BAB I
PENDAHULUAN
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |2
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi
kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Salah satu jenis penyakit autoimun yaitu Anemia Hemolitik Autoimun
atau Autoimmune hemolytic anemia (AIHA). Penyakit ini adalah suatu kondisi
dimana imunoglobulin atau komponen dari sistem komplemen terikat pada
antigen permukaan sel darah merah dan menyebabkan pengrusakan sel darah
merah melalui Sistem Retikulo Endotelial (SRE). Autoimmune hemolytic anemia
(AIHA) adalah suatu keadaan hemolitik yang dasar patofisiologinya melalui
proses autoimmune. Sel darah merah dibentuk secara normal tetapi mengalami
proses destruksi dini karena kerusakan yang diperoleh dalam sirkulasi. AIHA
terjadi jika terdapat antibodi yang dihasilkan oleh sistim imunologi penderita
sendiri dan melekat pada eritrosit menyebabkan pecahnya eritrosit yang
berlebihan sehingga menyebabkan penurunan eritrosit sedangkan sumsum tulang
tidak dapat mengkompensasi destruksi eritrosit yang dipecah secara berlebihan
tersebut.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |3
1.3 Tujuan
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |4
BAB II
AUTOIMUN
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |5
tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin
merupakan gangguan autoimun.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |6
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |7
4. Penyakit Graves
Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid, ditandai dengan kelenjar gondok
dirangsang dan membesar, menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid
(hyperthyroidism). Gejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak tahan
panas, tremor, berat kehilangan, dan kecemasa. Dengan pengobatan, prognosis
baik.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |8
8. Penyakit Pemphigus
Penyakit ini menyerang kulit, ditandai dengan Lepuh besar terbentuk di
kulit. Gangguan bisa mengancam hidup.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun |9
nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di
bawah kulit. Progonosis bervariasi
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 10
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 11
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 12
BAB III
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 13
3.2.Epidemiologi
AIHA merupakan suatu kelainan yang jarang terjadi, hanya sekitar
0,001% dari seluruh populasi. Insiden AIHA diperkirakan 1 sampai 3 kasus per
100.000 penduduk dalam suatu populasi per tahun dan lebih sering dijumpai pada
wanita daripada laki-laki dengan perbandingan 2:1 dan dapat terjadi pada semua
umur. Insiden warm AIHA oleh karena IgG mencapai puncaknya pada dekade
keempat dan kelima sedangkan cold AIHA oleh karena IgM umumnya terjadi
pada dekade ketujuh.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 14
3.3. Etiologi
a) Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit kelainan karena
faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1) Gangguan struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh
kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung
ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih
menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa
sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan
krisi aplastik.Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang
telah lama menderita kelainan ini. Dalam keadaan normal bentuk eritrosit
ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara
dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat
sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang.
Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit
ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang
menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan
bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada
dinding sel.
2) Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah,
misalnya pada panmielopatia tipe fanconi. Anemia hemolitik oleh karena
kekurangan enzim sbb:
Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Defisiensi Glutation reduktase
Defisiensi Glutation
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 15
Defisiensi Piruvatkinase
Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
Defisiensi difosfogliserat mutase
Defisiensi Heksokinase
Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehydrogenase
3) Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari
hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya
konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun telah
mencapai keadaan normal Sebenarnya terdapat 2 golongan besar
gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain .
Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal
talasemia
b) Faktor Ekstrinsik :
1) Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
2) Akibat reaksi non imunitas : karena bahan kimia / obat.
3) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi
yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
4) Infeksi, plasmodium, boriella
3.4. Klasifikasi
a) Tipe Hangat
Yaitu hemolitik autoimun yang terjadi pada suhu tubuh optimal (37 derajat
celcius). Anemia Hemolitik Antibodi Hangat adalah suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah merah pada suhu
tubuh. Autoantibodi ini melapisi sel darah merah, yang kemudian dikenalinya
sebagai benda asing dan dihancurkan oleh sel perusak dalam limpa atau kadang
dalam hati dan sumsum tulang. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 16
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 17
b) Tipe Dingin
Anemia Hemolitik Antibodi Dingin adalah suatu keadaan dimana tubuh
membentuk autoantibodi yang bereaksi terhadap sel darah merah dalam suhu
ruangan atau dalam suhu yang dingin. Anemia jenis ini dapat berbentuk akut atau
kronik. Bentuk yang akut sering terjadi pada penderita infeksi akut,
terutama pneumonia tertentu atau mononukleosis infeksiosa. Bentuk akut biasanya
tidak berlangsung lama, relatif ringan dan menghilang tanpa pengobatan. Bentuk
yang kronik lebih sering terjadi pada wanita, terutama
penderita rematik atau artritis yang berusia diatas 40 tahun. Bentuk yang kronik
biasanya menetap sepanjang hidup penderita, tetapi sifatnya ringan dan kalaupun
ada, hanya menimbulan sedikit gejala.
Cuaca dingin akan meningkatkan penghancuran sel darah merah,
memperburuk nyeri sendi dan bisa menyebabkan kelelahan dan sianosis (tampak
kebiruan) pada tangan dan lengan. Penderita yang tinggal di daerah bercuaca
dingin memiliki gejala yang lebih berat dibandingkan dengan penderita yang
tinggal di iklim hangat. Diagnosis ditegakkan jika pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan antibodi pada permukaan sel darah merah yang lebih aktif pada suhu
yang lebih rendah dari suhu tubuh. Tidak ada pengobatan khusus, pengobatan
ditujukan untuk mengurangi gejala-gejalanya. Bentuk akut yang berhubungan
dengan infeksi akan membaik degnan sendirinya dan jarang menyebabkan gejala
yang serius. Menghindari cuaca dingin bisa mengendalikan bentuk yang kronik
terjadi pada suhu tubuh dibawah normal. Antibodi yang memperantarai biasanya
adalah IgM. Antibodi ini akan langsung berikatan dengan eritrosit dan langsung
memicu fagositosis.Manifestasi klinis: gejala kronis, anemia ringan (biasanya
Hb:9-12g/dl), sering dijumpai akrosianosis dan splenomegali.pemeriksaan lab:
anemia ringan, sferositosis, polikromasia, tes coomb positif, spesifisitas tinggi
untuk antigen tertentu seperti anti-I, anti-Pr, anti-M dan anti-P.Prognosis:baik,
cukup stabil. Terapi hindari udara dingin, terapi prednison, klorambusil 2-4
mg/hari, dan plasmaferesis untuk mengurangi antibodi IgM.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 18
3.5. Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh
turun-temurun dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah
beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat,
abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit,
mekanis cedera, dan hypersplenism. Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan
hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak
langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat
hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan
eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia
ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan oleh
virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang tidak
dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan eritrosit
terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk tulang
tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis, perluasan
tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia sel sabit atau
talasemia.
1. Mekanisme pemecahan eritrosit ektravaskular
Terjadi dalam sel makrofag dan sistem retikuloendotelial terutama di
organ hati, limpa/pankreas dan sumsum tulang. Pemecahan eritrosit terjadi di
dalam sel organ-organ tersebut karena organ-organ tersebut mengandung enzim
heme oxygenase yang berfungsi sebagai enzim pemecah.
Eritrosit yang lisis akibat kerusakan membran, gangguan pembentukan
hemoglobin dan gangguan metabolisme ini, akan dipecah menjadi globin dan
heme. Globin akan disimpan sebagai cadangan, sedang heme akan dipecah lagi
menjadi besi dan protoforfirin. Besi disimpan sebagai cadangan. Protoforpirin
akan terurai menjadi gas CO dan bilirubin. Bilirubin dalam darah berikatan
dengan albumin akan membentuk bilirubin indirect (bilirubin I). Bilirubin indirect
yang terkonjugasi di organ hati menjadi bilirubin direct (bilirubin II). Bilirubin
direct diekresikan (disalurkan) ke empedu sehingga meningkatkan sterkobilinogen
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 19
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 20
bisa didapatkan sferosit atau agregat eritrosit pada hapusan darah tepi, dengan
sebagian besar didapatkan Direct Coomb’s Test (DAT) yang positif.
Pada dasarnya manifestasi klinis dari AIHA tergantung dari kecepatan
hemolisis dan beratnya anemia. Individu dengan AIHA biasanya menunjukkan
gejala serupa dengan tipe anemia yang lainya seperti kelelahan, pusat, sakit
kepala, takikardia, takipneu, bahkan dapat terjadi gagal jantung. Ikterus dapat
terjadi akibat kelebihan pigmen bilirubin karena kecepatan hemolisis lebih besar
daripada kemampuan hepar untuk memetabolisme bilirubin. Beberapa gejala yang
unik dari AIHA adalah splenomegali kadang hepatomegali karena destruksi SDM
yang berlebihan dan urine yang berwarna gelap karena kelebihan katabolit hasil
hemolisis SDM.
Kadang-kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat,
menyebabkan krisis hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai
dengan:
a) Demam
b) Mengigil
c) Nyeri punggung dan lambung
d) Perasaan melayang
e) Penurunan tekana darah yang berarti
Secara mikro dapat menunjukan tanda-tanda yang khas yaitu:
a) Perubahan metabolisme bilirubin dan urobilin yang merupakan
hasil pemecahan eritrosit. Peningkatan zat tersebut akan dapat terlihat pada
hasil ekskresi yaitu urin dan feses.2.
b) Hemoglobinemia : adanya hemoglobin dalam plasma yang seharusnya
tidak ada karena hemoglobin terikat pada eritrosit. Pemecahan eritrosit yang
berlebihan akan membuat hemoglobin dilepaskan kedalam plasma. Jumlah
hemoglobin yang tidak dapat diakomodasi seluruhnya oleh sistem
keseimbangan darah akan menyebabkan hemoglobinemia.
c) Masa hidup eritrosit memendek karena penghancuran yang berlebih.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 21
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 22
adanya aglutinasi antara antibodi penderita atau eritrosit yang diliputi komplemen
dengan serum anti-IgG atau anti-C3. Pada pemeriksaan lebih lanjut akan dilihat
apakah aglutinasinya dengan anti-IgG (pada AIHA warm type) atau anti-C3 (pada
AIHA cold type).
Tes Coombs penting dilakukan pada AIHA karena mampu mendeteksi
autoantibodi dan menentukan jumlah antibodi yang ada. Tes ini disebut juga
sebagai tes antiglobulin dan menghasilkan aglutinasi pada sel eritrosit yang
tersensitisasi. Ada 2 jenis tes Coombs yaitu langsung (Direct Coombs Test) dan
tidak langsung (Indirect Coombs Test). Direct Coombs Test digunakan untuk
mendeteksi sel eritrosit yang dilapisi globulin yang umumnya terdiri dari IgG atau
C3, tes ini berguna untuk mendiagnosis AIHA, hemolytic disease of the newborn,
dan reaksi aloimun sekunder terhadap transfusi PRC yang inkompatibel. Indirect
Coombs Test digunakan untuk mengetahui adanya antibodi yang bebas (unbound)
di dalam serum. Tes ini digunakan untuk tes cross-match pada tindakan transfusi
darah.
Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
a) Bilirubin serum meningkat
b) Urobilinogen urin meningkat, urin kuning pekat
c) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
Gambaran peningkatan produksi eritrosit
a) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
b) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
Gambaran rusaknya eritrosit:
a) morfologi : mikrosferosit, anisopoikilositosis, burr cell, hipokrom mikrositer,
target cell, sickle cell, sferosit.
b) fragilitas osmosis, otohemolisis
c) umur eritrosit memendek. pemeriksaan terbaik dengan labeling crom.
persentasi aktifikas crom dapat dilihat dan sebanding dengan umur eritrosit.
semakin cepat penurunan aktifikas Cr maka semakin pendek umur eritrosit
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 23
3.8. Penatalaksanaan
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan
perawatan khusus.
a) Terapi transfuse
b) Hindari transfusi kecuali jika benar-benar diperlukan, tetapi mereka mungkin
penting bagi pasien dengan angina atau cardiopulmonary terancam status.
c) Administer dikemas sel darah merah perlahan-lahan untuk menghindari stres
jantung.
d) Pada anemia hemolitik autoimun (AIHA), jenis pencocokan dan pencocokan
silang mungkin sulit. Gunakan paling tidak kompatibel transfusi darah jika
ditandai. Risiko hemolisis akut dari transfusi darah tinggi, tetapi derajat
hemolisis tergantung pada laju infus.. Perlahan-lahan memindahkan darah
oleh pemberian unit setengah dikemas sel darah merah untuk mencegah
kehancuran cepat transfusi darah.
e) Iron overload dari transfusi berulang-ulang untuk anemia kronis (misalnya,
talasemia atau kelainan sel sabit) dapat diobati dengan terapi khelasi.
Tinjauan sistematis baru-baru ini dibandingkan besi lisan chelator deferasirox
dengan lisan dan chelator deferiprone parenteral tradisional agen,
deferoxamine.
3.9 Pengobatan
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 24
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 25
5. Immunoglobulin Intravena
Dosis tinggi immunoglobulin intravena 400 mg/kgBB/hari sampai 2
g/kgBB/hari selama 5 hari juga masih dalam penelitian diduga sebagai anti
idiotipe immunoglobulin ini menetralisasi autoantibodi sehingga mencegah
perlekatan dengan sel darah merah, menurunkan produksi autoantibodi dan
meregulasi fungsi sel T dan hanya 40% penderita yang memberikan respons.
6. Plasmaferesis
Plasmaferesis pada penderita dengan Cold AIHA cukup efektif bila terjadi
hemolisis yang sangat berat dan tidak terkontrol mengingat proses
hemolisisnya terjadi di intravaskuler.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 26
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan dan wawasan umum. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini
masih banyak memiliki kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan sarana
yang saya miliki. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun selalu saya
harapkan sehingga dimasa mendatang makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 27
DAFTAR PUSTAKA
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
http://beritanda.com/gaya-hidup/berita-gaya-hidup/kesehatan/5605-kenali-3-
penyakit-autoimun.html
http://sandurezu.files.wordpress.com/2011/03/blood-cells.jpg?w=300
http://allergyclinic.wordpress.com/
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.
Rosina Raraq
.
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 28
TUGAS IMUNOSEROLOGI
OLEH:
ROSINA RARAQ
NPM 5219038
. Rosina Raraq
. .
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 29
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan judul makalah “Anemia Hemolitik
Autoimun” hingga selesai . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Imunoserologi. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca dan untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i Rosina Raraq
. TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 30
DAFTAR ISI
ii
Rosina Raraq
TUGAS IMUNOSEROLOGI Anemia Hemolitik Autoimun | 31
ii
ii
Rosina Raraq