Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO 3

Bengkak Lutut Kanan

KELOMPOK : A-2

KETUA : Muhammad Daffa Satari (1102018170)


SEKERTARIS : Dina Kurniati (1102018016)

ANGGOTA : Muhamad Akbar Ramadhan Munandar (1102018015)

KarlinaWidia (1102018018)

Nafiz Aizal Wardana (1102018019)

Melia Hanani Manalis (1102018021)


NurFitri (1102018022)
Mifta Khuljannah (1102018023)
Keisya Ananda Azzalyka (1102018024)
Kanita Gunawan Putri (1102018169)

FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS YARSI 2018


Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. +62214244574

Fax +62214244574
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................................. 1
Skenario 3 ............................................................................................................................... 2
Kata Sulit ................................................................................................................................ 3
Pertanyaan ............................................................................................................................. 3
Jawaban .................................................................................................................................. 4
Hipotesis ................................................................................................................................. 5
Sasaran Belajar ...................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 21

1
SKENARIO 3

Bengkak Lutut Kanan

Seorang pria 45 tahun, masuk Rumah Sakit Yarsi dengan keluhan bengkak dan nyeri
pada lutut kanan sejak 6 hari sebelumnya. Keluhan yang sama hilang timbul sejak 5 tahun yang
lalu. Keluhan lainnya demam terkadang, selera makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan edem dan kalor pada lutut kanan. Pemeriksaan fisik lain tidak didapatkan kelainan.
Dokter menduga pasien mengalami Artitis Rheumatoid. Kemudian dokter menyarankan
pemeriksaan laboratorium hemetologi dan dirawat untuk follow up pemeriksaan serta terapi.
Dokter menyarankan agar pasien bersabar dalam menghadapi penyakit karena membutuhkan
penanganan seumur hidup.

2
KATA SULIT

1. Artitis Rheumatoid : Kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang


berlangsung kronik.
2. Kalor : Salah satu tanda inflamasi yaitu panas.
3. Terapi : Pengobatan atau usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang
sedang sakit.
4. Bengkak : Pembesaran abnormal sementara pada bagian atau daerah tubuh
tertentu.
5. Edem : Penggumpalan cairan secara abnormal dijaringan intraselular
tubuh.
6. Hematologi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari darah dan jaringan
pembuluh darah.
7. Follow Up : Tindak lanjut.

PERTANYAAN
1. Mengapa timbul demam pada penderita Artitis Rheumatoid?
2. Apa factor penyebab Artitis Rheumatoid?
3. Mengapa pasien harus diberi penanganan seumur hidup?
4. Bagaimana cara menentukan diagnosis autoimunitas?
5. Apa tujuan pemeriksaan laboratorium hematologi?
6. Apa saja gejala dari Artitis Rheumatoid?
7. Mengapa keluhan pasien hilang dan timbul?
8. Terapi apa saja yang diberikan untuk penderita Artitis Rheumatoid?
9. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi penyakit yang membutuhkan penanganan
seumur hidup?

3
JAWABAN

1. Karena Sistem Imun menyerang sel normal  Inflamasi  merangsang kenaikan set
point hypothalamus  Demam.
2. Karena factor usia, hormon, genetik, obesitas dan lingkungan.
3. Karena autoimun belum ada obatnya dan penyakit tersebut merupakan penyakit kronis.
4. ELISA, RIA, Immunofluorescence Assay (IFA), Elektroforesis Countercurrent.
5. Untuk mengetahui kelainan dari kuantitas dan kualitas eritrosit, leukosit, trombosit dan
lain-lain.
6. Pembengkakan, nyeri sendi, perbatasan gerak, gangguan pertumbuhan, demam, anemia,
berat badan turun dan perubahan ukuran sendi.
7. Karena merupakan penyakit autoimun dan terapi yang diberikan bersifat simptomatis.
8. - Fisioterapi untuk meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.
 Terapi biologi untuk menghentikan sistem kekebalan tubuh yang menyerang
persendian
9. Harus yakin dan percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya serta bersikap tawakal
dan ikhlas dalam menghadap penyakit.

4
HIPOTESIS

Penyakit autoimun adalah kelainan yang menyerang sistem imun tubuh sendiri,
contohnya Artritis Rheumatoid. Faktor penyebab artritis rheumatoid yaitu usia, hormone,
genetik, obesitas dan lingkungan. Salah satu gejalanya berupa pembengkakan dan nyeri
sendi. Untuk mendiagnosis, memantau aktivitas penyakit dan memantau hasil terapi yaitu
dengan pemeriksaan ELISA, RIA, IFA dan Elektroforensis Countercurrens. Sebagai umat
islam, kita harus bersikap tawakal dan ikhlas dalam menghadapi penyakit.

5
SASARAN BELAJAR
L.O. 1. Mempelajari dan Memahami Vaksinasi dan Imunisasi
1.1. Definisi
Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekealan tubuh seseorang
menyerang tubuh sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari
serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Namun pada seseorang yang
menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang
sehat sebagai organisme asing. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan
melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh
yang sehat.

1.2. Etiologi
Faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita penyakit
autoimun:
- Etnis, beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu.
Misalnya,diabetes tipe I umumnya menimpa orang eropa, sedangkan lupus rendah
terjadi pada orang afrika, amerika dan amerika latin.
- Gender, wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibandingkan pria,
biasanya penyakit ini di mulai pada masa kehamilan.
- Lingkungan, paparan dari lingkungan seperti cahaya matahari, bahan kimia,
serta infeksi virus dan bakteri bisa menyebabkan sesorang menyerang penyakit
autoimun dan memperparah keadaannya.
- Riwayat keluarga, umumnya penyakit autoimun juga menyerang anggota
keluarga yang lain, meski tidak selalu terserang penyakit autoimun yang sama,
mereka rentan terkena penyakit autoimun yang lain.

6
1.3. Klasifikasi
Penyakit Autoimun menurut organ:

A. Penyakit Autoimun Non Organ Spesifik

Terjadi karena dibentuknya antibodi terhadap autoantigen yang tersebar luas


di dalam tubuh, misalnya DNA. Pada penyakit autoimun yang non organ spesifik
sering juga dibentuk kompleks imun yang di endapkan pada dinding pembuluh
darah, kulit, sendi, dan ginjal serta menimbulkan kerusakan. Yang termasuk
penyakit autoimun sistemik :

- Artritis Reumatoid
- Dermatomiositis
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Mixed Connnective Tissue Disease
- Sarkodosis
- Sindrom Sjogren

B. Penyakit Autoimun Organ Spesifik

Terjadi karena terbentuknya antibodi terhadap jaringan alat tubuh. Contoh


alat tubuh yang menjadi sasaran yaitu : Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, lambung
dan pankreas. Yang termasuk penyakit autoimun spesifik:

 Penyakit Autoimun Endokrin


- Penyakit Addison
- Diabetes Melitus Tipe I
- Pankreatitis Autoimun
- Tiroiditis Hashimoto
 Penyakit Autoimun Gastrointestinal
- Gastritis Autoimun
- Inflammantory Bowel Disease
- Hepatitis Autoimun
- Sirosis Bilier Primer

7
 Penyakit Autoimun Ginjal
- Glomerulonefritis C3
- Glomerulonefritis Membrano Proliferatif
- Glomerulonefritis Membranosa
- Sindrom Good Pasture
 Penyakit Autoimun Hematologik
- Anemia Hemolitik Autoimun
- Sindrom Anti Fosfolipid
 Penyakit Autoimun Jantung
- Demam Reuma
- Perikarditis
- Miokarditis
- Endokarditis
 Penyakit Autoimun Kulit
- Alopesia Areata
- Penyakit Bulosa Autimun
- Dermatomiositis
- Psoriasis
- Sindrom Sjogren
- Vitiligo
 Penyakit Autoimun Mata
- Penyakit Graves
- Tukak Mooren
- Ocular Atatricial Pemphigoid
- Sindrom Sjogren
- Ureitis Autoimun
- Sindrom Vogt Koyanagi Harada (VKH)
 Penyakit Autoimun Otot
- Polimiosistis
- Sindrom Fibromialgia
-

8
 Penyakit Autoimun Saraf
- Sindrom Guillain Barre
- Miastenia Gravis
- Sklerosis Multipel

1.4. Patofisiologi

1.5. Cara menentukan Diagnosis


Hal yang harus pertama dilakukan dalam mendiagnosis adalah Anamnesis,
lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Laboratorium.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan Laboratorium Autoimun:
1. Pemeriksaan Laboratorium Awal
 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologic adalah pemeriksaan Laboratorium yang paling
awal. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan Darah lengkap dan Darah rutin.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar komponen darah dalam
tubub seperti kadar leukosit dan trombosit, pada pemerksaan ini juga kita

9
dapat mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau tidak. Pada penderita
autoimun serimg ditemukan anemia hemolitik dan trombositopenia.
 Hemostasis
 Kimia
Pada pemeriksaan ini menggunakan enzim sebagai mediator untuk
mengetahui organ mana yang terkena.
 Urinalis
Pemeriksaan ini menggunakan Urin untuk mengetahui ada atau tidaknya
kadar protein dalam Ginjal, karena pada urin orang yang sehat tidak
mengandung urin.

2. Pemeriksaan penanda Inflamasi (acute phase reactant)


 Laju Endap Darah (LED)
Mengukur kecepatan pengendapan eritrosit di dalam plasma dan hasilnya
dibaca dalam 1 Jam. Pemeriksaan LED dipengaruhi oleh berbagai Faktor
(jumlah dan bentuk eritrosit, protein plasma terutama fibrinogen dan globulin.
 C- Reactive Protein (CRP)
Pemeriksaan CRP ini lebih baik sebagai penanda inflamasi akut daripada
LED. Bila ada inflamasi, perubahan kadar CRP lebih cepat daripada LED dan
waktu pemeriksaan lebih cepat (<1 Jam).
 Penanda Lain
Fibrinogen, albumin dan haptoglobin yang meningkat juga dapat dijadikan
sebagai penanda inflamasi.
3. Pemeriksaan Autoantibodi dan Imunologi

10
 Autoantibodi non spesifik organ
a. Anti-nuclear Antibody (ANA)
Antibodi terhadap komponen inti sel seperti DNA, RNA histon
dan centromere. ANA positif dengan cara ELISA dilanjutkan dengan
Immunofluorescent Assay (IFA) untuk melihat pola pewarnaan yaitu
homogeny, perifer, speckled, nucleolar dan centromere. ANA sensitive
untuk deteksi SLE (>95%) tapi spesifisitas rendah (50%) ditemukan pada
penyakit rematik umumnya.
b. Anti Neutrofil Cytoplasmic (ANCA)
Antibodi terhadap antigen sitoplasma neutrofil. Dapat dijumpai
pada Wegener’s granulomatosis, polyarthritis nodosa,ulcerative colitis
dan lain-lain.
c. Anti Fosfolipid
Paling sensitif untuk syndroma antifosfolipid tetapi tidak spesifik.

 Autoantibodi spesifik organ


a. Autoantibodi tiroid
- Anti tiroperoksidase (anti-TPO)
Paling sensitif untuk deteksi penyakit tiroid autoimun.
- Anti reseptor TSH (TRAb)
- Anti tiroglobulin (anti-Tg)
Berguna untuk deteksi penyakit tiroid autoimun pada penderita
dengan goiter noduler.
b. Autoantibodi Hati
- Anti Smooth Muscle (SMA)
Sensitif untuk deteksi hepatitis autoimun, tapi tidak spesifik
karena dapat dijumpai pada beberapa penyakit hepar dan non
hepar.

11
- Anti Actin
Lebih spesifik untuk Hepatitis autoimun dan dapat digunakan
untuk menentukan prognosis
- Anti Mitochondrial Antibodies (AMA)
Spesifik untuk sirosis bilier primer.

L.O. 2. Mempelajari dan Memahami Artitis Rheumatoid


2.1. Definisi
Artritis Rhematoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi
klinik AR adalah poliartritis sistemik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil
pada tangan dan kaki.

2.2. Epidemiologi
Epidemiologi Artritis Reumatoid berpariasi di berbagai negara di dunia,
dengan angka kejadian yang lebih tinggi di amerika dan eropa, dan insiden yang
elbih rendah di asia tenggara dan timur tengah.
o Global
Prevalensi Artritis Reumatoid pada negara berpenghasilan rendah dan
menengah adalah:
- Asia Tenggara: 0,4%
- Timur Tengah: 0,37%
- Eropa: 0,62%
- Amerika: 1,25%
- Pasifik Barat: 0,42%

Pengukuran kualitas hidup mengguankan penilaian World Health


Organization Quality of Life menunjukan bahwa skor secara signifikan
lebih rendah pada pasien dengan Artritis Reumatoid dibanding kontrol
normal. Disabilitas fungsional merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan Artritis Reumatoid.

12
o Indonesia
Angka kejadian Artritis Reumatoid pada penduduk dewasa (di atas 18
tahun) berkisar 0.1% hingga 0,3%. Sedangkan prevalensi pada anak dan
remaja ditemukan satu per 100.000 orang. Artritis Reumatoid lebih
banyak di temukan pada perempuan dibanding dengan laki-laki dengan
rasio 1:3 karena perempuan memiliki hormon estrogen yang dapat
memicu sistem imun dan dapat terjadi pada semua kelompok umur,
dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade ke 4 dan ke 5
kehidupan.

2.3. Etiologi

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya


dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan (Suarjana, 2009)

1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta.
Dan stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2)
dan menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih
dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk
semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino
homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan
sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa
menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).

13
Faktor Risiko :

Faktor Risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR


antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita
AR, umur lebih tua, paparan salisilat dan merekok. Konsumsi lebih dari tiga
cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated mungkin juga berisiko. Makanan
tinggi vitamin D, konsumsi teh, dan penggunaan kontrasepsi oral
berhubungan dengan penurunan berisiko. ( Ilmu penyakit dalam EdisiVI )

2.4. Patofisiologi

RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi


autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari
proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah
perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh
bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya pannus akibat terjadinya
pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang Respon
imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor
pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
(Surjana, 2009).

Gambar :Patofisiologi artritis Rheumatoid

Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik. Sel T merupakan


bagian dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg,
Tdth, CTL/Tc, NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik
humoral, sel B berupa IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012).

14
Peran sel T pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan
share epitop dari major histocompability complex class II (MHCII-SE) dan
peptida pada antigen-presenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan
peran sel B dalam imunopatologis RA belum diketahi secara pasti (Suarjana,
2009).

2.6. Diagnosis Banding

Arthritis Rheumatoid harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya


seperti artropati reaktif yang berhubungan dengan infeksi spondiloartropati
seronegatif dan penyakit jaringan ikat lainnya seperti lupus eritematosus sistemik
(LES), yang mungkin mempunyai gejala menyerupai arthritis rheumatoid. Adanya
kelainan endokrin juga harus disingkirkan. Artritis Gout jarang bersama-sama
dengan artritis rheumatoid, bila dicurigai ada artritis gout makan pemeriksaan
cairan sendi perlu dilakukan.

2.7. Komplikasi

15
2.8. Tatalaksana

2.8.1 Terapi Farmakologi

Pada umumnya meliputi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) untuk
mengendalikan nyeri, glukokortikoid dan DMARD (Disease Modifying Anti-
Rheumatic Drugs).

a. OAINS
Sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan, Penderita
AR mempunyai resiko dua kali lebih sering mengalami komplikasi serius
akibat penggunaan OAINS dibandingkan dengan penderita osteoarthritis, oleh
karena itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek samping
gastrointestinal.
b. Glukokortikoid
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednisone kurang dari 10mg per hari
cukup efektif untuk meredakan gejala dan dapat memperlambat kerusakan
sendi. Dosis harus diberikan dalam dosis minimal karena resiko tinggi
mengalami efek samping katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan kadar
gula darah.
c. DMARD
Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita AR.
Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya
penyakit, pengalaman dokter, dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang
paling umum digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin
fosfat, sulfasalazine dan leflunomide.

2.8.2 Terapi Non-Farmakologi

Terapi puasa, suplementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan
menunjukkan hasil yang baik. Terapi minyak ikan (cod liver oil) bisa
digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Edukasi dan
pendekatan multidisiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan
manfaat jangka pendek. Pembedahan harus dipertimbangkan bila terdapat
nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi ekstensif, keterbatasan
gerak yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang berat dan ada ruptur
tendon

16
2.9. Prognosis

Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara lain: skor


fungsional yang rendah, status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan
rendah, ada riwayat keluarga dekat menderita AR, melibatkan banyak sendi,
nilai CRP atau LED tinggi saat permulaan penyakit, RF atau anti-CCP positif,
ada perubahan radiologis pada awal penyakit, ada nodul
reumatoid/manifestasi ekstraartikular lainnya.

L.O. 3. Mempelajari dan Memahami Pandangan Islam dalam menghadapi Penyakit


1. Sabar
Definisi sabar secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti: al-habs atau al-kaff
(menahan), Allah berfirman:

Secara istilah, definisi sabar adalah: menahan diri dalam melakukan sesuatu
atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah, Allah berfirman:

‫والذين صبروا ابتغاء وجه ربهم‬

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya” (Ar-Ra’d: 22).

Ayat-Ayat Al-Quran

Al-Baqarah 152-156

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

17
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar”

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna


lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.”

Mengenai sabar, Allah SWT berfirman, “wahai sekalian orang-orang yang


beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah kesabaranmu itu dan tetaplah
bersiap siaga” (QS.Ali imran : 200)

Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika


mengalami musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang
melawan kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT.
Tentang ayat ini, Sahl bin Sa’ad meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW
bahwa, “Satu hari berjihad di jalan Allah itu lebih baik ketimbang dunia dengan segala
isinya” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi)

18
2. Ikhlas
Definisi ikhlas

Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-
hal yang bisa mencampurinya.

Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi) Syaikh Abdul Malik
menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari
definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa
ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika
engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan
kepada manusia.

Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari
komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka
engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah
perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang
memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu
untukNya. Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya
ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya
tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya
kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu
(meskipun manusia tidak meridhoimu).

Ayat – ayat Al-Quran tentang ikhlas:

"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa)


kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (QS. Az-Zumar: 2-3).

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama." (QS. Az-Zumar: 2-3).

19
3. Ridho
Definisi ridho

Ridho (‫)رض‬ِ berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha
dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa
yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan
apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik
pula bagi hamba-Nya.

Ayat al-quran tentang ridho

‫َللا ِع ْند ال ِدِّين ِإن‬ ِْ


ِ ‫اْلسَْلم‬

“Sesungguhnya dien atau agama atau jalan hidup (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat 19)

ْ‫حسنة أسْوة َللاِ رسو ِل فِي لك ْم كان لقد‬

‫كثِيرا َللا وذكر ْاْلخِ ر و ْالي ْوم َللا ي ْرجو كان لِم ْن‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 21)

20
DAFTAR PUSTAKA

W. A. Newman Dorland. 2008. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi VI, Jilid I, Interna Publishing. Jakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi V, Jilid III, Interna Publishing. Jakarta.

Abbas, A.K. & Lichtman, A.H.,2016. Imunologi Dasar Abbas Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Elsevier

http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdf

https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html

21

Anda mungkin juga menyukai