Anda di halaman 1dari 40

PENYAKIT AUTOIMUN DAN SLE

NAMA :
ABDI KRESNA
KELOMPOK TUTOR 1
AMITHA SAFITRI
DAYANG PERMATA SARI
ERWIN SUYANTO
FAQIH FARUKIH dr .Ririen Hariningsing
FIBRI FAMELIA
HERNILA GUSTINAWATI
KHAIRUNISA UTAMI
KHUSNUL EKA PRATIWI
RINI SEPRIANI
SUNU BINTAN GIFARI
VEVY DWI ANDINI
YOGI SCORPIONIS OKMAN
YOLANDA BUDIATI
SKENARIO
Ny. Santi berusia 30 tahun, seorang ibu rumah tangga
datang kerumah sakit dengan keluhan demam yang hilang timbul
sejak 6 bulan yang lalu. Ny. Santi juga mengeluh nausea, tidak nafsu
makan, sariawan dimulut, nyeri pada persendian, rambut rontok
dan pipi berwarna merah bila terkena sinar matahari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu subfebris, konjungtiva pucat,
terdapat sariawan di mulut. Pada wajah terlihat malar rash. Dokter
menduga penyakit Ny. Santi merupakan salah satu penyakit
autoimun, selanjutnya dokter menyarankan untuk dilakukan
beberapa pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan kondisi Ny.
Santi.
TERMINOLOGI ASING
1. AUTOIMUN
Ditujukan untuk melawan jaringan tubuh sendiri
[ Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28 hal. 121 ]
2. NAUSEA
Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
abdomen dengan kecenderungan untuk muntah
[Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28 hal. 729 ]
3. MALAR RASH
Kelainan kulit pada pipi yang berbentuk pola kupu-kupu seperti pada
lupus eritomatosus dan dermatitis
[ Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28 hal. 915 ]
4. SUBFEBRIS
Peninggian suhu yang sedikit diatas normal
[ Kamus Dorland Edisi 31 ]
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penanganan penyakit autoimun?
2. Apa tanda-tanda penyakit lupus?
3. Bagaimana mekanisme autoimun?
4. Apa saja macam-macam penyakit autoimun?
5. Apa faktor resiko penyakit lupus?
6. Apa saja jenis-jenis penyakit lupus?
7. Apa hubungan hipersensitivitas terhadap kulit kemerahan?
8. Apa kriteria dari autoimun?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ketika
mengalami lupus?
10. Mengapa pada pemeriksaan fisik Ny. Santi didapatkan suhu
subfebris?
HIPOTESIS
1. Pengobatan yang dipilih bergantung pada penyakit spesifik dan
gejalanya, beberapa pasien memilikikan suplemen untuk
menggantikan hormon/vitamin yang diperlukan karena kekurangan
zat tersebut seperti suplemen tiroid, vitamin/ sunyikan insulin.
Apabila autoimun menyerang darah, kadang diperlukan tranfusi
darah obat yang diberikan untuk mengurangi respons autoimun,
kortikosteroid dan golongan non-steroid
2. - Lelah
- Demam
- Hilang BB / BB meningkat
- Ruam berbentuk kupu-kupu
- Luka pada kulit yang timbul karena sinar matahari
- Radang pada mulut
- Rambut rontok
- Nyeri dada
HIPOTESIS
3. Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh memerlukan ketahanan berupa respon
imun untuk melawan substansi tersebut dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang
potensial menyebabkan penyakit. Untuk melakukan hal tersebut secara efektif maka diperluka
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri, pada penyakit autoimun terjadi kegagalan untuk
mengenali beberapa bagian dari dirinya.
4. - Anemia hemolitik autoimun
- Bulkuk pemphigoid
- Sindrom goodpasture
- Penyakit graves
- Multiple sclerosis
- Rheumatoid arthritis
- Lupus
5. - Jenis kelamin
- Usia
- Ras
- Sinar matahari
- Obat tertentu
HIPOTESIS
6. - Systemic lupus erythematosus
- Discord lupus erythematosus
- Drug induced lupis erythematosus
- Neonatal lupus
7. - Degenerasi sel mast mengakibatkan keluarnya
mediator histamin
- Keluarnya histamin mengakibat vasodilatasi pembuluh
darah dibawah kulit sehingga berwarna merah
- Pengeluaran histamin juga mengakibatkan
permeabilitas vaskular sehingga terjadi transudat dan
edema dan sel ini keluar merangsang ujung saraf
perifer, ujung saraf ini mengakibatkan papul dan gatal
HIPOTESIS
8. - Autoantibodi /sel T autoreaktif dengan spesifikasi untuk organ
yang terkena ditemukan pada penyakit
- Autoantibodi ditemukan dijaringan dengan cedera
- Penurunan respons autoimun memberikan perbaikan penyakit
- Transfer antibodi ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit
autoimun pada resipien
9. - Pemeriksaan anti-nuclear antibodi ( ANA )
- Pemeriksaan anti-ds DNA
- Pemeriksaan anti- Sm antibodi
- Pemeriksaan sel LE
- Pemeriksaan darah lengkap, leukosit, trombosit
- Pemeriksaan urine rutin
10. Karena demam adalah salah satu bentuk gejala konstitusional
penyakit lupus.
SKEMA
Autoimun Hipersensitivitas tipe III

Definisi Klasifikasi Etiologi Faktor Resiko Mekanisme secara umum

Organ Non-organ sisemik

Tiroditis Gastritis Adrenalis LES

Etiologi Manifestasi Patofisiologi Diagnosis

Penatalaksanaan
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan tentang autoimun
2. Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan tentang penegakkan diagnosa
SLE
3. Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan tentang penatalaksanaan SLE
Autoimun

Kegagalan fungsi kekebalan tubuh yang


membuat badan menyerang jaringannya
sendiri
A. Faktor Perkembangan Penyakit
Autoimun
• Genetik Rasio perempuan / laki-
• Gender laki insiden penyakit autoimun

Wanita lebih sering pada pria Hashimoto


10/1
• Infeksi thyroiditis

• Obat-obatan tertentu Graves’ disease 7/1


menginduksi penyakit Multiple sclerosis
autoimun (MS)
2/1
• Umur Miastenia gravis 2/1
Sebagian besar penyakit
autoimun terjadi pada usia Systemic lupus
dewasa erythematosus 9/1
(SLE)
Rheumatoid
5/2
arthritis
B. Klasifikasi Autoimun
• Penyakit autoimun terdiri dari dua golongan, yaitu :
• 1.Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodi yang khas
organ; contoh : Thiroiditis, dengan auto-antibodi terhadap tiroid; Diabetes
Mellitus, dengan auto-antibodi terhadap pankreas; sclerosis multiple,
dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf; penyakit radang usus, dengan
auto-antibodi terhadap usus.
• 2.Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukan auto
antibodi yang tidak terbatas pada satu organ.
• Contoh : Systemic lupus erythemathosus (SLE), arthritis rheumatika,
vaskulitis sistemik dan scleroderma, dengan auto-antibodi terhadap
berbagai organ.
Penyakit autoimun yang sering terjadi

• Artritis Reumtoid
• SLE
• Sindrom Sjogren
• Sklerosis Sistemik
• Dermatomiositis
• Polimiositis
• Sindrom Fibromialgia
• Vaskulitis
• Fenomena Raynaud
• Sindrom Antifosfolipid
C. Gejala Autoimun
• Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam
• Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis jaringan
di seluruh tubuh. Misalnya : pembuluh darah, tulang rawan
dan kulit.
• Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa
menyebabkan :
1. Merusak bentuk sendi
2. Gatal
3. Kesukaran pernapasan
4. Edema
5. Demam
6. Kematian
D. Mekanisme Autoimun
• Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh
memerlukan ketahanan berupa respon imun untuk melawan
substansi tersebut dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari
kondisi yang potensial menyebabkan penyakit.
• Untuk melakukan hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat
memberikan respon pada kondisi asing atau bukan dirinya sendiri
• Pada penyakit autoimun terjadi kegagalan untuk mengenali
beberapa bagian dari drinya.
E. Diagnosa Autoimun
• pemeriksaan dara yang menunjukkan adanya radang dapat diduga
sebagai gangguan autoimun.
• Misalnya : pengendapan laju eritrosit seringkali meningkat, karena
protein yang dihasilkan dalam erespon radang mengganggu kemampuan
sel darang merah (eritrosit) untuk tetap didalam darah. Sering jumlah sel
darah merah berkurang karena radang mengurangi produksinya.
• Tetatpi radang mempunyai banyak sebab banyak diantaranya bukan
autoimun dan dapat dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui
antibodi yang berbeda . Tetapi antibodi ini kadang-kadang tidak terjai
pada autoimun saja oleh karena itu biasanya digunakan kombinasi hasil
tes dan tada gejala yang dialami penderita.
SLE
A. DEFINISI
lupus Eritematosus Sistemik merupakan
penyakit inflamasi autoimun sistemik yang
ditandai dengan temuan autoantibodi pada
jaringan kompleks imun sehingga
mengakibatkan manifestasi klinis diberbagai
sistem organ. Terdapat beberapa autoantibodi
yang ditemukan pada les ; anti nuclear
antibody (ANA), anti-La (SS-B), Antihiston,
antifosfolipid, anti-eritrosit, antitrombosit,
antineuronal, dan antiribosomal P.
B. Epidemiologi
insidens LES pertahun di Amerika Serikat tercatat
sekitar 5.1 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan
prevalensinya mencapai 52 kasus per 100.000 penduduk
(laki-laki; perempuan= 9-14:1)
C. Etiologi dan Patogenesis
pada individu dengan predisposisi genetik
terhadap SLE timbul gangguan toleransi sel T terhadap
self-antigen. Akibatnya, terbentuk suatu sel B untuk
memproduksi autoantibodi. Pemicu gangguan toleransi
ini diduga berupa hormon seks (peningkatan estrogen
ditambah dengan aktivitas androgen yang tidak adekuat),
sinar ultraviolet, obat-obatan (prokainamid, hidralazin,
chlorpromazin, isoniazid, fenitron, penisilamin), dan
infeksi tertentu (retrovirus, DNA bakteri, endotoksin).
autoantibodi yang terbentuk akan menyerang
nukleus, sitoplasma, permukaa sel, IgG, maupun
faktor koagulasi (self molecules). Antibodi yang
spesifik ditemukan pada penderita SLE adalah ANA
(anti-nuclear antibody), anti ds-DNA (anti-double
stranded DNA) dan anti Sm antibodi. Ikatan
autoantibodi ini dengan antigennya akan membentuk
kompleks imun yang beredar keseluruh tubuh dan
diluar kemampuan fagosit mononuklear. Adanya
deposit kompleks imun akan memicu aktivasi sistem
komplemen yang kemudian mngaktifkan respon
inflamasi dan gangguan organ terkait.
 Diagnosis
Diagnosis SLE ditegakkan bila ditemukan 4 dari
11 kriteria dibawah ini :
1. Ruam Malar
2. Ruam Diskoid
3. Foto Sinsitivitas
4. Ulkus dari mulut ( Stomatitis )
5. Artritis non-erosif
6. Serositis berupa pleuritis atau perikarditis
7. Abnormalitas Ginjal
8. Abnormal Neurologik
9. Abnormal Hematologi
10. Abnormal Imunologi
11. Antibodi Anti Nuklear ( ANA )
 Diagnosis Banding

Sindrom Sjogren , sindrom antibodi


antifosfolipid (APS) . Fibromialgia , purpura
trombositopenia imun , dan vaskulitis . Hasil tes
ANA positif dapat pula ditemukan pada beberapa
kondisi positif , antara lain infeksi kronis ( misalnya
tuberkulosis ) , gangguan autoimun ( MCTD ,
artritis reumatoid , tiroiditis autoimun ).
Manifestasi SLE
• Muskuloskeletal

mialgia, atralgia, poliartritis yang simetris


dan non-erosit, deformitas tangan,
miopati/misitis, nekrosis iskemia pada tulang
• Kulit
butterfly rash, fenomena
raynaud (gangguan vasospasme
pada pembuluh darah perifer),
purpura, urtikaria, alopesia,
fotosensitivitas, lesi membran
mukosa, dan vaskulitis
Paru
pleuritis, lupus
pneumonitas, efusi pleura,
emboli paru, fibrosis
interstisial, hipertensi
pulmonal, acute respiratory
distress syndrome (ARDS)
• Kardiologi
perikarditis, efusi perikardium, infark
miokard, gagal jantung kongestif, valvulitis

• Ginjal
gagal ginjal, sindrom nefrotik, end-stage
renal disease
• Gastrointestinal
dispepsia, irritable bowel syndrome (IBS),
peningkatan transaminase, pankreatitis,
vaskulitis mesenterika

• Neurologi
gangguan kognitif, gangguan mood, nyeri
kepala, kejang, stroke, transient ischemic
attack, epilepsi, hemiparesis, meningitis
aseptik,mielitis transversal, neuropati perifer,
miastenia gravis, mononeuritis multipleks
• Hemotologi-limfatik
limfadenopati generalisata atau terlokalisir,
splenomegali, hepatomegali, anemia aplastik,
anemia penyakit kronis, anemia pernisiasa,
leukopenia, limfopenia, trombositopenia,
anemia hemoliti, trombosit
• Gejala konstitusional
malaise, penurunan berat badan, demam
Prognosis
Prognosis LES sangat bervariasi.
Namun secara umum angka
morbiditasdan mortalitasnya masih
tinggi. Angka kesintasan (survival )
LES untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20 dan
20 tahun masing-masing adalah 93-
97%, 84-95%, 70-80%, dan 53-64%
PENATALAKSANAAN SLE
Sampai saat ini SLE belum dapat
disembuhkan dengan sempurna namun
pengobatan yang tepat dapat menekan gejala
klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi .
Dalam garis besar penatalaksanaan sle
dibagi menjadi 2 yaitu :
• konseling –tindakan supprotif berupa edukasi
.tindakan pertama adalah penderita
diberitahu mengenai penyakit yang
dideritanya ,perjalanan penyakit ,komplikasi
dan prognosisnya )
• non farmakologis
• farmakologis
Non Farmakologis
• Istirahat, diperlukan dalam mengatasi kelelahan. ini
dilakukan dengan cara membatasi aktivitas secara
berlebihan dan dengan istirahat yang cukup
• Menghindari kontak dan dengan matahari dan
perubahan cuaca . Sinar matahari harus dihindari
karena sinar uv dapat merusak dan merubah membran
lisosom dari DNA sel kulit yang memacu eksaserbasi.
diatasi dengan menggunakan sun screener SPF30,
menghindari terpapar matahari pukul 10 pagi-3 sore
• Menghindari stress ,kerusakan jaringan baik karena
trauma maupun operasi ,infeksi dan pemakaian obat-
obatan seperti : antikonvulsi ,sulfanamid.
• Kontrasepsi oral sebaiknya diberikan takaran
yang minim khususnya yang mengandung
estrogen
• Diet, melakukan pembatasan makanan yang
mengandung lemak,agar kadar lipid darah
normal
• Menghindari rokok, mengurangi oksigenasi
FARMAKOLOGI
• Obat ains digunakan untuk kelainan muskoloskeletal
berupa atralgia ,arthritis ,dan mialgia serta kelainan
sistemik seperti demam dan serositis
• -Obat anti malaria
Untuk mengatasi kelainan kulit dan atrithis
hidroklorokuin dosis 2-3×100 mg/hari membaik dalam
beberapa minggu tetapi terdapat efeksamping
terutama pada mata infiltrasi kornea (reversible)dan
retinopaty berifat (ireversible)disertai dengan
kebuataan sehingga dianjurkan pemeriksaan mata
setiap 3 bulan sekali
Kortikosteroid
Mempunyai khasiat untuk anti inflamasi yang
kuat dan mampu mencegah radang tetapi
memiliki efek samping seperti
Dosis tinggi > cushing sindrome ,peningkatan berat
badan ,penyembuha luka terganggu ,osteoporosis
,risiko infeksi meningkat ,katarak
 Ekserbasi oleh terapi> hipertensi,intoleransi glukosa
Kadang-kadang> perlemakan hati nekrosis
Keadaan dimana memerlukan > gejala susunan saraf
pusat ,perikarditis ,miokarditis anemia hemolitik
Obat imunosupressif
Indikasi utama nefritis lupus yang
dikombinasikan dengan
kortikosteroid .jenis yang sering
dipakai azatioprin dan
siklofosfamid .efek samping yag
ditimbulkan obat :penekanan
sumsum tulang dan peningkatan
keganasan .

Anda mungkin juga menyukai