinal, sekret mukus saluran napas
dan traktus urinarius
Luas permukaan mukosa manusia dewasa kl.
400 m2 dan berasosiasi dengan jar. Limfoid
(MALT)menghasilkan IgA
IgA merupakan antibodi yang paling banyak
diproduksi oleh tubuh.
IgA
IgA

IgA juga hadir pada serum dengan konsentrasi


rendah.
IgA yang disekresikan berbentuk dimer dan
berikatan dengan protein J  membentuk
dimer IgA dan membantu sekresinya dalam
transpor melewati membran.
IgE

Ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil di


serum
Penting sebagai perantara reaksi
hipersensitivitas
Mempunyai domain konstan keempat
membantu pengikatan dengan permukaan
sel mast penting pada reaksi
hipersensitivitas
IgE
IgD

IgD terdapat di serum dalam konsentrasi


rendahfungsi belum jelas diketahui
IgD dalam jumlah besar ditemukan di
permukaan sel B bersama monomer IgM
mengikat Ag ke permukaan sel B
Paling mudah mengalami proteolisissulit
untuk dipelajari
Interaksi Ag-Ab

Antibodi berinteraksi dengan Ag melalui bagian


Fab.
Residu tertentu daerah ini berinteraksi secara
spesifik dengan Ag.
Tidak ada ikatan kimia antara residu tsb dengan
Ag
Interaksi berupa ikatan non kovalen (H,
elektrostatik, van der Waals, hidrofobik).
Total ikatan menjadi cukup kuat.
Interaksi Ag-Ab

Daya pengikatan Ag-Ab disebut afinitas.


Afinitas merupakan penjumlahan daya tarik-
menarik dan daya tolak-menolak ikatan-
ikatan non kovalen Ag-Ab
Untuk mengukur afinitas dipakai Ab monovalen
Ig di alam biasanya bivalen/multivalenDaya
pengikatan Ab multivalen dengan Ag
multivalen disebut aviditas
Interaksi Ag-Ab

Aviditas lebih penting dari afinitas karena Ab di


alam multivalen
Reaksi Ag-Ab menunjukkan spesifisitas yang
tinggi.
Spesifisitas Antiserum merupakan penjumlahan
dari aksi setiap Ab yang terdapat dalam
serum tersebut.
Interaksi Ag-Ab

Suatu antisera dapat mempunyai berbagai


antibodi yang memiliki beberapa sisi
pengikatan Ag, masing-masing bereaksi
dengan epitop yang berbeda atau sisi yang
berbeda dari epitop yang sama.
Kadang dapat dijumpai epitop AgA mirip
dengan epitop AgB, sehingga Ab yang
bereaksi dengan AgA juga bereaksi dengan
AgB disebut reaksi silang
Interaksi Ag-Ab
Interaksi Ag-Ab

Ab mempunyai spesifisitas yang sangat tinggi dan


dapat mengenali perbedaan 1 AA pada protein,
perbedaan muatan listrik, perbedaan konfigurasi
optik dan konfigurasi sterikmengenali Ag
dalam bentuk alamiahnya (epitop diskontinu).
Ab dapat mengenali juga determinan linier/epitop
kontinu.
Ab yang mengenali epitop diskontinu tidak
mengenali epitop kontinu (mis pada Western
blot)penting diperhatikan pada immunoassay
Epitop konformasional dan
linear
Interaksi epitop dan
Antibodi
Interaksi Ag-Ab
Interaksi Ag-Ab

Ab akan berikatan dengan Ag secara sangat


spesifik (bersifat key and lock)
Ab berikatan karena secara ruang dan kimiawi
cocok dengan epitop
Konsep ini merupakan hal penting dalam
pengenalan molekul antigenik.
Tempat pengikatan Ag pada molekul Ig
mempunyai ukuran tetap dan terdapat dimensi
maksimal epitop. Pada B-cell epitop: 3-20 residu
AA
Interaksi Ag-Ab

Polipeptida umum Ab mengikat permukaan


protein. (Protein globular permukaan polar
lebih sering diikat karena letaknya cenderung
di permukaan)
Dalam keadaan normal, pada tiap protein
hanya beberapa epitop yang akan menjadi
target primer respon imun. Pada sel Bsatu
epitop yang menghasilkan Ab jumlah besar
dan afinitas tinggiimunodominan
Interaksi Ag-Ab

Ab mampu mengenali Ag spesifik


Tubuh mampu memproduksi lebih dari 1 milyar
Ab yang mengenali Ag spesifik
Produksi tersebut dihasilkan dengan
pengaturan ulang gen-gen yang jumlahnya
sekitar 300 an
Interaksi Ag-TCR

Sel T berinteraksi dengan Ag melalui TCR


TCR berinteraksi dengan Ag pada APC melalui
MHC (TCR mengenali Ag sebagai bagian
MHC pada APC)
Pengikatan TCR yang efektif ditentukan oleh
sifat komplementer Ag dan MHC
TCR adalah protein membran yang berekspansi
ke ekstraseluler pada sel T
Setiap sel T mempunyai ribuan TCR
Interaksi Ag-TCR

TCR terdiri dari 2 protein: α dan β yang terbagi


dalam domain konstan dan variabel. Domain
variabel α β bersama-sama membentuk sisi
pengikatan Ag
Tubuh mampu membentuk TCR yang mampu
mengenali setiap Ag, tapi Ag harus terikat
dengan protein diri dahulu (MHC)
Interaksi Ag-TCR

Sebelum terikat pada APCAg protein


mengalami degradasiTCR biasanya tidak
mengenali Ag permukaan protein globular.
Epitop sel T penting sebagai target respon imun
sel T sitotoksik, juga pada semua respon imun
sel B karena aktivasi sel B membutuhkan
respon dari sel T helper.
Molekul imunogenik harus mengandung
sedikitnya 1 epitop sel T !
Interaksi TCR dengan MHC
Thymus independent antigen

Sejumlah kecil molekul dapat merangsang


produksi Ab tanpa bantuan sel Tthymus
independent antigen
Biasanya berupa polimer yang terdiri dari unit
kimia berulangmengaktivasi sel B dengan
menghubungsilangkan reseptor tertentu sel B
Ciri khas: tidak ada memori, ekspos berkali-kali
reaksi sedang-sedang dan perlu waktu panjang.
Ab yang dibentuk sebagian besar kelas IgM
Ag yang membutuhkan bantuan sel T untuk respon
imun disebut Thymus dependent antigen
Fungsi dan produksi Ab

Ab terutama untuk mengikat Ag


Beberapa mempunyai efek langsung: mengikat
toksin bakteri, mengikat dan mencegah virus
masuk ke dalam sel.
Interaksi Ag-Ab tidak berarti kalau tidak ada
respon imun sekunder
IgG merupakan respon imun sekunder
terpenting. IgG tersebar merata baik
intravaskuler maupun ekstravaskuler
Fungsi dan produksi Ab

Pada manusia IgG mampu melewati plasenta


dan memberikan kekebalan pasif kepada bayi
yang baru lahir.
Pada mamalia seperti babi, IgG diberikan
kepada bayinya lewat susutranspor khusus
di saluran cerna melalui reseptor khusus
IgM merupakan respon imun primer yang
utamabiasanya hanya di intravaskuler
Fungsi dan produksi Ab

IgM terutama mengikat Ag yang tersebar


melalui darah.
IgM setelah terikat Ag merupakan aktivator
penting jalur komplemen
IgA merupakan Ig terpenting pada sekret.
IgA1 terdapat pada 90% sekret
IgA2 dijumpai pada 60% sekret saluran cerna
Fungsi dan produksi Ab

IgD mungkin berperan pada diferensiasi limfosit


yang dipicu oleh Ag
IgE berperan pada reaksi hipersensitivitas
IgE dapat mensensitisasi sel permukaan
mukosa seperti konjungtiva, mukosa nasal
atau bronkial.
IgE juga berperan untuk respon imun terhadap
parasit cacing tertentu.
Fungsi dan produksi Ab

Produksi Ab kompleks dan butuh interaksi sel T


dan B
APC adalah sel B dan berinteraksi dengan Th2
Interaksi Th2 dengan Ag-MHC melalui TCR
mengaktifkan Th2 stimulasi sel B Ab
spesifik
Fungsi dan produksi Ab
Produksi Ab:
1. Ag tersebar melalui darah/limfe ke organ limfoid sekunder.
2. Perkenalan Ag dengan sel B, Sel B bermultiplikasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memori dengan
bantuan sel T. Sel plasma awal berumur pendek dan
memproduksi IgM jumlah besar
3. Sel memori hidup bertahun-tahun, paparan ulang dengan Ag
sama produksi Ab kelas IgG tanpa bantuan sel T.
4. Titer Ab perlahan turun, paparan berikut reaksi lebih cepat
dan lebih hebat.
Perubahan kelas Ig
Respon limfosit terhadap
paparan antigen
Respon kedua
Respon limfosit terhadap
paparan antigen
Imunisasi

Penggunaan respon imun untuk mencegah


penyakit.
Respon imun dapat mencegah
penyakit baik melalui kekebalan
yang didapat secara alami atau
buatan
Sejarah imunisasi

Variolation: pustul orang sakit orang sehat

Edward Jenner tahun 1796, mengenalkan


penggunaan virus cacar sapi (vaccinia)
kepada orang sehat untuk mencegah
penyakit cacar (variola) awal imunisasi
modern
Imunisasi dan pencegahan
penyakit
Respon imun berperan melindungi
manusia/hewan dari kemungkinan infeksi

Antibodi penting untuk mencegah penyakit:


- Agammaglobulinemia karena defektif sel B
- Penderita AIDS karena berkurangnya sel T
dengan marker CD4
Prinsip imunisasi

Induksi kekebalan spesifik baik alami maupun


buatan
Cara menginduksi:
1. Mendapat infeksikebal: Aktif alami
2. Paparan Agkebal: Aktif buatan
(Imunisasi/vaksinasi)
3. Antiserum dari luar  kekebalan pasif
buatan
4. Neonatus dapat dari ibu  pasif alami
Kekebalan aktif

Paparan pertama: sel imun memproduksi


molekul imun efektor (Ig) dan sel imun
Paparan kedua: menghasilkan respon imun
lebih cepat dan kuat (booster)

Kekebalan aktif alami kadang bertahan seumur


hidup
Kekebalan pasif

Ab berasal dari luar: Ab pada individu tidak


bertambah dan perlahan berkurang
Paparan berikut dengan Ag tidak mempunyai
ciri respon sekunder

Kekebalan aktif buatanmencegah serangan


patogen di kemudian hari
Kekebalan pasif buatanuntuk mengobati
Kekebalan aktif dan pasif
Imunisasi

Bahan untuk menginduksi kekebalan aktif


buatan disebut imunogen atau vaksin,
terbuat dari antigen atau campuran antigen
Proses untuk membuat respon imun disebut
imunisasi

Kalau memakai organisme utuhharus


modifikasi untuk mencegah timbulnya infeksi
serius
Imunisasi

Mikroorganisme biasanya dibunuh dengan


pemanasan atau zat kimia (phenol,
formaldehide dll). sel mati sebagai
imunogen

Penyakit yang disebabkan toksin harus


dimodifikasi secara kimiawistruktur Ag
dipertahankan tapi sifat toksin
hilangtoksoid.
Toksoid bukan Ag yang efisien tapi aman
Imunisasi

Imunisasi dengan sel hidup atau virus hidup


lebih efektif digunakan strain mutan: sifat
virulensi hilang tapi masih mampu
menginduksi respon imunattenuated strain
(yang dilemahkan)
Kebanyakan vaksin virus adalah attenuated
strains (campak, polio, MMR dll)
Imunisasi

Vaksin bakteri biasanya dalam bentuk terbunuh


(pertusis, difteri), atau fraksi protein (Vi Ag
untuk tifoid, Tetanus toksoid).
Ada juga strain bakteri khusus (BCG: Bacillus
Calmette Guerin)

Masalah vaksin hidup: Usia penyimpanan dan


viabilitas serta standardisasi
Program imunisasi
pemerintah
Yang diharuskan:
BCG
Polio
DPT
Campak
Hepatitis B
DT/TT
Program imunisasi
pemerintah
Yang dianjurkan:
MMR (Mumps, Measles, Rubella)
Hepatitis A
Tifoid (Vi Antigen)
HiB (Haemophylus influenza B)
Varicella
Pneumokokus
Anjuran imunisasi menurut PP
IDAI 2007
Program imunisasi

Berpergian ke daerah tertentu membutuhkan


imunisasi khusus:
Haji  meningokok

Penting untuk mempelajari epidemiologi


penyakit infeksi tempat tujuan, epidemiologi
setempat dan program imunisasi dasar.
Imunisasi di perternakan

- Anthrax
- Avian Influenza
- Dll

Berfungsi mencegah penyakit.


Praktek imunisasi

Bayi mendapat Ab melalui plasenta dan ASI. Ab


bawaan dari kandungan biasanya bertahan sp
6 bln.
Bayi diberikan beberapa imunisasi terhadap
penyakit utama sesegera mungkin, dengan
memperhatikan kesiapan sistem imun seluler
dan humoral.
Paparan tunggalAb tidak tinggi perlu
paparan berulang: Booster imunisasi
Booster imunisasi
Praktek imunisasi

Dampak imunisasi dalam memberantas


penyakit : pemberantasan penyakit cacar
Saat ini perhatian kepada polio

Penyakit-penyakit yang disasar adalah


penyakit-penyakit yang inangnya manusia
dan bukan zoonosis serta transmisinya juga
langsung.
Praktek imunisasi

Kekebalan seumur hidup sulit dicapai walau


dengan pemberian berulangada “expired
date” imunisasi (mis TT tiap 5-10 tahun,
hepatitis B 5-8 tahun, dst)
Kadang seseorang kontak dengan patogen/Ag
tidak sakit atau sakit ringankebal
Praktek imunisasi penting tidak hanya untuk
perorangan tapi juga untuk mengontrol
kesehatan masyarakat.
Model penularan penyakit

Penularan melalui perantara


Penularan langsung
Penularan melalui media

Prinsip: Penularan tidak terjadi kalau ada


kekebalan pada yang ditulari
Target imunisasi tidak pernah 100% !
Efek imunisasi terhadap penyakit
virus
Kekebalan pasif

Bahan: serum yang mengandung antibodiserum,


antiserum atau antitoksin

Antiserum bisa didapat dari binatang yang diimunisasi


atau dari manusia hiperimun dengan titer antibodi
tinggi.
Saat ini antiserum manusia diproduksi di lab dari kultur
sel
Antisera/antitoksin distandardisasi untuk mengandung
aktivitas tertentu  satuan international unit (IU)
Kekebalan pasif

Pooled sera:
Bila antisera hiperimun tidak dijumpai.
Bila antisera hewan tidak dapat digunakan
Digunakan fraksi tertentu dari serum manusia
yang dikumpulkan (mis fraksi gamma)
Tidak untuk rutin  last resort
Imunisasi pasif untuk non-
infeksi
1. Isoimunisasi pencegahan rhesus
2. Gigitan ular atau binatang berbisa lainnya
3. Kasus lain, seperti Kawasaki syndrome,
idiopathic thrombocytopenic purpura
Bahaya imunisasi pasif

1. Serum sickness
2. Reaksi hipersensitivitas, terutama antisera
hewan
Strategi baru imunisasi

1. Bioteknologi: Fraksi protein dihasilkan dari


ragi atau E. coli
2. Recombinant vector vaccine: potongan DNA
disatukan dengan vector (yang sering
dipakai vaccinia), lalu diinokulasikan
(contoh, vaksin untuk rabies)
3. Vaksin DNA
Vaksin DNA

Berdasarkan ekspresi gen di dalam sel pejamu.


Biasanya berupa plasmid bakteri yang diklon
Dalam beberapa minggu, pejamu merespon
dengan Tc, Th1 dan Ab terhadap produk dari
gen tsb.
Di dalam sel host :
DNAtranskripsitranslasiprotein
Vaksin DNA

Keuntungan:
- Hanya potongan DNA, tidak menyebabkan
infeksi
- Dapat menggunakan Ag atau determinan Ag
tunggal, sehingga dapat menargetkan
komponen tertentu, mis: tumor-specific Ag
- Menimbulkan respon Tc selain Ab, karena
produksi protein asing di dalam sel pejamu!
Vaksin terhadap parasit

Vaksin terhadap parasit (malaria dll) sulit dibuat


karena luasnya polimorfisme.
Banyak kelainan merupakan kelainan
imunopatologis, yaitu suatu reaksi autoimun
yang dicetuskan sebagai reaksi infeksi parasit
(mis pada Chagas akibat Tripanasoma cruzi)
Vaksin DNA merupakan calon vaksin yang
poten untuk mengatasi infeksi parasit
Ajuvan

Untuk memperkuat respon imun pada


pemberian vaksin
Paling banyak dipakai Alumunium hidroksida
Bahan lain: Liposomes, Immune-stimulating
complexes (ISCOMs)
Imunoterapi non-spesifik

Beberapa zat dapat menginduksi kekebalan


secara non-spesifik
IFN-α untuk antivirus yang bersifat umum
G-CSF untuk mengembalikan fungsi sumsum
tulang setelah terapi antikanker
TNF dan IL-1 untuk rheumatoid arthritis atau
kadang pada shock sepsis akibat bakteri
gram negatif
Vaksinasi terhadap kanker

Dengan memberikan produk bakteri tertentu,


merangsang timbulnya respon imun,
terutama seluler yang bekerja umum, juga
terhadap sel kanker.
Dimulai oleh Coley, dengan menggunakan
filtrat bakteri
Efek mungkin timbul akibat induksi sitokin spt
TNF, IFN
Masih percobaan untuk jenis tumor tertentu

Anda mungkin juga menyukai