Anda di halaman 1dari 12

SAIFUL NURHIDAYAT

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UMPO 2015
 Adalah sekumpulan keadaan yang berlainan,
dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara
adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi,
lebih sering berulang, luar biasa berat dan
berlangsung lebih lama dari biasanya.
 Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan
berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun
dewasa), serta tidak memberikan respon
terhadap antibiotik, maka kemungkinan
masalahnya terletak pada sistem kekebalan.
Gangguan pada sistem kekebalan juga
menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur
atau bakteri yang tidak biasa.
 Pengertian Hipersentifitas adalah suatu
respon antigenik yang berlebihan yang terjadi
pada individu yang sebelumnya telah
mengalami suatu sensitisasi dengan antigen
Paparan kedua suatu Ag dapat menimbulkan
respon imun sekunder yang berlebihan .
 Berdasarkan mekanisme reaksi imunologik
yang terjadi, Gell dan Coomb membagi reaksi
hipersensitifitas menjadi 4 golongan,
yaitu:Tipe I (reaksi anafilaktik)Tipe II (reaksi
sitotoksik)Tipe III (reaksi kompleks imun)Tipe
IV (reaksi tipe lambat)
 Hipersensitifitas Tipe I (Reaksi Anafilaktik)Terjadi
dalam waktu cepat (2-30 menit) setelah paparan
kedua.Reaksi dapat terjadi bila:Jumlah Ag yg
masuk cukup banyak Status imunologik
humoral/seluler meningkat. Faktor penting
reaksi anafilaktik adalah IgE.Umumnya reaksi
anafilaktik bersifat sistemik sehingga
menyebabkan syok dan depresi pernafasan yg
dpt berakibat fatal.Reaksi anafilaktik juga dapat
bersifat reaksi lokal termasuk reaksi alergi
seperti asma dan kemerahan pada kulit.
 Di sini antigen atau alergen bebas akan
bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE
yang terikat pada sel mast atau sel basofil
dengan akibat terlepasnya histamin. Keadaan
ini menimbulkan reaksi tipe cepat.
 Pengaruh utama faktor-faktor yang
dilepaskan ini adalah vasodilatasi,kontraksi
ototpolos, peningkatan permeabilitas kapiler,
Penyempitan saluran bronkus,Edema pada
mukosa,Hipersekresi lendir
 Umumnya terjadi akibat aktifasi sitem
komplemen setelah mendapat rangsangan
kompleks antigen-antibodiKompleks
antigen-antibodi pada permukaan sel sasaran
akan dihancurkan komplemen, makrofag,
limfosit T-sitotoksik dan sel NK
 Beberapa contoh reaksi hipersensitivitas II:
 Reaksi yang terjadi pada transfusi darah
.Apabila golongan darah tidak sesuai pada
saat transfusi, misalnya gol. B di transfusikan
pada gol. A, maka antigen yg terdapat pd
permukaan sel darah gol B akan bereaksi
dengan anti-B pada serum penerima.Reaksi
ini akan mengaktifasi komplemen, sehingga
menyebabkan hemolisis sel darah merah
donor ketika masuk ke dalam tubuh
penerima.
 Reaksi penolakan jaringan transplantasi
Terjadi apabila penerima sebelumnya pernah
terpapar antigen jaringan transplantasi
tersebut atau karena sistem imun mengenali
jaringan transplantasi tersebut sebagai
nonself.
Hipersensitifitas Tipe III(Reaksi kompleks imun)

 Reaksi yang melibatkan antibodi terhadap antigen


yang larut dan bersirkulasi dalam serum.Berbeda
dengan reaksi hipersentifitas II yang ditujukan
kepada antigen yang berada pada sel atau
permukaan sel,Kompleks antigen dan antibodi
tersebut mengendap pada jaringan
tertentu.Pembentkan kompleks ini akan
mengakibatkan inflamasi.
 Reaksi hipersensitifitas tipe IV atau tipe
lambat merupakan reaksi yang melibatkan
respon imun selular khususnya oleh sel
T.Reaksi ini terjadi akibat paparan antigen
asing, khususnya pada jaringan tubuh yang
ditangkap oleh sel fagosit yaitu makrofag
yang kemudian disajikan ke pada sel T
dengan determinan antigenik.
 Apabila kompleks tersebut mengendap, maka terjadi
aktifasi komplemenAktifasi komplemen tersebut tidak
hanya menghancurkan kompleks antigen-antibodi,
tetapi juga merusak jaringan
disekitarnya.Contoh:Glomerulonefritis

Anda mungkin juga menyukai