1
I. IDENTIFIKASI KATA SULIT
2
II. BRAINSTORMING
Pertanyaan :
Jawaban :
3
5. Karena angioedema menyerang jaringan mukosa dan submucosa yang
merupakan jaringan ikat longgar.
6. Topikal -obat luar- (seperti gel, krim, semprotan), tablet kunyah, permen,
kapsul, dan cairan.
4
III. HIPOTESIS
5
IV. SASARAN BELAJAR
6
V. PEMBAHASAN
1.1.1 Definisi
1.1.2 Etiologi
Terjadi karena pembentukan ikatan silang IgE di membran basophil darah atau sel
mast jaringan oleh antigen. Pengikatan silang ini menyebabkan sel mengalami
degranulasi, membebaskan bahan-bahan seperti histamin, leukotrien, dan faktor
kemotaktik eosinophil, yang memicu anafilaksis, asma, hay fever, atau urtikaria
(biduran) pada orang yang terkena.
7
anafilatoksik dan kemotaktik yang meningkatkan permeabilitas vaskular dan
merekrut neutrophil ke tempat kompleks mengendap.
Hipersensitivitas Tipe IV diperantarai oleh sel, dan respons terjadi 2-3 hari setelah
pajanan ke antigen pemeka.
1.2 Klasifikasi
Reaksi intermediet
8
Reaksi lambat
9
Sel Th-1 yang disensitasi melepas sitokin uang mengaktifkan
makrofag atau sel Tc yang berperan dalam kerusakan jaringan. Sel
Th-2 dan Tc menimbulkan respons sama
Manifestasi Khas : dermatitis kontak, lesi tuberkulosis dan
penolakan tandur
10
Pajanan dengan antigen mengaktifkan sel Th2 yang merangsang sel B
berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi IgE. Molekul IgE yang
dilepas diikat Fcε-R1 pada sel mast dan basophil.
Ikatan silang antara Fcε-R1 dan IgE pada permukaan sel mast memacu aktivasi
Syk(Spleen Tyrosine Kinase). Sinyal Syk dengan cepat ditransduksi yang
menimbulkan degranulasi, produksi LT (Leukotrin) dan transkripsi den
sitokin/kemokin.
Pajanan kedua dengan allergen menimbulkan ikatan silang antara antigen dan
IgE yang diikat sel mast, memacu pengelepasan mediator farmakologis aktif
(amin vasoaktif) dari sel mast dan basophil. Pengelepasan mediator inflamasi
tersebut berperan dalam gejala akut dan kronis penyakit alergi. Mediator-
mediator tersebut menimbulkan kontraksi otot polos, meingkatkan
permeabilitas vaskular dan vasodilatasi, kerusakan jaringan dan anafilaksis.
11
2.2 Mediator Reaksi Hipersensitivitas 1
Sel mast mengandung banyak mediator primer atau preformed antara lain
histamine yang disimpan dalam granul. Sel mast juga yang diaktifkan dapat
memproduksi mediator baru atau sekunder atau newly generated seperti
leukotrin dan prostaglandin.
a. Histamin
Histamin merupakan komponen utama granul sel mast dan sekitar 10%
dari berat granul. Histamin yang merupakan mediator primer yang
dilepas akan diikat oleh reseptornya. Ada 4 reseptor histamine (H1, H2,
H3, H4) dengan distribusi yang berbeda dalam Jaringan dan bila
berikatan dengan histamin, menunjukkan berbagai efek.
b. Prostaglandin dan Leukotrin
Prostaglandin dan leukotrin merupakan mediator sekunder yang
kemubian dibentuk dari metabolisme asam arakidonat atas pengaruh
fosfolipase A2. Efek biologisnya timbul lebih lambat, namun lebih
menonjol dan berlangsung lebih lama disbanding dengan histamin.
Leukotrin berperan pada bronkokonstriksi, pengikatan permeabilitas
vaskular dan produksi mukus. PGE2 menimbulkan bronkokonstriksi.
c. Sitokin
Berbagai sitokin dilepas sel mast dan basophil seperti IL-3, IL-4, IL-5,
IL-6, IL-10, IL-13, GM-CSF, dan TNF-𝛼. Beberapa diantaranya
berperan dalam manifestasi klinis reaksi Tipe I. Sitokin-sitokin tersebut
mengubah lingkungan mikro dan dapat mengerahkan sel inflamasi
seperti neutrofil dan eosinofil. IL-4 dan IL-13 meningkatkan produksi
IgE oleh sel B. IL-5 berperan dalam pengerahan dan aktivasi eosinofil.
Kadar TNF-𝛼 yang tinggi dan dilepas sel mast berperan dalam renjatan
anafilaksis.
12
Mediator Efek
H3: SSP
H4: eosinofil
Mediator Efek
13
PG Vasodilatasi, kontraksi otot polos paru, agregasi trombosit,
kemotaktik neutrofil, potensiasi mediator lainnya
IL-1 dan TNF-𝛼 Anafilaksis, peningkatan ekskresi CAM pada sel endotel
venul
Peningkatan produksi IgE
Lipoksin Bronkokonstriksi
14
metabolisme sel dilibatkan. Istilah sitolitik lebih tepat mengingat reaksi
terjadi disebabkan lisis dan bukan efek toksik. Antibodi tersebut dapat
mengaktifkan sel yang memilki reserptor Fcγ-R dan juga sel NK yang dapat
berperan sebagai sel efektor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC.
15
REAKSI YANG BERGANTUNG PADA ADCC
16
- Individu golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi
transfusi, karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B
yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif
intravascular. Reaksi dapat cepat atau lambat.
Reaksi cepat :
Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh
IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam
plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemaglobinuria.
Beberapa hemaglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi
bersifat toksik.
Gejala khas : Demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah,
nyeri pinggang bawah, dan hemoglobinuria.
Reaksi lambat:
Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang
kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain.
Terjadi 2-6 hari setelah transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu
pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membran golongan darah,
tersering adalah golongan resus, Kidd, Kell, dan Duffy
Anemia hemolitik
- Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin
dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membran SDM yang
membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa.
17
- Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya
mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen
menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.
Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan diangkut
oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel fagosit
dan PMN. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan oleh
makrofag hati. Namun, yang menjadi masalah pada reaksi hipersensitivitas tipe III
adalah kompleks imun kecil yang tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian
mengendap di pembuluh darah atau jaringan.
Agregasi trombosit
Aktivasi makrofag
Influks neutrofil
18
2. Kompleks Imun Mengendap di Jaringan
kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut
19
4.2 Manifestasi klinik Hipersensitivitas Tipe 3
Manifestasi khas : reaksi lokal seperti Arthus dan sistemik seperti serum
sickness, vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, AR dan LES .
20
- Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan anafilatoksin (C3a
dan C5a) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin.
- Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan
darah yang tinggi dengan putaran arus (contoh: kapiler glomerulus,
bifurkasi pembuluh darah, plexus koroid, dan korpus silier mata).
- Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang
membentuk mkrotrombi kemudian melepas amin vasoaktif. Bahan-
bahan vasoaktiv tersebut mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah dan inflamasi.
- Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun.
Neutrofil yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan
kompleks tetapi akan tetap melepaskan granulnya (angry cell)
sehingga menyebabkan lebih banyak kerusakan jaringan.
- Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan
mediator-mediator antara lain enzim-enzim yang dapat merusak
jaringan
Dari mekanisme diatas, beberapa hari – minggu setelah pemberian serum asing
akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak, kemerahan dan rasa
sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah bening yang dapat berupa
vaskulitis sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut
dinamakan reaksi Pirquet dan Schick.
21
(sel Langerhans/SD pada kulit dan makrofag) menangkap antigen
dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk
dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi proliferasi sel Th1
(umumnya).
b. Fase efektor
Pajanan ulang dapat menginduksi sel efektor sehingga
mengaktifkan sel Th1 dan melepas sitokin yang menyebabkan :
A. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan
bahan tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan bahan
berbahaya seperti formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam
cat rambut yang menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1
B. Hipersensitivitas tuberkulin
22
reaksi lambat Hipersensitivitas tipe 4. Yang berperan dalam reaksi inni adlaah sel
limfosit CD4+ T.
Terfenadin, Astemizol,
AH1 Generasi II
Antihistamin Loratadin, Akrivastin,
Setirizin
AH2
1. Simetidin
2. Ranitidin
3. Famotidin
23
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek
histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin
(penghambatan saingan). Antagonis Reseptor Antihistamin dibedakan
menjadi 2 yaitu AH1 dan AH2.
FARMAKODINAMIK
AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam
otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin
endogen berlebihan. Obat AH1 dibedakan menjadi 2 yaitu AH1 generasi
pertama dan AH2 generasi kedua. Obat AH1 generasi pertama adalah
klorfeniramin (CTM). AH1 generasi kedua tidak menyebabkan efek samping
karena tidak menembus sawar otak sehingga tidak menyebabkan efek pada
SSP seperti kantuk, inkoordinasi, dll. Contoh obat AH1 generasi kedua adalah
terfenadin, astemizol, loratasin, akrivastin, dan setirizin. Obat antihistamin
yang digunakan untuk anestesi local adalah prometazin dan pirilamin.
FARMAKOKINETIK
Efek yang ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit setelah pemberian oral
dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 umumnya 4-6 jam. Kadar
tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan
kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati.
AH1 disekresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk
metabolitnya. Meminum obat saat makan akan mengurangi efek samping.
INDIKASI
24
- Untuk alergi debu yang tidak parah
- Mengatasi urtikaria akut, dermatitis atopic, dermatitis kontak dan gigitan
serangga
- Untuk anti muntah pasca bedah atau hamil dan setelah radiasi
- Untuk paralisis agintans (Parkinson)
- Untuk mabuk perjalanan
- Kontraindikasi untuk pasien penderita penyakit hati.
EFEK SAMPING
- Mengentalkan sekresi bronkus sehingga menyulitkan ekspektorasi
(sehingga tidak efektif untuk penderita asma
- Sedasi (mengantuk parah). Namun ada obat non-sedasi yaitu Astemizol,
Terfenadin, Loratadin
- Vertigo, Insomnia, Tremor, Nafsu makan menurun, inkoordinasi,
pandangan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, lemah, penat, mulut kering,
disuria, hipotensi, sakit kepala, dll.
- Astemizol yang berlebihan menyebabkan gemuk
- Pemberian astemizol, terfenadin yang diberikan bersama makrolida
(eritromisin) seperti ketokonazol, itrakonazol akan menyebabkan keadaan
fatal yaitu aritmia ventrikel.
Tabel
ANTIHISTAMIN GENERASI I
Etanolamin
25
-Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++
Etilenediamin
Piperazin
Alkilamin
Derivat Fenotiazin
Lain-Lain
-siprogeptadin 4 mg ± 6 jam +
ANTIHISTAMIN GENERASI II
26
Lain-Lain
-loratadin 10 mg 24 jam -
Kontraindikasi :
Bagi wanita hamil atau sedang menyusui, sesuaikan jenis dan dosis
antihistamin dengan anjuran dokter.
Bagi anak-anak, penggunaan tiap-tiap jenis obat antihistamin berbeda-beda
dan disesuaikan dengan usia.
Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan hati, tukak
lambung, obstruksi usus, infeksi saluran kemih, pembengkakan prostat, dan
glaukoma.
Apabila Anda diresepkan obat antihistamin golongan pertama, hindari
mengonsumsi zat alkohol atau minuman beralkohol karena dapat
memperparah efek rasa kantuk.
Jangan menggunakan antihistamin bersamaan dengan obat-obatan lainnya
termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter karena dikhawatirkan
dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan (misalnya dosis
yang berubah menjadi sangat tinggi apabila kita mengonsumsi salah satu
jenis antihistamin berbarengan dengan dekongestan, parasetamol, atau jenis
antihistamin lainnya).
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan suatu jenis obat
antihistamin, segera temui dokter.
27
1. Simetidin
2. Ranitidin
3. Famotidin
4. Nizatidin
FARMAKODINAMIK
FARMAKOKINETIK
INDIKASI
28
mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk gangguan
refluks lambung-esofagus.
EFEK SAMPING
2. FAMOTIDIN
FARMAKODINAMIK
FARMAKOKINETIK
Famotidin mencapai kadar puncak di plasma kira kira dalam 2 jam setelah
penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam. Metabolit utama
adalah famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh
eliminasi dapat melibihi 20 jam.
INDIKASI
29
Efektifitas Obat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung, refluks
esofagitis, dan untuk pasien dengan sindrom Zollinger-Ellison.
EFEK SAMPING
Efek samping ringan dan jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing,
konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.
3. NIZATIDIN
FARMAKODINAMIK
FARMAKOKINETIK
Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa
paruh plasma sekitar 1,5 jam dan lama kerja sampai dengn 10 jam, disekresi
melalui ginjal.
INDIKASI
Efektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua kali sehari selama
8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellion.
Kontraindikasi : Kehamilan & Ibu menyusui
EFEK SAMPING
Efek samping ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki efek
antiandrogenik.
30
6.2 Farmakokinetik & Farmakodinamik, efek samping Kortikosteroid
FARMAKODINAMIK
- Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal,
otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
- Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan
glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan
pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil.
Contohnya adalah kortisol.
Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan
air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada
penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Contohnya
adalah aldosteron atau desoksikortikosteron.
- Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan
massa kerjanya.
Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari
12 jam.
Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara 12-36
jam.
Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36
jam.
31
- Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis,
makin besar dosis, makin besar dosis terapi makin besar efek yang didapat.
Mekanismenya adalah melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein
yang mengubah respons jaringan terhadap hormon lain.
FARMAKOKINETIK
Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan
absorpsi, mulai kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi
afinitas terhadap reseptor dan ikatan protein.
Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorpsi
cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi sebaiknya diberikan
secara IV, untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan esternya
diberikan secara IM. Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja
karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor, dan ikatan
protein. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah
menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh.
Glukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva
dan ruang
sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang
luas dapat
menyebabkan efek sistematik, antara lain supresi korteks adrenal.
INDIKASI
Dari pengalaman klinis diajukan 6 prinsip yang harus diperhatikan sebelum obat ini
digunakan :
1. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus
ditetapkan dengan trial dan error dan harus di evaluasi dari waktu
ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit.
32
2. Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak
berbahaya.
3. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya
kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan
dosis sangat besar.
4. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih dari
hingga dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan
efek letal potensial akan bertambah.
5. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid
bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya
bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya.
6. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang
dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang
hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.
Short Acting
1. Cortisone
Cortisone adalah jenis steroid yang diproduksi secara alami oleh
kelenjar dalam tubuh yang disebut kelenjar adrenal. Cortisone berfungsi untuk
meredakan inflamasi. Efek samping yang biasa ditimbulkan adalah rasa nyeri.
2. Hydrocortisone
Hydrocortisone adalah kostikosteroid topical yang mempunyai efek
anti-inflamasi, anti alergi dan antipruritus pada penyakit kulit. Indikasi pemberian
obat ini adalah untuk penderita dermatitis atopi, dermatitis alergik, dermatitis
kontak, pruritus anogenital dan neurodermatitis. Hydrocortisone tidak boleh
diberikan kepada penderita yang hipersensitif, herpes simplex, varicella dan infeksi
jamur. Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari obat ini adalah rasa terbakar,
gatal, kekeringan, atropi kulit dan infeksi sekunder
33
Intermediate Acting
1. Prednisolone
Prednisolone diberikan untuk pasien penekanan jangka pendek
peradangan pada gangguan alergi dan pengobatan jangka pendek peradangan pada
mata . Efek samping yang ditimbulkan adalah mual, dyspepsia, malaise,
cegukan, reaksi hipersensitifitas termasuk anafilaksis, dll.
2. Triamcinolone
Triamcinolone mempunyai efek antiinflamasi dan pembentukan
glikogen yang lebih besar, dan berkurangnya efek samping retensi garam. Efek
samping yang dapat timbul adalah fraktur spontan, ulkus peptik/tukak lambung,
perubahan cushingoid, purpura, flushing, sering berkeringat, jerawat, striae,
hirsutisme, vertigo, sakit kepala, tromboembolisme, nekrosis aseptik, pangkreatitis
akut, kelemahan otot, esofagitis ulseratif, peningkatan tekanan intrakranial,
papiledema, katarak subkapsular.
3. Methylprednisolone
Methylprednisolone adalah suatu obat glukokortikoid alamiah
(memiliki sifat menahan garam (salt retaining properties)), digunakan sebagai
terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal. Methylprednisolone
dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif
terhadap komponen obat.
4. Fludrocortisone
Fludrocortisone merupakan mineralokortikoid yang paling banyak
digunakan. Mempunyai aktivitas retensi garam yang kuat dan efek anti-inflamasi
yang berarti walaupun digunakan dalam dosis yang sedikit.
Long Acting
1. Dexamethasone
34
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya untuk Anti
inflamasi, Pengobatan rematik arthritis, dan penyakit kolagen lainnya, Alergi
dermatitis, Penyakit kulit, dll. Pengobatan yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan efek katabolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis, dan
penghambatan pertumbuhan anak. Penimbunan garam, air dan kehilangan
potassium jarang terjadi bila dibandingkan dengan glucocorticoid lainnya.
Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.
2. Betamethasone
Betamethasone digunakan untuk meringankan inflamasi dari
dermatosis yan responsive terhadap kortikosteroid. Penggunaan kostikosteroid
topical dapat menyebabkan efek samping local seperti kulit kering, gatal-gatal, rasa
terbakar, iritasi, hipopigmentasi, dermatitis alergi, dll.
35
memanggil dua orang dokter yang ada di kota Madinah, lalubersabda,
“Obatilah dia.”Dalam riwayat lain ada seorang sahabat
bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah adakebaikan dalam ilmu
kedokteran?” Rasullah menjawab, “Ya,”Begitu pula yang diriwayatkan dari
Hilal bin Yasaf bahwa seorang lelaki menderita sakitdi zaman Rasulullah.
Mengetahui hal itu, beliau bersabda, “Panggilkan dokter.” Lalu
Hilalbertanya, “Wahai Rasulullah, apakah dokter bisa melakukan sesuatu
untuknya?” “Ya,” jawabbeliau. (HR Ahmad dalam Musnad: V/371 dan Ibnu
Abi Syaibah dalam Mushannaf: V/21)Hilal meriwayatkan bahwa
Rasulullah mnjenguk orang sakit lalu bersabda, “Panggilkandokter!”
kemudian ada yang bertanya, “Bahkan engkau mengatakan hal itu, wahai
Rasulullah?”“Ya,” jawab beliau.Berdasarkan pemaparan di atas, tampak
jelas bagaimana Rasulullah menganjurkan kitauntuk berobat dan berusaha
menggunakan ilmu kedokteran yang diciptakan Allah untuk kita. Kitajuga
ditekankan agar tidak menyerah pada penyakit karena Rasulullah
bersabda, “Seorangmukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah.” (HRMuslim (34) dan Ahmad: II/380)Di
antaranya yang ada di Musnad Ahmad. Hadits Ziyadah bin Alaqah dari
Usamah binSyuraik menuturkan,”Aku berada bersama Nabi lalu datanglah
sekelompok orang Badui danbertanya,’Wahai Rasulullah, apakah kita
boleh berobat?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, wahaihamba Allah,
berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali
Allahmenciptakan obatnya, kecuali satu macam penyakit.’ Mereka
bertanya,’Apa itu?’ Rasulullahmenjawab,’Penyakit tua’.”(HR Ahmad
dalam Musnad : IV/278, Tirmidzi dalam Sunan (2038))Nabi
bersabda,”Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada
penyakitnya makaia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim:
I/191)Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu’, “Tidaklah Allah
menurunkan panyakit kecualimenurunkan obatnya.”(HR Bukhari:
VII/158)Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, “Kesembuhan ada pada tiga hal,
minum madu, pisaubekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku
36
menyengatkan api.” (HR Bukhari dan Muslim)Dari firman Allah disini
dapat dipahami: bahwasanya agama islam di bagun untukkemaslahatan
artinya : semua syari’at dalam perintah dan larangannya serta hukum-
hukumnyaadalah untuk mashoolihi (manfaat-manfaat) dan makna
masholihi adalah : jamak dari maslahatartinya : manfaat dan
kebaikan.Misal : Allah melarang minuman keras dan judi karena mudharat
(bahayanya) lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana dikatakan
dalam QS : Al-Baqorah :219
37
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2016, Imunologi Dasar Abbas: Fungsi
dan Kelainan Sistem Imun, Edisi Kelima, ELSEVIER, Halaman 15- 18.
http://www.nu.or.id/post/read/101581/mengenal-kitab-ushul-fiqh-al-mustashfa-
karya-imam-al-ghazali
38