Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Myxomatosis adalah infeksi virus yang mematikan pada kelinci. Penyakit ini ditandai
dengan edema subkutaneus yang menyebabkan discharge sekresi mukoid. Myxomatosis
tersebar melalui vektor serangga, terutama kutu. Kutu yang menjadi vektor dari myxomatosis
adalah Spilopsyllus cuniculi. Wabah dan epidemiologi myxomatosis tergantung pada siklus
hidup serangga vektor. Di banyak belahan dunia, kutu adalah vektor utama. Di negara-negara
di mana kutu berpartisipasi dalam transmisi myxomatosis, penyakit menyebar dengan cepat
dan ditemui pada kelinci domestik yang dipelihara di kandang. Variasi dalam epidemiologi
tersebut disebabkan adanya perbedaan siklus hidup serangga vektor. Di Inggris, vektor
serangga utama adalah kutu kelinci Spilopsyllus cuniculi. Ketika host kekurangan daya tahan,
kutu bisa mempertahankan infeksi selama musim dingin dan menjadi reservoir infeksi selama
musim panas selanjutnya. Suhu lingkungan juga mempengaruhi tingkat kematian, tingkat
kematian menjadi lebih tinggi pada suhu rendah (Dinev, 2012).
Gejala Klinis
Gejala klinis diawali dengan kemerahan pada kulit hidung, kelopak mata dan sclera
mata. Tiga sampai empat hari kemudian, pada beberapa kelinci ( 20%) oedema subkutan
muncul di lokasi tersebut, yang melibatkan sebagian atau seluruh wajah kelinci. Oedema juga
ditemukan di daerah bibir, telinga, daerah anus dan alat kelamin. Bersamaan, serosa dan
konjungtivitis sero-purulen dimanifestasikan oleh eksudasi berlimpah dari sudut mata medial
(Dinev, 2012).
Gejala klinis myxomatosis bervariasi dengan strain virus yang terlibat dan spesies
kelinci yang terinfeksi. Pada kelinci peliharaan, ada beberapa bentuk penyakit:
Peracute
Bentuk peracute berlangsung paling cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu 7 hari setelah infeksi, dan dalam waktu 48 jam menunjukkan gejala penyakit.
Gejala yang mungkin terlihat adalah lesu, pembengkakan kelopak mata, kehilangan nafsu
makan, dan demam (Foster, 2014).
Akut
Pada bentuk akut, adanya cairan di bawah kulit menyebabkan pembengkakan di
sekitar kepala dan wajah, termasuk bibir, hidung, dan sekitar mata. Pembengkakan di
sekitar mata membuat kelinci terlihat seperti mengantuk. Pembengkakan pada telinga

dapat menyebabkan telinga terkulai atau tertunduk. Daerah di sekitar anus dan alat
kelamin juga terlihat membengkak. Lesi berkembang pesat, dalam waktu 24-48 jam dapat
menjadi parah dan menyebabkan kebutaan. Kelinci terus mengalami demam dan tertekan.
Kebanyakan kelinci mati karena perdarahan dan kejang setelah 10 hari. Pada populasi
rentan, lebih dari 90% kelinci bisa mati pada stadium penyakit ini (Foster, 2014).
Kronis
Bentuk kronis penyakit ini jarang terjadi, namun biasanya terjadi pada hewan yang
masih bertahan hidup dari myxomatosis bentuk akut. Kelinci dengan myxomatosis kronis
ini mengeluarkan discharge yang tebal pada okular (mata) dan pembengkakan di sekitar
pangkal telinga. Terdapat nodul-nodul disebut "myxomas" dan mungkin berkembang.
Kelinci yang terkena mungkin juga menunjukkan gejala pernafasan termasuk kesulitan
bernapas. Sebagian besar kelinci mati karena penyakit bentuk ini dalam waktu dua
minggu. Kelinci yang bertahan bisa terjangkit virus hingga 30 hari. Kebanyakan kelinci
yang pulih dari myxomatosis kebal terhadap infeksi ulang selama sisa hidup mereka
(Foster, 2014).

Diagnosis
Diagnosis myxomatosis dilakukan melalui mengamati gejala klinis, biopsi dari lesi,
dan isolasi virus. Dalam banyak kasus, karena kelinci mati tiba-tiba, diagnosis ditegakkan
post-mortem (setelah kematian) (Foster, 2014)
Diagnosis myxomatosis didasarkan pada presentasi gejala klinis khas dan histologi.
Alat diagnostik yang lebih cepat adalah kuantitatif real-time polymerase chain reaction/PCR
(qPCR) untuk deteksi spesifik virus myxoma (Albini, 2013).

Diagnosa Banding

Diagnosis bandingn dari myxomatosis adalah sifilis kelinci (Vent disease). Sifilis
kelinci disebut juga rabbit spirochaetosis dan disebabkan oleh Treponema cuniculi. Penyakit
ini adalah penyakit kelamin dan ditandai dengan luka kemerahan kecil atau lepuhan di sekitar
alat kelamin. Lepuhan ini bisa berkembang menjadi krusta atau scabs (keropeng), yang dapat
juga mempengaruhi wajah dan kaki. Penyakit ini dapat ditularkan oleh kelinci betina ke
keturunannya (Dinev, 2012).
Myxomatosis juga harus dibedakan dengan pox rabbit (cacar kelinci). Penyakit ini
sangat menyerupai sifilis dan ditandai dengan munculnya krusta dan scabs (keropeng) di
sekitar alat kelamin, bibir, kelopak mata yang kemudian jatuh dan menghilang setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan (Dinev, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Albini S, Sigrist B, Gttinger R, et al. 2013. Development and Validation of a Myxoma virus
real-time polymerase chain reaction assay. Journal of Veterinary Diagnostic
Investigation 24(1) 135137
Dinev, Iv. 2012. An Outbreak Of Myxomatosis In Rabbits In Bulgaria Clinicomorphological
Studies. Trakia Journal of Sciences, Vol. 10, No 1, pp 79-84
Foster, Smith. 2014. Myxomatosis in Rabbits: Transmission, Signs, Diagnosis, Treatment,
and Prevention. Veterinary & Aquatic Services Department, small animal article:
pp 1-2

Anda mungkin juga menyukai