Anda di halaman 1dari 14

Sasaran belajar

1. Memahami dan menjelaskan penyakit auto imun


1.1. Deinisi penyakit autoimun
Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekealan tubuh seseorang
menyerang tubuh sendiri. Normalnya, sistem kekebalan tubuh menjaga tubuh dari
serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Namun pada seseorang yang
menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang sehat
sebagai organisme asing. Sehingga sistem kekebalan tubuh akan melepaskan protein
yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Autoimunitas adalah kegagalan satu organisme untuk mengenali bagian dari
dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respo kekebalan melawan sel
dan jaringan mimliknya sendiri. beberapa pennyakit yang dihasilkan dari kelainan
respon kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Contoj=hnya meliputi penyakit
Coelliac, DM tipe I, Systemic lupus Erythematosus (SLE), dll.
1.2. Etiologi penyakit auto imun
Faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita penyakit autoimun:
- Etnis, beberapa penyakit autoimun umumnya menyerang etnis tertentu.
Misalnya,diabetes tipe I umumnya menimpa orang eropa, sedangkan lupus
rendah terjadi pada orang afrika, amerika dan amerika latin.
- Gender, wanita lebih rentan terserang penyakit autoimun dibandingkan pria,
biasanya penyakit ini di mulai pada masa kehamilan.
- Lingkungan, paparan dari lingkungan seperti cahaya matahari, bahan kimia, serta
infeksi virus dan bakteri bisa menyebabkan sesorang menyerang penyakit
autoimun dan memperparah keadaannya.
- Riwayat keluarga, umumnya penyakit autoimun juga menyerang anggota
keluarga yang lain, meski tidak selalu terserang penyakit autoimun yang sama,
mereka rentan terkena penyakit autoimun yang lain.
1.3. Klasifikasi penyakit auto imun
a. Penyakit Autoimun Non Organ Spesifik
Terjadi karena dibentuknya antibodi terhadap autoantigen yang tersebar luas di
dalam tubuh, misalnya DNA. Pada penyakit autoimun yang non organ spesifik sering
juga dibentuk kompleks imun yang di endapkan pada dinding pembuluh darah, kulit,
sendi, dan ginjal serta menimbulkan kerusakan. Yang termasuk penyakit autoimun
sistemik :
- Artritis Reumatoid
- Dermatomiositis
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Mixed Connnective Tissue Disease
- Sarkodosis
- Sindrom Sjogren
b. Penyakit Autoimun Organ Spesifik
Terjadi karena terbentuknya antibodi terhadap jaringan alat tubuh. Contoh alat tubuh
yang menjadi sasaran yaitu : Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, lambung dan pankreas.
Yang termasuk penyakit autoimun spesifik:
1) Penyakit Autoimun Endokrin
o Penyakit Addison
o Diabetes Melitus Tipe I
o Pankreatitis Autoimun
o Tiroiditis Hashimoto
2) Penyakit Autoimun Gastrointestinal
o Gastritis Autoimun
o Inflammantory Bowel Disease
o Hepatitis Autoimun
o Sirosis Bilier Primer
3) Penyakit Autoimun Ginjal
o Glomerulonefritis C3
o Glomerulonefritis Membrano Proliferatif
o Glomerulonefritis Membranosa
o Sindrom Good Pasture
4) Penyakit Autoimun Hematologik
o Anemia Hemolitik Autoimun
o Sindrom Anti Fosfolipid
5) Penyakit Autoimun Jantung
o Demam Reuma
o Perikarditis
o Miokarditis
o Endokarditis
6) Penyakit Autoimun Kulit
o Alopesia Areata
o Penyakit Bulosa Autimun
o Dermatomiositis
o Psoriasis
o Sindrom Sjogren
o Vitiligo
7) Penyakit Autoimun Mata
o Penyakit Graves
o Tukak Mooren
o Ocular Atatricial Pemphigoid
o Sindrom Sjogren
o Ureitis Autoimun
o Sindrom Vogt Koyanagi Harada (VKH)
8) Penyakit Autoimun Otot
o Polimiosistis
o Sindrom Fibromialgia
9) Penyakit Autoimun Saraf
o Sindrom Guillain Barre
o Miastenia Gravis
o Sklerosis Multipel
1.4. Patofisiologi penyakit autoimun

1.5. Penegakan diagnosis penyakit autoimun


Hal yang harus pertama dilakukan dalam mendiagnosis adalah Anamnesis, lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Laboratorium. Berikut adalah
beberapa pemeriksaan Laboratorium Autoimun:
a. Pemeriksaan Laboratorium Awal
 Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologic adalah pemeriksaan Laboratorium yang paling
awal. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan Darah lengkap dan Darah rutin.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar komponen darah dalam
tubub seperti kadar leukosit dan trombosit, pada pemerksaan ini juga kita
dapat mengetahui apakah pasien mengalami anemia atau tidak. Pada penderita
autoimun serimg ditemukan anemia hemolitik dan trombositopenia.
 Hemostasis
 Kimia
Pada pemeriksaan ini menggunakan enzim sebagai mediator untuk
mengetahui organ mana yang terkena.
 Urinalis
 Pemeriksaan ini menggunakan Urin untuk mengetahui ada atau tidaknya
kadar protein dalam Ginjal, karena pada urin orang yang sehat tidak
mengandung urin.
b. Pemeriksaan penanda Inflamasi (acute phase reactant)
 Laju Endap Darah (LED)
Mengukur kecepatan pengendapan eritrosit di dalam plasma dan hasilnya
dibaca dalam 1 Jam. Pemeriksaan LED dipengaruhi oleh berbagai Faktor
(jumlah dan bentuk eritrosit, protein plasma terutama fibrinogen dan globulin.
 C- Reactive Protein (CRP)
Pemeriksaan CRP ini lebih baik sebagai penanda inflamasi akut daripada
LED. Bila ada inflamasi, perubahan kadar CRP lebih cepat daripada LED dan
waktu pemeriksaan lebih cepat (<1 Jam).
 Penanda Lain
Fibrinogen, albumin dan haptoglobin yang meningkat juga dapat dijadikan
sebagai penanda inflamasi.
c. Pemeriksaan Autoantibodi dan Imunologi
 Autoantibodi non spesifik organ
1) Anti-nuclear Antibody (ANA)
Antibodi terhadap komponen inti sel seperti DNA, RNA histon dan
centromere. ANA positif dengan cara ELISA dilanjutkan dengan
Immunofluorescent Assay (IFA) untuk melihat pola pewarnaan yaitu
homogeny, perifer, speckled, nucleolar dan centromere. ANA sensitive
untuk deteksi SLE (>95%) tapi spesifisitas rendah (50%) ditemukan pada
penyakit rematik umumnya.
2) Anti Neutrofil Cytoplasmic (ANCA)
Antibodi terhadap antigen sitoplasma neutrofil. Dapat dijumpai pada
Wegener’s granulomatosis, polyarthritis nodosa,ulcerative colitis dan lain-
lain.
3) Anti Fosfolipid
Paling sensitif untuk syndroma antifosfolipid tetapi tidak spesifik.
 Autoantibodi spesifik organ
1) Autoantibodi tiroid
- Anti tiroperoksidase (anti-TPO)
Paling sensitif untuk deteksi penyakit tiroid autoimun.
- Anti reseptor TSH (TRAb)
- Anti tiroglobulin (anti-Tg)
Berguna untuk deteksi penyakit tiroid autoimun pada penderita dengan
goiter noduler.
2) Autoantibodi Hati
- Anti Smooth Muscle (SMA)
Sensitif untuk deteksi hepatitis autoimun, tapi tidak spesifik karena
dapat dijumpai pada beberapa penyakit hepar dan non hepar.
- Anti Actin
Lebih spesifik untuk Hepatitis autoimun dan dapat digunakan untuk
menentukan prognosis
- Anti Mitochondrial Antibodies (AMA)
Spesifik untuk sirosis bilier primer.
2. Memahami dan menjelaskan penyakit artitis rheumatoid
2.1. Definisi penyakit artitis rheumatoid
Arttis reumatoid (AR) adalah penyakit auto imun yang ditandai oleh inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama.
2.2. Etiologic penyakit artitis rheumatoid
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan
dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009)
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki
angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental
Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan
stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan
menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap
perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
penyakit RA (Suarjana, 2009).
d. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T
mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa
menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga
mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
Faktor Risiko :
Faktor Risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR antara lain
jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua,
paparan salisilat dan merekok. Konsumsi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi
decaffeinated mungkin juga berisiko. Makanan tinggi vitamin D, konsumsi teh, dan
penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan berisiko. ( Ilmu penyakit
dalam EdisiVI )
2.3. Patofisologi penyakit artitis rheumatoid
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi
yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya
pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial yang
mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang
Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan faktor
pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
(Suarjana, 2009).
Sel T dan sel B merupakan respon imunologi spesifik. Sel T merupakan bagian
dari sistem immunologi spesifik selular berupa Th1, Th2, Th17, Treg, Tdth, CTL/Tc,
NKT. Sitokin dan sel B merupakan respon imunologi spesifik humoral, sel B berupa
IgG, IgA, IgM, IgE, IgD (Baratwidjaja, 2012).
Peran sel T pada RA diawali oleh interaksi antara reseptor sel T dengan share
epitop dari major histocompability complex class II (MHCII-SE) dan peptida pada
antigen-presenting cell (APC) pada sinovium atau sistemik. Dan peran sel B dalam
imunopatologis RA belum diketahi secara pasti (Suarjana, 2009).
2.4. Manifestasi klinis penyakit artitis rheumatoid
Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan
manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009). Manfestasi artikular RA terjadi secara
simetris berupa inflamasi sendi, bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri,
bengkak, dan kekakuan sendi, serta hidrops ringan (Sjamsuhidajat, 2010). Tanda
kardinal inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin
ditemukan pada awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat
mungkin tidak dijumpai pada RA kronik (Surjana, 2009). Sendi-sendi besar, seperti bahu
dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin
berupa gejala asimptomatik setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya (Longo, 2012).
Manifestasi ekstraartikular jarang ditemukan pada RA (Syamsyuhidajat, 2010).
Secara umum, manifestasi RA mengenai hampir seluruh bagian tubuh. Manifestasi
ekstraartikular pada RA, meliputi (Longo, 2012):
a. Konstitusional, terjadi pada 100% pasien yang terdiagnosa RA. Tanda dan
gejalanya berupa penurunan berat badan, demam >38,3°C , kelelahan
(fatigue), malaise, depresi dan pada banyak kasus terjadi kaheksia, yang
secara umum merefleksi derajat inflamasi dan kadang mendahului terjadinya
gelaja awal pada kerusakan sendi (Longo, 2012).
b. Nodul, terjadi pada 30-40% penderita dan biasanya merupakan level tertinggi
aktivitas penyakit ini. Saat dipalpasi nodul biasanya tegas, tidak lembut, dan
dekat periosteum, tendo atau bursa. Nodul ini juga bisa terdapat di paru-paru,
pleura, pericardium, dan peritonuem. Nodul bisanya benign (jinak), dan
diasosiasikan dengan infeksi, ulserasi dan gangren (Longo, 2012).
c. Sjogren’s syndrome, hanya 10% pasien yang memiliki secondary sjogren’s
syndrome. Sjogren’s syndrome ditandai dengan keratoconjutivitis sicca (dry
eyes) atau xerostomia (Longo, 2012).
d. Paru (pulmonary) contohnya adalah penyakit pleura kemudian diikuti dengan
penyakit paru interstitial (Longo, 2012).
e. Jantung (cardiac) pada<10% penderita. Manifestsi klinis pada jantung yang
disebabkan oleh RA adalah perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, penyakit
arteri koreoner atau disfungsi diastol (Lomgo,2012)
f. Vaskulitis, terjadi ipada <1% penderita, terjadi pada penderita dengan
penyakit RA yang sudah kronis (Longo, 2012)
g. Hematologi berupa aneisa normostik, immune mediaed trombocytopenia dan
keadaan dengan trias berupa neutropenia, splenomegali, dan nodular RA
sering disebut dengan felty syndome. Sindrom ini terjadi pada penderita RA
tahap akrir (Longo,2012).
h. Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali lebih besar
dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan penyebaran B-cell lymphoma
secara luas (Longo, 2012).
2.5. Penegakan diagnosis penyakit artitis rheumatoid
a. Diagnosis
Diagnosis AR di Indonesia mengacu pada kriteria diagnosis menurut American
College of Rheumatology/European League Against Rheumatism 2010. Diagnosis
AR ditegakkan bila pasien memiliki skor 6 atau lebih.
Terkenanya sendi adalah adanya bengkak atau nyeri sendi pada pemerikasaan
yang dapat didukung oleh adanya bukti sinovitis secara pencitraan. Senid DIP, CMC
I, dan MTP I tidak termasuk dalam kriteria. Penggolongan distribusi sendi
diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan jumlah sendi yang terkena. Sendi besar
adalah bahu, sikut, pangkal paha, dan pergelangan kaki. Sendi kecil adalah MCP,
PIP, MTP II-V, IP ibu jari dan pergelangan tangan.

b. Diagnosis banding
AR harus dibedakan dengan sejumlah penyakit lainnya seperti artropati reaktif
yang berhubungan dengan infeksi, spondiloartropati seronegatif dadn penyakit
jaringan ikat lainnya seperti lupus eritmatosis sistemik (LES) yang mungkin
mempunyai gejala menterupai AR. Adaya kelainan endokrin juga harus disingkirkan.
Artritis gout jarang bersama-sama dengan AR, bila sicurigai ada artritis gout maka
pemeriksaan cairan sendi perlu diperlukan.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk diagnosa RA antara lain,
pemeriksaan serum untuk IgA, IgM, IgG , antibodi anti-CCP dan RF, 19 analisis
cairan sinovial, foto polos sendi, MRI, dan ultrasound (Longo, 2012).

2.6. Tatalaksana penyakit artitis rheumatoid


a. Terapi non-farmakologis
Terapi puasa, supllementasi asam lemak esensial, terapi spa dan latihan,
menunjukkan hasil yang baik. pemberian suplemen minyak ikan (cod liver oil) bisa
digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Memberikan edkasi
dan pendekatan multidisiplin dalam perawatan penderita, bisa memberikan manfaat
jangaka pendek.
b. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis menggunakan pendekatan piramida terbalik yaitu pemberian
DMARD sedini mungkin untuk menghambat perburukan penyakit. Perubahan ini
merupakan hasil yang didapat dari berbagai penelitian yaitu : 1) kerusakan sendi
sudah terjadi sejak awal penyakit; 2) DMARD memberikan manfaat yang bermakna
bila diberikan sedini mungkin; 3) manfaat DMARD bertambah bila diberikan secara
kombinasi; 4) Sejumlah DMARD yang baru sudah tersedia dan terbukti memberikan
efek yang menguntungkan.
1) OAINS
Digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi nyeri dan
pembengkakan. Obat ini tidak boleh digunakan secara tunggal karena obat
inni tidak merubah jalannya penyakit. Penderita AR mempunyai risiko 2 kali
lebih sering mengalami komplikasi serius akibat penggunaan OAINS
dibandingkan dengan penderita osteoartritis. Sehingg perlu pemantauan secara
ketat terhadap gejala efek samping gastrointestinal.
2) Glukokortiroid
Steroid dengan dosis ekuivalen dengan prednison kurang dari 10mg
perhari cukup efektif untuk meredkan gejala dan dapat memperlambat
kerusakan sendi. Memiliki resiko mengalami efek samping seperti
osteoporosis, katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan gla darah. ACR
merekomendasikan bahwa penderita yang mendapatkan terapi glukokortiroid
harus disertai dengan pemberian kalsium 1500 mg dan vitamin D 400 – 800
IU per hari. Bila artritis hanya mengenai sau sendi dan mengakibatkan
disabilitas yang bermakna, maka injeksi steroid cukup aman dan efektif,
walaupun efeknya bersifat sementara.
3) DMARD
Pemberian DMARD harus dipertimbangkan untuk semua penderita AR.
Pemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya
penyakit, pengalaman dokter, dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang
paling umum digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin
fosfat, sulfasalazine dan leflunomide, infliximab dan etanercept.
Penderita dengan penyakit ringan dan hasil pemeriksaan radiologis
normal, bisa dimulai dengan terapi hidroksiklorokuin/klorokuin fosfat,
sulfasalazin ata minosiklin, meskipun methotrexate (MTX) juga menjadi
pilihan. Penderita dengan penyakit yang lebih berat atau ada perubahan
radiologis harus dimulai dengan terapi MTX. Jika gejala tidak bisa
dikendalikan secara adekuat, maka pemberian leflunomide, azathioprine atau
terapi kombinasi (MTX ditambah satu DMARD yang terbaru).
4) Terapi kombinasi
Regimen terapi kombinasi yang efektif dan aman digunakan untuk penderita
AR aktif yang tidak terkontrol adalah salah satu dari kombinasi berikut :
- MTX + hidroksiklorokuin
- MTX + hidroksiklorokuin + sulfasalazine
- MTX + sulfasalazine + prednisolone
- MTX + leflunomide
- MTX + infliximab, MTX + etanercept
- MTX + adalimumab
- MTX + anakinra
- MTX + rituximab
2.7. Prognosis penyakit artitis rheumatoid
Prediktor prognosis buruk pada stadium dini AR antara lain: skor fungsional yang
rendah, status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah, ada riwayat keluarga
dekat menderita AR, melibatkan banyak sendi, nilai CRP atau LED tinggi saat
permulaan penyakit, RF atau anti-CCP positif, ada perubahan radiologis pada awal
penyakit, ada nodul reumatoid/manifestasi ekstraartikular lainnya.
Sebanyak 30% penderita AR dengan manifestasi penyakit berat tidak berhasil
memenuhi kriteria ACR 20 walaupun sudah mendapat berbagai macam terapi.
Sedangkan penderita dengan penyakit lebih ringan memberikan respons yang baik
dengan terapi.
3. Mempelajari dan Memahami Pandangan Islam dalam menghadapi Penyakit
1. Sabar
Definisi sabar secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti: al-habs atau al-kaff
(menahan), Allah berfirman:

Secara istilah, definisi sabar adalah: menahan diri dalam melakukan sesuatu
atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan Allah, Allah berfirman:

‫والذين صبروا ابتغاء وجه ربهم‬

“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabbnya” (Ar-Ra’d: 22).

Ayat-Ayat Al-Quran

Al-Baqarah 152-156

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar”

“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna


lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.”

Mengenai sabar, Allah SWT berfirman, “wahai sekalian orang-orang yang


beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah kesabaranmu itu dan tetaplah
bersiap siaga” (QS.Ali imran : 200)

Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika


mengalami musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang
melawan kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT.
Tentang ayat ini, Sahl bin Sa’ad meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW
bahwa, “Satu hari berjihad di jalan Allah itu lebih baik ketimbang dunia dengan segala
isinya” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi)
2. Ikhlas
Definisi ikhlas

Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-
hal yang bisa mencampurinya.

Definisi ikhlas menurut istilah syar’i (secara terminologi) Syaikh Abdul Malik
menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari
definisi-definisi mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang mendefenisikan bahwa
ikhlas adalah “menjadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika
engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan
kepada manusia.

Ada yang mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan amalan dari
komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang melakukan suatu amalan tertentu maka
engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah
perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang
memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu
untukNya. Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan oleh setiap muslim, hendaknya
ia tidak menjadikan perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga aktivitasnya
tergantung dengan komentar manusia, namun hendaknya ia menjadikan perhatiannya
kepada Robb manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah kepadamu
(meskipun manusia tidak meridhoimu).

Ayat – ayat Al-Quran tentang ikhlas:

"Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa)


kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (QS. Az-Zumar: 2-3).

"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama." (QS. Az-Zumar: 2-3).
3. Ridho
Definisi ridho

Ridho ( ً‫)رض‬
ِ berarti suka, rela, senang, yang berhubungan dengan takdir (qodha
dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa
yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan
apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik
pula bagi hamba-Nya.

Ayat al-quran tentang ridho

‫إِ َّن ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اإْل ِ ْساَل ُم‬

“Sesungguhnya dien atau agama atau jalan hidup (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam.” (QS Ali Imran ayat 19)

ٌ‫ُول هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَة‬


ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬

 ‫لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل َ ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam  itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab ayat 21)

Sumber :

Abbas, A.K. & Lichtman, A.H.,2016. Imunologi Dasar Abbas Edisi 5. Jakarta: Penerbit Elsevier

Longo, Dan L. MD., Kasper, Dennis L. MD., et al. 2012. Harrison’s Principle of Internal
Medicine ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis. McGrawHill Companies, Inc. USA.

Sjamsuhidajat, R, et al. 2010. Buku Ajar ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong Edisi 3. EGC.
Jakarta.

Suarjana, I Nyoman.2009. Artritis Reumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus, et al. Interna Publishing. Jakarta.
https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html

Anda mungkin juga menyukai