KELOMPOK : A-2
KarlinaWidia (1102018018)
Fax +62214244574
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................................. 1
Skenario 3 ............................................................................................................................... 2
Kata Sulit ................................................................................................................................ 3
Pertanyaan ............................................................................................................................. 3
Jawaban .................................................................................................................................. 4
Hipotesis ................................................................................................................................. 5
Sasaran Belajar ...................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 21
1
SKENARIO 3
Seorang pria 45 tahun, masuk Rumah Sakit Yarsi dengan keluhan bengkak dan nyeri
pada lutut kanan sejak 6 hari sebelumnya. Keluhan yang sama hilang timbul sejak 5 tahun yang
lalu. Keluhan lainnya demam terkadang, selera makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan edem dan kalor pada lutut kanan. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan kelainan.
Dokter menduga pasien mengalami Artitis Rheumatoid. Kemudian dokter menyarankan
pemeriksaan laboratorium hemetologi dan dirawat untuk follow up pemeriksaan serta terapi.
Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam menghadapi penyakit karena membutuhkan
penanganan seumur hidup.
2
KATA SULIT
PERTANYAAN
1. Mengapa timbul demam pada penderita Artitis Rheumatoid?
2. Apa factor penyebab Artitis Rheumatoid?
3. Mengapa pasien harus diberi penanganan seumur hidup?
4. Bagaimana cara menentukan diagnosis autoimunitas?
5. Apa tujuan pemeriksaan laboratorium hematologi?
6. Apa saja gejala dari Artitis Rheumatoid?
7. Mengapa keluhan pasien hilang dan timbul?
8. Terapi apa saja yang diberikan untuk penderita Artitis Rheumatoid?
9. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi penyakit yang membutuhkan penanganan
seumur hidup?
3
JAWABAN
1. Karena Sistem Imun menyerang sel normal Inflamasi merangsang kenaikan set
point hypothalamus Demam.
2. Karena factor usia, hormon, genetik, obesitas dan lingkungan.
3. Karena autoimun belum ada obatnya dan penyakit tersebut merupakan penyakit kronis.
4. ELISA, RIA, Immunofluorescence Assay (IFA), Elektroforesis Countercurrent.
5. Untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas eritrosit, leukosit, trombosit dan
lain-lain.
6. Pembengkakan, nyeri sendi, perbatasan gerak, gangguan pertumbuhan, demam, anemia,
berat badan turun dan perubahan ukuran sendi.
7. Karena merupakan penyakit autoimun dan terapi yang diberikan bersifat simptomatis.
8. - Fisioterapi untuk meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
Terapi biologi untuk menghentikan sistem kekebalan tubuh yang menyerang
persendian
9. Harus yakin dan percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya serta bersikap tawakal
dan ikhlas dalam menghadap penyakit.
4
HIPOTESIS
Penyakit autoimun adalah kelainan yang menyerang sistem imun tubuh sendiri,
contohnya Artritis Rheumatoid. Faktor penyebab artritis rheumatoid yaitu usia, hormone,
genetik, obesitas dan lingkungan. Salah satu gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri
sendi. Untuk mendiagnosis, memantau aktivitas penyakit dan memantau hasil terapi yaitu
dengan pemeriksaan ELISA, RIA, IFA dan Elektroforensis Countercurrens. Sebagai umat
islam, kita harus bersikap tawakal dan ikhlas dalam menghadapi penyakit.
5
SASARAN BELAJAR
L.O. 1. Mempelajari dan Memahami Vaksinasi dan Imunisasi
1.1. Definisi
Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekealan tubuh seseorang
menyerang tubuh sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari
serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Namun pada seseorang yang
menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang
sehat sebagai organisme asing. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan
melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh
yang sehat.
1.2. Etiologi
Faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita penyakit
autoimun:
- Etnis, beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu.
Misalnya,diabetes tipe I umumnya menimpa orang eropa, sedangkan lupus rendah
terjadi pada orang afrika, amerika dan amerika latin.
- Gender, wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibandingkan pria,
biasanya penyakit ini di mulai pada masa kehamilan.
- Lingkungan, paparan dari lingkungan seperti cahaya matahari, bahan kimia,
serta infeksi virus dan bakteri bisa menyebabkan sesorang menyerang penyakit
autoimun dan memperparah keadaannya.
- Riwayat keluarga, umumnya penyakit autoimun juga menyerang anggota
keluarga yang lain, meski tidak selalu terserang penyakit autoimun yang sama,
mereka rentan terkena penyakit autoimun yang lain.
6
1.3. Klasifikasi
Penyakit Autoimun menurut organ:
- Artritis Reumatoid
- Dermatomiositis
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Mixed Connnective Tissue Disease
- Sarkodosis
- Sindrom Sjogren
7
Penyakit Autoimun Ginjal
- Glomerulonefritis C3
- Glomerulonefritis Membrano Proliferatif
- Glomerulonefritis Membranosa
- Sindrom Good Pasture
Penyakit Autoimun Hematologik
- Anemia Hemolitik Autoimun
- Sindrom Anti Fosfolipid
Penyakit Autoimun Jantung
- Demam Reuma
- Perikarditis
- Miokarditis
- Endokarditis
Penyakit Autoimun Kulit
- Alopesia Areata
- Penyakit Bulosa Autimun
- Dermatomiositis
- Psoriasis
- Sindrom Sjogren
- Vitiligo
Penyakit Autoimun Mata
- Penyakit Graves
- Tukak Mooren
- Ocular Atatricial Pemphigoid
- Sindrom Sjogren
- Ureitis Autoimun
- Sindrom Vogt Koyanagi Harada (VKH)
Penyakit Autoimun Otot
- Polimiosistis
- Sindrom Fibromialgia
-
8
Penyakit Autoimun Saraf
- Sindrom Guillain Barre
- Miastenia Gravis
- Sklerosis Multipel
1.4. Patofisiologi
9
dapat mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau tidak. Pada penderita
autoimun serimg ditemukan anemia hemolitik dan trombositopenia.
Hemostasis
Kimia
Pada pemeriksaan ini menggunakan enzim sebagai mediator untuk
mengetahui organ mana yang terkena.
Urinalis
Pemeriksaan ini menggunakan Urin untuk mengetahui ada atau tidaknya
kadar protein dalam Ginjal, karena pada urin orang yang sehat tidak
mengandung urin.
10
Autoantibodi non spesifik organ
a. Anti-nuclear Antibody (ANA)
Antibodi terhadap komponen inti sel seperti DNA, RNA histon
dan centromere. ANA positif dengan cara ELISA dilanjutkan dengan
Immunofluorescent Assay (IFA) untuk melihat pola pewarnaan yaitu
homogeny, perifer, speckled, nucleolar dan centromere. ANA sensitive
untuk deteksi SLE (>95%) tapi spesifisitas rendah (50%) ditemukan pada
penyakit rematik umumnya.
b. Anti Neutrofil Cytoplasmic (ANCA)
Antibodi terhadap antigen sitoplasma neutrofil. Dapat dijumpai
pada Wegener’s granulomatosis, polyarthritis nodosa,ulcerative colitis
dan lain-lain.
c. Anti Fosfolipid
Paling sensitif untuk syndroma antifosfolipid tetapi tidak spesifik.
11
- Anti Actin
Lebih spesifik untuk Hepatitis autoimun dan dapat digunakan
untuk menentukan prognosis
- Anti Mitochondrial Antibodies (AMA)
Spesifik untuk sirosis bilier primer.
2.2. Epidemiologi
Epidemiologi Artritis Reumatoid berpariasi di berbagai negara di dunia,
dengan angka kejadian yang lebih tinggi di amerika dan eropa, dan insiden yang
elbih rendah di asia tenggara dan timur tengah.
o Global
Prevalensi Artritis Reumatoid pada negara berpenghasilan rendah dan
menengah adalah:
- Asia Tenggara: 0,4%
- Timur Tengah: 0,37%
- Eropa: 0,62%
- Amerika: 1,25%
- Pasifik Barat: 0,42%
12
o Indonesia
Angka kejadian Artritis Reumatoid pada penduduk dewasa (di atas 18
tahun) berkisar 0.1% hingga 0,3%. Sedangkan prevalensi pada anak dan
remaja ditemukan satu per 100.000 orang. Artritis Reumatoid lebih
banyak di temukan pada perempuan dibanding dengan laki-laki dengan
rasio 1:3 karena perempuan memiliki hormon estrogen yang dapat
memicu sistem imun dan dapat terjadi pada semua kelompok umur,
dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade ke 4 dan ke 5
kehidupan.
2.3. Etiologi
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta.
Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2)
dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih
dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino
homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan
sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa
menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
13
Faktor Risiko :
2.4. Patofisiologi
14
Peran sel T pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan
share epitop dari major histocompability complex class II (MHCII-SE) dan
peptida pada antigen-presenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan
peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahi secara pasti (Suarjana,
2009).
2.7. Komplikasi
15
2.8. Tatalaksana
Pada umumnya meliputi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) untuk
mengendalikan nyeri, glukokortikoid dan DMARD (Disease Modifying Anti-
Rheumatic Drugs).
a. OAINS
Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, Penderita
AR mempunyai resiko dua kali lebih sering mengalami komplikasi serius
akibat penggunaan OAINS dibandingkan dengan penderita osteoarthritis, oleh
karena itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek samping
gastrointestinal.
b. Glukokortikoid
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednisone kurang dari 10mg per hari
cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan
sendi. Dosis harus diberikan dalam dosis minimal karena resiko tinggi
mengalami efek samping katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan kadar
gula darah.
c. DMARD
Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita AR.
Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya
penyakit, pengalaman dokter, dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang
paling umum digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin
fosfat, sulfasalazine dan leflunomide.
Terapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan
menunjukkan hasil yang baik. Terapi minyak ikan (cod liver oil) bisa
digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Edukasi dan
pendekatan multidisiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan
manfaat jangka pendek. Pembedahan harus dipertimbangkan bila terdapat
nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi ekstensif, keterbatasan
gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat dan ada ruptur
tendon
16
2.9. Prognosis
Secara istilah, definisi sabar adalah: menahan diri dalam melakukan sesuatu
atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah, Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya” (Ar-Ra’d: 22).
Ayat-Ayat Al-Quran
Al-Baqarah 152-156
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
17
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar”
18
2. Ikhlas
Definisi ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-
hal yang bisa mencampurinya.
Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi) Syaikh Abdul Malik
menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari
definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa
ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika
engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan
kepada manusia.
Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari
komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka
engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah
perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang
memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu
untukNya. Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya
ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya
tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya
kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu
(meskipun manusia tidak meridhoimu).
19
3. Ridho
Definisi ridho
Ridho ()رضِ berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha
dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa
yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan
apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik
pula bagi hamba-Nya.
“Sesungguhnya dien atau agama atau jalan hidup (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat 19)
كثِيرا َللا وذكر ْاْلخِ ر و ْالي ْوم َللا ي ْرجو كان لِم ْن
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 21)
20
DAFTAR PUSTAKA
W. A. Newman Dorland. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi VI, Jilid I, Interna Publishing. Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi V, Jilid III, Interna Publishing. Jakarta.
Abbas, A.K. & Lichtman, A.H.,2016. Imunologi Dasar Abbas Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Elsevier
http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdf
https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html
21